KURIKULUM MATEMATIKA DI INDONESIA
Pertemuan ke-11 M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Matematika di Indonesia Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia: 1. Matematika Tradisional (Ilmu Pasti). 2. Matematika Modern 3. Kurikulum Matematika 1984 4. Kurikulum Tahun 1994 5. Kurikulum Tahun 2004 6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 7. Kurikulum 2013 CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
2
Matematika Tradisional (Ilmu Pasti) • Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. • Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. • Pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. • Pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif, dsb. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
3
Matematika Tradisional (Ilmu Pasti) • Pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian. • Menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya. • Lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan. • Bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas. • Urutan operasi harus diterima tanpa alasan. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
4
Matematika Tradisional (Ilmu Pasti) • Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. • Cabang matematka yang diberikan di SMP adalah aljabar dan Ilmu ukur (geometri) bidang. • Sedangkan yang diberikan di SMA adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang.
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
5
Matematika Modern
• Resmi dimulai setelah adanya kurikulum 1975. • Muncul karena adanya kemajuan teknologi. • Dipicu dengan lahirnya teori belajar mengajar oleh: J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
6
Matematika Modern Pada kurikulum 1975 dimana matematika mempunyai karakteristik sebagai berikut ; • Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topiktopik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal. • Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung. • Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu. • Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
7
Matematika Modern
• Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen. • Menggunakan bahasa yang lebih tepat. • Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru. • Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi. • Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
8
Kurikulum Matematika 1984 • Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika kedua. • Diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. • Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muktakhir seperti kalkulator dan komputer. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Matematika 1984
• Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984.
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Matematika 1984 Alasan penerapan kurikulum 1984: 1. Kurikulum sebelumnya sarat dengan materi 2. Perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi 3. Adanya kesenjangan antara program kurikulum antara pelaksana sekolah dengan kebutuhan di lapangan. 4. Belum sesuainya materi kurikulum dengan taraf kemampuan siswa. 5. CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum 1984. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Matematika 1984 • Di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. • Memasukkan bahan-bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan. • Permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Matematika 1984 Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut: Guru harus meningkatkan profesinalisme Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan komputer. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan Pengevaluasian hasil pembelajaran Prinsip CBSA di pelihara terus
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Tahun 1994 Pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas: Struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak Materi keahlian seperti komputer semakin mendalam Model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
14
Kurikulum Tahun 1994 Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi seharihari. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
15
Kurikulum Tahun 2004 Pertimbangan perubahan kurikulum matematika: • Pada kurikulum 1994 masih menerapkan pola-pola lama, seperti: 1. Guru menerangkan konsep 2. Guru memberikan contoh 3. Siswa secara individual mengerjakan latihan 4. Siswa mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah • Keragaman pikiran dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
16
Kurikulum Tahun 2004 • Siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. • Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru • Sehingga akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. • Pembelajaran semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Kurikulum Tahun 2004 Pada kurikulum 2004 (KBK), secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan: • Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi • Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencobacoba. • Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah • Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Matematika Kurikulum KTSP • Matematika dikembangkan sesuai SI dan SKL • Pada proses pembelajaran langsung masuk kepada materi abstrak. • Banyak rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan permasalahan (hanya dapat menggunakan) • Permasalahan matematika selalu diasosiasikan (direduksi) dengan angka.
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Matematika Kurikulum KTSP • Tidak membiasakan siswa untuk berpikir kritis (hanya mekanistis). • Metode penyelesaian masalah matematis tidak terstruktur. • Materi data dan statistik dikenalkan di kelas IX saja. • Matematika adalah eksak.
CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Matematika pada K13 • Pada proses pembelajaran mulai dari masalah konkrit kemudian semi konkrit dan akhirnya abstraksi permasalahan. • Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat dikerjakan oleh siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa menggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya). • perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar, grafik, pola, dsb). CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd
Matematika pada K13 • Matematika dirancang supaya siswa berpikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. • Membiasakan siswa berpikir algoritmis. • Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai standar internasional. • Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan. CopyRight(c)M. Jainuri, M.Pd