LANDASAN TEORI PREEKLAMSI
1.
Definisi a. Preeklamsi Ringan Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi yang disertai edema dan proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. b. Preeklamsi Berat Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg disertai proteinuria > 5gram selama 24 jam (Ari. S 2009). Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Secara teoritik diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan urutan-urutan gejalah yang timbul yaitu hipertensi dengan tekanan darah > 140/90 mmhg atau tekanan sistolik meningkat > 15 mmhg, edema terlihat sebagai peningkatan berat badan dan proteinuria yang melebihi 0,3g/liter selama 24 jam (Arif M, 2007). 2007). Sehingga bila gejala ini timbul tidak dalam urutan di atas di anggap bukan preeklamsi. Dan jika ada penderita dengan gejalah adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut (Wiknjosastro, 2008).
2.
Klasifikasi Preeklamsi a.
Positif (+) jika kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau mencapai 140 mmHg, dan tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau naik sampai 15 mmhg.
b.
Positif (++) jika terjadi pembengkakan seluruh tungkai bawah.
c.
Positif (+++) jika pembengkakan di temukan pada daerah muka dan tangan, dinding perut bagian bawah dan bokong.
d.
Positif (++++) jika telah tel ah terjadi pembengkakan di seluruh tubuh.
Proteinuria adalah ditemukannya protein di dalam air kemih, yang melebihi 0,3 gr/liter dalam 24 jam j am (Hendragw, 2011).
3.
Gejalah preeklamsi ringan Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi terbaring terlentang atau kenaikan 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak pemeriksaan 10 menit. a. Oedema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg. atau lebih perminggu. b. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih perifer, kualitatif 1 positif atau 2 positif pada urin kateter.( Ari.S, 2009 )
4.
G ejalah Preeklamsi berat a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih b. Proteinuria positif ≥ ++ atau positif +++ c. Oliguria yaitu jumlah urin 500 cc per 24 jam d. Adanya gangguan cerebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrum. e. Terdapat edema paru dan sianosis.( Mocthar, 2005 )
5.
Patofisiologis Preeklamsi terjadi karena spasme pembuluh darah disertai retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerelus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerelus (Wiknjosastro,2008).
6.
Diagnosis Preeklamsi di dasarkan atas adanya 3 dari Trias tanda utama Hipertensi, Oedema dan Proteinuri. (Wiknjosastro, 2008).
7.
Prognosis
Prognosis untuk kasus preeklamsi masih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada angka kematian ibu di Indonesia yang berjumlah 3,4% sampai 8,5% di tahun 2008. 8.
Pencegahan Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tandatanda dini preeklamsi dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Tenaga kesehatan perlu lebih waspada akan timbulnya
preeklamsi seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya preeklamsi tidak dapat dicegah sepenuhnya namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam, dan penambahan
berat
badan
yang
tidak
berlebihan
perlu
dianjurkan
(Winkjosastro, 2008). Pencegahan pada ibu hamil dengan preeklamsi adalah dengan pengawasan antenatal yang teratur dan memperhatikan kenaikan tekanan darah, kenaikan berat badan, dan pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria. Pencegahan kejadian preeklamsi ringan dilakukan dengan cara : a. Diet makan Tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau oedema. Makanan berorientasi pada menu seimbang. b. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada kehamilan yang semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk dan berbaring kearah punggung janin sehingga alirah darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan (Manuaba, 2005). 9.
Pengawasan antenatal
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak dalam janin segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan ini memerlukan perhatian : a.
Uji kemungkinan preeklamsi 1. pemeriksaan tekanan darah 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 3. Pemeriksaan kenaikan badan atau oedema 4. Pemeriksaan protein dalam urine 5. Jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
b.
Penilaian kondisi janin 1. Pemantauan tinggi fundus uteri 2. Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim. DJJ dan pemantauan air ketuban. 3. Usulkan untuk melakukan ultrasonografi (Manuaba, 2005).
10. Upaya pendidikan kesehatan Upaya pendidikan kesehatan untuk keluarga penting dan baiknya dilakukan pada waktu kunjungan pranatal. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan pada keluarga. a. Tanda dan bahaya Pada pertengahan masa hamil perlu mengetahui tanda-tanda bahaya seperti perdarahan pervaginaan, kram, demam di atas 38 c, muntah yang menetap, pusing, penglihatan kabur, nyeri epigastrium. b. Hal-hal yang perlu dihindari Alkohol, obat-obat terlarang, olahraga yang berbahaya, daging setengah mentah (Wheeler, 2007) 11. Penanganan a. Preeklamsi ringan Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan dengan pantau tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin, lebih banyak beristirahat dan
diet rendah garam dan rendah lemak (Saifudin, 2007). Kebutuhan gizi untuk ibu hamil dengan preeklamsi ringan. 1. Status gizi : IMT (Indeks massa tubuh) :
() ()
2. BB ideal (TB-100)-10% (TB-100) Berarti 1 kalori x 24 jam x BB Ideal Koreksi tidur 0,1 x 7 jam x BB Ideal Aktifitas 0,5 x (berarti 1 kalori x 24 jam x BB Ideal + Koreksi tidur 0,1 x 7 jam x BB Ideal) SDA :
0,08 x Aktifitas 0,5 x (Berarti 1 kalori x 24 jam x BB ideal
+ Koreksi tidur 0,1 x 7 jam x BB ideal). Tambahan untuk ibu hami 300 kkal untuk trimester III. 3. Kebutuhan protein 1,3 gr.= 1,3 x BB Ideal 4. Kebutuhan lemak 20%= 20% kal energi 5. Kebutuhan vitamin A, B, dan C Vitamin A = 500 RE
Vitamin B = 2,4 mg
Vitamin C = 75 mg
6. Kalsium = 800 m
7. Fosfor 600 mg
8. Fe = 26 mg
(Soenardi, 2007)
Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi (Saifudin, 2007)
b. Preeklamsi berat 1. Anti kejang Terapi pilihan pada preeklamsi adalah mangesium sulfat (MgSO4) diberikan 4 gram MgSO4 20% (20 cc) Intra vena (IV) dan disusul dengan 8 gram MgSO4 40%, Intra Muskuler (IM). Sebagai dosis pemeliharaan, diberikan 4 gram MgSO4 40% IM setiap 6 jam sekali setelah dosis awal.Syarat pemberian MgSO4 : a. Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc). b. Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit. c. Produksi urine > 30 cc per jam (> 0,5 cc/kg BB/jam) d. Refleks patela positif. 2. Diazepam Apabila tak tersedia MgSO4 (sebagai obat pilihan) dapat diberikan injeksi diazepan 10 mg IV, yang dapat diulangi setelah 6 jam . 3. Anti hipertensi,dapat dipilih antara lain. a. Hidralizine 2 mg IV, dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl sampai tekanan darah sistolik 170 mmHg dan diastolik 110 mmHg. b. Klonidin 1 ampul dalam 10 cc NaCl IV, dilanjutkan dengan 7 ampul dalam 500 cc cairan ringer laktat. c. Nifedipin per oral 3-4 kali 10 mg. d. Obat-obatan lain, seperti : metildopa, etanol, labetolol c. Eklamsi 1. Obat anti kejang a. Dosis awal 1. Masukkan 4 gr MgSO4 20% dalam larutan 20 cc selama 4 menit. 2. Susul dengan pemberian 8 gr MgSO4 IM dalam larutan 20 cc di berikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gr.
b. Dosis Pemeliharaan Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gr MgSO4 40% IM c. Dosis tambahan 1. Bila timbul kejang lama, dapat diberikan 2 gr MgSO4 20% selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. 2. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang diberikan penobarbital 3-5 mg secara perlahan-lahan. d. Pemantauan tanda-tanda keracunan MgSO4 2.
Perawatan serangan kejang dan koma a. Di kamar isolasi yang cukup terang dan tenang. b. Masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita c. Kepala direndahkan, daerah orofaring di isap. d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna menghindarkan fraktur. e. Pada status konvulsivus, dapat dipertimbangkan pemberian suntikan benzodiazepin, fenitoin, atau diazepam. f.
Untuk mengatasi edema otak dapat diberikan infus cairan manitol, gliserol atau dexametason.
g. Pemantauan kesadaran dan dalamnya koma. h. Pencegahan dekubitus. i.
Pemberian nutrisi dapat dipertimbangkan melalui NGT (naso gastric tube).
Sumber Pustaka : Saifudin B. A, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Material Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. Manuaba I. B. G, 2005. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGsC, Mochtar R, 2005, Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi EGC,Edisi II, Jilid I.Jakarta Hendragw, 2011 Infomedika. Preeklampsia. http://www.google.com.
LANDASAN TEORI HIPEREMISIS GRAVIDARUM
1.
Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berat berlangsung sampai empat bulan sehinga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemisis gravidarum (Sarwono, 2008). Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk disebabkan oleh terjadinya dehidrasi (Nugraheny, 2009). Hipermesis gravidarum adalah mual dan muntah merupakan gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I, gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2007).
2.
Etiologi (Nugraheny, 2009) Penyebab hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan kelainan biokimia. a.
Faktor predisposisi
: yang sering ditemukan adalah primigravida,
molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormone memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormone corionik gonadotropin dibentuk berlebihan. b.
Masuknya vili khoriolis : dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c.
Alergi : sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d.
Faktor psikologi : memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut akan berperan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 3.
Gejala dan Tingkat Hipremesis Gravidarum (Nugraheny, 2009) Gambaran gejala hiperemisis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga (3) tingkat: a. Hiprremisis gravidarumTingkat I (satu) 1)
Muntah berlangsung terus
2)
Muntah berkurang
3)
Berat badan menurun
4)
Kulit dehidrasi
5) Nyeri didaerah epigastrium 6) Nadi meningkat 7)
Tekanan darah sistolik menurun
8)
Turgor kulit mengurang
9)
Lidah mengering
10) Mata cekung b. Hiperemesis gravidarumTingkat II (dua) 1)
Penderita tampak lebih lemah
2)
Turgor kulit lebih mengurang
3)
Lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat 5)
Suhu kadang – kadang naik
6)
Mata sedikit ikterus
7)
Berat badan menurun
8)
Tensi turun
9)
Penderita tampak apatis
10) Nafas berbau aseton c. Hiperemesis gravidarum Tingkat III 1)
Keadaan umum lebih parah
2)
Muntah berhenti
3)
Kesadaran menurun dari samnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
4.
5)
Suhu meningkat dan tensi menurun
6)
Lidah mengering Mata cekung
Patofisiologi (Nugraheny, 2009) Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ sebagai berikut: a.
Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
b.
Jantung : jantung attrofi kecil dari biasa dan kadang kala dijumpai pendarahan subendokardial
5.
c.
Otak : terdapat bercak pendarahan pada otak
d.
Ginjal : tampak pucat, degenrasi lemak tubuh kontorti
Penanganan (Nugraheny, 2009) a.
Pencegahan (terapi psikologi) : dengan memberikan informasi dan edukasi
tentang
kehamilan
pada
ibu
hamil
dengan
maksud
menghilangkan faktor psikis rasa takut tentang diet ibu hamil b.
Pemberian cairan pengganti
: dalam keadan darurat diberikan cairan
pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5 -10%. Selama pemberian cairan harus mengontrol keseimbangan cairan yang masuk dan keluar bila keadaan muntah berkurang , kesadaran membaik, wanita hamil dapat diberikan makanan dan minuman serta mobilisasi. c.
Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap dirumah sakit : 1)
Kadang – kadang pada beberapa wanita hanya tidur dirumah sakit saja telah banyak mengurangi mual dan muntahnya.
2)
Isolasi, jangan terlalu banyak tamu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk kadang kala hal ini merupakan pengobatan kusus dalam mengurangi mual dan muntahnya.
3)
Terapi pikologi .
4)
Memberikan terapi obat – obatan.
5)
Obat yang diberikan adalah : a)
Sedative ringan : luminal, stesolid.
b)
Vitamn B1 dan B6.
c)
Anti muntah : mediamer B6, dramamin, avofreg, avomin, torecan.
d) d.
Antasida dan anti mual.
Menghentikan kehamilan : pada beberapa kasus,pengobatan hiperemisis gravidarum tidak berhasil dan keadaan semakin memburuk sehingga di perlukan pertimbangan untuk melakukan abortus.
Keadaan tersebut
diantaranya adalah : 1)
Gangguan kejiwaan a) Apatis, samnolen, sampai koma b) Terjadi ganguan jiwa
2)
Gangguan penglihatan a) Pendarahan retina b) Kemunduran penglihatan
3)
Gangguan faal a.
Jantung dan pembuluh darah meningkat
b.
Tekanan darah menurun
Sumber Pustaka : Nugraheny. E., 2009. Yogyakarta.
Asuhan Kebidanan Patologi.
Pustaka Rihama.
Prawirohardjo, S, 2007., Ilmu Kebidanan, PenerbitYBP-SP, Jakarta. Sarwono, P., 2008. Ilmu Kebidanan. YBPSP. Jakarta