LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR
NAMA : A N D R I KELAS :G111 11 025 KELOMPOK : 1 ASISTEN : AMAL HIDAYAT
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Setiap tahun ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia. Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi pangan bagi kehidupan. Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia terus merosot (Skoog 1962). Penggunaan membahayakan
pupuk
bagi
organik
kehidupan.
tidak
meninggalkan
Pengaplikasiannya
residu
mampu
yang
memperkaya
sekaligus mengembalikan ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman (Skoog 1962). Nilai tambah dari penggunaan Pupuk Organik. bersama
hasil
mempunyai
produk
nilai
jual
pertanian yang
dengan
lebih
tinggi
Bahwa seperti diketahui
menggunakan dibanding
pupuk
dengan
organik pertanian
anorganik (pupuk buatan pabrik), apalagi dipadukan dengan penggunaan pestisida organik dimana produknya dikenal sebagai “Beras organik non pestisida” , mempunyai harga jual hampir dua kali dari produk pertanian anorganik.
Meskipun segmen pasarnya masih tertentu , misalnya jaringan
perhotelan, supermarket dengan pelanggan orang asing , restoran restoran dll. (Razdan ,1983). Maksud dilaksanakan
pembuatan pupuk organik cair adalah untuk
meningkatkan kepedulian dari berbagai pihak akan pentingnya pupuk organik cair yang berkelanjutan dalam mengurangi pemanasan global dan untuk mencapai pembangunan Indonesia
yang
bersih
(Clean
Development
Mechanism)
(Skoog 1962). 1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik-teknik pembuatan pupuk organik cair, mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembutan pupuk organik.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah mengurangi dampak pemanasan global, meningkatkan absorbsi gas CO2, SO2 dan polutan lainnya. meningkatkan upaya konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan limbah tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi haratersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tenpupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organikadalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahanorganik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melaluiproses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakanmensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologitanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukankepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya;nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik (Skoog 1962).. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik makadiklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soilameliorant
menurut
SK
Mentan
adalah
bahan-bahan
sintesis
atau
alami,organik atau mineral.Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupukkandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dansabut
kelapa),
limbah
ternak,
limbah
industri
yang
menggunakan
bahanpertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan darilimbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dancacing tanah.Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hi jau maupunhanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelahbagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagaicontoh pupuk hijau ini adalah sisa – sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Serta sisa kulit buah-buahan seperti sabuk kelapa. (Skoog 1962).. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulangtulang,darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahanpertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbahpengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dansebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kotayang berasal dari tanaman,
setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidakdapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas.Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semuakelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyediahara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilahini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yangsudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam buku ini dapatdidefinisikan
sebagai
inokulan
berbahan
aktif
organisme
hidup
yangberfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya haradalam tanah bagi tanaman (Razdan ,1983). Memfasilitasi tersedianya hara ini dapatberlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnyaoleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah.Penyediaanhara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis.Secarasimbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengankebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melaluipenyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, danhasil
perombakan
bahan
organik
oleh
kelompok
organisme
perombak.Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dancendawan mikoriza (Razdan ,1983). Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanamankehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanyabersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikul erabuskuler (Razdan ,1983). ,
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksankan di Ex-FARM Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Pada Hari Rabu 11 April 2012, Pukul 16.00 WITA sampai selesai. 3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pembuatan pupuk organic cair ini adalah ember, lakban/perekat, alat pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sabuk kelapa, sabun colek, EM-4 dan gula merah. 3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah : 1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2) Masukkan sabuk kelapa kedalam wadah/ember kemudian campurkan dengan air sesuai dengan kapasitas ember/wadah yang digunakan ± 5 liter air. 3) Aduk sabuk kelapa hingga merata dan campurkan EM-4 dan gula secukupnya kemudian aduk kembali hingga merata. 4) Setelah diaduk, tutup ember/wadah tersebut kemudian olesi dengan sabun colek agar terhindar dari gangguan lalat 5) Tunggu hingga 2 minggu kemudian, sehingga pupuk cair siap untuk digunakan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
4. 2 Pembahasan
Gambar 1 dan 2 adalah gambar yang memperlihatkan pengadukan sabuk kelapa yang telah ditambahkan dengan air. Setelah diaduk selama beberapa menit, sabuk kelapa lalu ditambahkan dengan bioaktivator. Bioaktivator ini berguna untuk mempercepat proses pengomposan dengan cara menggunakan mikrobamikroba yang berfungsi untuk mendegradasi limbah padat organik menjadi cairan halus.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rohendi (2005), bahwa Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih
yang memiliki
kemampuan
padat
contohnya:
tinggi
dalam
mendegradasi
Trichodermapseudokoningii,
limbah-limbah
organik,
CytopagaspTrichodermaarzianum,
Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat
dipercepat
hingga
2
minggu
untuk
bahan-bahan
lunak/mudah
dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan. Gambar 3 memperlihakan pemberian gula merah, pemberian ini sekitar 200ml, diberikan kedalam larutan. Fungsi dari larutan gula merah ini sebagai makanan awal bagi mikroba yang akan bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat pupuk organik cair. Ketiga gambar ini menjelaskan mengenai faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik cair. Hal ini didukung oleh pendapat Parnata, Ayub.S, (2004), bahwa Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti sabuk kelapa dan kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Pada gambar 4 terlihat perlakuan dengan menutup larutan dengan penutup ember lalu dilapisi dengan isolasi dan sabun colek. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu larutan agar tetap terjaga sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan baik.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik yang ada disekitar kita, seperti sampah sisa rumah tangga, ataupun sampah hasil pemangkasan tanaman. 2) Penggunaan pupuk organik cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu : o
Memupuk tanaman
o
Menyiram tanaman, dan
o
Mengobati tanaman
3) Pupuk organik cair merupakan olahan dari bahan-bahan sederhana namun kaya akan unsur hara dari limbah rumah tangga seperti sabuk kelapa yang ramah lingkungan serta memiliki nilai jual yang tinggi apabila dikelola dengan baik untuk kesejahteraan petani. 5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diberikan saran sebaiknya pembuatan pupuk organik dapat sering-sering disosialisasikan pembuatan maupun penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta:AgroMedia.Hal 36-38 Parnata, Ayub.S. (2004). Pupuk Organik Cair . Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18. Razdan ,1983. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005. Skoog, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (1962). Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2. Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius.