12.1 Ketombe 12.1.1 Definisi ketombe
Ketombe Ketombe atau dikenali juga sebapagai sebapagai pitiriasi pitiriasiss capitis, capitis, pitiriasi pitiriasiss simpleks simpleks atau pitiriasis sika, adalah kelainan skuamasi kulit kepala, dan dapat atau tidak berkaitan dengan seborrhea (Del Rosso,2011) . Dalam pengertian lain,ketombe lain,ketombe merupakan suatu kondis kondisii abnorma abnormall terjadi terjadinya nya pemben pembentuka tukan n skuama skuama atau atau terlep terlepasny asnyaa serpih serpihan an kulit, kulit, berwarna putih kekuningan dari kulit kepala atau suatu kondisi terjadinya pelepasan berlebihan sel kulit mati dari kulit kepala, dan biasanya disertai dengan gatal. Skuama atau serpihan ini terlepas karena aksi mekanis dan dapat terlihat baik di rambut atau di permukaan horizontal di bawah rambut seperti bahu dan di atas punggung (Schwartz JR,2010).
Ketombe (pitiriasis capitis) adalah satu bentuk bukan-radang dari dermatitis seboroik dengan adanya peningkatan sisik kulit kepala, yang merupakan spektrum akhir yang akti pada
proses
deskuamasi
isiologi.
!anakala
dermatitis
seboroik
(Dermatitis
pityrosporum, dermatitis di area seboroik) adalah peradangan, eritema, erupsi bersisik yang terjadi secara primer di area seboroik yaitu area yang mempunyai bilangan dan akti"itas kelenjar sebum terbanyak seperti di kulit kepala dan area sentral pada wajah. #okasi lesi pada dermatitis dermatitis seboroik dapat juga muncul di luar kulit kepala, terutama di lipatan lipatan nasolabial, nasolabial, telinga, telinga, alis mata dan dada. Dermatitis Dermatitis seboroik seboroik memicu memicu percepatan percepatan pertumbuhan jaringan epidermal yang menyebabkan retensi nuclei karena tidak mempunyai waktu yang mencukupi untuk matur dengan sempurna dalam sel stratum korneum. Dikarenakan dermatitis seboroik dianggap sebagai sebuah penyakit,ketombe juga harus dianggap sebagai sebuah penyakit karena ia merupakan salah satu bentuk bukan-radang dari dermatitis d ermatitis seboroik (Manel !, 2010). Sesuatu penyakit pada manusia dideinisikan sebagai mana-mana kondisi yang menyebabkan ketidakselesaan, disungsi, kesusahan, masalah sosial, dan kematian kepada orang yang menderita. Dari deinisi ini, ketombe dianggap sebagai satu penyakit. $amur merupakan agen etiologi pada dermatitis seboroik. !alassezia meningkat dari %.& ke ' kali lipat (& dari lora) dalam ketombe. *ahap kritikal kolonisasi jamur memb membaw awaa kepa kepada da perl perlep epas asan an medi mediat ator or propro-ra rada dang ng.. +al +al ini ini memb membaw awaa kepa kepada da mikroinlamasi subklinikal yang akhirnya memberikan hasil ketombe (Manel !, 2010) .
12.1.2 "#i$emiolo%i
elakangan ini, ketombe merupakan masalah yang cukup menonjol di kalangan umum karena banyak ditemukan dan mempengaruhi hampir setengah populasi dunia pada usia post-pubertas dan berbagai jenis kelamin dan etnik (&rner ', et al, 2012) . Ketombe dapat menyebabkan rasa khawatir dan tertekan, hilangnya kepercayaan diri atau tidak nyaman bagi penderitanya. !enurut badan konsensus merika Serikat, dengan dasar data internasional pada tahun '/, diperkirakan terdapat & million penderita ketombe di merika Serikat dengan pre"alensi sekitar %0,10 dan terdapat /1,011,'2' di 3ndonesia (S censs brea,200*) . Ketombe dianggap sangat kerap umumnya dan lebih kerap pada lelaki dibanding wanita dan lebih kerap pada orang muda daripada orang yang lebih tua (Miser+ , et al, 2011). Ketombe sering ditemukan pada usia dewasa muda, sedangkan pada anak relati
jarang dan berbentuk ringan. 3nsiden puncak dan keparahan penyakit terjadi pada usia sekitar ' tahun.
12.1.- "tio#ato%enesis
4enyakit ketombe belum diketahui dengan pasti penyebabnya. 5amun terdapat beberapa jalur etiopatologik dengan mekanisme yang kompleks, yang dapat menyebabkan ketombe. eberapa aktor dianggap berhubungan dengan terjadinya ketombe6
a. +iperprolierasi epidermis Stratum korneum terdiri dari korneosit yang dikelilingi oleh berbagai lapisan lipid yaitu seramid, kolesterol, dan asam lemak. 3ntegritas dari stratum korneum dicapai melalui korneodesmosom yang mengunci korneosit sekitarnya bersama-sama di stratum korneum dan antara lapisan stratum yang berdekatan. Korneodesmosom merupakan kekuatan kohesi primer yang harus didegradasi untuk mempermudah deskuamasi, proses pergantian kulit, yang mengalami kekacauan pada ketombe (&rner ', et al, 2012 ). Stratum korneum bertindak sebagai barier protekti untuk mencegah hilangnya air dan mempertahankan hidrasi kulit kepala, juga sebagai barier terhadap in"asi patogenik oleh mikroorganisme termasuk Malassezia, agen toksik, oksidan, dan radiasi 78. +ilangnya ungsi barier ini berdampak pada banyak aspek integritas dan ungsionalitas stratum
korneum. Dinyatakan bahwa, lipid struktural dari stratum korneum penderita ketombe mengalami deplesi dan tidak beraturan yang sesuai dengan melemahnya barier yang diindikasikan dengan meningkatnya transepidermal water loss (*9:#).;angguan ungsi barier yang terjadi secara kronis dapat mengganggu hidrasi yang tepat, sehingga menyebabkan prolierasi epidermal yang tidak sesuai (hiperprolierasi), dierensiasi keratinosit dan maturasi stratum korneum yang tidak normal, yang mendasari timbulnya gejala ketombe. !enurunnya waktu transit, atau p ergantian, keratinosit melalui epidermis yang disebabkan oleh hiperprolierasi ini berkaitan dengan terjadinya keratinisasi yang abnormal. ;angguan barrier menyebabkan penderita ketombe lebih rentan terhadap eek samping toksin mikroba dan jamur, dan polutan lingkungan, dengan demikian mengekalkan gangguan barier yang ada. 8ariasi struktural pada le"el seluler mengakibatkan barier stratum korneum terganggu secara ungsional. arier tidak lagi eekti seperti kulit normal dalam mengurangi transmisi penguapan kelembaban juga dalam mengurangi penetrasi bahan eksogen.
b. 4eran sebum Kulit kepala manusia sangat sensiti terhadap androgen dan kaya dengan sebum. 4eran sebum pada ketombe terkait dengan korelasi kuat dengan akti"itas kelenjar sebasea. Ketombe sendiri terjadi di daerah kulit dengan le"el sebum yang tinggi. Sebum memiliki banyak kegunaan. Sebum terlibat dalam perkembangan epidermis dan pemeliharaan barier, mentranspor antioksidan, proteksi, bau badan, dan munculnya eromon. Sebum secara langsung terlibat dalam sinyal hormonal, dierensiasi epidermis, dan proteksi dari radiasi ultra"iolet (78) (&homas , et al, 200) . Sebum juga melindungi kulit dari ineksi bakteri dan jamur dermatoita melalui eek asam lemaknya yang bersiat ungistatik. 5amun pada jamur Malassezia, lipid diperlukan untuk pertumbuhannya. !alassezia memerlukan lemak untuk tumbuh, jadi lebih banyak sebum kaya lipid di kulit kepala sangat penting untuk makanan jamur tersebut. Sebum manusia merupakan campuran kompleks dari trigliserida, asam lemak, wax ester , sterol ester, kolesterol, kolesterol ester, dan skualen. Saat disekresikan, sebum terdiri dari trigliserida dan ester
yang diurai oleh mikroba menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. sam lemak bebas berperan utama dalam inisiasi respon iritan, yang terlibat dalam hiperprolierasi kulit kepala (Dawson &, et al, 200) . Komposisi dari asam lemak sebum sendiri tidak tetap namun berubah terkait dengan laju sekresi sebum. +ipersekresi sebasea terjadi jika kelenjar sebasea menghasilkan begitu banyak sebum, kulit dan rambut menjadi berminyak, dan kulit kepala tidak mendapatkan oksigenasi yang cukup. Secara spesiik, dengan meningkatnya sekresi sebum, perubahan tampak terjadi pada komposisi kelas lipid yaitu lebih banyak wax ester dibandingkan dengan kolesterol ester dan pada komposisi asam lemak ester lipid. 4erubahan kuantitas dan komposisi sebum di mana terjadi peningkatan wax ester dan kecenderungan dari trigliserida ke rantai asam lemak lebih pendek merupakan salah satu aktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketombe.
c. 4eran mikroba Malassezia (dulu dinamai Pityrosporum) merupakan bagian normal dari lora kulit. $amur lipoilik ini dianggap berperan pada terjadinya ketombe. Selama terjadinya ketombe, le"el Malassezia meningkat %,& = ' kali dari le"el normalnya. Karena memerlukan lemak untuk tumbuh maka jamur ini ditemukan di bagian-bagian tubuh yang kaya lemak, khususnya di dada, punggung, wajah, dan kulit kepala. 4rolierasi Malassezia, dan adanya pseudohia pada pemeriksaan mikroskopik dengan K>+, mengaitkan Malassezia furfur dan spesies Malassezia lain dengan pitiriasis "ersikolor. Sebaliknya, ragi Malassezia pada kerokan kulit dari pasien dengan dandruff atau dermatitis seboroik hanya dapat terlihat dengan teknik pulasan periodic Acid-Schiff (4S) pada jaringan yang diiksasi ormalin atau :right-;iemsa, Nile Blue, atau merah netral pada apusan baru. 4ada skuama ketombe tidak ditemukan pseudohia (/ark K, et al, 2012). Malassezia terdapat pada kulit kepala normal atau dengan ketombe dan
merupakan mikroorganisme terbanyak pada keduanya. !ikroorganisme umum lain yang dapat ditemukan dari kulit kepala adalah kokus aerob dan Propionibacterium acnes. 4eran bakteri dalam pembentukan ketombe diperkirakan kecil karena obat antijamur selekti merupakan terapi yang paling eekti. 5amun, pada beberapa pasien yang tidak berespon terhadap sampo antijamur sering dijumpai kolonisasi bakteri yang berlebihan.
Dalam hal ini, mungkin terjadi peradangan yang dipicu oleh kolonisasi bakteri. Secara umum, kulit kepala dengan ketombe mengandung lebih banyak sel ragi daripada kulit kepala tanpa ketombe, namun jumlah dan distribusi sel ragi kurang penting dibandingkan dengan respon pejamu terhadap keberadaan mereka. 9liminasi sel ragi akan diikuti oleh berkurangnya skuama dan rekolonisasi diikuti oleh kambuhnya deskuamasi. Dengan menggunakan berbagai penanda molekuler, maka teridentiikasi paling sedikit % spesies dalam genus Malassezia 6 M. globosa, M. restricta, M. obtuse, M. slooffiae, M. sympodialis, M. furfur , M. nana, M.aponica, M. yamatoensis, dan M. pachydermatis. !asing-masing spesies memiliki karakteristik biokimia dan genetik spesiik. Dengan teknik-teknik molekuler didapatkan bahwa skuama dari pasien dengan ketombe dan orang normal memperlihatkan spesies yang sama, namun pasien dengan ketombe memiliki pre"alens yang lebih tinggi untuk setiap spesies. Spesies yang paling pre"alen adalah M. restricta (dahulu P. o!ale) dan M. globosa (dahulu P. orbiculare) (/ark K, et al, 2012). 4eran jamur dalam menimbulkan kelainan diduga berhubungan dengan
mekanisme imunologis, tetapi kemungkinan juga eek langsung organisme dalam menstimulasi respon inlamasi karena ragi tersebut dapat memproduksi sejumlah iritan antara lain lipase, peroksidase, asam lemak bebas tak jenuh, dan trigliserida tak jenuh. Malassezia yang bersiat lipoilik menggunakan lipid sebum sebagai sumber nutrisi, dan produksi sebum dihipotesiskan diperlukan untuk mendukung pertumbuhan Malassezia. !enurut teori yang ada, peningkatan dalam produksi sebum dan prolierasi Malassezia dapat mencetuskan terjadinya ketombe. Malassezia yang dijumpai di permukaan kulit kepala dan di dalam inundibulum olikel dapat mensekresikan enzim hidrolitik, termasuk lipase, ke lingkungan ekstraseluler. 9nzim lipase ini akan membelah trigliserida sebasea ke asam lemak bebas dan gliserol. Selanjutnya, Malassezia mengkonsumsi asam lemak tersaturasi yang diperlukan untuk prolierasinya dan meninggalkan sejumlah asam lemak bebas tidak tersaturasi yang bersiat iritan. sam lemak bebas yang tidak tersaturasi ini berpenetrasi ke epidermis, dan pada indi"idu yang rentan akan menginduksi penerobosan ungsi barier kulit, menginduksi iritasi dan selanjutnya hiperprolierasi dan pengelupasan kulit (&rner ', et al, 2012) .
d. 4eran kerentanan indi"idu
!eskipun Malassezia globosa dijumpai pada hampir semua manusia namun hanya ,& = ,& di antaranya yang menderita ketombe. 4erbedaan antara indi"idu yang rentan dengan ketombe dan tidak rentan masih tidak jelas. *erdapat berbagai kemungkinan di antaranya, perbedaan bawaan dalam ungsi barier stratum korneum, permeabilitas kulit, dan respon imun terhadap asam lemak bebas atau protein dan polisakarida dari Malassezia (Dawson &, 200) .
e. 4eradangan Malassezia dapat memicu reaksi peradangan melalui pengakti"an tollli"e receptor (*#?) yang menyebabkan pembentukan sitokin melalui sistem imun bawaan. *#?' diperkirakan berperan dalam reaksi terhadap Malassezia furfur , di mana ekstrak ragi tanpa lemak menginduksi pembentukan *5<-@, 3#-2, dan 3#-%A, sementara ekstrak ragi total tidak menyebabkan pembentukan sitokin-sitokin pro-inlamasi dalam jumlah signiikan. Keratinosit manusia yang terineksi M. furfur memperlihatkan peningkatan ekspresi *#?', myeloid differentiation factor ## (!yD00), peptida antimikroba Adeensin ' dan 1, serta m?5 interleukin-0 (3#-0). 9ek ini dapat dihambat oleh antibodi anti-*#?'. $enis-jenis sitokin yang terinduksi berbeda sesuai spesies Malassezia yang diteliti, M. globosa menginduksi 3#-&, 3#-%, dan 3#-%1 sementara M. restricta menginduksi 3#-/ (Schwartz JR, et al, 2010) . kti"itas lipase merupakan mekanisme yang dapat mengaitkan ragi Malassezia dengan pembentukan skuama dan peradangan pada
ketombe dan dermatitis
seboroik. Sebum
dari
pasien dengan
ketombe
memperlihatkan kadar asam lemak tak-jenuh yang tinggiB kadarnya pulih ke normal setelah terapi sampo antimikroba.
.
penggunaan sampo yang mengandung suraktan keras dapat menyebabkan kerusakan pada protein dan lipid kulit dengan ekstraksi asam lemak yang merupakan asam alami yang melindungi kulit, sehingga menyebabkan tightness setelah mencuci, kekeringan, kerusakan barier, terganggunya deskuamasi, meningkatnya transepidermal water loss (*9:#), iritasi, dan bahkan gatal.
12.1.* Manifestasi klinis
*ingkat paling ringan dari ketombe ditandai oleh skuama halus di oriisium sebagian olikel rambut. 4ada derajat yang lebih parah, skuama terdapat di seluruh permukaan kulit kepala, berukuran lebih besar, dan menggumpal. 4ada keadaan yang paling parah, skuama dapat membentuk anyaman padat yang menutupi seluruh kulit kepala. Skuama dapat berwarna keputih-putihan atau keabu-abuan dan dapat terlepas dari permukaan kulit dan bertebaran di antara batang rambut atau jatuh pada kerah baju ataupun bahu penderita. 4enyakit ini sering asimtomatik, tetapi tidak jarang disertai rasa gatal yang terkadang hebat, perasaan tightness dan kering di kulit kepala (&rner ', et al, 2012). 5amun, derajat gatal yang dikeluhkan penderita tidak selalu berkorelasi langsung dengan derajat deskuamasi. ?asa gatal terjadi terutama bila panas dan berkeringat yang meningkatkan akti"itas kelenjar minyak kulit. 4eningkatan akti"itas kelenjar minyak dan terjadinya peradangan kulit menyebabkan kulit terasa gatal sekali dan membuat penderita menggaruk. kibat garukan yang dilakukan akan terjadi pelepasan lapisan keratin epidermal yang kemudian menempel di batang rambut atau jatuh ke baju. Dan akibat garukan kadang terjadi luka pada kulit kepala yang dapat menimbulkan ineksi sekunder dari mikroba lain. 3neksi bisa menyebabkan demam dan nyeri. kibat lainnya dari garukan dan keratinisasi yang meningkat, rambut akan mudah terlepasCrontok, terutama di daerah !ertex (puncak kepala) yang apabila berlangsung lama dapat menjadi botak. 5amun kerontokan rambut biasanya bersiat re"ersibel pada kasus kronis. Dan walaupun gambaran klinis pada ketombe bersiat ringan, namun kondisi yang terjadi dapat mempengaruhi estetika, menimbulkan hilangnya kepercayaan diri dan persepsi sosial yang negati sehingga berdampak pada kualitas hidup. #esi kulit kepala penderita ketombe dapat mengalami perubahan inlamasi yang tampak secara klinis dan
berkembang menjadi dermatitis seboroik. 12.1. Dia%nosis Ketombe
4enyakit ketombe adalah satu kondisi yang mudah didiagnos sendiri dari gejala gatal, kulit kepala kering dan bersisik. Diagnosis ketombe dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis yang berokus pada kulit kepala. 4ada beberapa kasus, biopsi diperlukan untuk mendiagnosis penyebab pasti dari gejala yang muncul. Dermtitis seboroik ditandai dengan kulit tampak kemerahan, sisik kuning dan plak dengan batas tidak tegas. 4soriasis pula ditandai dengan kulit dengan sisik yang mengkilap dan plak berbatas tegas. ;ambaran histopatologi dari kulit kepala penderita ketombe yaitu adanya hiperprolierasi keratinosit yang ditandai dengan retensi inti parakeratotik, struktur korneosit ireguler, droplet lipid intraseluler dan hilangnya struktur lipid lamelar yang terorganisasi (&rner ', et al, 2012) .
12.1. /en+akit klit ke#ala lain +an% mem#en%arhi kalitas hi$#
Ketombe bukan satu-satunya penyakit kulit kepala yang boleh mempengaruhi kesehatan isik, psikologis dan hubungan sosial penderita. 4enyakit kulit kepala lain juga boleh mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala dan maniestasi klinis yang hampir sama dengan ketombe adalah psoriasis scalp, tinea kapitis, pediculosis capitis dan dermatitis kontak. 4enyakit-penyakit ini penting untuk dikenalpasti dalam penelitian ini karena merupakan kriteria eksklusi dalam pemilihan subjek yang mengalami ketombe. +al ini karena peneliti harus memastikan kualitas hidup subjek yang diperiksa cuma dipengaruhi oleh penyakit ketombe dan bukan penyakit kulit kepala yang lain. 4enyakit penyakit kulit kepala yang lain ini juga merupakan diagnosis dierensial bagi ketombe. 4soriasis scalp merupakan penyakit peradangan kulit kronis yang ditandai dengan adanya gambaran berupa plak eritematosa yang berbatas tegas dan menebal dengan permukaan skuama yang berwarna putih keperakan, dan dapat terkait dengan tipe psoriasis berbeda lainnya. #esi ini dapat melibatkan daerah hingga batas rambut dan di luar batas rambut, daerah wajah, namun lokasi yang paling sering adalah di belakang telinga, di atas batas rambut, dan di daerah perier dari wajah, seperti pelipis dan bagian
atas dari leher bagian belakang. 4soriasis scalp tidak menyebabkan hilangnya rambut. Diagnosis psoriasis scalp ditegakkan bila dijumpai gejala klinis yaitu adanya plak eritematosa yang ditutupi skuama tebal dan berwarna putih keperakan disertai penemuan pemeriksaan enomena tetesan lilin dan tanda uspitz yang positi (3rti%osa JS, et al, 2004).
*inea kapitis tipe gray patch merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang rambut dan kulit kepala. Diagnosis berdasarkan penemuan klinis yang ditandai oleh papul merah di sekitar rambut yang kemudian melebar dan membentuk bercak bersisik yang berbatas tegas dengan daerah alopesia yang berskuama dan terasa gatal. ?ambut di daerah lesi mudah patah dan terlepas dari akarnya dan warna rambut berubah menjadi abu-abu dan tidak berkilat. 4emeriksaan dengan lampu :ood dan pemeriksaan mikroskopik dapat membantu menegakkan diagnosis pasti dari penyakit ini (5$iml6a ,2010) .
4edikulosis kapitis merupakan penyakit pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh parasitCkutu 4edikulus humanus kapitis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dijumpai keluhan gatal dan gejala klinis dijumpai erosi, ekskoriasi, dan ineksi sekunder berupa pus atau krusta yang disebabkan oleh garukan disertai penemuan pemeriksaan kutu atau telur kutu, terutama di daerah oksiput dan temporal (an$oko R/, 2010) . Dermatitis kontak merupakan penyakit peradangan kulit yang disebabkan oleh bahanCsubstansi yang menempel pada kulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dijumpai keluhan gatal atau nyeri dan memiliki riwayat kontak dengan bahan yang dicurigai sesuai dengan kelainan kulit yang ditemukan dan penemuan klinis dijumpai gambaran ruam polimorik berupa eritema, edema, papul, "esikel, skuama dan likeniikasi tergantung pada stadium penyakit yang dapat bersiat akut maupun kronis (Slarsito S, 2010).
12.2 Kalitas hi$# 12.2.1 Definisi
>rganisasi kesehatan dunia (:+>) mendeinisikan kualitas hidup ($uality of life) sebagai persepsi indi"idual dari keberadaannya dalam hidup, dalam konteks kultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, perhatian dan dampaknya pada kesehatan isik, kondisi mental dan independensi hubungan sosial. (5oth et al , 200).
:+>># (%EE) menyatakan terdapat 2 komponen dari seluruh kualitas hidup dan kesehatan secara umum (7383, 144) 6 %. Kesehatan isik 4enuh bertenaga dan kelelahan, penyakit dan kegelisahan, tidur dan beristirahat, '. 4sikologis 4enampilan diri, perasaan positi, perasaan negati, kepercayaan diri, berikirB belajarB mengingatB dan konsentrasi. 1. *ingkat kebergantungan pada diri sendiri ergerak dan berakti"itas seharian, kebergantungan pada obat-obatan, kemampuan bekerja. /. +ubungan sosial +ubungan personal, dukungan sosial, akti"itas seksual. &. #ingkungan 4endapatan sendiri, kebebasan, keselamatan izikal, akses ke pelayanan ksehatan, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan inormasi dan skil yang baru, peluang dalam berpartisipasi dalam rekreasi, lingkungan izikal bebas polusi, bising, macet, dan cuaca buruk, transportasi. 2. gama dan kepercayaan gama, spiritual, kepercayaan peribadi.
Kualitas hidup dipengaruhi oleh pengalaman, kepercayaan, harapan, serta persepsi orang tersebut yang secara kolekti disebut persepsi sehat. Setiap domain dari kualitas hidup diukur dalam dua dimensi yaitu pengukuran ungsi status sehat yang bersiat
objekti dan persepsi sehat yang bersiat subjekti. !eskipun dimensi objekti penting dalam menentukan tingkat kesehatan seseorang, namun persepsi serta harapan penderita dapat mengartikan pengukuran objekti ke dalam kualitas hidup yang sebenarnya. +arapan terhadap kesehatan dan kemampuan mengatasi sesuatu dengan keadaan yang terbatas mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap persepsi sehat serta kepuasan hidup.
12.- bn%an antara ketombe $en%an tin%kat kalitas hi$#
?ambut memiliki peran signiikan dalam kehidupan seseorang, yang tidak hanya berdampak pada luaran namun dari dalaman juga. !eskipun rambut bukan hal pokok untuk kesehatan dan kehidupan manusia, perubahan pada kepadatan pertumbuhan rambut, pola atau perubahan warna dan teksturnya sering dapat menyebabkan stress. Selain itu, jenis perubahan ini dapat mengindikasikan penyakit sistemik yang mendasari, termasuk gangguan endokrin, genetik, metabolik, atau nutrisi dan psikiatrik. egitu juga, perubahan di kulit kepala pada beberapa kasus dapat menjadi penanda dari masalah medis yang lebih besar. Dalam hal ini, maka diagnosis yang tepat adalah penting. !eskipun gangguan rambut dan kulit kepala umumnya tidak terkait dengan morbiditas isik yang signiikan dan tidak mengancam kehidupan, dampak psikologis dari masalah di kulit kepala yang terlihat mungkin sangat tinggi. 4erubahan dalam penampilan rambut dan kulit kepala mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri dalam lingkungan sosial. Ketombe merupakan partikel keratin yang terlepas dari kulit. Dijumpai adanya pergantian konstan sel epidermis di kulit setiap ' hari. Sepanjang laju pergantian ini normal, maka sulit untuk melihat sel-sel yang terlepas. 5amun, jika laju pergantian ini meningkat, maka lebih banyak lagi sel-sel keratin mati yang dihasilkan, yang melekat ke partikel keratin, dan dapat terlihat dengan mata kasar saat sel-sel tersebut luruh. Ketombe terkait dengan meningkatnya pembaharuan dan pelepasan dari sel-sel di kulit kepala ini. ;umpalan dari sel-sel kulit mati ini luruh di kulit kepala atau berakumulasi di rambut sebagai serpihan berwarna putih dan kulit kepala sendiri dapat terasa gatal atau nyeri. Ketombe dapat mempengaruhi pria maupun wanita, namun lebih banyak menimbulkan masalah pada wanita karena rambut yang panjang dan kebutuhan untuk
mempertahankan nilai kosmetik rambut. !eskipun termasuk gangguan kesehatan kulit, sebenarnya ketombe tidaklah membahayakan tubuh, juga tidak menimbulkan rasa sakit. kan tetapi, masalah kulit yang satu ini tetap saja membuat penderitanya merasa terganggu, baik secara isik maupun psikis. ;angguan isik yang ditimbulkan oleh kehadiran ketombe antara lain rasa gatal di kulit kepala dan dapat mengakibatkan rambut rontok. Sementara itu, dampak psikologis dari kemunculan ketombe jauh lebih kompleks. Kulit kepala berskuama pada ketombe dapat terlihat tidak higienis dan tidak rapi. Seseorang akan merasakan malu atau canggung dan kehilangan kepercayaan diri ketika ketombe yang tampak sebagai serpihan-serpihan kecil berwarna putih atau kelabu itu luruh di baju. +al ini tentu saja sangat mengganggu penampilan. Ketidaknyamanan akibat ketombe juga bisa muncul ketika kulit kepala terasa gatal dan harus digaruk untuk mengatasinya, padahal bisa saja peristiwa ini terjadi ketika seseorang tengah berada di khalayak ramai.. ;atal akibat ketombe menyebabkan rasa !alu pada penderita. !enggaruk kepala dalam situasi seperti itu tentu terasa tidak nyaman. Selain itu akti"itas seharian pun dapat terganggu (Manel !, et al, 2011). Ketombe dapat mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri.
Ketombe
menyebabkan lebih banyak masalah sosial dan psikologis daripada masalah medis karena dapat mengakibatkan masalah kepribadian yang serius, trauma psikologis signiikan, yang bermaniestasi pada hilangnya harga diri dan munculnya citra sosial yang negati. Ketombe dapat mempengaruhi seseorang di luar gejala isik serpihan putih, gatal atau perasaan kulit kepala yang kering, hal tersebut mempengaruhi kehidupan seseorang pada aspek lainnya seperti karir, sosial dan cinta (Manel !, 2011).
12.* Skala Kalitas i$# Dermatolo%i mm
Skala dermatologi umum adalah spesiik untuk kulit tetapi tidak penyakit kulit tertentu. eberapa contoh termasuk S"index-%&, 'ermatology (ife )uality *ndex (D#3), 'ermatology )uality of (ife 11 Scales (D>#S), dan 'ermatology-Specific )uality of (ife ( DS# ). 8ersi anak-anak dari D#3 disebut +hildren,s 'ermatology (ife )uality *ndex ( FD#3 ) yang tersedia dalam "ersi kartun berwarna.
12.*.1 /enilaian Kalitas i$# /en$erita Ketombe $en%an Skindex-29
4engukuran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatanChealth-related $uality of life (+?#) semakin penting pada pasien dengan penyakit kulit. Dalam dermatologi sendiri, +?# dapat dinilai dengan instrumen generik, instrumen spesiik dermatologi, dan instrumen yang spesiik kondisi. lat +?# yang lebih spesiik secara klinis lebih sesuai, sering memiliki "aliditas konseptual yang baik, dan mungkin lebih responsi daripada instrumen generik (5oth , et al, 200). lat +?# yang spesiik dermatologi, S"index-%& merupakan instrumen paling optimal yang tersedia. S"index-%& merupakan instrumen +?# yang dirancang untuk mengukur eek dari penyakit kulit pada kehidupan pasien. S"index-%& pada awalnya dikembangkan oleh Fhren et al ., yang kemudian dimodiikasi untuk penilaian kualitas hidup pada pasien ketombe. Kata-kata GkulitH dan Gkondisi kulitH pada S"index-%& sebelumnya lalu diganti dengan Gkulit kepalaH dan Gkondisi kulit kepalaH. S"index pertama kali terdiri dari 2% item, namun studi pembaharuan menghasilkan S"index-%&. lat ukur ini memiliki 'E item yang terdiri dari tiga skala yaitu skala gejala, emosi dan ungsi (5oth , et al, 200). S"index-%& menanyakan tentang seberapa sering (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, seringkali, terus-menerus) selama empat minggu sebelumnya di mana pasien mengalami eek yang diuraikan pada masing-masing item. *ujuh soal untuk domain gejala, sepuluh soal domain emosi, dan dua belas soal domain ungsi. Skor S"index-%& dilaporkan sebagai tiga skor skala, yang terkait dengan tiga domainB skor skala adalah rata = rata respon pasien terhadap jenis pertanyaan pada domain yang ada. Skor lebih tinggi menandakan tingkat kualitas hidup yang lebih rendah.4enyelesaian kuesioner memerlukan waktu kira-kira % menit (5oth , et al, 200) . S"index-%& telah digunakan dalam berbagai studi cross-sectional yang independen dalam berbagai "ariasi kondisi kulit. Kuesioner yang terdapat pada S"index-%& telah diteliti secara luas dan diadaptasi dalam berbagai sampel populasi yang berbeda, juga telah banyak digunakan oleh para klinisi dalam praktek untuk menilai dampak dari penyakit kulit pada kualitas hidup pasien dan memonitornya sepanjang waktu. Dalam hal ini, penerapan dari S"index-%& dalam berbagai kondisi dermatologi pada populasi berbeda menjadikannya alat yang berguna.