Nama : Habibullah Al Faruq
NIM : 1703040047
Kelas : Teknik Informatika A
Landasan Ontologis Pancasila
Menurut Aristoteles, ontologism merupakan ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Bidang ontolosi menyelidiki mengenai makna yang terkandung (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila Pancasila.
Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila Pancasila berupa hubungan sebab akibat :
Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil sebagai pokok dari pangkal suatu hubungan.
Landasan sila-sila Pancasila yakni Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil menjadi sebab dan negara menjadi akibat.
Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki mengenai asal, syarat, susunan, metode dan juga validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi ini sendiri meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadi pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Menurut dari Titus (1984:2), ada 3 macam persoalan yang mendasar di dalam epistemology, seperti :
Tentang sumber pengetahuan manusia
Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
Tentang watak pengetahuan manusia
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya memang tak bisa dipisahkan dengan dasar ontologism. Maka dari itu, dasar epistemologis Pancasila memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep dasar mengenai hakikat manusia.
Susunan isi arti Pancasila meliputi sebanyak 3 hal :
Isi arti Pancasila yang umum universal, yakni hakikat sila Pancasila yang menjadi intisari Pancasila, sehingga menjadi pangkal tolak di dalam pelaksanaan bidang kenegaraan dan tertib akan hukum di Indonesia, serta dalam melakukan realisasi praksis di dalam berbagai macam bidang kehidupan konkret.
Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yakni isi arti Pancasila sebagai suatu pedoman kolektif bagi negara dan bangsa Indonesia, terutama dalam tertib hukum Indonesia.
Isi arti Pancasila yang memiliki sifat khusus dan konkret, yakni isi arti Pancasila di dalam merealisasikan praksis di berbagai bidang kehidupan, sehingga mempunyai sifat khusus konkret dan dinamis (Notonagoro, 1975:36-40)
Landasan Aksiologis Pancasila
Sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat mempunyai satu kesatuan dasar aksiologis, yakni nilai yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya menjadi suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti jika membahas mengenai filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi itu sendiri berasal dari kata Yunani, axios yang memiliki arti nilai, manfaat dan logos yang berarti pikiran, ilmu atau teori. aksiologi menjadi teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang dilakukan penyelidikan ialah hakikat nilai, criteria nilai dan kedudukan metafisika dari suatu nilai.
Max Scheler mengemukakan jika nilai ada tingkatannya dan bisa dikelompokkan menjadi sebanyak 4 tingkatan :
Nilai kenikmatan
Nilai kehidupan
Nilai kejiwaan
Nilai kerokhanian
Walter G. Everet juga menggolongkan nilai manusia ke dalam 8 kelompok :
Nilai ekonomis
Nilai kejasmanian
Nilai hiburan
Nilai sosial
Nilai watak
Nilai estetis
Nilai intelektual
Nilai keagamaan
Notonagoro membagi nilai menjadi sebanyak 3 macam, yaitu :
Nilai material
Nilai vital
Nilai kerokhanian
Nilai kebenaran
Nilai keindahan
Nilai kebaikan
Nilai religious
Di dalam filsafat Pancasila, disebut ada sebanyak 3 tingkatan nilai, yakni dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.
Nilai dasar, merupakan asas yang diterima sebagai suatu bentuk dalil yang memiliki sifat mutlak sebagai sesuatu yang benar atau tak perlu dipertanyakan kembali. Nilai dasar Pancasila merupakan nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
Nilai instrumental, merupakan nilai yang berbentuk atas norma sosial dan norma hukum yang mana selanjutnya akan terkristalisasi di dalam peraturan dan mekanisme lembaga negara.
Nilai praksis, merupakan nilai yang sebenarnya dilaksanakan di dalam kehidupan. Nilai ini menjadi batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental tersebut benar-benar hidup di dalam lingkungan masyarakat.