1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perawat gigi merupakan salah satu tenaga kesehatan pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Ruang lingkup kerja perawat gigi berdasarkan keputusan menkes nomor 378/ menkes/ sk/lll/2007 tentang standar profesi perawat gigi yaitu promotif, preventif, dan kuratif. Keputusan menteri kesehatan no. 284 tentang standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, perawat gigi memiliki standar pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien umum dan rawat inap. Perawatan atau pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien rawat inap ini diperlukan karena pasien rawat inap juga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik promotif, preventif
maupun
pengobatan darurat untuk mengobati mengobati rasa sakit. Keperawatan di Rumah Sakit mempunyai peranan penting dan strategis misalnya sebagai care give. Salah satu tindakan personal hygiene yang diberikan perawat pada pasien rawat inap yaitu pemeliharaan oral hygiene (Hidavat dan Ulivah, 2005). Oral hygine merupakan tindakan yang bertujuan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah, dan mukosa mulut, mencegah infeksi, dan melembabkan membrane mulut dan bibir (Tavlor et al, 2008). Tindakan pemeliharaan oral hygiene dilakukan supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan pasien selama berada dirumah sakit. Tindakan pemeliharaan oral hygiene dapat dilakukan oleh pasien yang
2
tidak mampu mempertahankan kebersihan gigi dan mulut secara mandiri, harus dipantau sepenuhnya oleh perawat (Hidavat dan Ulivah, 2005). Tindakan promotif dengan edukasi kesehatan gigi dan mulut terhadap pasien rawat inap dengan diagnose febris. Demam (febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isserbacher dkk, 1999). Menurut Eliastam dkk (1998), gejala yang menyertai demam diantaranya berupa menolak untuk makan, muntah, dan rewel. Keadaan tubuh sehat adalah suatu harga mutlak yang harus dimiliki olehseorang manusia. Manusia dapat melaksanakan segala aktivitasnya dalamkeadaan sehat. Keadaan sehat juga dapat mempengaruhi kondisi psikisseorang manusia, sehingga keadaan sehat juga berpengaruh dalam jasmanidan rohani manusia dalam hidup. Namun sesuai kodrat yang asalnya dariAllah SWT sang maha pencipta, manusia tidaklah selalu merasakan sehatdalam hidupnya. Keadaan sakit dapat menerpa siapapun manusia tersebut(Aziz, S, 2008).Penyakit dapat didefenisikan sebagai perubahan pada individu-individuyang menyebabkan parameter paramet er kesehatan mereka berada dibawah kisaran normal. Dalam kisaran yang sebenarnya penyakit tidaklah melibatkan perkembangan suatu bentuk bentuk kehidupan yang benar benar baru. Penyakitmerupakan suatu bentuk kehidupan dari agen luar
yang
akan
mengganggukehidupan
tubuh
manusia.
Terdapat
bermacam-macam penyakit di dunia ini.Terpadat macam-macam pula
3
gejala yang menandai tubuh terinfeksi olehsuatu penyakit salah satunya demam (Price et al, 2005). Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuhmelawan infeksi. Oleh karena adanya demam inilah tubuh dapat secara pelan-pelan mencoba untuk menghancurkan agen agen patogen yang akanmenginvasi tubuh (Anonim,A., 2008). Oleh karena pentingnya demam sebagai respons protektif tubuh terhadapagen luar maupun
sebagai
gejala
suatu
penyakit
inilah,
maka
penulis
akanmembahasnya didalam laporan tutorial yang berjudul Peran Demam Sebagai Gejala Tubuh Terhadap Invasi Agen Patogen Asing B. Tujuan a. Tujuan umum
Memberikan pelayanan asuhan perawatan gigi dan mulut berupa pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut melalui pendekatan promotif dan preventif pada pasien febris di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh. b. Tujuan khusus
-
Untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut pada pasien febris di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh.
-
Untuk mengetahui pengertian febris.
-
Untuk mengetahui penyebab febris.
-
Untuk mengetahui manifestasi klinis pasien febris
-
Untuk mengetahui kelainan gigi dan gusi pada pasien febris.
4
-
Untuk mengetahui kondisi gigi dan mulut pasien febris di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh.
C. MANFAAT
-
Dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada pasien febris di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh.
-
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien febris di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. FEBRIS
1. Pengertian febris Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih.Ada
juga
yang
yang
mengambil
batasan
lebih
dari
37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000). Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003). Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain : a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
6
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti
oleh
kenaikan
suhu
seperti
semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
7
suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
2. PENYEBAB FEBRIS
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
8
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
3. MANIFESTASI KLINIS FEBRIS
Adapun tanda dan gejala demam antara lain : 1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 40 C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan
kedalaman
pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit
9
yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000). B. Kesehatan gigi dan mulut
Gigi tidak hanya memiliki fungsi untuk mengunyah makanan tapi juga memiliki fungsi ekstetika yang menunjang kecantikan. Karenanya, sangat perlu untuk menjaga kebersihan dan kesehatannya. Jangan sampai gigi rusak akibat kurang dijaga kebersihannya. Kerusakan pada gigi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh lain. Komplikasi penyakit yang menjalar ke organ lain akibat gangguan kesehatan pada gigi sering ditemukan. Untuk itu, kesehatan gigi harus benar-benar diperhatikan. Sebaiknya merawat gigi sejak dini. Jangan menunggu gigi bermasalah baru kemudian mengunjungi dokter gigi. Gigi yang dirawat sejak dini akan lebih sehat dan bebas dari masalah-masalah dan gangguan kesehatan gigi saat kita dewasa. Gigi yang putih belum tentu sehat. Gigi yang sehat haruslah ditunjang dengan gusi dan akar yang kuat. Sebenarnya, untuk mendapatkan gigi yang sehat, tidak membutuhkan usaha yang sulit. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut:
Menyikat gigi setiap sehabis makan dengan cara yang baik.
Usahakan menjangkau dan membersihkan seluruh permukaan gigi.
Menggunakan sikat gigi yang baik, yang lembut dan tak melukai gusi.
10
Menggunakan pasta gigi yang mengandung zat-zat yang diperlukan, misalnya fluoride dan kalsium.
Menggunakan obat kumur sehabis menggosok gigi untuk mematikan bakteri yang teringgal di sela-sela gigi.
Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin serta makanan yang manis dan lengket di gigi.
Mengonsumsi air putih yang cukup dalam sehari.
C. Patogenesis Patogenesis Terjadinya Kelainan Gigi Dan Gusi Pada Pasien Febris
a.
Gigi berlubang (karies) Ternyata gigi yang berlubang, bila tidak dirawat, lama kelamaan akan
menjadi gigi busuk, artinya sudah mati saraf yang terletak di ruang gigi ( pulpa) pulpa) dan tidak mendapat aliran darah dari tubuh, didunia Kedokteran gigi disebut Gangrene disebut Gangrene Pulpa atau Pulpa atau Gangrene Radix, Radix, bila tinggal sisa akar atau orang jawa menyebut tunggak gigi. gigi. Pada keadaan tubuh kita sudah letih, maka menyebabkan kondisi tubuh menurun dan tidak fit tidak fit . Hal ini akan menyebabkan suhu tubuh menjadi naik atau panas selama berhari-hari. Bahkan penderita harus opname karena panas, yang ternyata disebabkan infeksi gigi pada gigi berlubang.
b.
Gingivitis
11
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva). Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan flosing (membersihkan gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada di sepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah atau di sekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. c. Bau mulut (halitosis) Bau mulut umum terjadi pada semua demam. Bahkan demam akut dapat menyebabkan bau mulut. Bau mulut yang parah akan muncul pada kasus tifoid. Penyakit infeksius lainnya seperti tuberculosis dan AIDS akan menyebabkan bau mulut. Pada pasien rawat inap Pasien yang terus berbaring di tempat tidur akan menderita bau mulut dikarenakan lapisan kotor yang tebal di lidah. Asupan air juga dibatasi pada pasien ini. Regurgitasi makan memperburuk keadaan ini. Karena mereka juga jarang bicara, maka udara yang masuk ke rongga mulut juga berkurang, ini menyebabkan kondisi yang baik bagi bakteri anaerob untuk aktif. d. Karang gigi (Calculus) Umumnya plak dan karang gigi menumpuk di celah antara gigi dan gusi. Ini akan memberikan perlindungan bagi sisa makanan dan bakteri pada pasien febris. Ketika pasien dirawat membuat pasien malas untuk
12
menyikat gigi karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi pasien, sehingga mudah terjadinya karang gigi.
13
BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN FEBRIS DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
ssessme ent) A. Pengkajian ( A ssessm
a. Identitas pasien Data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medic, dan catatan keperawatan. Pasien yang dirawat inap bernama Nora Adhelina berusia 10 tahun, berjenis kelamin perempuan,pasien beragama islam, ia berasal dari Ateuk kab. Aceh Besar, Orang tua pasien bernama M. Fajar. b. Keluhan pasien Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 16 Januari 2016, dengan keluhan demam, batuk, pilek, sakit perut, BAB cair selama 4 hari. Berdasarkan diagnose keperawatan pasien menderita febris. Berdasarkan keluhan utama pasien yang berhubungan dengan gigi dan mulut pasien menyatakan gigi geraham atas kanan sering menyangkut makanan.
c. Pemeriksaan rongga mulut -
Pemeriksaan extra oral
Tidak ada kelainan dan tidak ada keluhan
14
-
Pemeriksaan intra oral
Terdapat karies pada gigi geraham atas kanan
Bibir kering dan pecah-pecah
Gusi berwarna merah dan beberapa bagian mengalami resesi
Bau mulut
Karang gigi
B. Diagnosa Keperawatan Gigi
a.
KME pada gigi 1.6
b.
Gingivitis
c.
Halitosis
d.
Calculus
C. Rencana Perawatan
Pasien
akan
diberikan
penyuluhan
mengenai
pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar dengan kontak waktu yang telah disepakati oleh perawat gigi dan pasien yang ditemani oleh CI dari ruang anak RSIA Banda Aceh. Setelah mendapatkan kesepakatan, perawat gigi memberikan penyuluhan kepada pasien dalam jangka watu 15 menit, sesuai waktu yang telah disepakati bersama.
D. Implementasi
Memberikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diantaranya :
15
a. Memberikan instruksi untuk menyikat gigi 2 kali sehari dengan cara yang baik dan benar . b. Memberikan informasi mengenai penyebab, akibat, pengertian dan akibat lanjut dari karies gigi, karang gigi, gingivitis dan halitosis . c. Memberikan instruksi untuk menggunakan obat kumur supaya gusi tetap sehat. d. Memotivasikan pasien untuk membiasakan minum air putih yang cukup terutama sebelum tidur dan setelah bangun tidur supaya kondisi bibir tetap normal.
E. Evaluasi
a.
Promotif Tingkat pengetahuan pasien tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan ada perubahan dan kemajuan, pasien sudah mengetahui bagaimana cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ketika ditanyakan oleh perawat gigi setelah diberikan penyuluhan.
b.
Preventif Kemampuan pasien dalam memperagakan teknik menyikat gigi yang baik dan benar sudah meningkat setelah diberikan penyuluhan mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar dan pasien mampu melaksanakannya.
16
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN
Radang merupakan respons tubuh terhadap injuri pada jaringan atau organ yang melibatkan persarafan, vaskularisasi, cairan tubuh dan reaksi seluler di daerah terjadinya injuri. Infeksi merupakan bagian dari peradangan yang
ditandai
dengan
adanya
mikroorganisme
dalam
jaringan.
Inflamasi pada rongga mulut dapat diakibatkan oleh flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen. Pada kasus dalam pemicu, Nora Adhelina mengalami demam ( febris), disamping itu ia juga mengalami peradangan pada gigi dan mulut yang berupa lubang gigi (karies), gingivitis, halitosis dan karang gigi. B. SARAN
1. Diharapkan pasien febris dapat selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. 2. Diharapkan pasien febris dapat selalu mengontrol gigi dan mulut nya selama 6 bulan sekali ke dokter/klinik gigi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc. Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC. Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi kedokteran. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika, 2005: 433-442. Nasution MI, Rasyid LU. Mikrobiologi umum. Medan: USU Press, 2009: 194200. Vianzto. Karies gigi. http://vianzto.multiply.com/journal/item/9 <11 Maret 2010> Medicastore.Karies gigi.http://medicastore.com/penyakit/140/Karies_Gigi_Kavit asi.html. < 11 Maret 2010>. Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan Adhy, Djimantoro B. Ilmu Patologi.. Jakarta: EGC, 2003: 81-98.