BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belaka Belakang ng Seti Setiap ap makh makhlu luk k hidu hidup p memi memili liki ki sifa sifatt alam alamia iah h yaitu aitu meng mengad adak akan an
pembelahan, agar supaya tidak akan punah. Pembiakan dapat berlangsung dengan dengan dua jalan jalan yaitu yaitu secara secara vegeta vegetatif tif (aseksu (aseksual) al) dan generat generatif if (seksual (seksual)) (Suryo, 200). Salah satu pembiakan secara vegetatif (aseksual) yaitu dengan cara pembel pembelaha ahan n sel. sel. Pembia Pembiakan kan vegetat vegetatif if tidak tidak terjadi terjadi persila persilanga ngan, n, maka maka keturunan yang dihasilkan akan selalu memiliki sifat seperti induknya (Suryo, 200). Pembela Pembelahan han sel memaink memainkan an beberap beberapaa peran peran pentin penting g dalam dalam kehidu kehidupan pan organisme. Proses pembelahan sel merupakan bagian integral dari siklus sel (cell cycle), cycle), kehidupan sel dimulai pada saat pertama kali ia terbentuk dari sel indu induk k yang memb membela elah h hing hingga ga pemb pembel elah ahan anny nyaa sendi sendiri ri menj menjad adii dua dua sel sel (!hampbell, 200). "enurut Setjo (200#) dalam $li (20%0) "itosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. &al ini dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis mitosis terdapat terdapat adanya adanya tahapan'taha tahapan'tahapan pan tertentu. tertentu. ahapan ahapan'tahap 'tahapan an (fase'f (fase'fase) ase) yang yang terdapa terdapatt pada pada pembel pembelaha ahan n mitosi mitosiss ini melipu meliputi ti profase profase,, metafase, anafase, dan telofase. "itosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel'sel yang hidup terutama sel'sel yang sedang tumbu tumbuh h (ujung (ujung akar akar dan ujung ujung batang batang). ). Proses Proses pembela pembelahan han secara secara mitosi mitosiss menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut'turut. *ebih lanjut Sugiri Sugiri (%++2) (%++2) dalam $li (20%0) (20%0) menjelas menjelaskan kan baha baha mitosis mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari -0 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus'menerus. $kar baang merah ($llium cepa) merupakan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosis. Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan'bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan yang masing'masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel iduknya.
Pembelahan Pembelahan mitosis dapat terhambat terhambat oleh at'at kimia, salah satunya adalah kolkisin. /olkisin (!22&213) merupakan suatu alkaloid berarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum Colchichum autumnale autumnale *. (4amilia *iliace *iliaceae). ae). Senya Senyaa a ini dapat dapat mengha menghalan langi gi terben terbentuk tukny nyaa benang benang'be 'benan nang g spindel pada pembelahan sel (Suminah dkk., 2002). 5era 5erang ngka katt dari dari fakt fakta'f a'fak akta ta terse tersebu butt prak prakti tika kan n ingi ingin n meng mengeta etahu huii langsu langsung ng
pengar pengaruh uh aktu aktu pemoto pemotong ngan an dan konsent konsentrasi rasi latutan latutan kolkis kolkisin in
terhadap mitosis sel baang merah ( Allium cepa). cepa). Selain itu praktikan juga ingi ingin n
menge engeta tahu huii
peng pengar aruh uh inte intera raks ksii
anta antara ra akt aktu u pem pemoton otonga gan n
dan dan
konsen konsentra trasi si kolkis kolkisin in terhada terhadap p mitosi mitosiss akar akar baang baang merah merah ( Allium Allium cepa). cepa). "eskipun sebenarnya penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya baik pada tumbuhan baang, kembang sungsang, pacar air dan lain'lain. 6ntuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap mitosis akar baang merah tersebut maka maka pene peneli litia tian n ini ini penu penuli liss meng mengan angk gkat at judu judull 7P839 7P839$: $:6& 6& ;$/6 /6 P8"1 P8"1 139$3 39$3
<$3
/13S /13S83 83: :$S $S==
*$:6 $:6$ $3
/1* /1*/=S /=S=3
8:&$<$P P8"58*$&$3 "=1S=S $/$: 5$;$39 "8:$& ( Allium ( Allium cepa)>. cepa)>.
1.2 Rumusan Rumusan masala masalah h %. $pakah ada ada pengaruh ruh
aktu
pemotongan
terh erhada adap
fase' se'fas fase
pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium Allium cepa)? cepa)? 2. $pak $pakah ah ada ada penga engaru ruh h kons konsen entr tras asii kolk olkisis isisn n terh terhad adap ap fase fase'f 'faase pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium Allium cepa)? cepa)? -. $pakah ada pengaruh pengaruh interak interaksi si antara aktu aktu pemoto pemotongan ngan dan berbagai berbagai konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase'fase pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium Allium cepa)? cepa)? 1.3 Tujuan juan Peneli Penelitia tian n 1. "eng "engeta etahu huii peng pengaru aruh h akt aktu u pemo pemoto tong ngan an terh terhad adap ap mito mitosis sis akar akar
baang merah ( Allium Allium cepa). cepa). 2. "engetahui "engetahui pengaruh pengaruh bebagai bebagai konsentrasi konsentrasi larutan larutan kolkisin kolkisin terhadap terhadap fase'fase mitosis akar baang merah ( Allium Allium cepa). cepa). 3. "eng "enget etah ahui ui peng pengar aruh uh inte intera raks ksii anta antara ra akt aktu u pemo pemoto tong ngan an dan dan konsen konsentra trasi si kolkis kolkisin in terhada terhadap p mitosi mitosiss akar akar baang baang merah merah ( Allium cepa).
1. !eguna !egunaan an Pene Penelit litian ian $dapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. "emberikan pemahaman lebih mendalam kepada mahasisa tentang
pengaruh berbagai konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase'fase pembelahan mitosis pada akar baang merah ( Allium Allium cepa). cepa). 2. "emberikan pemahaman lebih mendalam kepada mahasisa tentang pengaruh aktu pemotongan terhadap fase'fase pembelahan mitosis pada akar baang merah ( Allium Allium cepa). cepa). 3. "emberikan pemahaman lebih mendalam kepada mahasisa tentang pengaruh interaksi antara baerbagai konsentrasi larutan kolkisin dan aktu pemoton pemotongan gan terhadap terhadap fase'fase pembelahan pembelahan mitosis mitosis pada akar baang merah ( Allium Allium cepa). 1." 1." Bata Batasa san n #asal #asalah ah
Peneliti beranggapan baha %. /ead /eadaa aan n tana tanama man n baa baang ng mera merah h ( Allium Allium cepa) cepa) yang meliputi meliputi umur, umur, ukuran, panjang akar, kondisi medium dianggap sama. 2. /uali /ualita tass ba baan ang g mera merah h ( Allium Allium cepa) cepa) yang digunakan untuk penelitian dianggap sama. 1.% De&inisi De&inisi Istilah Istilah
taha tahapa pan n
terte tertent ntu. u. ahapa hapan' n'ta taha hapa pan n
(fase (fase'fa 'fase) se) yang ang
terda terdapa patt
pada pada
pembelahan mitosis ini meliputi profase, metafase, anafase, dan telofase. 2. kromosom Allium cepa merupa merupakan kan salah salah satu tumbuhan tumbuhan yang yang sering sering digunakan untuk mempelajari analisis mitosis juga karena ia memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya -. /olkis /olkisin in (!22&2 (!22&213 13)) merupa merupakan kan suatu alkaloi alkaloid d berarn berarnaa putih putih yang diperoleh dari ari umbi tanaman aman Colc Colchi hich chum um autu autumn mnal alee *. (4am (4amili iliaa Liliaceae). Liliaceae). Senyaa ini dapat menghalangi terbentuknya benang'benang spinde spindell pada pada pembel pembelaha ahan n sel. /onsen /onsentras trasii kolkis kolkisin in pada pada peneli penelitia tian n ini adalah 0 ppm, 2 ppm, 0 ppm, @ ppm. #. ;aktu pemoton pemotongan gan merupaka merupakan n yang yang dilakukan dilakukan untuk untuk pemoto pemotonga ngan n akar akar baang merah. ;aktu ;aktu pemotongan yang digunakan adalah pada jam 2%.00 ;=5, 00.00 ;=5, dan 0-.00 ;=5.
BAB II !A'IAN PU(TA!A 2.1 2.1 Ba)a Ba)ang ng #era #erah h
5aa 5aang ng merah erah * Allium Allium cepa+ merup merupaka akan n salah salah satu anggot anggotaa dari dari familia *iliaceae. anaman anaman ini merupakan merupakan tanaman semusim semusim dan memiliki umbi umbi yang yang berlap berlapis. is. anama anaman n ini mempun mempunyai yai akar akar serabut serabut,, dengan dengan daun daun berbentuk silinder berongga. 6mbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan memben membentuk tuk batang batang yang yang beruba berubah h bentuk bentuk dan fungsi fungsi,, membesa membesarr dan membentuk umbi berlapis. 6mbi baang merah terbentuk dari lapisan'lapisan
daun yang membesar dan bersatu. 6mbi baang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (:itongga dkk., 20%%). "enurut :ukmana (%++#) dalam Suminah dkk. (2002) baang merah merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyaa anilin dan alisin yang dikandungnya. 5ahan aktif minyak atsiri baang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin. *ebih lanjut tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga ketinggian A %.%00 m dpl. 3amun produksi terbaik dihasilkan di dataran rendah (0'00 m dpl), bersuhu 2'-2B!, p& tanah antara ,',, dan mendapat sinar matahari A @0C. /lasifikasi baang merah menurut Suminah dkk. (2002) adalah sebagai berikut. /ingdom
Plantae
:egnum
Spermatophyta
/elas
"onocotyledonae
1rdo
*iliales
9enus
Allium
Sepecies
: Allium cepa atau sinonimnya Allium ascalonicum *
9ambar %. 5aang "erah ( Allium cepa) (Sumber httpDD.%2-rf.com)
2.2 !r,m,s,m Ba)ang #erah
/romosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya. 5aik dari bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n E % Sastrosumarjo (200) dalam :itonga (20%%). &al ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Selain itu, kromosom Allium cepa sering digunakan untuk mempelajari analisis mitosis juga karena ia memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya (Stack, %+@+) dalam (:itonga dkk.,20%%).
2.3 !,lkisin
/olkisin (!22&213) merupakan suatu alkaloid berarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale *. (4amilia *iliaceae). Senyaa ini dapat menghalangi terbentuknya benang'benang spindel pada pembelahan sel (Suminah dkk., 2002). &al ini diperkuat oleh 8rmiaati (200@) yang juga menyatakan baha kolkisin merupakan senyaa kimia yang dapat menghalangi pembentukan benang spindle pada aktu mitosis sehingga sel'sel baru yang terbentuk jumlah kromosomnya berlipat ganda. *ebih lanjut kolkisin dapat mengganggu pembentukan serabut gelendong dan sitokinesis berikutnya (8rmiaati, 200). /olkisina telah banyak digunakan sebagai bahan pengganda kromosom. Sedangkan menurut aylor (20%#) kolkisin akan bekerja baik pada aktu ' jam. /olkhisin diberikan pada bagian tanaman yang sedang melakukan pembelahan yakni pada titik tumbuh vegetatif misalnya pada benih, kecambah dan ujung batang atau akar tanaman. Senyaa kimia ini dapat menghalangi pembentukan benang spindle pada aktu mitosis sehingga sel'sel baru yang terbentuk jumlah kromosomnya berlipat ganda (&ayati dkk., 200@). /olkhisin menghambat
tahap
metafase,
mencegah
polimerisasi
tubulin
menjadi
mikrotubulin, mencegah tubulin tersebut menjadi serat benang fungsional (benang gelendong) sehingga tahap anafase untuk pemisahan kromosom tidak terjadi. anpa benang gelendong tersebut, dinding pemisah gagal terbentuk sehingga kromosom dan duplikatnya tetap berada di dalam sel yang sama. $kibatnya pembelahan sel tidak berlangsung, sehingga pembelahannya dimulai dengan sel diploid diakhiri dengan terbentuknya sel tetraploid. /onsentrasi dan lama perendaman dengan kolkhisin berpengaruh terhadap induksi poliploidi. (;iendra dkk., 20%%). Pernyataan diatas juga diperkuat oleh pernyataan $nggraito (200#) yang menjelaskan baha gelendong pembelahan (spindle) sebagai aparatus mitosis, tersusun dari mikrotubula dalam bentuk dublet.
bernkibat
tidak
terbentuknya
gelendong
pembelahan.
terhambatnya pembentukan spindel pembelahan, maka kromosom yang sudah dalam keadaan mengganda tidak dibagi ke arah berlaanan
2. -ase #it,sis a/a Tum0uhan
:itongga (20%%) menjelaskan baha mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap didalamnya, yaitu interfase, profase, metakinesis, metafase, anafase, dan telofase. "enurut Suryo (200) dalam :itongga (20%%) fase pada mitosis terdiri dari interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase.
2..1
Inter&ase
=nterfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang berlangsung lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan dan sintesis <3$. "aka sebenarnya kurang tepat juga jika dikatan baha interfase merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat. =nterfase dibedakan lagi menjadi tiga fase, yaitu
2..2
-ase ga satu *1+
Pada fase ini terjadi beberapa kegiatan yang mendukung tahap'tahap berikutnya, yaitu a. b. c. d.
rankipsi :3$ Sintesis protein yang bermanfaat untuk memacu pembelahan nukleus. 8nim yang diperlukan untuk replikasi <3$. ubulin dan protein yang akan membentuk benang spindel Periode untuk fase 9% membutuhkan aktu yang berbeda F beda
antar individu. $dakalanya 9% membutuhkan aktu - F # jam, namun ada juga yang tidak mengalami fase 9% ini, hal ini terjadi pada beberapa sel ragi. 5eberapa ahli lebih suka menggunakan istilah 90 untuk situasi tersebut.
2..3
-ase (intesis *(+
Pada fase ini terjadi replikasi <3$ dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir dari fase ini terbentuk sister chromatids yang memiliki sentromer bersama. 3amun, masih belum terjadi penambahan pada fase ini. *amanya aktu yang dibutuhkan pada fase ini @ F jam.
2..
-ase a /ua *2+
Pada fase ini terjadi sintesis protein F protein yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti sub unit benang gelendong, pertumbuhan organel F organel dan makromolekul lainnya (mitokondria, plastid, ribosom, plastid, dan lain F lain). 4ase ini membutuhkan aktu 2 F jam.
2.."
Pr,&ase
Pada fase profase, terjadi pemadatan (kondensasi) dan penebalan kromosom. /romosom menjadi memendek dan menjadi tebal, bentuknya memanjang dan letaknya secara random di tengah F tengah sel, terlihat menjadi dua untai kromatid yang yang letaknya sangat berdekatan dan dihubungkan oleh sebuah sentromer. "endekati akhir profase, nukleolus dan membran nukleus menghilang dan terbentuk benang F benang spindel.
2..$
#etakinesis
=stilah metakinesis untuk pertama kali digunakan oleh ;asserman pada tahun %+2 dan dipopulerkan oleh "aia pada tahun %+%. 5anyak buku yang menyamakan fase metakinesis dengan fase metafase, dengan memasukkan pembahasan metakinesis ke dalam pembahasan metafase. Pada fase ini, pergerakan kromosom dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu
2..
!,nggresi kr,m,s,m
Selama konggresi kromosom, kromosom bergerak menuju bidang eGuator yang berada di tengah F tengah kutub spindel. /romosom F kromosom tersebut akan mencapai suatu posisi keseimbangan di bidang eGuator.
2..%
rientasi kr,m,s,m
1rientasi kromosom berhubungan dengan orientasi dari tapak F tapak kinetik dari kromosom menuju kutub F kutub yang berlaanan melalui pergerakan F pergerakan yang menuju susunan F susunan yang sesuai di eGuator. &al ini dikarenakan setiap kromatid pada metafase memiliki tapak kinetik dan tapak non kinetik.
2..4
Distri0usi kr,m,s,m
Setalah sentromer mengalami orientasi, kemudian kromosom F kromosom tersebut terdistribusi pada bidang eGuator.
2..15 #eta&ase
Pada fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid bergerak menuju bidang eGuator. 5enang F benang gelendong melekat pada sentromer setiap kromosom. erjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal pada fase ini. Sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah F tengah eGuator. Sehingga sangat baik dilakukan analisis kariotipe pada fase ini.
2.".11 Ana&ase
4ase ini dimulai ketika setiap pasang kromatid dari tiap F tiap pasang kromosom berpisah, masing F masing kromatid bergerak menuju ke kutub yang berlaanan. Pemisahan ini dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang telah membelah kemudian ditarik oleh benang gelendong ke kutub yang berlaanan bersama dengan kromatidnya. Pergerakan kromosom ke kutub diikuti pula oleh bergeraknya organel F organel dan bahan sel lainnya. !iri khusus yang terlihat pada saat anafase adalah kromosom terlihat seperti huruf H atau I dengan ujung yang bersentromer mengarah ke arah kutub. Pada saat ini, jumlah kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak.
2..11 Tel,&ase
Pada fase ini, membran nukleus terbentuk kembali, kromosom mulai mengendur dan nukleolus terlihat kembali. Sel membelah menjadi dua yang diikuti oleh terbentuknya dinding sel baru yang berasal dari bahan dinding sel yang lama, retikulum endoplasma, atau bahan baru yang lainnya. Pembelahan ini juga membagi sitoplasma menjadi dua. Pada akhir dari fase ini, terbentuk dua sel anakan yang identik dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan tetuanya. Pada sel tumbuhan sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah'tengah sel.
BAB III !ERAN!A !N(EPTUAL DAN !A'IAN PU(TA!A
3.1 !erangka !,nsetual $dapun kerangka konseptual sebagai berikut
/olkisin merupakan
"itosis pada sel akar baang merah
senyaa alkaloid yang
diamati pada ujung akar yang
dapat menghambat
merupakan daerah meristematik atau
pembelahan mitosis.
terjadinya pertumbuhan.
"embuat larutan
$kar banag merah
kolkisin menjadi #
ditumbuhkan
konsentrasi berbeda
sampai panjang
yaitu 0 ppm, 2
akarnya mencapai
ppm, 0 ppm an @
kurang lebih 2 cm.
$kar baang merah direndam dalam larutan kolkisin yang berbeda konsentrasinya. Perendaman dilakukan selama 2# jam yang selanjutnya direndam dalam larutan 4$$ setelah dilakukan pemotongan.
Iumlah fase'fase mitosis akar baang merah berbeda setelah pemberian berbagai macam konsentrasi larutan kolkisin. 3.2 Hi,tesis %. $da pengaruh perbedaan aktu pemotongan terhadap fase'fase
pembelahan pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium cepa). 2. $da pengaruh berbagai konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase'fase pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium cepa). -. $da pengaruh interaksi aktu pemotongan dan berbagai konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase'fase pembelahan mitosis akar baang merah ( Allium cepa).
BAB I6 #ETDE PENELITIAN
.1 Ran7angan /an 'enis Penelitian :ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok dan penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif.
Iumlah sel yang mengalami mitosis pada tiap perlakuan. -. Hariabel kontrol a) *ama perendaman akar pada larutan kolkisin. b) Ienis baang merah c) 6mur baang mera
.2 8aktu /an Temat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai % 4ebruari 20%#'0% $pril 20%# yang dilakukan di ruang genetika gedung biologi.
.3 P,ulasi /an (amel
Populasi yang digunakanadalahsemuaakarbaang yang digunakan untuk penelitian oleh mahasisa biologi angkatan 20%2.Sampel yang digunakan adalah akar baang yang bagian tudung akar yang mendapat perlakuan direndam dalam larutan kolkisin konsentrasi 2 ppm, 0 ppm, dan @ ppm dan aGuades.
. Alat /an Bahan
#.#.% $lat • • • • • • • • • • • • •
Pinset 5otol vial /aca benda /aca penutup "ikroskop cahaya Silet berkarat Silet tajam 9elas arloji *ampu spirtus /orek Pipet tetes 9elas aGua isu
#.#.2 5ahan • • •
$kar baang merah ( Alium cepa) $Guades *arutan kolkisin konsentrasi 2 ppm, 0 ppm, dan @ ppm
• • • •
$lkohol @0C &!l %" $cetokarmin *arutan 4$$
." Pr,se/ur!erja
#..% Prosedur pertama "embibitkan baang merah lanang di tanah sampai tumbuhakar
Setelah tumbuh akar, memindah di gelas aGua yang berisi air dengan cara menggantung di atas air
"emotong ujung akar sepanjang 2cm memakai silet yang tajam
"emasukkan potongan akar kedalam larutan 4$$ dalam botol vial
"emindah potongan akar dari larutan 4$$ ke dalam larutan alkohol @0C yang ada di gelas arloji selama 2menit
"emindah potongan akar dari larutan alkohol @0C kedalam larutan&!l %" selama menit
"emotong akar bagian tudung akar sepanjang 2mm
"encacah potongan tudung akar di atas kaca benda menggunakan silet berkarat, kemudian ditetesi cacahan tersebut dengan acetokarmin
"emanaskan kaca benda di atas lampu spirtus sampai terjadi perubahan arna
"enutup kaca benda menggunakan kaca penutup dengan sedikit menekannya "engamati di baah mikroskop sampai menemukan fase'fase pada pembelahan mitosis
#..2 Prosedur kedua "emindahkan akar baang ke medium kolkisin 20 ppm, 0 ppm, dan @ ppm selama 2#jam
"emotong ujung akar setelah direndam J2cm pada jam 2%.00, 2#.00, dan 0-.00
"erendam hasil potongan dalam larutan 4$$
"embuatpreparat
"engamati dan menghitung jumlah sel yang mengalami fase pembelahan dengan tiga bidang pandang berbeda untuk tiap ulangan, denga K ulangan untuk tiap perlakuan
"encatat hasil pengamatan sesuai fase pembelahan sel
.$ TeknikPengumulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan praktikum dan menghitung jumlah sel yang mengalami fase'fase pembelahan mitosis.
. TeknikAnalisis Data
BAB 6 DATA DAN ANALI(I( DATA ".1 Data engamatan &ase9&ase mit,sis
PP" 0
I$"
5=<.P<9
%
+"$*$"
2
-
%2"$*$" %
2
-
4$S8 = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P "
6% # 0 % 0 # 2 0 0 0 + -% 0 0 0 2% -2 0 0 0 2 -0 0 0 0 2@ 0
62 %% 2% 0 2 @ -% 0 0 # %2 2+ %0 0 # 2 0 0 0 - 0 0 0 0 -% 0
6%% 2+ 0 0 0 @ -% 0 0 2 + 2+ 0 2 0 0 ## 0 0 0 0 @2 0 0 0 #0 0
6# 2% #0 0 0 -@ 0 0 2 2% 0 2 2 + @ 2 0 # # %# # 0
6 #+ 0 %0 2@ 0 0 %0 2@ 0 0 %% # 0 0 0 2 -0 0 0 0 %+ 0
6 2 + 0 # + 0 # 0 # %0 0 0 @ 0 0 0 0 0 %# - 2 % % %# @@ 0
%
-P$9=
2
-
2 %
+"$*$"
2
-
%2"$*$" %
2
-
$ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P
% 0 2 0 0 0 #2 % 0 0 2 - @% 0 0 #% 0 0 % #@ @# 0 0 0 # %0# 0 0 0 0 22 % 0 # 0 2 0 0 2 # %
0 2 2 #+ 0 0 0 -0 0 0 # %+ @ 0 0 0 % + 0 0 @ 0 % 2 22 2 0 0 @ 2 2+ % 0 0 -+ 0 0 % 0 -@
0 0 %+ # 2 0 0 -@ @2 2 % 0 2 2 0 2 -# -% 0 % % @ + 0 0 0 %% #2 0 0 0 0 22 % % % @ #+ 0 0 0 0
0 0 2 # % % 0 2@ + 0 -% @0 2 2 - 0 0 0 0 -0 0 0 2% # 2 % #@ % 0 0 0 % # 0 % 0 # 2
0 0 -% @ 2 % 0 %+ # % % 0 2## 0 % 2@ #0 0 0 0 % # 2 % % -2 -0 2 % 0 2% 0 0 0 0 2 0 0 0 % -2
0 2 2% 2 0 % 0 2 0 0 0 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 # 0 0 0 0 @# 0 0 0 0 -% 0 0 # 0 #% 0 0 0 0 -
%
-P$9=
2
-
0 %
+"$*$"
2
-
%2"$*$" %
2
-
" $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ =
0 0 % #- 0 0 0 2 @ 0 0 -0 0 0 -0 0 0 2 0 0 #%# 0 0 0 2 0 0 0 0 # 0 0 0
0 % 2 %@ %# 0 0 0 % %% 0 0 0 + %2 0 0 0 %@ 0 0 0 2# 0 0 0 + - 0 0 0 2 @ 0 0 0 # # 0 0 0 2
0 0 0 @@ %0 0 0 % + 0 0 0 %+ %% 0 0 0 0 - 0 0 0 # - 0 0 0 % -@ 0 0 0 2 %% 0 0 0 -2 0 0 0 2%
0 0 0 -% 0 0 0 2@ 0 0 0 0 #2 0 0 0 %% + 0 0 0 %0 0 0 0 # -% 0 0 0 #2 0 2 0 #0 0 % 0
0 0 @ %@ -% 0 0 0 2# 0 0 0 %% - 0 0 0 #0 0 0 0 2 0 0 0 -@ 0 0 0 0 2 % % @2 0 0 % 0
0 2 2 #2 2 0 0 0 % # 0 0 0 %2 #2 0 0 0 0 2 0 0 0 % # % % 2 0 2 0 + % 0 % 2 @ 2 0 % 0
%
-P$9=
2
-
@ %
+"$*$"
2
-
%2"$*$" %
2
P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $ = P " $
#0 0 % -2 0 0 0 @ 2+ 0 0 0 0 % 0 0 % 2% - 0 0 0 # %+ 0 0 0 2 0 0 0 #@@ 0 0 0 %0# % 0 0 0
#@ 0 0 0 %@ 0 0 0 %0 # 0 2 0 # 0 0 0 0 20 0 0 0 0 2 # 0 0 0 %%0 %#@ 0 0 0 + %20 0 0 0
0 0 0 + % 0 0 0 + @@ 0 0 0 @ 0 0 % 20 0 0 # # 0 0 2 # 0 0 2 %% 0 0 0 # -0 0 0
#@ 0 0 0 % % 2 2 2 0 0 % 0 # 0 0 % -% 0 0 0 + 2 0 0 0 %2 20 0 # -+ 0 0 0 % %% 0 0 0
22 0 0 0 0 @+ % 0 0 0 @0 % 2 @# 2 0 0 %% # 0 0 2 %@ # 0 0 2 %% -% 0 0 % 2 # 0 0 0 # %% 0 % %
## 2 0 2 #2 2 0 0 0 - 0 0 % 0 0 % 2 # 2+ 0 0 2 %% #% 0 % % % #% % 0 2 %% @ 0 0 0 0 2@ 0 % 0
-
%
-P$9=
2
-
= P " $ = P " $ = P " $ = P " $
0 0 0 0 0 - % 0 2 2 @ 2 0 0 #@ 0 0 %
@% 0 0 0 0 @2 0 0 2 0 -@ 0 0 0 0 2+ 0 0 0
+ @@ % 0 0 -2 0 0 0 %@ #0 0 0 % %0 # 0 0 2
@ # 2 0 0 0 -+ 0 0 % #0 0 0 # 2@ 0 0 0
# 0 0 0 0 -@ 0 0 0 0 #@ % 0 2 %% 2@ 0 % %
% +% 0 0 % @% 0 0 +# 0 0 2 0 -@ % %
abel :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 2%.00 ;=5 /onsentrasi 0C
2C
0C
@C
6langan % 2 # % 2 # % 2 # %
=nterfase .@ %0 + %% .@ -.@ ##.@ %#.----%@.---- 2.@ 0 -# %.----%.@ @.@ -.@ +.------
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase #0.@ 0 0.-----2@ % 2.@ 2+.@ 0 0.@ --.@ 0 0.@ -#.----- %.@ 0 +.-----% %.-----@@.@ 0 0 @ 0 2.@ # 0 0.@ ##.----- 0.@ 0.@ %.----- %.-----0 %.@ 0 %.-----+ 0 0 #.----0 0 - 0 0 -.@ 0 0 - 0 0 2 0.------ 2.-----2@.@ 0 0
elofase 0 .-----0.@ %[email protected].@ 0 .-----0.@ %[email protected].@ % 0 0 0 0 % 0
Iumlah #.@ # #0 #.@ 2 %+ %[email protected]@2.@ .@ .@ %-0 2.@ -@.@ ##.-----.@ .@ -@
2 #
%%0.-----
2.@ 0 0 2 -2.@ -+ 0 0 %.------ #.----2.----0 0 %.------ -.@ #%.@ 0 0 %.@ .-----@ 0.------ 0.------ %.@ #+.@
abel :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 2#.00 /onsentra si
6langa n
0C
%
2 #
2C
% 2 #
0C
% 2 #
@C
%
Iumlah sel pada fase mitosis =nterfas "etafas $nafas elofas e Profase e e e @. -0. 0.---@ @ 0 -0 0. 0. 0 0 @ 0 @ %. @ 2 0 0 0 @. -. @ 2 2 @ # 0 0 0 +.----@. 0. 0.----@ @ -% %.---0.---2.----# -0 -%. 0.---0.---@ - --% #.---#-. 0.---0.---0.----@ ---%@.--2-. 0.----@ 0 -0 %.---2.----2@ 0 0 -#%. 0. 0 @ 0 @ 2 @.--0.----0 0 -2. @ 0 0 0 %. @ #2 0 0 0 -. 0. 0.---@ ## 0 @ -0.---0. 0. 0.----@ @ -0 0. .--%. %.---@ -@ 0 -. @#.--0 0 0
Iumlah -. @ %.----. @ .--- #+ #+ -.---#+ #%.----0. @ ##.---%. @ . @ 0. @ #. @ 2 + %#0
@
2 #
-%%2. @ @ #.-- --. @ - @%. @ #. + @
0 0.----0. @ 0 0
0 0 0 0.----0.-----
%@. 0 @ 2. 0 @ #2.---0 0.---- @.----0.---- @#.-----
abel :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 0-.00 /onsentra si
6langa n
=nterfas e
0C
%
- 2. @
2 #
2C
% 2 -
# 0C
%
%# 2@. @ 2#.---0 2. @ %-. @ - --.---%@ 2-.----
2
# . @
#
%
Iumlah sel pada fase mitosis $nafas "etafas elofas Profase e e e %. 0 0 0 @ %.---0 0 -. 0.---0. @ -2 @ ##.--2. -2 % @ . @ % % % 0.--- -0 0 # %2.---%%
0
0
%
0 0
0 0
0 0
[email protected]#@[email protected]
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0.-----
#%
0
0
0 -+
0 0.
0 0.----
0 0.----%.----
Iumlah +. @ 0 @. @ @@. @ .---%0%. @ 2 #+ +.---#.---@0. @ #%. @ #. @ .---#2.----
@C
-% %@. @
0
%
%
@.----
2 %. @
2. @
2# %0. @
#
0
0
-+ -.----
0
0
0 0.----0.-----
0 0.----0. @
% 2 #
@ 0.----0.-----
0. @
-
-@
-0. @.---@ %
%0% .---% 0. @0. @ @ 0. % @ 0.---- -+. -@ -+.---% -.---- @.-----
abel Presentase :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 2%.00
/onsentrasi 6langan =nterfase 0C % %2.%#2 2 2%.@-+%22. # 2-.@%# %.@ %+.2+2 2C % -.%22 2 %#.@20 - 2-.-2% # %#.## 2+.+%0+ 0.0 0C % 2.%- 2 2.0-- #.#2#@@+ # %@.2+-2 +.#2@+ .%%-- @C % 2.2222 %.-0%2 - %2.+#+# # 22.#2++%
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase @.%#2 0.0 0.@%#2 .+ 2.%@-+%- .@+@%0% @#.%@ 0.0 %.@ @2.%#2 0.0 %.#2@% .02# -.20%2 0.0 #+.%22% .2-% @.0%@## -.#@@# 0.0 0.0 @@.0#@+ 0.0 2.@-+@2 @#.-%%+0.0 0.+%@#-% 0.00 %.2%2%2% %.2%2%2% +.+22% %.#2 0.0 +2. 0.0 2 @-.0@+2 0.0 0.0 @-.+-%@ 0.0 0.0 +.@22 0.0 0.0 2.@0@@ 0.0 0.0 +0.%@2# 0.0 0.0 .-- 0.%2 -.+@@2@@#.@@#@@ 0.0 0.0 @.@%#0.0 0.0 #.%@2 0.0 0.0 @-.-%@ 0.0 0.0
elofase 0.0 %%.+#2 %.@ 2.@%#%#.%02 %+.2+2 0.0 .#@+#2 0.+%@#-% 2.#2#2#2 .0-%% . 0.@+2-% 0.0 0.0 0.0 0.0 %.@0## 0.0 .%22##+ 2.@@+ -.@--%
2-.0@+2 @-.+# 20.0-@ @#.#+#
0.0 0.0 2.+ 0.@%%#% 0.@%%#% -.-@0
abel Presentase :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 00.00 /onsentrasi 6langan =nterfase 0C % %+.2@+ 2 0.0 -.%0+ # %%.2%+% %#.2@% %+.0#@2 2C % 2.@2%0 2 #.-#@2 - .#--@ # #%.+-# #.-#@2 0.0 0C % -.@-#+ 2 #.## - -0.@+2 # @.-#2#@ 0.#%02 0.+%# @C % #.+0#@ 2 -+.+## - %2.@+ # .%#%@ -.+2-0% %2.%0@2
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase @+.-%0-# 0.0 0.20+ +@.#02 %.2+@0% 0.0 +.+##% 0.0 0.0 @@.0+ 2.+22+ 2.+22+ .@%#2+ 0.0 0.0 @.@0@ %.-0## 0.02@2 +%.-@- 0.02@2 0.0 +%.-0#- 0.+ 0.+ +.%% 0.02@2 0.02@2 @.20 0.0 0.0#2 .0#-# 0.0 0.0 +-.+#+ 0.0 %.0-@+ +.+%-@ 0.0 0.0 +.## 0.0 0.0 +.2-0@@ 0.0 0.0 +0.#%0+ 0.0 %.-++@.#-+ %.220% 0.#%02 +#.++ 2.#%#+ 0.0 -.0+2# 0.0 0.0 0.0-2 0.0 0.0 .@02%- 0.-%+% 0.0 +.@-@ %.@#00.0 +.%-2@# 0.0 0.##2#@ .++2 0.0 0.###-
elofase 0.0 %.2+@0% 0.0 .-# 0.0 2.0#0% #.@%+0 2.0+ 0.02@2 0.0 @.0+ #.%%2@ 0.#0%0.0 0.0 0.#+-2 0.0 %.+-2-@ 0.0 0.0 0.0 0.0 0.##2#@ 0.###-
abel Presentase :ata':ata 4ase "itosis pada Pukul 0-.00 /onsentrasi 6langan =nterfase 0C % -.20+ 2 -2.0--%.022 # -.22-2 2+.-%@2@
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase elofase 2.0+@ 0.0 0.0 %.@2#%- .2 0.0 0.0 %.@ @@.--0# 2.#-%@2 0.##02+ 0.%0@ @.0% %.2@# 2.@%0@ -.#--#@ @.02@ %.20#%+ %.20#%+ %.20#%+
2C
0C
@C
% 2 # % 2 # % 2 #
0.0 %.0-2 2.#% @@.%02 [email protected]%-#-%.2-# --.0%@ +. %2.%#2 %-.@%#2+ 2.-220 %.2@+ 2.@#2@ 2.+ --.+22 2%.02@.-02 %.+#+% -.+2-0%
++.-+@+ #@.2%-%% #@.#-+ 22.##+ 2.@ .@%% .+%%+. @.@%# .@%#2+ +2.%2+ +.%@02% .### +-.#+%%2 .0+#-# @.+@- +%.+# +#.0@ +0.2#+
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.@@#02 %.2@+ %@.#+%@ %.@@%# 0.0 0.0 0.0 0.#@# 0.#+
0.02#% 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 %.@#00.#2-2 0.--00-0.0 0.0 0.0 0.0 0.#@# 0.##2#@
0.0 0.+-0@ 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.@%#2+ -.%#+0 0.%0# 0.++00++ %.@@%# 0.+#--+ %.+@-# 0.#0-- 2.#2-@#.#2#@@+
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase .+@+ %.2%2@+ #.#%% 0.00@@% .#@@%- %-.+-20+ +.#%@ %.2%2@+ @.#%@ .%#-% %.2%2@+ .# #.-#+@ %0.-%-%+ %.2%2@+ ##.#+@- %-.22 %.-%# 2.2## %.2%2@+ %.2%2@+ %.-@+%# %.2%2@+ +.2@%2 +.#2 %.2%2@+ .#+-@ -.@%2 .-20@% .-20@% 0.@22+ @.%+ %.2%2@+ @#.%0- %.2%2@+ .%-0%02 .@#-2% %.2%2@+ %.2%2@+ +.-0%0- %.2%2@+ %.2%2@+ @@.@0# %.2%2@+ %.2%2@+ .#2@0 %.2%2@+ %.2%2@+ @2.0#2 %.2%2@+ %.2%2@+ @0.2++@2 #.-22+-2 %%.0-+ +.%2% %.2%2@+ %.2%2@+ 2.#2#+ %.2%2@+ %.2%2@+
elofase %.2%2@+ %+.+0@ @.#%@ +.@-%#@ 22.0@-% 2.0+0 %.2%2@+ %-.-@.#+-@ .+@-# %@.0%2#+ %-.-- .0-%-@ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ @.0%2 %.2%2@+ %#.-2-
abel 3ilai ransformasi 4ase "itosis pada Pukul 2%.00 /onsentrasi 0C
2C
0C
@C
6langan % 2 # % 2 # % 2 # % 2
=nterfase 20.-+-2 2@.@+%-% 2.-%#+ 2+.0#% 2#.0+## 2.0+0 -@.%@% 22. 2+.2--% 22.#%+ --.% %.2%2@+ -0.@@ -0.++@ %2.%#2+ 2#.@2+# %@.+-% %-.0+# -0.%#@+ 2-.0-%0
- 2%.0+%- .@0# %.2%2@+ %.2%2@+ # 2.2- +.2-2+ %.2%2@+ %.2%2@+ 2.@%0% +.-%+2 %.2%2@+ %.2%2@+ 2@.%-@ +.0+ #.++%%+ #.++%%+
+.@@ %%.%#%+ +.+0##2 %0.-
abel 3ilai ransformasi 4ase "itosis pada Pukul 00.00 /onsentrasi 0C
2C
0C
@C
6langan % 2 # % 2 # % 2 # % 2 #
=nterfase 2.##%-@ %.2%2@+ %0.%00 %+.+22.20@ 2.@+ +.#+#@#+ %2.0--% %@.-00- #0.-+% %2.0--% %.2%2@+ %%.0#+ %2.-0+++ --.+00@ %.+-%-@ #.+22#+ .#0+@@ #-.22#2 -+.2%0@ 20.+-#% %@.%%@# %%.%%0 20.-2
Iumlah sel pada fase mitosis Profase "etafase $nafase 2.+##% %.2%2@+ .-2@#0.@2 .#-@ %.2%2@+ @+.#++# %.2%2@+ %.2%2@+ %.@2- +.00 +.00 @.@+2- %.2%2@+ %.2%2@+ %.2-+2 .+-- #.@-%0% @-.-+# #.@-%0% %.2%2@+ @2.#+#2 .-0-- .-0-@0.@-#2 #.@-%0% #.@-%0% #+.%@--% %.2%2@+ .%22# +.@@0# %.2%2@+ %.2%2@+ @.0-0 %.2%2@+ @.0#-@+ @.-##2 %.2%2@+ %.2%2@+ @@.+00% %.2%2@+ %.2%2@+ .-0++- %.2%2@+ %.2%2@+ @%.+%% %.2%2@+ .@2%-+ 0.@@ .0%#%2 #.+22#+ @.@22- .+#%00+ %.2%2@+ #.@@# %.2%2@+ %.2%2@+ 0.@+2 %.2%2@+ %.2%2@+ .%-%+ #.%2#- %.2%2@+ @%.-#0 @.20+%2% %.2%2@+ @@.2#- %.2%2@+ -.%#0@ .%+ %.2%2@+ -.-+-
elofase %.2%2@+ .#-@ %.2%2@+ %-.-+-%.2%2@+ .2%-2%% %2.0#- +.2+#% #.@-%0% %.2%2@+ %.0%2 %2.22+ -.2+ %.2%2@+ %.2%2@+ #.@#@22 %.2%2@+ @.++0#% %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ -.%#0@ -.-+-
abel 3ilai ransformasi 4ase "itosis pada Pukul 0-.00
/onsentrasi 0C
6langan % 2 -
Iumlah sel pada fase mitosis =nterfase Profase "etafase $nafase -.++-- %.+-+ %.2%2@+ %.2%2@+ -#.0%0 #.#2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ 2.#@ %.@0% +.-# -.02
elofase @.#0+@.#%@ .-+@@
# % 2 # % 2 # % 2 #
2C
0C
@C
-.##22 -2.@2+ %.2%2@+ #.0--##.#+@@ %.@%2 -@.0@+ -#.0%%# -.0@-0 %.0#+% 20.-+-2 2%.@- .#%0+ .#@0 -0.#+ +.+0##2 -.#@% [email protected]%%@%.+2 @.#00+ %%.%%0
#+.0@%%2 #.+00# .#% #-.#02# #-.-022.2%# 2.-#+2% .+# #.+2+# @%.%# +.0# @.@+2- @-.@0- @.@%##@ #.%22@ @.2%+0% -.@# %.-2-+% @-.%#+ @.+0-% @%.200+
.%#0+ .-0%@2 %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .0+0@# .#@0 2#.@22+ @.2 %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .2%+2 .-+@+%
+.2-#2 .-0%@2 #.#%#+2 %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ @.20+%2% -.@#022 -.2+--@ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .2%+2 -.%#0@
%0.@#% .-0%@2 %.2%2@+ .+%@@@ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ #.--2+ %0.222 .2+-2#% .@%0+@.2 .@-# .0@0@ .2+ +.%@#+ %2.%#2+
#
".2 Analisis Data ".2.1 Inter&ase
Perlakuan
;aktu pukul 0C 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2C 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 0C 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00
%
2
6langan -
Iumlah
20.-+-2 2@.@+%-% 2.-%#+ 2+.0#% 2#.0+## 2.0+0
%.@00@
2.##%-@ %.2%2@+ %0.%00 %+.+- 22.20@ 2.@+
%0.2+
-.++-- -#.0%0 2.#@ -.##22 -2.@2+
0.0
%.##@
-@.%@% 22. 2+.2--%
22.#%+ --.% %.2%2@+
%#.-@
+.#+#@#+ %2.0--% %@.-00-
#0.-+% %2.0--%
0.0
+%.2@#2
-#.0%%# -.0@-0
20.+@%
-0.@@ -0.++@ %2.%#2+ 2#.@2+# %@.+-% %-.0+#
%2+.%@@-
%%.0#+ %2.-0+++ --.+00@ %.+-%-@ #.+22#+ .#0+@@
-.2%#%
%.0#+% 20.-+-2 2%.@- .#%0+ .#@0 .#0+@@
%.%##
#.0--#- #.#+@@ %.@%2 -@.0@+
pukul @C 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 jumlah
-0.%#@+ 2-.0-%0 2%.0+%- 2.2- 2.@%0%
2@.%-@
%.-@@
#-.22#2 -+.2%0@ 20.+-#%
20.-2
%2.-+@
%@.%%@#
%%.%%0
+.+0##2 -.#@% [email protected]%%@- %.+2 @.#00+ %%.%%0 %0@.% -%+.@2 -0.+-# -0+.%0-# 2+.-%% 2-.0- %@%.@2+ %-@.@
4/ I/ 1$* I/ 6*$39$3 I/ P8:*$/6$3 I/ 9$*$
-@2.02%%0%.2+% %#00.#%0%2 #+.+0+ %#220.###
$58* 2 $:$& /onsentrasi 0C 2C 0C @C jumlah kuadrat I/ /13S83:$S= I/ ;$/6 I/ =38:$/S=
pukul 2%.00 %.@00@#@ %#.-+ %2+.%@@2@- %.-@@%+@ +.%2+#2 -#@0@-.#-+
;aktu pukul 2#.00 %0.2@ +%.2@#2-#% -.2%#0 %2.-+@%#+ #-2.-@+22 %+#.+-
pukul 0-.00 %.##@#220.+@%00%.%##@%%0@.%02 %.-+#%+@ -@++%%.2%
Iumlah #2@.@ #+.0+ 2+-.#02 #%.- %-@.@
kuadrat %2+0.2#0++.2 %.@ %@%+.#
%20.0%-# 2%.@@@ 2-%.0%
$58* S/ S/ ulangan perlakuan konsentrasi aktu interaksi galat total
db %0 2 @%
I/ %#00.#%0%2 #+.+0+ %20.0%-# 2%.@@@ 2-%.0% %#220.### %%0%.2+%
/ 20.020-0#.++0+ #02.002@@+ #%0.-+2+ 0.-%@- 2-.+- %.@+222
4hit %.@+# %.-0+ %.%0@ %.++#0#@
4tab 2.00#2 2.@+#-% -.%%% 2.-@++@
4hitung L 4tabel 0,0, &0 diterima dan &% ditolak, berarti aktu pemotongan dan konsentrasi larutan kolkisin tidak berpengaruh terhadap fase interfase pada pembelahan mitosis akar baang.
".2.2 Pr,&ase
Perlakuan 0C
2C
0C
@C
;aktu pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 jumlah
%
2
6langan -
#
Iumlah
.+@+ 0.00@@% +.#%@ .%#-% #.-#+@ ##.#+@-
--.#-#
2.+##%
#%#.2+%2
0.@2 @+.#++# %.@2- @.@+2- %.2-+2
%.+-+ #.#2@+ %.@0%
#+.0@%%2 #.+00# .#%
-@.@@2
2.2## %.-@+%# +.#2 -.@%2 0.@22+ @#.%0-
-2.#%%
@-.-+# @2.#+#2 @0.@-#2 #+.%@--% +.@@0# @.0-0
#%%.@-%%
#-.#02# #-.-02- 2.2%# 2.-#+2% .+# #.+2+#
2@.#@@
.@#-2% +.-0%0- @@.@0# .#2@0 @2.0#2 @0.2++@2
#0-.+2+
@.-##2 @@.+00% .-0++-
@%.+%% 0.@@ @.@22-
##%.@--
@%.%# +.0# @.@+2- @-.@0- @.@%##@ #.%22@
#0+.%2+
+.%2% 2.#2#+ .@0# +.2-2+ +.-%+2 +.0+
-@.0-
#.@@# 0.@+2 .%-%+ @%.-#0 @@.2#- .%+
--.-#2
@.2%+0% -.@# %.-2-+% @#-.02 @-.@2 @.02
4/ I/ 1$* I/ 6*$39$3 I/ P8:*$/6$3 I/ 9$*$
@-.%#+ @.+0-% @%.200+ #%%.200 @#+.%# @+@.#- @+%.-+ #@.-#
2+0+%0.@2+ %.0-%%%#2@ 2@.#++-%2@ -0.-+---%.0@0#2
$58* 2 $:$& /onsentrasi
Iumlah
pukul 2%.00 --.#-#+ -2.#%%-% #0-.+2@+ -@.0-@ %#.-2--
I/ /13S83:$S=
%2-#.22-
0C 2C 0C @C
;aktu pukul 2#.00 #%#.2+%2%0+ #%%.@-%%%2##%.@-2+@ --.-#%-# %%.#%+@@
pukul 0-.00 -@.@@2%#@ 2@.#@@-0+ #0+.%2+%@ #%%.200%#.%#
Iumlah %%0@.#+ %02.% %2#. %%%.+ #@.-#
I/ ;$/6 I/ =38:$/S= $58* S/ S/ ulangan perlakuan konsentrasi aktu interaksi galat total
db
++-.-%%## %-@@.##%
I/
%0 2 @%
/
4hit
2@.#++-%2@ -0.-+%2-#.22- ++-.-%%## %-@@.##% ---%.0@0#2 %.0-%%%#2@
4tab
.0++2 -0.-+- .0%#2 2.00#2 #%%.0@#% .+%+%@ 2.@+#-% #+.22- .-#+# -.%%% 2@.0+2% #.-%+ 2.-@++@ +.#-#020.0%#2-#
Uji Lanjut Konsentrasi •
6ji 53
53 (0,0) E t0,0(db galat) K
2 K / galat Iumlah perlakuan K jumlah ulangan
E 2,00-2#
K
2 K +,# -K
E 2.00-2#
K #.#2#
E .+20%% abel notasi 25%
350.8869 916
a
369.1661 0%
316
b
75%
387.2961 701
b
50%
418.1952 334
c
4hitung M 4tabel 0,0 , sehingga & 0 ditolak dan & % diterima, berarti ada pengaruh aktu pemotongan dan konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase profase pada pembelahan mitosis akar baang.
".2.3 #eta&ase
Perlakua n
;aktu
%
2
6langan -
#
Iumlah
0C
2C
0C
@C
pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 jumlah
%.2%2@+ .#@@%- %.2%2@+ %.2%2@+ %0.-%-%+ %-.22
-.+#2
%.2%2@+ .#-@ %.2%2@+ +.00 %.2%2@+ .+--
2.+-#
%.2%2@+ %.2%2@+ +.-# .%#0+ .-0%@2 %.2%2@+
2.0%@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .-20@% @.%+ %.2%2@+
%.%2+
#.@-%0% .-0-- #.@-%0% %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
%.@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
@.@@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ #.-22+-2
%0.@2+--
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .0%#%2 .+#%00+
20.@#
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .0+0@# .#@0 2#.@22+
#0.%#2
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
#.++%%+
%%.%02
%.2%2@+ %.2%2@+ #.%2#- @.20+%2% %.2%2@+ %.2%2@+
%.%
@.2 %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .2%+2 .-+@+% 22.%02+ 2.200# -%.+0## 2+.0%+ #-.+# #+.@#0%+ @#.#%-+ 2.0-+
4/ I/ 1$* I/ 6*$39$3 I/ P8:*$/6$3 I/ 9$*$
+0-.0@% %0@2.-%[email protected]%@ %@.+-# %%%2.2%
$58* 2 $:$& P6/6* /13S83:$S= 2%.00 0C -.+0 2C %.% 0C %0.@@C %%.%% I6"*$& @.- I/ /13S83:$S= .@2 I/ ;$/6 .#2 I/ =38:$/S= ++.0
;$/6 P6/6* 2#.00 2.+# %. 20.@ %.2 2.
P6/6* 0-.00 2.02 @.+ #0.% 22.% +.0-
I6"*$& . ##.+ @%.## #+.0 2.0
$58* S/ S/ ulangan perlakuan kombinasi konsentrasi aktu interaksi galat total
db %0 2 @%
I/ / 4hit 4tab %[email protected] 2@.#@ %@.+# %@.+ 0.+ 2.00 .@2 22.+% %.% 2.@@ .#2 #.2% 0.2% -.% ++.0 %+.+ %.00 2.- %%%2.22 %+. %0-.##
4hitung L 4tabel 0,0 , & 0 diterima dan & % ditolak, berarti tidak ada pengaruh aktu pemotongan dan konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase metafase pada pembelahan mitosis akar baang.
".2. Ana&ase
Perlakua n 0C
2C
0C
@C
;aktu pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 jumlah
%
2
6langan -
#
Iumlah
#.#%% %-.+-20+ @.#%@ .# %.2%2@+
%.-%#
#+.@00
.-2@#- %.2%2@+ %.2%2@+ %-.-+-- %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ -.02
.2%-2%% -0.@@--
+.2-#2 .-0%@2 #.#%#+2
2.-+
%.2%2@+ +.2@%2 .#+-@ .-20@% %.2%2@+ .%-0%02
-2.0-@#%
%.2%2@+ .-0-- #.@-%0% .%22# %.2%2@+ @.0#-@+
2#.#02
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
@.@@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
%%.0-+
%@.+%00
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .@2%-+ #.+22#+ %.2%2@+
%.#-@#
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ @.20+%2%
-.@#022
-.2+--@
%.0
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
#.++%%+
%%.%02
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ -.%#0@ -.-+-
%2.@@@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ .2%+2 -.%#0@ %#.22%%@ 22.+#% #0.-#%@ -%.@00 %.-02@ -2.++2% @2.+%2# 2%.+##
4/ I/ 1$* I/ 6*$39$3 I/ P8:*$/6$3 I/ 9$*$
+2.++%# 2@.++ %%0.+ %.@0#@ %20-.@ 20.# +22.++
$58* 2 $:$& ;$/6 P6/6* 2#.00 -0.@ 2#.# %.## %2.@ #.#
P6/6* 2%.00 #+.@% -2.0# %@.+% %%.%% %%0.@
/13S83:$S= 0C 2C 0C @C I6"*$& I/ /13S83:$S= %0++.%#20 I/ ;$/6 ++#.#--+@ I/ =38:$/S= -.0
$58* S/ S/ ulangan perlakuan kombinasi konsentrasi aktu interaksi galat total
P6/6* 0-.00 2.- @.+ %.0+ %#.22 .-
I6"*$& %0.# #.@ 2.## -.%% 2%.+
%#.% #%.#@
db %0 2 @%
I/ / 4hit %.@0 -%.%# 20. 2.0@ %.2 %#.% #.@2 2.+ #%.#@ 20.@%.2 -.0 %2.% 0.@@ +22.+@ %.# %0.0#
4tab
Uji Lanjut Konsentrasi •
6ji 53
53 (0,0) E t0,0(db galat) K
2 K / galat Iumlah perlakuan K jumlah ulangan
E NO2.00-2#%
K
E 2.00-2#%
K 2.-#-+
E .#+# Ta0el n,tasi
2 K %.# -K
2.00 2.@@ -.% 2.-
@ 0 2 0
%2.@0% a %@.#@# b 2%.2%@+ b -.%-02 c
4hitung M 4tabel 0,0, &0 ditolak dan &% diterima, berarti ada pengaruh aktu pemotongan dan konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase anafase pada pembelahan mitosis akar baang.
".2." Tel,&ase
Perlakuan 0C
2C
0C
@C
;aktu pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 pukul 2%.00 pukul 2#.00 pukul 0-.00 jumlah
% %.2%2@+
2
6langan -
#
Iumlah
%+.+0@ @.#%@ +.@-%#@ 22.0@-% 2.0+0
.##2
%.2%2@+ .#-@ %.2%2@+ %-.-+-- %.2%2@+
.2%-2%%
-%.++#
@.#0+- @.#%@ .-+@@ %0.@#% .-0%@2 %.2%2@+
-.%00
%.2%2@+ %-.-@- .#+-@ .+@-# 22.0@-% 2.0+0
@@.-+
%2.0#- +.2+#% #.@-%0% %.2%2@+
%2.22+
.%#-
.+%@@@ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+
%2.0+%@
-.2+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ @.0%2
%.2++
-.2+ %.2%2@+ %.2%2@+ #.@#@22 %.2%2@+ @.++0#%
20.2##-
%.2%2@+ %.2%2@+ #.--2+
%0.222 .2+-2#% .@%0+-
2.%2#%+
%%.%#%+ +.+0##2 %0.-
.+%@
%.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ %.2%2@+ -.%#0@ -.-+-
%2.@@@
%.2%2@+ %#.-2-
+.@@
%.0%2
@.2 .@-# .0@0@ .2+ +.%@#+ %2.%#2+ #@.-+ #.%%# -.00@% %.%#@ @+.2- ++.@#00@ %22.+@ #.0-+
4/ I/ 1$* I/ 6*$39$3 I/ P8:*$/6$3 I/ 9$*$
-2@.#+@ 2.-@ --.0- %%#0.+2 -#@-.#+
$58* 2 $:$& P6/6* /13S83:$S= 2%.00 0C .# 2C @@.-+ 0C %.2+ @C .+ I6"*$& 2-@.%% I/ /13S83:$S= I/ ;$/6 I/ =38:$/S= $58* S/ S/ ulangan perlakuan kombinasi konsentrasi aktu interaksi galat total
;$/6 P6/6* 2#.00 -%.++ .%+ 20.2# %2.@ %2%.20
P6/6* 0-.00 -.% %2.%0 2.%2 #@. %2.@2
I6"*$& %@.0 %#.@ #. %%@.# #.0#
2-.02 -.-0 0%.@
db %0 2 @%
I/ / --.0# @.2% %%#0.+ %%#.0+ 2-.02 +#.-# -.-0 %@.% 0%.@ %00.-% -#@-.#+ 2.00+%.-%
4hit %.# %.2 2.@ %.2
4tab 2.00 2.@@ -.% 2.-
4hitung L 4tabel 0,0, &0 diterima dan &% ditolak, berarti tidak ada pengaruh aktu pemotongan dan konsentrasi larutan kolkisin terhadap fase telofase dari pembelahan mitosis akar baang.
BAB 6I PE#BAHA(AN
/olkisin merupakan senyaa kimia dapat menghalangi pembentukan benang spindle pada aktu mitosis sehingga sel'sel baru yang terbentuk jumlah kromosomnya berlipat ganda (&ayati dkk., 20%2). *ebih lanjut 8rnaiati (200) menjelaskan baha senyaa ini mampu menghentikan pembelahan sel (antimitosis), yaitu dengan cara menghambat pembentukan benang gelendong sehingga sel tidak dapat ditarik ke kutub berlaanan dan kromosom menyebar dalam sel, pembentukan membran sel baru terhambat dan akhirnya membentuk sel dengan jumlah kromosom meningkat atau bersifat poliploid. Pemberian kolkisin yang semakin tinggi berpengaruh terhadap tingkat kecepatan pembelahan mitosis. $rtinya semakin tinggi konsentrasi larutan kolkisin yang diberikan maka pembelahan mitosis akan semakin terhambat pula. *ebih lanjut semakin tinggi konsentrasi kolkisin yang diberikan maka semakin banyak pula sel'sel yang terhambat pembelahan mitosisnya. etapi pada berdasarkan analisis data kami peroleh pada proyek ini, dapat diketahui baha pemberian perlakuan berbagai konsentrasi larutan kolkisin pada akar baang merah ( Allium cepa) yaitu 0 ppm, 2 ppm, 0 ppm, dan @ ppm tidak memberikan pengaruh yang signifikan kecuali pada profase dan anafase. Selain itu berdasarkan analisis data pula pengaruh aktu pemotongan terhadap pembelahan akar baang merah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelahan mitosis yaitu pada interfase, metafase, dan telofase. idak berpengaruhnya kolkisin ini mungkin dapat disebabkan karena tumbuhan baang merah itu sendiri mempunyai karakteristik tertentu yang mampu membuatnya tahan terhadap kolkisin. $nggraito (200#) menjelaskan baha setiap tanaman memiliki karakteristik pelindung biji yang khas, sehingga kemampuan kolkisin untuk menembus lapisan pelindung biji akan sangat bervariasi. 4aktor konsentrasi kolkisin (dalam
ppm) yang terlalu rendah juga
berpengaruh. &al ini menyebabkan kolkisin tidak bekerja efektif dalam menghambat pembelahan mitosis. /olkisin yang konsentrasinya rendah ini tidak
dapat mengikat dimer tubulin dan Q sehingga masih terjadi metafase, anafase dan telofase di beberapa ulangan. Seharusnya untuk mencapai anafase bahkan telofase sangat sulit bagi sel apabila telah diberi perlakuan kolkisin.
/isaran
konsentrasi kolkisin murni yang sering digunakan untuk menginduksi poliploid adalah 0.00-C (Setyoati dkk., 20%-). Sedangkan menurut Suminah dkk., (2002) umumnya kolkisin akan bekerja efektif pada konsentrasi 0,0%'%C untuk jangka aktu '@2 jam, namun setiap jenis tanaman memiliki respon yang berbeda'beda. Selain faktor rendahnya konsentrasi larutan kolkisin, dapat pula terjadi karena kesalahan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan pengamatan. /esalahan tersebut juga tak lepas dari kurang fokusnya mikroskop yang digunakan sehingga terjadi salah penafsiran saat melihat fase'fase pembelahan mitosis pada akar baang merah. /esalahan menggunakan bahan'bahan lain mungkin juga dapat mempengaruhi. Salah satunya yaitu kurang telitinya praktikan saat memindahkan akar baang merah dari alkohol @0C ke &!l % ". &al ini terjadi saat pengambilan akar menggunakan pinset yang tidak dicuci terlebih dahulu sebelum menggunakannya untuk larutan lain.
BAB 6II PENUTUP
.1 !esimulan %. /olkisin memberikan pengaruh pada fase profase dan anafase. 2. /olkisin tidak memberikan pengaruh signifikan fase interfase, metafase
dan telofase. &al ini dikarenakan karakteristik baang merah yang tahan terhadap kolkisin dan konsentrasi yang terlalu sedikit. -. ;aktu pada fase interfase, metafase dan teofase tidak berpengaruh. Sedangkan pada profase dan telofase menunujukkan ada pengaruh. #. idak ada pengaruh interaksi aktu pemotongan dan konsentrasi kolkisin terhadap fase'fase mitosis akar baang merah. . Salah satu faktor yang juga menyebabkan tidak berpengaruhnya interaksi aktu pemotongan dan konsentrasi kolkisin disebabkan oleh kesalahan paktikan dalam melaksanakan proyek. .2 (aran
%.
Sebaikanya praktikan lebih teliti lagi dalam melaksanakan proyek sehingga tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
2.
Sebaiknya praktikan lebih memahami fase'fase mitosis agar tidak terjadi salah penafsiran dalam melaksanakan praktikum.
-.
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengalisis data sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menghitung.
DA-TAR RU'U!AN
$li
=Gbal. 20%0. Fase itosis A!ar "a#an$ ( Allium cepa). ( httpDDbiologi.unnes.ac.idDebRbioDfavicon.jpg) (online), diakses - $pril 20%#. $nggraito . 6lung. 200#. %dentl&l!asl "erat' iameter' an e*al a$in$ "uah elon (Cucumis elo' L.) Kulti+ar Action ,3, etraploid A!l*at -erla!uan Kol!lsln. Iurusan 5iologi 9d.
PENARUH 8A!TU PE#TNAN DAN !N(ENTRA(I LARUTAN !L!I(IN TERHADAP PE#BELAHAN #IT(I( A!AR BA8AN #ERAH * Allium cepa+
LAPRAN PR:E!
1leh /elompok % D 1ffering ! angkatan 20%2 8ka 5udiarti 3engseh (%20-#%#2%+#) 3ariya 6lfa $li (%20-#%#2%+--) 3urul =ka 3oviyanti (%20-#%#0002)
he Learnin$ Uni+ersity
UNI6ER(ITA( NEERI #ALAN -A!ULTA( #ATE#ATI!A DAN IL#U PENETAHUAN ALA# 'URU(AN BILI
Aril 251 Lamiran
konsentrasi 0 ppm, bidang pandang %, ulangan -, jam 00.00 ;=5 konsentrasi 0 ppm, bidang pandang -, ulangan -, jam 00.00 ;=5
konsentrasi @ ppm, bidang pandang %, ulangan , jam 2%.00 ;=5
konsentrasi 0 ppm, bidang pandang %, ulangan 2, jam 2%.00 ;=5