Cara membuat PUPUK PHONSHA CAIR 1. 1 kg SP 2. 1 Kg KCL 3. 2 Kg NPK PHONSHA Aduk dengan 8 liter air.....kemudian larutkan dengan 160 air bersih ....langsung diaplikasi 20 hari pertama, 40 dan 80 hari ...untuk tanaman cabe BA metomil ....isektisida untuk kubis Pemupukan Tanaman Kubis Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr, ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 g) diberikan sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N (Urea 2 gr dan ZA 4,5 gr/tanaman) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu. Manfaat Bunga Sipaet-paet atau bunga Japang
Tithonia difersifolia~ Bunga Sipaet-paet - bunga matahari liar rondo noleh - bunga japang - paitan. Tanaman ini paling banyak di Bonapasogit apalagi Di Humbang Hasundutan mari kita lebih manfaatkan lagi. Biomassa daun tanaman paitan mempunyai kandungan nutrisi dan dikenal sebagai sumber potensi nutrisi bagi tanaman budidaya. Menurut analisis proximat, Dalam 100 g biomassa segar tanaman paitan mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, diantaranya 3,5% N, 0,37% P, dan 4,1% K. Tanaman paitan juga mempunyai laju dekomposisi yang cepat. Pelepasan N terjadi sekitar 1 minggu dan pelepasan P dari biomassa tanaman terjadi sekitar 2 minggu setelah dimasukkan ke dalam tanah. Selain itu dalam tumbuhan ini juga terkandung hormon giberlin (hormon perangsang tumbuh yang juga banyak terkandung dalam bonggol pisang, rebung bambu dll), sitokinin (hormon perangsang pembelah sel yang terkandung dalam keong), auksin (hormon yang merangsang pembentukan buah atau bunga yang biasanya terdapat pada bluluk, atau sabut kelapa), dan cendawan micorhiza vesicular-arbuscular (VAM) yang mampu melepaskan unsur fosfor dalam tanah yang terikat oleh aluminium (ALPO₄), Besi (FePO₄), Dan Mangan (MnPO₄),
Tanaman paitan khususnya pada bagian daun selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk tanaman, juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Tanaman paitan mengandung bahan beracun yang disebut asam palminat. Senyawa asam palminat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Cara masuk pestisida ini kedalam tubuh serangga bisa secara kontak maupun perut (oral). Tukimin (2002) menyebutkan bahwa pada konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama.
PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN “KOSAMBIRAMPISTA” (Kompos kotoran sapi dan kambing, jerami, pistia dan paitan) OLEH : RIZKI RAMADHANI 0810480085 KELAS : A
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, tanah mempunyai arti yang sangat penting dilihat dari kemampuannya untuk menyediakan unsur hara/makanan bagi tanaman dengan jumlah yang tepat sehingga dapat menghasilkan produk yang optimum. Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif bagi tanaman. Tanah yang baik bagi pertanian adalah tanah yang subur, menyangkut sifat tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, memiliki tata air dan udara yang baik sesuai dengan kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tetapi, untuk memperoleh produktivitas yang tinggi pada pertanian tidak hanya dibutuhkan kesuburan tanah tetapi bagaimana seorang petani mampu mengolah lahannya dan mengatur ketersediaan unsur hara yang ada. Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan. Pemupukan adalah pemberian bahan kepada tanah untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah, serta mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dengan tujuan mendapatkan produktivitas pertanian yang maksimal. Di masa sekarang ini banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik karena kepraktisannya. Mereka belum banyak menyadari bahwa pupuk anorganik justru bisa menurunkan kualitas tanah dan produktivitasnya di masa mendatang jika pemakaiannya berlebihan. Selain itu masalah lain dari pupuk anorganik adalah harganya yang relatif mahal, serta ketersediaannya yang kadang menyulitkan petani hingga terjadi kelangkaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengubahan pola penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompos. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibuat dari bahanbahan organik seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa pertanian seperti hasil pangksasn sisa tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum), jerami padi, sampah kota, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-hijauan, dan limbah industri. Kompos yang saya buat yaitu dari bahan-bahan campuran antara kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, kayu apu, serta daun paitan yang
dinamakan ”KOSAMBIRAMPISTA” dimana semua bahan memiliki kandungan unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K. Kompos yang berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga serta ketersediaan haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya banyak dalam pembuatannya. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan pupuk kompos ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Menghasilkan pupuk yang berkualitas (mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman) sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah Memberdayakan kehidupan masyarakat khusunya peternak sapi dan kambing dengan memanfaatkan produk sampingan (feses) bila dilakukan dalam skala besar Menghindarkan pencemaran lingkungan dan limbah sampingan berupa feses di peternakan itu sendiri dan lingkungan sekitar Memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah Menambah nilai guna kayu apu yang notabene gulma dimana sebelumnya dianggap selalu merugikan menjadi bahan organik dan kaya unsur hara N Memanfaatkan jerami padi yang kaya unsur K untuk dikembalikan lagi dalam bentuk kompos sehingga unsurnya tidak hilang karena dibakar Memanfaatkan tanaman liar paitan yang kaya unsur P Dari bahan-bahan yang ada tersebut, maka dihasilkan pupuk majemuk yang memiliki unsur hara makro lengkap yaitu N, P dan K tetapi prosentasenya belum diketahui dengan pasti BAB II WAKTU DAN TEMPAT PEMBUATAN
1.
Pemilihan Bahan
Waktu
: 28 September 2009
Tempat : Gazebo Tanah sewaktu Tutorial Pupuk dan Teknologi Pemupukan Ket : Bahan yang dipilih yaitu kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, kayu apu (Pistia stratiotes L.), dan daun paitan (Tithonia diversifolia)
2. Pengumpulan Bahan Waktu
: 12-24 Oktober 2009
Tempat : kebun percobaan UMM, area persawahan di belakang UIN (daerah Joyogrand), Green House UMM Ket
: Kotoran sapi diambil di kebun percobaan UMM Kotoran kambing diambil di kebun percobaan UMM Jerami padi diambil di kebun percobaan UMM Daun paitan diambil dari area Green House UMM Kayu apu diambil di area persawahan di belakang UIN (daerah Joyogrand) dan kebun percobaan UMM
3. Pengeringan/penjemuran bahan Waktu : 19-25 Oktoberr 2009 Tempat
: Green House UMM
Ket
: bahan yang dijemur adalah kayu apu (Pistia stratiotes L.)
4. Pencacahan bahan Waktu : 30 Oktober2009 Tempat
: Watu Aji No. 1 Malang
Ket
: jerami padi , kayu apu, dan daun paitan dicacah ± 2 cm
5. Pembuatan kompos / pemrosesan Waktu : 1 November 2009 Tempat
: Green House UMM
Ket : semua bahan dicampur jadi satu, diatur kelembabannya, disemprot rata dengan dekomposer EM4, lalu dimasukkan dalam plastik hitam untuk pengomposan 6. Pengamatan rutin, pengukuran suhu, pH, kelembaban serta kegiatan pembalikan Waktu : selama kompos diproses ± selama 2 bulan (November – Desember) Tempat
: Green House UMM
Ket : pengamatan rutin dilakukan untuk menjaga pemrosesan kompos berjalan dengan baik. Pengamatan terdiri dari pengukuran suhu yang dilakukan seminggu sekali, pengukuran kelembaban, serta pembalikan agar proses pengomposan merata 7. Pengayakan kompos Waktu : 15 Desember 2009 Tempat
: Green House UMM
Ket : kompos yang sudah matang lalu diayak untuk mendapatkan partikel yang sama kemudian dikemas dalam plastik kemasan 5kg 8. Pengemasan kompos jadi Waktu : 20 Desember 2009 dan 12 Januari 2010 Tempat
: Watu Aji No. 1 Malang dan UPT Kompos Tanah
Ket : pengepresan kemasan plastik kompos dilakukan di UPT Kompos Tanah Universitas Brawijaya 9. Uji perkecambahan / uji kualitas kompos Waktu : 5 – 12 Januari 2010 Tempat
: Jl. Watu Aji No. 1 Malang
Ket : uji perkecambahan untuk membuktikan kualitas kompos yang saya buat BAB III BAHAN Bahan yang digunakan dalam pembuatan “KOSAMBIRAMPISTA” ini adalah dari kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, kayu apu (Pistia stratiotes L.), serta daun paitan (Tithonia diversifolia) . Adapun dasar pemikiran dari pemilihan bahan tersebut yaitu : 1. Kotoran sapi Kotoran sapi merupakan pupuk dingin dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung perlahan-lahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas, tapi keuntungannya unsur-unsur hara tidak cepat hilang. (Lingga, 2006)
Berikut komposisi unsur hara pupuk dari kotoran sapi :
Wujud
bahan (%)
H2O
N
P2O5
K2O
(%)
(%)
(%)
(%)
Padat
70
85
0,40
0,20
0,10
Cair
30
92
1,00
0,20
1,35
Total
–
86
0,60
0,15
0,45
(Sutedjo, 2002) 2. Kotoran kambing Berbeda dengan kotoran sapi, kotoran kambing merupakan jenis pupuk panas dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung cepat. Jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif disertai pembentukan panas. (Lingga, 2006) Kotoran kambing mempunyai komposisi unsur hara sebagai berikut : Wujud bahan
H2O
N
P2O5
K2O
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Padat
67
60
0,75
0,50
0,45
Cair
33
85
1,35
0,05
2,10
Total
–
69
0,95
0,35
1,00
( Sutedjo, 2002) v Alasan menggunkan kotoran sapi dan kambing Campuran dari kedua kotoran ternak tersebut jelas akan memperkaya kandungan unsur hara pada kompos. Baik pada kotoran sapi maupun kotoran kambing merupakan bahan yang mempunyai kandungan unsur hara lengkap dengan proporsi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Selain mengandung unsur-unsur makro (Nitrogen, Fosfor, Kalium) juga mengandung unsur-unsur mikro (kalium, Magnesium, serta sejumlah kecil mangan, tembaga, borium dll) yang dapat menyediakan unsur-unsur atau zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kompos dari bahan kotoran sapi dan kotoran kambing memiliki kelebihan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah serta sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. ( Sutedjo, 2002) 3. Jerami Padi Jerami padi mengandung hara K 1,75-1,92%, tergolong tinggi di antara hara makro lainnya. Selain hara K, jerami padi dapat menyumbang hara N, P, S, dan hara mikro. Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah menyebabkan sebagian hara hilang, seperti C, N, P, K, S, Ca, Mg dan hara mikro. Rata-rata pembakaran mengakibatkan kehilangan hara C 94%, N 91%, P 45%, K 75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara tersebut dalam jerami. Jerami padi memiliki fungsi fisika, kimia, dan biologi sebagai bahan organik. v Fungsi fisika jerami sebagai bahan organik adalah :
memperbaiki struktur tanah karena dapat mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water holding capacity) tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik mengurangi fluktuasi suhu tanah
v Fungsi kimia jerami sebagai bahan organik adalah :
meskipun mengandung sedikit unsur hara, pupuk organik dapat menyediakan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logamselama logam tersebut tidak meracuni tanaman
v Fungsi biologis jerami sebagai bahan organik adalah :
sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah
Dengan bahan organik yang cukup tersedia, aktivitas organisme tanah dapat memperbaiki ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah. (Anonymous, 2009) Salah satu pemanfaatan jerami padi selain dikembalikan langsung ke lahan yaitu dengan dikomposkan terlebih dahulu, oleh karena itu saya juga menggunakan bahan dari jerami padi untuk pembuatan kompos karena manfaatnya yang begitu banyak. 4. Kayu apu (Pistia stratiotes L.) Kayu apu merupakan jenis gulma air (aquatic weeds) yang tumbuh mengapung (floating weeds) dan banyak ditemukan di area persawahan, baik yang masih tergenang maupun sawah yang padinya telah dipanen. Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Sebenarnya bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Bahar dan Abidin (1992) melaporkan bahwa sisa penyiangan gulma dapat menjadi media penyimpan unsur hara. Di samping itu, beberapa jenis gulma dapat dimanfaatkan sebagai mulsa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai tinggi. Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul “Teknik Identifikasi Jenis Gulma Dominan dan Status Ketersediaan Hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Beberapa Jenis Gulma di Lahan Rawa Lebak” yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis gulma dominan dan status ketersediaan hara makro N, P, dan K pada beberapa jenis gulma yang tumbuh di lahan lebak Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa kandungan hara N, P, dan K pada gulma dominan umumnya cukup tinggi
seperti Ageratumconyzoides, Heptis brevipis, Pistia stratiotes, dan Polygonom barbatum, yaitu masing-masing (2,60%, 0,33%, 1,03%); (2,69%, 0,23%, 1,08%); (2,67%, 0,30%, 1,12%); dan (2,74%, 0,24%, 1,22%). Kandungan N, P, dan K dari gulma berdaun lebar ini lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan N, P, dan K pupuk organik (Noor et al. 1996), seperti kompos jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, dan Flemingia sp. Yaitu masing-masing sebesar (1,21%, 0,16%, 1,26%); (0,84%, 0,16%, 0,99%); (2,37%, 0,21%, 0,77%) dan (2,42%, 0,23%, 1,45%) (Anonymous, 2009). Mengetahui fakta tersebut, maka tidak ada salahnya memanfaatkan gulma kayu apu yang mungkin hanya dianggap merugikan bagi petani. Jadi saya juga menggunakan bahan kayu apu untuk pembuatan kompos. 5. Daun Paitan Paitan (Tithonia diversifolia) yang merupakan salah satu jenis tanaman liar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber atau bahan pupuk hijau, dapat juga dijadikan campuran bahan pembuatan pupuk kompos yang mempunyai kandungan hara N total 1,31 % dan P total 0,47% yang merupakan bahan organik berkualitas tinggi (Anonymous, 2009) Karena merupakan tanaman liar dan ketersediannya yang cukup banyak serta mengandung kandungan unsur hara yang tinggi, maka saya juga menggunakan daun paitan sebagai salah satu bahan pembuatan kompos. v Dekomposer : EM4 Effective microorganism (EM4) merupakan bahan yang mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari Lumricus (bakteri asam laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp., dan ragi. EM4 sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada limbah dan mempercepat pengolahan limbah. EM4 dapat digunakan untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan limbah secara tradisional. (Djuarnani, 2005) Dari literatur tersebut, saya menggunkan decomposer EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Selain efektif karena mikroorganisme di dalamnya, juga efisien karena cukup mudah dalam mencarinya, banyak tersedia di toko pertanian.
BAB IV METODE 4.1 Alat dan Bahan v Alat
Pisau : untuk mencacah bahan (jerami padi, kayu apu, daun paitan) Timba / ember : untuk mencuci kayu apu Bak kecil : untuk melarutkan gula sebagai makanan organisme Cangkul : untuk mencampur semua bahan kompos Sekop : untuk membalik kompos Pressure sprayer : untuk menyemprotkan larutan EM4 pada kompos Ayakan : untuk mengayak kompos yang jadi agar ukurannya sama dan memisahkan dari bahan yang tidak dapat terdekomposisi dengan baik Kantong plastik : untuk mengumpulkan bahan yang diperlukan dan mengemas kompos yang sudah jadi Termometer : untuk mengukur suhu kompos pH meter : untuk mengukur pH kompos kantong Polybag : untuk uji perkecambahan kamera : untuk mendokumentasi semua kegiatan
v Bahan
kotoran sapi kotoran kambing jerami padi kayu apu (Pistia stratiotes L.) daun paitan gula : untuk makanan mikroorganisme air bersih : untuk menjaga kelembaban kompos dan mencuci kayu apu biji jagung : untuk uji perkecambahan
v Dekomposer :
EM4 (Effektive Microorganism 4)
4.2 Cara kerja : 1.
Pengumpulan bahan
Pada tahap ini semua bahan yang akan dijadikan kompos dikumpulkan, baik kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, kayu apu maupun daun paitan. 2.
Pembersihan bahan
Bahan yang perlu dicuci yaitu kayu apu (Pistia stratiotes L.) untuk memisahkan kayu apu dari kotoran-kotoran yang ikut terambil seperti lumpur, dan sisa jerami padi, bahkan mungkin hama 3.
Pengeringan bahan
Bahan yang dikeringkan hanya kayu apu (Pistia stratiotes L.) untuk mengurangi kadar airnya sehingga mempercepat proses dekomposisi 4.
Pencacahan bahan
Bahan yang dicacah yaitu kayu apu yang telah kering, jerami padi, dan daun paitan sebesar ± 2 cm untuk memperluas permukaan sehingga bahan dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos 5.
Pencampuran bahan / pemrosesan
Bahan yang telah dicacah tadi dicampur dengan kotoran sapi dan kotoran kambing, dan disemprot rata dengan larutan EM4 untuk membantu mempercepat proses pengomposan, diatur kelembabannya, apabila terlalu kering maka perlu disiram/ditambahkan air. Setelah rata ditambahkan abu dapur untuk menetralisasi pH serta menambah unsur hara Ca, K dan Mg. Ditambahkan pula larutan gula sebagai makanan organisme sehingga dapat mempercepat pengomposan pula. Bahan yang telah tercampur kemudian dimasukkan dalam plastik hitam untuk pengomposannya. Plastik diikat rapat agar tidak ada mikroorganisme maupun makroorganisme dari luar yang masuk ke dalam bahan kompos. Kompos diletakkan pada tempat yang teduh terlindung dari cahaya matahari langsung dan hujan. 1. 6. Pemantauan temperatur, pH, dan kelembaban
Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer pertama kali setelah tumpukan berumur 3 hari untuk mengetahui suhu tumpukan. Setelah itu, pengukuran suhu dilakukan setiap 1-2 minggu sekali. Bila temperatur lebih dari 500C dilakukan pembalikan. pH selama proses pengomposan pun perlu dipantau. Kiaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0. Jika pH terlalu tinggi atau
terlalu basa, konsumsi oksigen akan naik dan akan memberikan hasil yang buruk bagi lingkungan, selain itu pH yang tinggi juga akan menyebabkan unsur nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi amonia (NH3). Sebaliknya dalam keadaan asam akan menyebabkan sebagian mikroorganisme mati. Pemberian abu dapur, kapur, serta pembalikan kompos mempunyai dampak netralisasi keasaman. Kelembaban selama pengomposan diusahakan tidak terlalu kering dan telalu basah karena berhubungan dengan kegiatan dan kehidupan mikrobia.
1. 1. 7.
Pembalikan
Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. 8.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan jika tumpukan bahan kompos terlalu kering dan sebaiknya dilakukan sebelum pembalikan sehingga ketika dilakukan pembalikan, air akan tercampur dengan sendirinya. Kadar air yang ideal selama proses pengomposan adalah 40-60%, dengna nilai optimum 55%. 9.
Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30-40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari. 10. Pengayakan, pengemasan, dan pelabelan Kompos yang sudah matang sebaiknya diayak untuk memisahkan kompos yang halus dan membuang bahan yang mengotori seperti potongan kayu. Lalu dikemas ke dalam kantong plastik yang kedap air dan diberi label. 11. Uji perkecamahan / uji kualitas kompos jadi Kompos yang telah jadi diuji cobakan untuk mengetahui kualitasnya yaitu dengan uji perkecambahan. Sediakan 5 media yaitu tanah tanpa kompos sebagai kontrol, tanah dicampur dengan kompos matang dengan variasi
perbandingan 2:1, 1:1, 1;2 , dan kompos matang saja. Tebarkan 10 biji jagung pada setiap polibag, amati selama 7 hari, hitung persentase perkecambahan di masing-masing media, amati manakah yang paling baik. BAB V HASIL v Kegiatan yang sudah dilakukan dari awal sampai akhir Kegiatan yang sudah saya lakukan yaitu kegiatan semua tahap dari 1 sampai 11 berupa pengumpulan bahan, pembersihan bahan, pengeringan bahan, pencacahan bahan, pencampuran bahan/pemrosesan, pemantauan temperatur, pH dan kelembaban, pembalikan, penyiraman, pematangan, pengayakan dan pengemasan, serta uji perkecambahan atau uji kualitas kompos jadi. Bahan yang telah dikumpulkan kemudian diproses, kayu apu dicuci lalu dicacah ± 2 cm, begitu pula jerami padi dan daun paitan tetapi kedua bahan terakhir tanpa dicuci. Semua bahan kemudian dicampurkan menjadi satu, ditambah larutan EM4 sebagai dekomposer, larutan gula sebagai makanan mikroorganisme untuk mempercepat pengomposan, dan abu dapur untuk menambah unsur Ca, K dan Mg serta untuk menetralkan pH. Lalu diukur suhu awal dan pH awal, suhu awal pengomposan yaitu 30 oC dan pH 6,5. Kompos awal tersebut lalu diletakkan di tepat terlindung dari cahaya matahari langsung dan hujan agar tidak menganggu proses pengomposan. Selama proses pengomposan dilakukan pengamatan rutin dengan variabel yang diamati berupa suhu, pH, kelembaban, bau dan warna. Berikut tabel data pengamatan rutin yang saya lakukan :
Variabel yang diamati
Tgl
1 No
Suh u
30 C
o
p H
6, 5
Kelembab an
Cukup
Perlakuan
Bau
Warna
Berb au
Coklat kehija u-
Kompos yang baru dibuat
hijaua n
diletakkan di tempat terlindung cahaya matahari langsung dan air hujan
Coklat
Dilakukan penyiraman agar lebih lembab
Coklat
Dilakukan penyiraman dan pembalikan untuk meratakan pengompos an
Coklat agak tua
Tidak ditambah air karena kelembaban cukup
v 09 (m g ke 0)
8 No v 09 (m g ke 1)
37 o C
6, 5
Kurang
Berb au
15 No v 09 (m g ke 2)
40 o C
7, 0
Cukup
Berb au
22 No v 09 (m g ke 3)
45 C
o
7, 0
Cukup
Tidak berba u
Coklat tua
Dilakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban serta pembalikan untuk membuang panas yang berlebihan dan memasukka n udara segar ke tumpukan
Coklat tua
Suhu melai menurun menandaka n kompos hampir matang
29 No v 09 (m g ke 4)
50 C
o
7, 0
Kurang
Tidak berba u
6 De s 09 (m g ke 5)
13 De s 09 (m g ke 6)
43 C
o
37 o C
6, 5
6, 5
Cukup
Cukup
Tidak berba u
Tidak berba u
Coklat tua
Suhu kompos mulai menurun dan stabil, pH cukup netral, sudah tidak berbau, warna coklat tua, bentuk remah walaupun tidak semua
terdekompo sisi dengan baik. Menunjukka n kompos telah matang dan siap diayak. Setelah yakin kompos matang, dilakukan pengayakan pada tanggal 15 Desember 2009 untuk mendapatkan partikel yang sama, memisahkan dari partikel kompos yang belum terdekomposisi, dan memisahkan kotoran-kotoran yang ada. Hasil dari pengayakan didapatkan kompos yang siap dikemas sebanyak 11 kg dari semua bahan kompos awal sebanyak ± 20kg. hal ini menunjukkan adanya penyusutan disamping memang ada bahan yang belum terdekomposisi dengan baik terutama kotoran sapi dan kambing. Menurut literatur (Sutedjo, 2002) kotoran sapi tergolong pupuk dingin dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung perlahanlahan, oleh karena itu proses dekomposisinya juga berlangsung relatif lama. Kompos yang sudah diayak lalu dikemas dalam plastik kedap air dan di press agar lebih rapi di UPT Kompos Tanah Universitas Brawijaya pada tanggal 12 Januari 2010. Setelah di press kompos lalu diberi label sebagai informasi tentang kandungan dan aturan pakai pupuk kompos yang telah saya buat. v Keunggulan KOSAMBIRAMPISTA (kualitas) 1. Kandungan unsur hara tinggi dan relatif lengkap KOSAMBIRAMPISTA yaitu berasal dari bahan-bahan yang mengandung unsur hara esensial tinggi bagi tanaman, unsur hara Nitrogen didapat dari kotoran sapi dan kayu apu (Pistia stratiotes L.), unsur hara Phosfor didapat dari daun paitan, unsur hara Kalium didapat dari kotoran kambing dan jerami padi. Selain itu dari kesemua bahan juga terdapat kandungan N,P, K, Ca, Mg, S walaupun dalam prosentase kecil, serta mengandung unsur-unsur mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe. 2. Baik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah KOSAMBIRAMPISTA berasal dari campuran kotoran sapi dan kambing serta jerami padi yang baik untuk memperbaiki sifat fisik tanah berupa memperbaiki struktur dan agregat tanah agar lebih subur dan gembur,
memperbaiki sifat kimia tanah dengan penyediaan unsur hara sebagai zat makanan bagi tanaman, meningkatkan nilai kapasitas tukar Kation (KTK), dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logam tersebut tidak meracuni tanaman, serta memperbaiki sifat biologi tanah sebagai sumber energy, sumber bahan organik dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah. ü Uji perkecambahan / uji kualitas kompos jadi Untuk mengetahui kualitas kompos, juga dilakukan uji perkecambahan dengan biji jagung karena jagung merupakan tanaman indicator. Uji perkecambahan dilakukan dengan menyiapkan 5 media tanam dalam polybag, media tanam pertama terdiri dari tanah saja tanpa campuran kompos, media tanam ke dua terdiri dari campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1, media tanam ke tiga terdiri dari campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1, media tanam ke empat terdiri dari campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:2, dan media tanam ke lima terdiri dari kompos saja tanpa campuran tanah. Setelah media siap, tanamkan 8 biji jagung dalam tiap polybag. Setelah satu minggu pengamatan, diketahui bahwa prosentase perkecambahan biji jagung di tiap polybag yaitu sebagai berikut :
T:K
T:K
T:K
Tanah saja
2:1
1:1
1:2
Kompos saja
Biji tumbuh
8
7
7
5
3
Biji tidak tumbuh
0
1
1
3
5
100%
87,5 %
87,5 %
62,5 %
37,5%
Media tanam
Prosentase biji tumbuh
Dari data tersebut diketahui perkecambahan paling baik yaitu pada media tanah saja, semua biji berkecambah dan tumbuh dengan baik. Perkecambahan paling sedikit yaitu pada media kompos saja dimana prosentasenya hanya sebesar 37,5% (hanya 3 biji dari 8 biji yang
berkecambah), untuk media campuran tanah dan kompos baik dengan perbandingan 2:1 maupun 1:1 memiliki hasil prosentase perkecambahan yang sama yaitu sebesar 87,5%, untuk media tanah campuran kompos dengan perbandingan 1:2 prosentasenya sebesar 62,5%. Dari hasil tersebut pada media tanah memiliki prosentase 100% semua biji bekecambah karena diduga tanah yang digunakan sudah memiliki unsur hara yang cukup sehingga biji jagung dapat berkecambah semua. Untuk media yang terdiri dari kompos saja menunjukkan perkecambahan paling sedikit karena kompos tersebut merupakan hasil dekomposisi dari kotoran kambing yang merupakna puupuk panas sehingga memiliki sifat panas, dan kurang baik jika langsung diaplikasikan pada tanaman tanpa campuran tanah sebagai media tanam. Untuk media tanam yang terdiri dari campuran tanah dan kompos, baik perbandingan 2:1 maupun 1:1 menunjukkan hasil yang sama prosentase perkecambahan 87,5%. Hal ini dikrenakan sifat panas dari kompos dapat ditekan oleh campuran tanah sehingga biji tetap dapat berkecambah dengan baik. Jika perbandingan kompos lebih banyak pada media tanam yaitu 1:2 hasilnya prosentase perkecambahan lebih sedikit karena sifat panas kompos yang masih mendominasi daripada campuran tanahnya. Walaupun perkecambahan pada media tanah saja menunjukkan hasil yang paling baik namun untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya, juga diperlukan tambahan unsur hara, tambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Maka dipelukan pula kompos yang dapat menyediakan itu semua. Dan perbandingan yang sesuai untuk media tanam yaitu dengan campuran tanah 2:1 maupun 1:1 v Aturan Pemakaian Dilihat dari uji perkecambahan terhadap biji jagung yang telah dilakukan, menjukkan media tanam dari tanah saja memiliki perosentase perkecambahan tertinggi sebesar 100%. Hanya saja untuk pertumbuhan selanjutnya dari tanaman tersebut memasuki fase vegetatif dan generatif tentu tanaman memerlukan tambahan unsur hara, tambahan bahan organik tanah yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah sehingga pertumbuhan tanaman dan produktifitas yang dihsilkan optimal. Oleh karena itu tetap diperlukan kompos sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman dan tidak merusak tanah di masa mendatang. Aturan pemakaian KOSAMBIRAMPISTA yaitu campuran tanah dan kompos sebagai media tanam dengan perbandingan 2:1 untuk tanaman hias / tanaman dalam pot, perbandingan 1:1 untuk tanaman sayuran seperti tomat, cabai, sawi, kucai, bayam, dll. Jika pemakaian kompos dalam lahan
yang luas, misalnya untuk jagung atau palawija maka diperlukan 2 ton/ha diberikan saat tanam dengan dibenamkan di dekat lubang tanam. KESIMPULAN ü Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. ü Kompos sendiri dapat dibuat dari bahan-bahan organik seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa pertanian seperti hasil pangksasn sisa tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum), jerami padi, sampah kota, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-hijauan, dan limbah industri. ü KOSAMBIRAMPISTA dibuat dari bahan yang mengandung unsur hara esensial baik makro dan mikro yaang terdiri dari campuran kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, kayu apu (Pistia stratiotes L.) dan daun paitan. ü KOSAMBIRAMPISTA diproses ± selama 2 bulan dari 1 November 2009 sampai 15 Desember 2009, hasil ayakan kompos jadi yaitu 11 kg, pengemasan dilakukan pada tanggal 12 Januari 2010 di UPT Tanah Universitas Brawijayadengan kemasan plastik 5kg. ü Kompos yang telah matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi coklat kehitaman menyerupai tanah, tidak berbau, teksturnya menyerupai tanah (remah), suhu pupuk mendekati suhu ruang dari kenaikan suhu yang terjadi sebelumnya dan kelembaban kompos matang sekitar 30 %. ü Keunggulan KOSAMBIRAMPISTA yaitu dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah. ü Uji perkecambahan terhadap biji jagung yang dilakukan menunjukkan prosentase perkecambahan tertinggi yaitu pada media tanah saja dan prosentase terendah yaitu pada kompos saja karena kompos bersifat panas dan kurang baik jika langsung diaplikasikan sebagai media tanam. ü Aturan pemakaian yang sesuai untuk tanaman yaitu campuran tanah dan kompos 2:1 untuk tanaman hias/tanaman dalam pot, 1:1 untuk tanaman sayur seperti tomat, cabai, sawi, kucai, bayam, dll, dan jika
pemakaian dalam wilayah luas untuk tanaman jagung/palawija maka diperlukan 2 ton/ha, kompos diaplikasikan saat tanam dengan dibenamkan di dekat lubang tanam. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan, akan membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar. Manfaat tumbuhan sangat beragam di berbagai bidang, terutama di bidang pertanian yaitu dalam penggunaan insektisida botani sebagai substitusi dari insektisida kimia sintetis dalam pengendalian hama. Pestisida kimia memiliki kandungan racun yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sedangkan pestisida nabati tidak mengandung zat racun yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan (Ardra, 2013). Pestisida kima tidak hanya memberikan dampak negatif saja akan tetapi juga harganya tidak dapat dijangkau oleh petani. Kondisi ekonomi petani yang berkecukupan dan ditambah dengan beban membeli obat insektisida sintetis menjadikan hidup petani bertambah sulit. Petani mengharapkan sebuah solusi yang dapat menekan dampak negatif dari pemakaian insektisida sintetis dan pengganti bahan tersebut dengan bahan yang dapat diolah sendiri oleh petani. Kandungan bahan insektisida sintetis sebenarnya juga ada pada tumbuhan dan tanaman jenis tertentu. Berbagai jenis tumbuhan yang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti bahan insektisida sintetis ke insektisida alami yang ramah lingkungan salah satunya adalah daun paitan (T.diversifolia). Bahan Organik seperti tanaman paitan (Tithonia diversifolia L.) adalah tumbuhan perdu dari golongan Asteraceae T.diversifolia mempunyai kelebihan yaitu waktu dekomposisi yang lebih cepat daripada tanaman lain serta unsur hara yang terkandung dalam tajuk. Pestisida nabati terbuat dari sari bagian tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder tertentu. Bagian tanaman yang dapat digunakan yaitu bunga, buah, biji, kulit batang, daun dan akar. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati diantaranya yaitu tembakau dan paitan (Rachmawati, 2013). Mekanisme kerja pestisida ini antara lain sebagai repellent, sebagai antifeedant, dapat mengganggu proses pencernaan pada serangga, mengakibatkan kemandulan serangga dan dapat menghambat perkembangan serangga (Indrarosa, 2013). Pengganti insektisida sintetis diambil dari jenis-jenis tumbuhan tertentu yang diteliti di laboratorium yang hasilnya dapat menekan hama. Salah satunya adalah dari ekstrak air daun paitan Tumbuhan ini, diambil sebagai solusi pengganti insektisida sintetis karena daunnya yang masih banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia (Nugroho,Y.A. dan Elik Murni Ningtyas Ningsih,2009). Kandungan daun Paitan (Thitonia diversifolia) dalam Journal of Natural Medicines, yang berjudul “Identification of the main volatile compounds in the leaf and flower of Tithonia diversifolia (Hemsl) gray”, menyebutkan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak etanol daun tumbuhan paitan (T.diversifolia) adalah senyawa flavonoid dan beberapa golongan sesquiterpen. daun paitan diketahui mengandung 38 komponen dengan komponen utama yaitu asam palmitat; 9pentadekadien-1-ol; benzyl benzoate; steraldehida; metilamina; 1,2,3,5- sikloheksantetrol serta dua senyawa yang tidak teridentifikasi, dimana benzyl benzoate bersifat repellent (penolak). Senyawa asam palmitat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam filtrat daun paitan seperti sesquiterpen laktona yang bersifat antifeedant dan dapat menghambat perkembangan serangga (Prijono, 1994). (Misbach,munir dan M. Aniar Hari Swasono,2009) juga menjelaskan bahwa, tanaman paitan juga dapat bekerja sebagai antifeedant dan repellent. Senyawa yang terkandung dalam tanaman ini berfungsi sebagai penolak serangga untuk makan sehingga menyebabkan serangga akan mati kelaparan. Cara masuk ke dalam tubuh serangga dari pestisida ini dapat secara kontak maupun perut (oral). Senyawa flavonoid dalam filtrat daun paitan dapat menghambat pertumbuhan serangga,
seperti mencegah pergerakan serangga dan menghambat metamorfosis yang diakibatkan tidak berkembangnya hormon otak, hormon edikson dan hormon pertumbuhan. Kematian larva akibat ekstrak daun paitan diduga disebabkan pengaruh dari ekstrak daun paitan yang masuk ke dalam tubuh larva melalui pakan sehingga menyebabkan larva menolak atau tidak mau makan dan lama kelamaan mati. Penolakan tersebut kemungkinan disebabkan aroma dari ekstrak daun paitan yang membuat larva tidak mau makan (M.,Taofik,2010).Tungau yang menyerang tanaman jeruk di Ds. Petung Sewu adalah Tungau Karat Jeruk. Gejala tungau karat jeruk (TKJ) secara ekonomis sangat merugikan pada saat fase buah. Perubahan warna kulit buah jeruk diakibatkan oleh kerusakan jaringan tanaman pada lapisan sel epidermis yang rusak dan seiring dengan perkembangan buah maka akan tampak gejala bekas pertumbuhan diameter,bobot dan kandungan nutrisi buah serta dapat mengakibatkan gugur buah lebih dini (Fuspitarini,R.D.,2010). Selain itu juga mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya tarik buah sehingga menimbulkan kerugian ekonomi, hal ini menyebabkan penggunaan pupuk kimia meningkat dan biaya yang dikeluarkan juga semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah seperti ini maka penggunaan pestisida alami perlu diterapkan dengan memanfaatkan tanaman paitan(T.diversifolia) untuk mengendalikan tungau. Tanaman paitan (T.diversifolia) 50% mematikan tungau karat jeruk sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk sintetis (M.,Taofik, 2010). Prosedur pembuatan pestisida alami meliputi : 1. Preparasi alat dan bahan yaitu ember,pisau,kertas kasa,daun paitan,pelarut air. 2. Ekstraksi Maserasi merupakan peristiwa pemindahan massa senyawa aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh pelarut,sehingga terjadi larutan senyawa aktif dalam pelarut tersebut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam daun. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman. Pemilihan metode ekstraksi maserasi dikarenakan sangat mudah dilakukan terutama oleh para petani. Daun paitan dipotong dan digerus dalam pelarut air dan dimasukan kedalam wadah tabung plastik untuk dilakukan ekstraksi maserasi selama 48 jam pada temperatur kamar. Pelarut air akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut air dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Ekstraksi maserasi dilakukan selama 48 jam dengan pengocokan sesekali dengan tujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dan pelarut. Hasil ekstrak masrasi selama 48 jam,endapan yang diperoleh dipisahkan dengan kain kasa putih dan menghasilkan ekstrak kasar serta menghasilkan warna hijau tua. Warna hijau tua pada ekstrak daun paitan tersebut disebabkan oleh banyaknya klorofil. 3. Penyemprotan ekstrak yang dihasilkan pada tanaman jeruk yang terserang hama tungau karat jeruk.
Solusi yang ditawarkan :
estisida cenderung digunakan karena praktis dan mudah didapat. Padahal dari segi biaya dan efek sampingnya sering dipertanyakan. Alternatif lain sebagai solusinya adalah tanaman Paitan (Tithonia tagetiflora Desf) dapat dijadikan sebagai pengganti pengendali hama dan penyakit. Ada dua cara membuat larutan paitan, yang pertama, paitan direndam dalam air sampai busuk (sekitar 2 minggu) kemudian diambil larutannya. Perbandingan air dan paitan kira-kira 1:2. Selanjutnya laruan paitan dicampur garam sampai terasa asin sebelum siap disemprotkan. Kedua, paitan dijemur di panas matahari sampai kering lalu dibakar. Hasil pembakaran dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian di tambahkan pula ¼ kg garam. Larutan dibiarkan agak lama sebelum diencerkan kembali dengan 10 liter dan sesendok kecil deterjen. Dikocok sebentar kemudian siap untuk diaplikasikan. Untuk aplikasi dilapangan larutan paitan disemprotkan pada daun tanaman yang terserang, bisa dengan kompresor atau sprayer. Untuk hasil yang lebih memuaskan sebaiknya penyemprotan diulang dua kali. Untuk tindakan pencegahan, maka penyemprotan dilakukan 15 hari sekali. Jumlah paitan yang dibutuhkan per luas lahan sangat tergantung pada tingkat serangan, disamping musim serta jenis komoditas yang juga turut menentukan. Biaya memanfaatkan paitan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan pestisida sintetis yang tersedia di toko saprotan. Jadi mengapa tidak mencoba pengendalian ala tradisional ini? Di masa mendatang mungkin tumbuhan yang tidak bernilai ekonomis ini akan diperebutkan karena bisa juga digunakan sebagai pupuk penyubur tanaman sebagai pupuk hijau. Biologi tumbuhan Tanaman tahunan yang berbentuk perdu tegak, berkayu dengan tinggi antara 1 – 2 meter. Bunga cakram berbentuk tabung dan bunga tepi berbentuk pita. Dikenal sebagai tanaman pagar atau tanaman hias. Manfaat sebagai insektisida dan fungisida. Senyawa aktif mengandung sesquiterpenlakton, tagitin A, tagitin C, hispidulin dan (z) beta ocimene. Cara kerjanya mempengaruhi reproduksi, menghambat perkembangan serangga dan jamur (cendawan) dan antifeedant (penolak makan).
Sasaran OPT selain tersebut di atas adalah Helopeltis sp, Empoasca sp, Ulat jengkal (Hyposidra talaca), Tribolium castaneum, dan Pestalotia sp. (Dari berbagai sumber)***
ATU | SURYA - Berawal dari coba-coba, Sulianto, petani asal Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo berhasil membuat ‘formula’ pupuk bagi tanaman cabainya. Tanaman cabainya bisa dipanen dengan hasil dua kali lipat dari biasanya. Dengan lahan seluas setengah hektare, setiap 10 hari sekali petani bisa memanen dua kuintal cabai. Dengan harga cabai yang saat ini tembus Rp 50.000 hingga Rp 60.000, Sulianto mengaku memperoleh penghasilan tak kurang dari Rp 10 Juta. “Bukan hanya cabainya yang lebih besar. Buahnya banyak dan pohonnya rimbun. Dengan menggunakan pupuk buatan sendiri meski sudah 15 kali panen, cabai saya tetap berbuah lebat saat ini,” jelasnya, kepada Surya, Minggu (20/3). Lantas seperti apa sebenarnya ‘formula’ pupuk ala Sulianto ini? “Saya menamakannya pupuk kemakmuran.” Cara membuatnya cukup mudah. Untuk satu liter pupuk, dibutuhkan pepaya, air kencing sapi atau kelinci, air kelapa, daun paitan dan kapur. Setelah semuanya terkumpul, dicampur dan difermentasi selama dua minggu. “Untuk penyemprotan, satu tangki berisi 10 liter. Hanya dibutuhkan dua tutup botol kecil ramuan, sudah berkhasiat,’ ujar Sulianto. Bertanam cabai dengan pupuk kemakmuran sebagai pupuk organik ini, memang agak rumit. Karena cabai disemprot pupuk sejak umur seminggu hingga masa panen. Tetapi melihat hasilnya yang memuaskan, petani akan lebih untung bertani dengan cara organik itu. “Jika menggunakan pupuk buatan pabrik (urea), umur cabai paling panjang satu tahun, lalu mati. Dengan diberi pupuk organik, umur cabai bisa bertahan 3-4 tahun,” jelasnya. Dengan sukses yang diraih Sulianto, banyak petani lain yang lantas memesan pupuk kemakmuran ini. Beberapa minggu lalu, dia juga didatangi peniliti dari raksasa obat PT Bayer asal Jerman untuk membeli ramuan buatannya guna dipatenkan. Tetapi Sulianto menolak. Ia ingin pupuk ini bisa lebih bermanfaat bagi petani di Batu dan Indonesia. Penulis: Cak Sur Sumber:
Diposkan oleh Penyuluhan Kelompok G-5 di 16.32 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2009. http://pdpasartohaga.wordpress.com/kajianmanagement-instalasi-pengolahan-sampah-organik-ipso/jerami-dapatmensubstitusi-pupuk-KCl/. Diakses pada 26 Oktober 2009
Anonymous, 2009. http://agrisci.ugm.ac.id/vol12_2/3.103-116.Gulma %20Siam pa% 20dodik.pdf. Diakses pada 26 Oktober 2009 Anonymous, 2009.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk3/ pu pukhijau.pdf. Diakses pad 30 Oktober 2009 Bahar, F.A. dan Z. Abidin. 1992. Kepentingan pengelolaan gulma dalam pembangunan pertanian di Indonesia Bagian Timur. Makalah Utama Kongres dan Seminar Nasional HIGI XI. Ujung Pandang. Djuarnani, Nan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok Lingga, Pinus. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok Noor, A., A. Jumberi, dan R.D. Ningsih. 1996. Peranan pupuk organik dalam meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering. hlm. 575-586. Dalam M. Sabran, H. Sutikno, A Supriyo, S. Raihan, dan S. Abdussamad (Ed.). Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Banjarbaru. Sutejo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
11 Tahap Mudah Budidaya Kubis, Kol Untuk Menunjang Nilai Ekonomi Dalam kondisi ini petani tanaman biasanya menututupinya dengan daun di bagian bawah sehingga tanaman warna semakin pucat. Jika ukuran tanaman telah cukup maka kubis siap panen. Dalam budidaya, kubis merupakan komoditas musiman. Dalam biologi, tanaman ini dimusim (dua tahunan) dan memerlukan vernalisasi untuk berbunga. Jika tidak mendapatkan suhu dingin, tanaman ini akan terus tumbuh tanpa mekar. Setelah berbunga, tanaman mati. Berikut Adalah Tahap – Tahap Dalam Budidaya Kubis Syarat Tumbuh
Iklim
Kembang kol adalah sayuran yang berasal dari daerah sub-tropis. Di tempat kisaran suhu untuk pertumbuhan kembang kol adalah 15,5-18
derajat C minimum dan maksimum 24 derajat C. Kelembaban optimal untuk kembang kol tanaman antara 80-90%. Dengan penciptaan kultivar baru yang lebih tahan terhadap suhu tinggi, budidaya kembang kol juga bisa dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m di atas permukaan laut). Di dataran rendah, suhu malam yang terlalu rendah menyebabkan sedikit keterlambatan dalam pembentukan bunga dan panen lagi.
Tanah
Tanah lempung berpasir yang lebih baik untuk budidaya bunga kol dari tanah liat. Tapi tanaman toleran ini di tanah berpasir atau tanah liat berpasir. Baik keasaman tanah antara 5,5-6,5 dengan irigasi dan drainase yang memadai. Tanah harus subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
Ketinggian Tempat
Di Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.0002.000 m dpl. Teknik Budidaya Persyaratan Benih Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
Benih harus bebas hama dan penyakit.
Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
Mempunyai daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram tergantung pada ukuran benih Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Persiapan Benih Persiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Cara persiapan adalah sebagai berikut:
Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
Pemilihan benih, dengan merendam benih dalam air, dimana bibit yang baik akan tenggelam.
Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih muncul rusak sehingga benih berkecambah dengan cepat.
Benih harus ditanam dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Pembibitan dapat dilakukan di tempat tidur atau langsung di atap (koker). Tabung dapat dibuat dari daun pisang, kertas berdinding makanan plastik atau polybag kecil. Persemaiaan Benih Kubis Biji kembang kol harus ditanam sebelum penanaman. Persemaian dilakukan dalam kotak pembibitan (tray), media persemaian adalah campuran tanah, sekam padi, dan pupuk kandang kuda di rasio 1: 1: 1. Bibit ditanam ke dalam kotak pembibitan (tray), benih dipertahankan sampai umur 25-30 hari setelah tanam. Beberapa persyaratan untuk pelaksanaan persemaian yang baik adalah :
Yang disemaikan biasanya tanaman yang lemah, tidak kuat kalau langsung ditanam di tempat yang tetap.
Tempat menyemai berupa bedengan khusus, diberi atap peneduh untuk mencegah curahan hujan jangan sampai merusak benih yang masih lemah.
Tempat pesemaian harus aman dari gangguan binatang.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan Hand Sprayer.
Sebaiknya tanaman baru dipindahkan ke tempat penanamannya di lapang setelah cukup kuat.
Ada baiknya apabila bibit terlebih dahulu dipindahkan ke polibag, menunggu saat ditanam di tempat penanamannya.
Persiapan Lahan Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur, sehingga pertumbuhan akar tanaman maksimal. Pengolahan juga akan memperbaiki tekstur tanah. Tahap budidaya, yaitu :
Membuat bedengan dengan lebar 1 m , jarak bedengan 30 m dan panjangnya sesuai dengan lahan.
Penggemburan ketanah dengan kedalaman 30-40 cm.
Pemupukan Organik dan Non Organik.
Pupuk kandang diberikan sebelum memasang mulsa plastik dan diratakan di atas bedengan. Organik aplikasi pupuk SP 36, ZA, Kcl dengan perbandingan 1: 1: ½ berfungsi untuk penyanter tanaman vegetatif, metode pemupukan dengan meratakan atas dengan jarak 1 M dan diberikan per 100 gr. Pemupukan Pada saat pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 12,5-17,5 ton / ha pupuk kandang matang, ditulis dengan asumsi bahwa populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000. Hal ini juga memberikan bentuk dasar dari pupuk ZA, urea, SP-36 dan KCl dengan dosis 250 kg setiap merata dan dicampur dengan tanah di tempat tidur. Setelah lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul. Pemasangan Mulsa Plastik Mulsa adalah plastik untuk bedengan, ada 2 warna yang berwarna perak berada diatas, sedangkan warna hitam dibawah, fungsi mulsa antara lain :
Untuk menekan tumbuhnya gulma.
Menahan/menjaga kelembaban.
Mencegah/mengurangi penguapan air.
Menghemat biaya tenaga kerja dalam penyiangan.
Memblokir pantulan untuk mengusir hama.
Fotosintesis lewat pantulan sinar matahari.
Pembuatan Lubang Tanaman Membuat lubang tanam untuk menanam kubis, jarak tanam 50 x5 0 Cm yang digunakan adalah., Dengan tempat tidur yang telah ditutupi dengan mulsa, yang telah dilubangi. Setelah itu dilakukan penunggalan 2 – 3 Cm. Penanaman Bibit di dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya. Jika digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah benar.
Pemeliharaan Budidaya Kubis Penyulaman Jika ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman berumur kira-kira 2 minggu. Penyiangan Penyiangan dilakukan bersamaan dengan crumble bersama-sama dengan pemupukan tambahan yang pada 7-10 hari setelah tanam (HST), 20 dan 30-35 dap dap. Penyiangan dan mengolah harus dilakukan dengan hatihati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak akar dangkal kembang kol. Pada akhir pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga) penyiangan dihentikan. Irigasi dan Pengairan. Penyiraman dilakukan secara rutin pada pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama bila tanaman berada dalam tahap awal pertumbuhan dan pembentukan. Pemupukan Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak 3 kali.
Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha di sekeliling tanaman sejauh 10-15 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
Pupuk susulan II diberikan 20 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 20 cm dari batangnya lalu ditimbun tanah.
Pupuk susulan III diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha di larikan sejauh 25 cm dari batangnya lalu ditimbun tana.
Hama dan Penyakit Hama Ulat Plutella (Plutella xylostella L) Ulat yang berwarna hijau ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan tulang-tulang daun sehinggn daun berlubang. Ulat Croci (Crocidolomia binotalis Zeller) Ulat berwarna hijau bergaris punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi perut. Akibat serangan ulat ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi bolong-bolong. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn)
Ulat menyerang tanama kubis dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman sehingga tangkai daun atau batang rebah dan layu terutama di siang hari. Kutu daun (Aphis brassicae) Kutu daun menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik kotor. Biasanya, kutu ini hidup berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa bunga. Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau. Ulat jengkal (Trichoplusiana sp.) dan ulat grayak (Spodoptera sp) Ulat berukuran panjang 4 cm, pucat pita hijau dan merah muda pada setiap sisi tubuhnya sementara ulat grayak memiliki bintik-bintik segitiga hitam dan bergaris kekuningan pada sisinya. Kedua menyerang daun di musim kemarau sehingga daun rusak, berlubang, daun berlubang hanya menyisakan tulang. Ulat grayak menyerang tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar. Pengendalian hama dilakukan secara terpadu: melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain keluarga Cruciferae, menyebarkan mikroba ke musuh alami dan menggunakan pestisida baik secara biologis maupun kimiawi. Penyakit Busuk hitam
Penyebab
Bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular benih (seed born) yang menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas gigitan serangga atau luka.
Gejala
Terdapat bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk sehingga tidak dapat dipanen. Busuk lunak
Penyebab
Bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah busuk hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui akar yang terluka.
Gelaja
Busuknya batang atau pangkal bunga dengan tiba-tiba.
Akar bengkak
Penyebab
Jamur Plasmodiophora brassicae Wor.
Gejala
Layu tanaman seperti kekurangan air dan segar kembali di malam hari, setelah waktu yang lama dan pertumbuhan terhambat terhambat dan tidak bisa mekar. Selain akar tanaman membengkak terlihat terlalu ada bintik-bintik hitam pada akar. Pengendalian hama dilakukan secara terpadu : melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain keluarga Cruciferae, menyebarkan mikroba ke musuh alami dan menggunakan pestisida baik secara biologis maupun kimiawi. Panen Panen bunga kubis bunga dilakukan setelah umurnya mencapai 60-90 hari sejak ditanam, sebelum bunganya mekar, dan sewaktu kropnya masih berwarna hijau. Jika bunganya mekar, tangkai bunga akan memanjang dan keluarlah kuntum-kuntum bunga berwarna kuning. Dikutip dari sumber : www.bbpp-lembang.info
BUDIDAYA Kol atau Kubis ( Brassica oleracea )
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (25002000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno. Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya. Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal Pertumbuhan Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daundaunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
Macam-macam kubis
Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini. Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata. Kandungan gizi dan manfaat Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). vitamin A 200 IU, B 20 IU dan C 120 IU mgr. Vitamin-vitamin ini sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia. Antigizi Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit. Sentra Penanaman Di Indonesia Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah. Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam: a) Divisi : Spermatophyta b) Sub Divisi : Angiospermae c) Klas : Dicotyledonae d) Famili : Cruciferae e) Genus : Brassica f) Spesies : Brassica oleracea
JENIS TANAMAN KUBIS JENIS-JENIS KUBIS 1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih. 2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau. 3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil. 4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau. Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul: A. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.) 1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat: - Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman - Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman - Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman - K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman - Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman - Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman 2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial: - Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman - Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman 3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah: - Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman. - Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman. - O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman. - Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman. B. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.) Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi: - Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman. - Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman. - Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman. - Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. C. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.) Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial: - Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman. - Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman. - Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman. - Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman. - Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman. Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.). FASE TANAM 1. Jarak tanam Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm 2. Bibit Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam 3. Pemupukan Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl. Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam
yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah. 4. Cara tanam - Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam - Pilih bibit yang segar dan sehat - Tanam bibit pada lubang tanam - Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya - Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam - Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran) - Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah - Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI ) - Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari - Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl - Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu - Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal - Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.),Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.) - Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau - Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan. - Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat.
HAMA DAN PENYAKIT Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama dan penyakit merupakan faktor terpenting dalam budidaya kubis ramah lingkungan. Hal ini disebabkan tujuan kegiatan ini adalah menghemat penggunaan pestisida dengan bertumpu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun cara pengendalian beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai berikut :
Untuk pengendalian hama ulat krop kubis yang disebabkan (Crocidolomia binotalis Zell) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan. Pemilihan bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan yang efektif diantaranya Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin (Cymbush), Klorfluazuron (Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin (Matador), Protiofos (Tokuthion) dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan pestisida nabati atau biologi dengan dosis anjuran adalah : Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba 30 gr/liter. Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 – 1cc/liter tiap penyemprotan. Hama ulat kubis ( Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1 -2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1 air. Pengendalian penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae yang ditandai daun-daun kubis layu, bila tanaman tersebut dicabut pada akarnya akan terlihat ada pembengkakkan. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : (1) penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter., (2) perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam, (3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida, (4) melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam, (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam, (6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian (7) memusnahkan segera sisa panen . Pengendalian penyakit bercak daun Altenaria dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas (50oC) selama 15 menit, penggunaan jarak tanam yang agak lebar agar sirkulasi tanaman tidak
terganggu, dan terakhir adalah penggunaan fungisida bila tanaman belum membentuk krop dan serangan lebih dari 10%. Dalam pengendalian hama dan penyakit kubis dengan pestisida harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (1) melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masingmasing hama atau penyakit terlewati, (2) pemilihan pestisida yang tepat dan efektif, (3) tidak menggunakan oplosan dari beberapa bahan aktif pestisida yang berbeda, (4) Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal, (5) tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan, (6) waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan karena dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan hama penyakit menjadi kebal. Pengendalian hama dan penyakit pada kubis ... untuk lebih jelasnya klik disini FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI ) - Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kirakira satu minggu sebelum panen - Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret - Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia) PANEN DAN PASCA PANEN Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah - Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari - Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat. - Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop - Jangan sampai terjadi memar atau luka - Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris) - Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.
Peningkatan Mutu Hasil Untuk memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis harus dipanen tepat waktu. Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan saat panen. Biasanya kubis dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan tergantung pada varietas yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan krop pecah. Untuk penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum dipanen. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma kubis dapat dilakukan saat tanaman mulai ditumbuhi gulma. Gulma yang ada dicabut sampai akarnya. Pada tanah yang jumlah gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Adapun herbisida yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen dan lain-lain.
Budidaya Kubis By: Sukses Mandiri Sabtu, 17 Maret 2012
Kol, dari kata kool, Belanda atau kubis dari cabbage, Inggris; adalah sayuran yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Harga kol juga paling murah kalau dibandingkan sayuran lain seperti caisim, wortel, seledri dan bawang daun. Harga kol kadang-kadang sedemikian murahnya, hingga petani di sentra-sentra sayuran di Sumatera dan Jawa, hanya bisa mencindang kol mereka langsung di ladang sebagai pupuk. Sebab ongkos angkut dari ladang sampai ke pasar justru lebih tinggi dibanding harga kol itu sendiri. Rendahnya harga kol ini selalu disebabkan oleh adanya over produksi. Satu pasar yang daya serapnya hanya 2 ton per hari dengan harga normal Rp 2.000,- per kg, kalau disuplai sampai dengan 4 ton per hari, harganya akan jatuh di bawah Rp 1.000,- per kg. Yang dimaksud sebagai kol atau kubis, adalah kubis kepala. Kubis yang daun mudanya memadat dan membentuk bulatan. Baik bulatan penuh
yang disebut sebagai kol bulat, bulatan pipih sebagai kol gepeng atau bulatan yang meruncing bagian ujungnya. Kubis kepala sendiri terbagi menjadi dua warna. Kol putih (Brassica olevacea var. capitata L. f. alba DC) yang kepalanya berwarna putih dan kol merah (Brassica olevacea var. capitata L. f. rubra (L.) Thell) yang kepalanya berwarna merah keunguan. Ada lagi kubis kepala yang daunnya mengeriting yakni kubis savoi (Brassica olevacea var. sabauda L.). Di Indonesia, yang paling banyak dibudidayakan adalah kubis kepala jenis gepeng dan bulat warna putih. Kubis bulat merah, hanya dibudidayakan secara terbatas untuk memasok pasar swalayan. Ada pula jenis kubis yang tidak bisa membentuk kepala dan disebut sebagai kale (Brassica olevacea var. acephala DC.). Daun kale masih berbentuk normal. Kalau daunnya mengeriting namanya kale keriting (Brassica olevacea var. acephala DC. sub Var. laciniata L.). Selain dipanen berupa kepala kol maupun kale, kubis (Brassica olevacea) juga bisa dipanen bunganya. Ada dua macam kubis bunga yakni kubis bunga putih atau kembang kol (Brassica olevacea var. botrytis L. sub var. cauliflora) dan kubis bunga hijau atau brokoli, sprouting broccoli (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cymosa Lam). Ada pula jenis kubis yang hanya diambil tunasnya. Kol ini disebut kubis tunas atau kol brusel, brusels sprouts (Brassica olevacea var. gemmifera DC.). Bahkan ada kol yang dipanen umbi batangnya (batangnya menggembung), yakni kol rabi, kohlrabi (Brassica oleracea var. gonggylodes L.). Di Indonesia, sebagai pengganti kol brusel, digunakan tunas kol biasa yang disebut sebagai keciwis. Caranya, kol biasa yang sudah dipanen kepalanya, dipupuk dan dibiarkan tumbuh tunasnya. Tunas inilah yang kemudian dipanen. selain dipasarkan di pasar tradisional/swalayan, keciwis juga banyak diekspor. Kol bunga dan brokoli juga sudah banyak dibudidayakan masyarakat. Kol bunga karena harganya relatif murah, bisa masuk pasar tradisional bahkan warung-warung sayuran di kampung. Sementara brokoli masih dibudidayakan secara terbatas hingga hanya masuk pasar swalayan. Kale, baik biasa maupun keriting belum terlalu banyak dibudidayakan. Demikian pula halnya dengan kol rabi yang pembudidayaannya masih sangat terbatas. Kol merupakan tanaman pendatang. Sejak tahun 2.500 SM, kubis liar yang banyak tumbuh di sekitar Laut Tengah itu mulai dibudidayakan oleh masyarakat Mesir, Yunani dan Romawi. Abad IX, sayuran ini mulai dikembangkan di daratan Eropa. Ketika bangsa Eropa memburu rempah-
rempah ke kepulauan Nusantara, mereka “menemukan” benua Amerika. Kubis pun dibawa berlayar sebagai bekal sayuran. Karena ketika itu belum ada kulkas, maka sayuran ini cepat sekali membusuk. Bangsa Eropa pun mulai membudidayakan sayuran ini di benua Amerika, Afrika dan di kepulauan Nusantara. Diperkirakan sayuran ini mulai dikembangan di sini sekitar abad XVI dan XVII. Karena berasal dari kawasan sub tropis, maka kawasan pengembangan kubis di Jawa dan Sumatera hanya sebatas di pegunungan dengan ketinggian di atas 700 m. dpl. Benih kubis berupa biji. Ukuran biji sangat kecil, berbentuk bulat dengan diameter 0,25 mm. Benih kubis sampai sekarang masih diimpor dari Taiwan, Jepang, Eropa dan AS. Namun benih yang paling banyak dibudidayakan petani yang berasal dari Taiwan. Benih ini dikemas dalam wadah sase atau kaleng kecil. Sebenarnya, kubis yang dibudidayakan di sini juga mampu menghasilkan bunga dan biji. Tahun 1950an, ketika suplai benih dari Belanda terhenti, para petani biasa memangkas kepala kubis hingga terbuka bagian atas cropnya. Tidak lama kemudian, tranaman itu akan mengeluarkan bunga dan buah. Biji kubis inilah yang kemudian dibudidayakan. Hasilnya tentu tidak sebaik kubis yang dibudidayakan dengan menggunakan benih impor. Budidaya kubis dimulai dengan menyemai benih di para-para yang diberi atap miring menghadap ka arah timur. Bisanya para-para tempat penyemaian ini berukuran 1 X 3 m. dengan ketinggian 2 m. yang dibagi menjadi tiga lapis rak semai. Bagian paling atas berupa atap yang miring menghadap ke timur untuk melindungi semai dari guyuran hujan. Di atas rak semai inilah dihamparkan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang. Setelah media siap, benih ditaburkan di atasnya. Banyak pula petani yang menggunakan wadah takir. Takir terbuat dari daun pisang yang dibuat mangkok segi empat dengan ukuran 4 X 4 X 3 cm. Untuk mentautkan daun pisang, digunakan “biting” yakni lidi yang ditusukkan. Namun sekarang para petani sudah menggunakan stapler untuk membuat takir dari daun pisang. Ke dalam takir ini diisikan media tanam, kemudian ditata di atas rak. Tiap takir diisi satu benih. Umur dua sd. tiga minggu, benih takiran ini bisa ditanam di lahan yang telah disiapkan. Cara penanamannya langsung berikut wadahnya yang sebentar kemudian akan hancur. Lahan yang paling cocok untuk kubis adalah tanah vulkanis. Itulah sebabnya areal pertanaman kubis selalu terdapat di lereng gunung api. Mulai dari gunung Sibayak di Brastagi, Singgalang dan Merapi di Bukittinggi, Gede/Pangrango di Cipanas, Tangkuban Perahu di Lembang dll. Lahan ini
harus disiapkan dengan pencangkulan bersih (gulma diambil dan dibuang atau dibenamkan). Kemudioan dibuat lubang tanam dengan jarak 40 X 80 cm. atau 50 X 100 cm, tergantung jenis kolnya. Ke dalam lubang tanam tersebut, dimasukkan pupuk kandang satu genggam dan NPK satu sendok teh. Setelah itu takir berikut benih dimasukkan dan ditimbun. Pada umur dua minggu sejak tanam, di sekeliling pokok tanaman ditaburkan urea sebanyak 0,5 sendok makan per tanaman. Penaburan urea ini tidak boleh terlalu dekat dengan pangkal batang, sebab dikhawatirkan akan membuat tanaman menjadi layu. Ketika gulma sudah cukup subur di sekeliling tanam, dilakukan penyiangan sekaligus membumbunan. Pada umur sekitar 1,5 sd. 2 bulan dilakukan pemupukan urea untuk keduakalinya. Dosisnya satu sendok makan. Selanjutnya tinggal melakukan penjagaan agar hama trips tidak menyerang. Penanggulangan hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak. Insentisida sistemik tidak boleh digunakan untuk sayuran. Bahkan di Malaysia, Thailand dan Taiwan, budidaya semua jenis sayuran termasuk kol dilakukan dalam scren house. Hingga tanaman tidak perlu disemprot pestisida karena hama tidak mungkin masuk ke lahan pertanian. Pola budidaya demikian dilakukan karena di negara-negara tersebut sudah ada persyaratan bahwa sayuran yang boleh dipasarkan hanyalah yang kandungan residu pestisidanya nol. Kadang-kadang petani kita juga melakukan penanggulangan hama ini dengan cara manual, yakni memungut ulat kol ini satu persatu. Selain itu, petani juga selalu menanam bawang daun, kemangi dan seledri di antara kol, agar hama trips yang tidak menyukai aroma tanaman tersebut tidak mau datang. Selain untuk penanggulangan hama, penanaman daun bawang dll. bersamaan dengan kol juga dimaksudkan untuk penghematan waktu. Para petani di Garut, malahan menanam kol bersamaan dengan akar wangi. Setelah kolnya dipanen, akar wanginya tetap dipelihara sampai memenuhi syarat umur panen untuk disuling. Petani di Cipanas, Bandungan, Kopeng dll. umumnya menanam kol secara tumpangsari dengan daun bawang. Sebab jenis sayuran ini paling cocok ditanam soliter, berdampingan dengan kol. Sementara seledri dan wortel biasanya ditanam secara monokultur dengan cara ditebar langsung di petak penanaman. Bukan dengan disemai terlebih dahulu seperti kol. Benih seledri dan wortel pun selama ini sudah bisa diproduksi sendiri oleh para petani. Hingga mereka tidak tergantung ke benih impor.
Pada umur di bawah 2 bulan, ketika kubis belum membentuk kepala atau bunga, kita tidak tahu apakah yang dibudidayakan petani itu kubis kepala, bunga atau tunas. Baru setelah membentuk kepala atau bunga, maka kita tahu jenis kubis apa yang dibudidayakan tersebut. Secara otomatis kubis kepala akan membentuk crop di bagian pucuknya. Panen kepala dilakukan pada umur sekitar 3 bulan. Tanda kepala yang siap panen adalah telah padat dan mengeras. Dengan cara diketuk-ketuk, petani tahu apakah kepala itu sudah siap panen atau belum. Brokoli juga dibiarkan tumbuh seperti biasa sebelum dipanen bunganya. Namun kol bunga hanya bisa berwarna putih dan bukan kuning, kalau daun-daun bagian atas ditutupkan saling tumpang tindih dengan ditusuk lidi. Dengan terlindung dari sinar matahari, kembang kol yang dihasilkan akan berwarna putih bersih
RuangTani.Co.Id – Wortel adalah tanaman berjenis biennial dan mempunyai siklus hidup 12-24 bulan yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tanaman berbunga pada tahun kedua. Bunga batang tumbuh ke ketinggian sekitar 1 m, dengan bunga putih, dan rasa manis menyenangkan. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah akar atau akar. Untuk mendapatkan hasil yang optimal wortel harus ditanam di dataran tinggi dengan minimal ketinggian 1.000 MDPL dengan suhu udara optimum 15 -21 derajat Celcius.
7 Tahap Mudah Budidaya Wortel Penunjang Penghasilan Tani Syarat Tumbuh 1. Tanah Tanaman wortel membutuhkan tanah gembur dan tanah yang subur mengandung banyak humus. Tingkat keasaman pH tanah 5.5 sampai 6.5. Berdrainase baik tidak becek. Jenis tanah cocok untuk wortel tumbuh adalah Regosol, Latosol, dan Andosol. 2. Iklim Tanaman wortel membutuhkan suhu dingin dan lembab. Cukup matahari terlindungi. Ketinggian lebih dari 600 m Optimum 1200 – 1500 m di atas permukaan laut. Ketik iklim yang cocok untuk wortel tumbuh adalah daerah beriklim A, B, dan C menurut Schmidt – Fergusson yakni curah hujan antara 2000 – 7000 mm / tahun dengan bulan kering < 4,5 bulan / tahun. Baca Juga :
8 Tahap Mudah Dalam Budidaya Cabe Merah
11 Tahap Mudah Budidaya Kubis, Kol Untuk Menunjang Nilai Ekonomi
10 Cara Mudah Budidaya Kacang Panjang Berkualitas Tinggi
10 Panduan Lengkap Dan Mudah Budidaya Kentang Ramah Lingkungan
10 Panduan Lengkap Dan Mudah Cara Budidaya Selada Menghasilakan
Teknik Budidaya Wortel 3. Benih Wortel umumnya diperbanyak dengan biji. Biji wortel dapat diperoleh dari saprodi kios / toko, dan pada umumnya benih yang dijual adalah hibrida. Petani tradisional di Jawa Barat menggunakan benih wortel non-hibrida yang diproduksi. Kebutuhan benih per hektar berkisar tanah 1,5-3 kg biji per 1 g biji 200 biji wortel. 4. Pengolahan Tanah Pengolahan umumnya dilakukan 2 kali pengolahan kasar dan perusakan serta serta pembentukan tempat tidur. Jika kedalaman ± 30 cm dan jeda waktu antara persiapan lahan I dan II adalah ± 7 hari. Tumpukan dibangun dengan ukuran 1-2 m lebar, tinggi 30 cm dan lebar 30 cm parit. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, pada saat persiapan lahan II pernah membuat pemupukan dasar dengan pupuk organik pupuk kandang, kompos, pupuk hijau atau Bokashi sebanyak 20-40 ton / ha.
Pada saat tanam diberikan campuran pupuk buatan, yang terdiri dari 100 kg Urea, TSP 100 kg, dan 30 kg KCL. 5. Penanaman Sebelum menanam terlebih dahulu dilakukan terhadap alur memanjang panjang di dalamnya persemaian ± 2 cm dan jarak antara alur 15 – 20 cm. Biji wortel sebelum tanam harus dicampur dengan abu atau pasir halus yang telah diayak agar bibit tidak menempel satu sama lain. Penanaman dilakukan dengan menabur benih secara merata dalam alur yang telah dibuat, untuk mendapatkan jarak 3 – 5 cm benih di alur. Setelah penyemaian, baut / alur tertutup tanah halus dan jerami / alangalang / kelopak pisang yang tidak hanyut oleh air hujan. Setelah benih mulai tumbuh 10-14 hari kelopak jerami / alang-alang / pisang dibuka. Setelah tanam penyiraman perlu dilakukan, terutama ketika tidak hujan. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman wortel termasuk penyiraman, menipis, penyiangan, pembumbunan dan mengolah. Penyiraman dilakukan terutama pada saat musim kemarau untuk menjaga kelembaban tanah dan kelangsungan hidup tanaman tumbuh. Penyiraman harus dilakukan di sore hari dengan menggunakan gembor. Jarak tanam adalah kegiatan pengurangan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan jarak di sebuah baris yang rapi dan teratur (5 cm) dan kualitas produksi yang baik. Penipisan dilakukan pada 2-4 minggu tanaman tua (tinggi tanaman ± 5 cm) dengan menarik tanaman tumbuh buruk, dan jarak yang terlalu ketat. Penyiangan dilakukan 2 kali pada tanaman 1 bulan tua dalam hubungannya dengan penipisan dan berusia 60 hari. Penyiangan tujuannya adalah untuk menghancurkan gulma (rumput) untuk menghindari persaingan dengan tanaman utama wortel. Untuk menghindari pemadatan dipertanaman tanah, juga dilakukan di penggemburan pembumbunan hubungannya sama dengan penipisan dan penyiangan, sehingga tanaman tumbuh dan berkembang secara bebas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, harus diberi pupuk tambahan berupa pupuk buatan. Gempa susulan Pemupukan Saya diberikan pada tanaman berusia 2 minggu dengan urea sebanyak 50 kg / ha dan selanjutnya fertilisasi II diberikan setelah 1-1,5 bulan tanaman tua dengan campuran 50 kg pupuk urea dan KCL 20 kg / ha. Cara Pemupukan adalah untuk menyebarkan alur yang dibuat di barisan tengah tanaman dalam 3 cm dan ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah penguapan. Ketika saat pembuahan selama musim kemarau, hal itu membutuhkan penyiraman. 7. Panen dan Pasca Panen Tanaman wortel bisa dipanen setelah berumur 90-120 hari tergantung pada varietas yang ditanam. Umbi yang disukai konsumen wortel umumnya memiliki berat sekitar 100-250 gram per buah, panjang sekitar 15-20 cm dan 2-4 cm di lampu diameter.
Pemanenan dilakukan dengan menarik lampu wortel satu per satu, memotong daun dan umbi cuci dengan air bersih yang mengalir, dan menghindari kerusakan umbi wortel fisik. Produksi wortel ketika dibudidayakan baik berkisar antara 20-30 ton umbi segar per hektar. Untuk mendapatkan harga yang lebih baik perlu dilakukan sortasi dan grading, yaitu pemisahan umbi yang rusak / cacat, dan mengklasifikasikan umbi menurut ukuran (kelas). Untuk distribusi produk yang kualitasnya tidak baik BS dapat diarahkan ke pasar lokal atau diolah menjadi produk industri seperti keripik wortel, tepung wortel, permen, dodol, wortel sirup, dan sehingga produk masih memiliki nilai ekonomi tinggi. Sumber : bappeda.sumedangkab.go.id Demikian Pembahasan Tentang 7 Tahap Mudah Budidaya Wortel Penunjang Penghasilan Tani Semoga Dapat Bermanfaat Aminnn
…