BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LAT LATAR BELAKANG
Bahw Bahwaa tida tidak k dapa dapatt dipun dipungk gkir iri, i, jika jika penge pengemb mban angan gan kema kemamp mpua uan n ekono ekonomi mi masyarakat masyarakat selalu berimbas berimbas pada kemungkinan kemungkinan terjadinya terjadinya eksploitasi eksploitasi Sumber Sumber Daya Alam Alam,, sala salah h satu satuny nyaa Sumb Sumber er Daya Daya Air. Air. Peng Penggun gunaa aan n sumb sumber er daya daya alam alam dapat dapat berke berkelan lanjut jutan an apabila apabila kegunaa kegunaanya nya diikut diikutii oleh oleh upaya upaya – upaya upaya pelest pelestari arian, an, maupun maupun pencegahan terhadap dampak negatif yang mungkin terjadi. Kebijaksanaan pengelolaan lingkingan hidup secara umum diatur dalam UU No. 23/1 23/199 997 7 tent tentan ang g Peng Pengel elol olaa aan n Lingk Lingkung ungan an Hidup Hidup,, dima dimana na pada pada pasa pasall 6 ayat ayat (1) (1) dise disebut butka kan n bahw bahwa: a: Seti Setiap ap orang orang berke berkewaj wajib iban an meme memeli lihar haraa kele kelest star aria ian n fungs fungsii lingku lingkungan ngan hidup hidup serta serta menceg mencegah ah dan menang menanggul gulangi angi pencem pencemara aran n dan perusa perusakan kan lingkungan hidup. Dan ayat (2) bahwa: Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegi kegiat atan an berk berkew ewaj ajib iban an memb member erik ikan an info inform rmas asii yang yang benar benar dan dan akur akurat at menge mengena naii pengelolaan lingkungan hidup. Khusus di sektor industri industri telah telah diatur dalam UU No. 5/1984 tentang Perindustr Perindustrian ian yang menyebutkan bahwa Pembangunan Industri Nasional harus menganut prinsipinsip insip ber lingkun lingkun dan berkel berkelanj anj dilakuk dilakuk uk
Upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan perlu dilakukan, untuk untuk mengan mengantis tisipa ipasi si terjad terjadiny inyaa penuru penurunan nan debit debit air tanah tanah yang yang berleb berlebiha ihan, n, dan terjadinya pencemaran air, tanah, dan udara akibat utilitas pabrik.
1.2 Dasar Dasar Hukum Hukum 1. UndangUndang-Und Undang ang Nomor Nomor 5 Tahun Tahun 1990 tentan tentang g Konservas Konservasii Sumber Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. Undang-Undang Undang-Undang No. 36 Tahun Tahun 2007 tentang tentang Penataan Penataan Ruangan. Ruangan. 3. Undan Undangg-Un Unda dang ng No. No. 23 Tahun Tahun 1997 1997 tent tentang ang Peng Pengel elol olaa aan n Ling Lingkun kunga gan n Hidup. 4. Undang-Undang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang tentang Pemerintah Pemerintah Daerah. Daerah. 5. Peratu Peraturan ran Pemeri Pemerinta ntah h No.82 No.82 Tahun 2001 , tentan tentang g Pengel Pengelola olaan an Kualitas Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 6. Perat eratur uran an Pemer emeriintah ntah No. No. 25 Tahu Tahun n 2000 2000 tenta entang ng Kewe Kewena nang ngan an Pemerintah Daerah sebagai Daerah Otonomi. 7. Permen Permen No. 45/PRT/ 45/PRT/1990 1990 Tentan Tentang g Pengendal Pengendalian ian Mutu Air pada pada Sumber Sumber Air. 8. Surat Keputusan Menteri Neg Negara Lingkung ungan Hidup Ri No. 12/ME 12/MENL NLH/ H/PE PER1 R1994 994,, tent tentan ang g pedo pedoma man n umum umum Upaya Upaya Peng Pengel elol olaa aan n Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). 9. Keput Keputus usan an Ment Menter erii Peri Perind ndus ustr tria ian n Nomo Nomor: r: 250/ 250/M/ M/SK SK/1 /10/ 0/19 1994 94 tent tentang ang Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup pada Sektor Industri. 10. 10. Kepu Keputu tusa san n Ment Menter erii Peri Perind ndus ustr tria ian n Nomo Nomorr 148/ 148/m/ m/s/ s/7/ 7/19 1997 97te tent ntan ang g
18. Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45Tahun 2002,tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur. 19. Keputusan Menteri Jawa Timur No. 10 Tahun 2004, tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya pemantauan Lingkungan Hidup. 20. Perda No. 2 Tahun 1996 tentang Penetapan Kawasan Lingkungan di Kabupaten Ngawi. 21. Peraturan Bupati Ngawi No. 04 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dukumen UKL-UPL 22. Peraturan Bupati Ngawi No. 32 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian Dokumen AMDAL. 23. Keputusan Bupati Ngawi No. 188/106/404/2007 tentang Pembentukan Komisi Penilai AMDAL.
1.3 Tujuan dan Fungsi UKL-UPL a.
Tujuan Tujuan dari adanya dokumen UKL-UPL ini adalah: Menjadikan acuan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pemilihan alternative yang layak dari segi lingkungan. Mengurangi, mencegah, dan mengatasi dampak negatif yang mungkin terjadi akibat dari kegiatan operasional industri. Mengembangkan dampak positif dan mengambil manfaat yang mungkin terjadi. Mewujudkan suatu bentuk manajemen lingkungan hidup yang terkendali, untuk menyempurnakan sistem pengendalian lingkungan kedalam maupun keluar dari batas kegiatan dan atau operasional kegiatan melalui pemantauan lingkungan sebagai umpan balik.
Memberikan kepastian bahwa ada kepedulian pada pemrakarsa terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup didalam kawasan kolam renang dan akibat yang ditimbulkannya. Mencegah terjadinya konflik sosial antara masyarakat yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan kolam renang. BAB II RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
2.1 IDENTITAS PEMRAKARSA
A. Data Umum Perusahaan Nama perusahaan : PT.ENVIROMATE TECHNOLOGY INTERNATIONAL : 2003 Tahun Pendirian : Pemecah Batu / crusher Jenis Usaha : 35.21.050.010.010-005.0 NPWP Kapasitas Produksi : : Perseroan Terbatas Status Usaha : Jl. Raya Ngawi-Madiun KM. 7, Ds Geneng Kec. Geneng Alamat Kab. Ngawi
E. Jenis Perusahaan yang sudah dimiliki Surat Izin Tempat Usaha Surat Izin Usaha Tetap Surat Izin Mendirikan Bangunan Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah Surat Izin Gangguan
2.2 DATA KEGIATAN
A. B. C. D. E. F. G.
Jenis Peralatan Waktu Operasi Jumlah Tenaga Kerja Penggunaan Energi Penggunaan Minyak Pelumas Pengelolaan Limbah
BAB III
KOMPONEN LINGKUNGAN
Komponen lingkungan yang diperkirakan mempunyai interaksi dengan kegiatan industri pengilinggan batu ini pada tahap oprasional adalah: 3.1 IKLIM
Secara geografis, Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7 29’ – 7 33’20” Lintang Selatan dan 111 19’26” – 111 29’27”Bujur Timur. Secara administrasi Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi 19 kecamatan, dan 217 desa, dimana 4 dari desa tersebut adalah kelurahan. Luas Wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km , dimana sekitar 40% atau 506,6 km berupa lahan sawah. Lokasi penggilingan batu memiliki suhu berkisar antara 15 C – 38 C dan
Air Sungai terkait dengan banyaknya atau Volume sumber air di daerah dataran tinggi (pegunungan), berarti juga terkait dengan ketersediaan Air Bawah Tanah yang mencukupi. Karena itu, konsumsi air sumber di daerah dataran tinggi harus dibatasi, sehingga aliran sungai dibawahnya tidak mengalami penurunan debit. Hal ini harus diperhatikan, karena irigasi pertanian membutuhkan debit air sungai yang cukup.
3.3 MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI
Lokasi pabrik adalah di Jl. Raya Ngawi – Madiun KM 7 Kec. Geneng, dimana bentuk lahan di Kecamatan Paron sebagian besar terbentuk karena aktifitas binaan manusia, yaitu bangunan toko, dan pasar, perumahan dan kantor, perkerasan aspal jalan, saluran, dll. Luas lahan pemukiman di Kecamatan Paron adalah 52 KM 2 , pertokoan atau pasar 1 pasar desa ( Data dari Kabupaten Ngawi dalam angka 2009).
3.4 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
Lokasi kegiatan penggilingan batu dari badan di Jl. Raya Ngawi – Madiun KM 7 Kecamatan Paron Kondisi ekonomi dan budaya Kecamatan Paron dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Kependudukan Berdasarkan data dari mbarka bah Kec
Badan Pusat Statistik Kecamatan Paron, tan Par ada tahu 2009. Memiliki lu
d.
Agama dan Fasilitas Keagamaan Berdasar pada data BPS Kabupaten Ngawi tahun 2009, di Kecamatan Paron mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam sebanyak 89.013 jiwa, kemudian Kristen 204 jiwa, Katolik 122 jiwa, Budha 22 jiwa, dan Hindu 0 jiwa Untuk menunjang kegiatan keagamaan dan peribadahan di Kecamatan Paron, data jumlah Masjid adalah 116 Buah, Musola 450 buah, gereja 5 Buah, klenteng 1 buah, kuil 2
e.
Kesehatan 1.
Fasilitas Kesehatan dan tenaga Medis Untuk menunjang dan menjaga kesehatan masyarakat, dibutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai, dan tenaga medis yang cukup. Hal ini sangat dibutuhkan, sebagian dari pengaruh kesehatan bagi masyarakat terkait dengan masyarakat di pabrik. Data BPS Kabupaten Ngawi di Kecamatan Paron terdapat 0 Rumah Sakit Swasta, 0 buah Rumah Sakit Bersalin, 0 juga ada 111 Buah posyandu, 9 buah polindes, 2 buah Apotik, dan 9 buah Toko Obat / Jamu. Jumlah tenaga medis di Kecamatan Paron adalah 89 Orang ( Kabupaten Dalam Angka Tahun 2008 ) 2.
Gangguan Kesehatan Gangguan kesehatan yang banyak terjadi di Kabupaten Ngawi adalah gangguan kesehatan saluran pernafasan atas dengan jumlah penderita sebesar 0 jiwa. Sedangkan penyakit lainnya adalah sebesar 37.962 Jiwa. Penyakit sistem otot dan jringan pengikat menempati urutan ketiga dengngan jumlah
BAB IV
DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Berdasarkan komponen lingkungan yang merupakan komponen lingkungan awal, dapat diperkirakan dampak-dampak yang akan timbul dalam kegiatan operasional Pabrik Pupuk Organik. Guna mengetahui lebih lanjut dampak-dampak yang akan terjadi, akibat dari pola interaksi antara kegiatan usaha dengan kompoonen lingkungan pada tahap operasional pabrik, maka dapat diuraikan sebagai berikut. 4.1
1
SUMBER DAMPAK
Utilit
(P
P d k i)
Energi untuk proses pengolahan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan yang mengunakan mesin diesel berpotensi mencemari lingkungan sekitar.. Getaran
Getaran yang berasal dari aktifitas kegiatan penggilingan batu mengakibatkan dampak lingkungan terutama pada tanah. 2.
Tempat pembuangan limbah
Pada proses pengolahan ini, limbah yang dihasilkan terkait dengan pencemaran udara, sisa-sisa olie, air, dan sampah domestik. 3. Perawatan, Perbengkelan, dan Sanitasi Untuk kegiatan perawatan dan perbengkelan fasilitas yang dimiliki pabrik, juga akan menimbulkan pencemaran yang tidak kalah pentingnya. Pada kegiatan ini, terhadap sisa-sisa pelumasan yang berpeluang menjadi zat pencemaran. Logam-logam peralatan yang aus, juga sanitasi atau pencucian dengan menggunakan deterjen dari bahan kimia non-degradable juga berpotensi menjadi pencemaran lingkungan. 4.
4.2
Kegiatan produksi Secara Ekonomi, kegiatan industri dan produksi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar pabrik.
JENIS DAMPAK Berdasar pada sumber dampak yang sudah dibahas sebelumnya, maka jenis dampak yang akan mungkin terjadi antara lain:
100 ppm 30 ppm 1000 ppm 1300 ppm > 1300 m
sebentar 8 jam 1 jam 1 jam 1 jam
dianggap aman menimbulkan pusing dan mual pusing dan kulit berubah kemerah-merahan kulit jadi merah tua dan rasa pusing yang hebat lebih hebat sampai kematian
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung, sampai dengan kematian. Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan. 2). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx) Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat, berwarna coklat kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO. Organ yang paling peka paru-paru, jika terkena NO2 akan membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2. Oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosintesis 60 – 70 %. Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates)
berguguran. Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau 6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker. Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan SOx menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat pengkaratan. 4). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi menimbulkan peristiwa pemecahan (Cracking ) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak (droplet ). Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN ( Peroxy Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia ( Photo Chemistry yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan ( pnevmokoniosis) antara lain: a. Penyakit silikosis Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat terjadi pada daerah pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir/ menggerinda), penambangan bijih besi, timah putih dan batubara. Bila sudah parah penyakit ini dapat diikuti hipertropi jantung sebelah kanan yang mengakibatkan kegagalan kerja jantung. b. Penyakitasbestosis Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai silikat terutama magnesium silikat). Dapat terjadi di daerah pabrik/industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik yang beratap asbes, dan lain-lain. c. Penyakit Bisinosis Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada daerah pabrik pemintalan kapas/tekstil, pembuatan kasur atau jok kursi. Penyakit ini dapat diikuti bronkitis kronis. d. Penyakit antrakosis Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah tambang batubara, penggunaan batubara pada tanur besi, lokomotif stoker ( ), kapal laut bertenaga batubara, pekerja boiler pada PLTU bertenaga batubara e. Penyakit Beriliosis Disebabkan oleh debu logam berilium yang dapat berupa logam murni, oksida, sulfat, atau halogenida. Dapat terjadi pada daerah industri logam campur berilium-tembaga, pabrik fluoresen, pabrik pembuat tabung radio, pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Kualitas Air Pembuangan oli dan air ke badan air harus dihindari, karena limbah tersebut sudah termasuk limbah B3 karena itu, limbah tersebut harus ditampung dalam tangki penyimpan dan tidak boleh dibuang kelingkungan .
Persepsi dan sikapmasyarakat
Pengelolaan limbah olie dan air ini bisa menimbulkan persepsi dan sikap masyarakat yang negatif.
3.
Perawatan,Pengembangan, dan sanitasi.
Kualitas Air
Pencemaryang timbul dari perawatan dan perbengkelan berasal dari sisa-sisa pelumas. Logam-logam peralatan yang aus, dan juga sanitasi atau pencucian dengan deterjen atau bahan kimia non-degradable yang lain. 4.
Kegiatan Produksi
Lapangan Kerja
Tidak dapat dipungkiri, bahwa ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi tingkat kenyamanan dan ketentraman disekitar pabrik. Kenaikan tingkat ekonomi akan memecahkan banyak masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang mungkin timbul.
Sifat Dampak : Negatif, terjadi penurunan kualitas udara dan debu sekitar pabrik. Tolok Ukur : Udara yang ada di sekitar pabrik Penurunan Kualitas Air dan Biota Air
Sifat Dampak Tolak Ukur 2.
: Negatif, terjadinya penurunan kualitas air sungai atu badan air, dan penurunan junlah biota air. : Buku Mutu kualitas air pada sungai atu air bawah tanah berdasarkan PP No Tempat pembuangan Limbah
Kualitas Air
Sifat Dampak
: Negatif, berupa pencemaran air sungai atu badan air oleh limbah B3 Tolak Ukur : Tingkat pencemaran limbah B3 Persepsi dan sikap masyarakat Sifat Dampak : Negatif, masyarakat tidak menginginkan terjadinya pencemaran air sungai atau air badan air oleh limbah B3 yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tolok Ukur : Respon dan pemahaman masyarakat. 3.
Perawatan, Perbengkelan, dan sanitasi
Kualitas Air
Sifat Dampak Tolok Ukur
: Negatif, berupa pencemaran air dan badan air akibat kegiatan perawatan, perbengkelan, dan sanitasi. : Buku mutu kualitas air pada air sungai atau air badan
Tabel 4.1 Matriks Dampak yang akan Timbul
No.
Sumber Dampak
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Penurunan Kualitas Air dan Biota air Penurunan Kualitas Udara Keselamatan Kerja serta Kesehatan Karyawan Dan Masyarakat Persepsi dan Sikap Masyarakat Kualitas air 2
Tempat Pembuangan Limbah
3
Perawatan, Sanitasi
4
Kegiatan Produksi
Perbengkelan
Persepsi dan Sikap Masyarakat dan
Sifat Dampak
Tolok Ukur Dampak
PP No. 82 Tahun 2001 dan jumlah biota air Baku mutu kualitas udara Negatif berdasarkan SK Gubernur Jatim No. 129/1996 Tingkat Kecelakaan dan Negatif kesehatan karyawan dan masyarakat Negatif Keresahan masyarakat Negatif Tikat pencemaran limbahB3 Respon dan pemahaman Negatif masyarakat Negatif
Kualitas Air
Negatif
PP No.82 Tahun 2001
Lapangan Kerja
Positif
Jumlah kesempatan kerja dan usaha akibat kegiatan produksi
BAB V
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
Dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan, dipertimbangkan peraturan perundangan yang berlaku serta kelayakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang ada dan faktor lainnya yang menunjang kegiatan produksi. Untuk pendekatan pengalolaan berkaitan dengan kegiatan 3 hal yaitu: Pendekatan Tehnologi, Pendekatan Sosial Budaya Masyarakat, Dan Kelembagaan Upaya Pengelolaan Lingkungan adalah upaya untuk mengelola dampak yang akan terjadi akibat kegiatan terhadap lingkungan, baik pengelolaan dampak negatif yang timbul yang perlu di eliminasi dan diminimalisasi, serta dampak positif yang perlu di kembangkan. Pokok kajian yang hendak diterapkan dalam pengelolaan ini akan didasarkan pada pembahasan efaluasi dampak yang telah disajikan sebelumnya. Oleh karena itu, pelaksanaan pengalolaan: dampak akan meliputi beberapa aspek yang berkaitan dengan dampak dan langkah pengelolaan, dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan yang akan memberikan kontribusi pencemaran. Maka didalam pembahasan upaya pengelolaan lingkungan, akan disajikan informasi yang sudah ada (existing) serta akan dilaksanakan pengalolaan lingkungan yang dipandang perlu untuk disempurnakan. Untuk lebih memeperjelas Upaya Pengelolaan Lingkungan 1
S
b
d
k
Komponen Lingkungan: Penurunan kualitas udara dan debu
Sifat Dampak Tolok ukur
: Negatif, terjadi penurunan kualitas udara dan debu dilokasi sekitar pabrik. : Udara di sekitar pabrik
Upaya PengelolaanLingkungan:
Cara Pengelolaan Dampak: Mengeliminir dan mengatur pengatur penempatan mesin penggilingan •
Waktu Pengelolaan dampak Selama operasional •
Lokasi Pengelolaan Diseluruh areal •
Pelaksanaan pengelolaan PT. Enviromate Technology International •
Komponen Lingkungan: Penurunan Kualitas Air dan Biota Air
Sifat Dampak
: Negatif, terjadinya penurunan kualitas air sungai atu badan air, dan penurunan jumlah biota air.
Tolok Ukur
: Baku atau mutu kualitas Air pada sungai atau air bawah tanah berdasarkan PP No. 82 Thun 2001 dan jumlah biota
Upaya Pengelolaan Lingkungan: Cara Pengelolaan Dampak: • Membuat Kerangka Acuan Kerja (KAK)pada setiap operasi peralatan produksi. Memuat peringatan-peringatan diruan produksi terkait dengan bahaya-bahaya operasi peralatan. Waktu Pengelolaan Dampak: • Selama operasional Lokasi pengelolaan: • Bagian personalia Pelaksanaan pengelolaan: • PT. Enviromate Technology International Komponen Lingkungan: Persepsi dan Sikap Masyarakat.
Sifat Dampak Tolok Ukur
: Negatif, bila kualitas lingkungan tidak dikelola eksploitasi sumber air bawah tanah berlebihan. : Keresahan Masyarakat
Upaya Pengelolaan Lingkungan : •
•
Cara Pengelolaan dampak Melakukan pendekatan sosial, dan memberikan penjelasan yang memuaskan masyarakat terkait dengan jaminan keselamatan, pengelolaan lingkungan, dan eksploitasi air bawah tanah yang terkendali dan sesui dengan perizinan yang diajukan. Waktu Pengelolaan dampak:
Waktu Pengelolaan lingkungan: Lokasi Pengelolaan : • Masyarakat disekitar Wilayah operasional Pelaksanaan pengelolaan: • PT. Enviromate Technology International •
Upaya Pengelolaan Lingkungan: Cara Pengelolaan Dampak: • Melakukan sosialisasi, memberikan informasi masyarakat. Waktu Pengelolaan dampak • Selama operasional Lokasi Pengelolaan • Diseluruh areal Pelaksanaan pengelolaan • PT. Enviromate Technology International
dan
keyakinan
kepada
Kegiatan Produksi
Komponen Lingkungan: Lapangan Kerja
Sifat Dampak
: Positif, terbuka lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat disekitar pabrik Tolok Ukur : J umlah kesempatan kerja d an usaha akibat k egiatan produksi. Upaya Pengelolaan Lingkungan:
MEKANISME PENGOLAHAN LIMBAH
Tabel 5.1 Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
Jenis Dampak Penurunan Kualitas Air dan Biota Air
NO.
Sumber Dampak
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan dan Masyarakat Persepsi dan sikap masyarakat
Upaya Pengelolaan Lingkungan ToloUkur Dampak Waktu Lokasi Pelaksanaan Metode Pengolahan Pelaksanaan Pengelolaan Pengelolan PP No.. 82 Tahun 2001 Melakukan pengenceran air garam,atau dan jumlah biota ir melakukan recycling and rause terhadap Selama Bagian air garam.Melakukan analisa kualitas air operasional produksi limbah dan badan air atau sungai pabrik penampung air limbah Tingkat kecelakaan dan Membuat kerangka Acuan kerja (KAK) kesehatankaryawan dan pada setiap operasi peralatan Selama Bagian masyarakat produksi.Membuat peringatan-peringatan operasional produksi diruang produksi terkait dengan bahaya- pabrik bahaya operasional peralatan Keresahan masyarakat Melakukan pendekatan sosial,dan memberikan penjelasan yang memuaskan Selama Masyarakat kepada masyarakat terkait dengan jaminan operasional di sekitar keselamatan,pengelolaan lingkungan,dan pabrik wilayah eksploitasi air bawah tanah yang masih operasional terkendali dan sesuai dengan pericinan berjalan pabrik yang diajukan
BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)
Sebagai tindak lanjut terhadap pengelolaan lingkungan (UKL), perlu dilakukan upaya pemantauan lingkungan (UPL). Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ditetapkan berdasarkan timbangan-timbangan teknis, pembiayaan dan aspek sosial guna meningakatkan dampak positif dan mengurngi atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap komponen lingkungan. Upaya Pengelolaan Lingkungan pada kegiatan Kolam Renang : 1. Jenis dampak yang akan dipantau. 2. Lokasi pemantauan. 3. Waktu Pelaksanaan pemantauan 4. Cara/metode pemantauan 5. Pelaksanaan pemantauan 6. Pelaporan hasil pemantauan 6.1
Upaya Pemantauan Lingkungan (ukl)
a. Utilitas Jenis dampak yang akan dipantau: Penurunan kualitas udara Keselamatan Kerja serta Kesehatan karyawan dan masyarakat
- jumlah masyarakat yang resah
-
-
Lokasi Pemantauan: Didalam lokasi pabrik dan masyarakat sekitar pabrik Waktu Pelaksanaan Pemantauan Selama operasi pabrik masih berjalan Cara/Metode Pemantauan: Analisa Kualitas udara (laboratorium), observasi, dan pendataan visual. Pelaksanaan Pemantauan: Pimpinan, khususnya kepala dan instansi Pelaporan Hasil Laporan: Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi Kabupaten Ngawi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Ngawi Dinas Kesehatan Pimpinan
Tabel 6.1 Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
No.
Sumber Dampak
Jenis Dampak yang Jenis Dampak akan dipantau Penurunan Debit Air
1
Utilitas
Keselamatan kerja dan kesehatan karyawan dan masyarakat Persepsi dan sikap masyarakat
Debit air bawah tanah yang mengalami penurunan Keselamatan kerja serta kesehatan karyawan dan masyarakat Jumlah masyarakat yang resah
Cara/metode pemantauan
Waktu Pelaksanaan Pemantauan
Analisa bkualitas air limbah (laboratorium), analisa kualitas Selama operasi udara (laboratorium), masih berjalan pengamatan Visual, dan pendataan Visual.
Lokasi Pemantauan
Didalam lokasi pabrik pupuk organik dan masyarakat sekitar pabrik
Pelaksana Pemantauan