1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah salah satunya Diabetes Mellitus. Meskipun Diabetes Mellitus mungkin juga terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis Diabetes Mellitus yang menjangkit. Diabetes Mellitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Mellitus diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Mellitus dengan asuhan keperawatan yang komprehensif (Yuli, 2009). Diabetes mellitus adalah suatu sindrom klinis metabolic, ditandai oleh adanya hyperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup didapatkan bahwa prevalensi DM meningkat terutama dikota besar. Jika tidak ditangani dengan baik, tentu saja angka kejadian komplikasi klinik DM juga akan meningkat termasuk komplikasi kaki diabetes (Aru W dkk, 2008 hal 1961).
1
2
WHO memprediksikan kenaikan jumlah penderita Diabetes mellitus dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta pada tahun 2030 (Soegondo 2006). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia sekitar 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi Diabetes Mellitus pada daerah urban sebesar s ebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7.2%. pada tahun 2030 diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes mellitus didaerah urban dan 8.1 juta didaearah rural (Soegondo 2006). Berdasarkan data dari dinas kesehatan Aceh, prevalensi penderita dengan Diabetes Mellitus yang ditemukan pada periode Januari – Desember 2009 berjumlah 2.793 kasus, meningkat bila dibandingkan pencapaian tahun 2010 dimana Diabetes Mellitus yang mencapai peningkatan samapi dengan 38 %. (Warta, 2011). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, jumlah penderita Diabetes Mellitus mulai bulan Januari 2011 samapi dengan Desember 2011 sebanyak 15.056. (Dinkes Kota Lhokseumawe). Data statistik yang diperoleh dari rumah sakit tingkat IV IM.07.01 Lhokseumawe, jumlah klien mulai bulan januari 2011 sampai dengan Desember 2011 jumlah klien yang dirawat adalah 7564 dengan jumlah penderita diabetes mellitus 762, sedangkan bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012 jumlah klien seluruhnya 3263 dengan jumlah penderita diabetes adalah 204 klien.
3
Berdasarkan data-data diatas dan mengingat bahaya-bahaya yang terjadi maka penulis tertarik untuk mendokumentasikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. M dengan Diabetes Melitus dengan Komplikasi Gangren di Ruang Malikussalaeh Rumah Sakit Tingkat IV IM.07.01 Lhokseumawe”. Lhokseumawe” .
B.
Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. M Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Gangren di Ruang Malikussales Rumah Sakit TK. IV IM 07.01 Lhokseumawe. 2. Tujuan Khusus Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien Diabetes Militus dengan komplikasi Gangren, meliputi : a.
Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada klien Diabetes Mellitus dengan komplikasi Gangren.
b. Dapat Menganalisa keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul pada klien Diabetes Mellitus dengan komplikasi Gangren. c.
Dapat merumuskan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus dengan komplikasi Gangren sesuai dengan masalah dan kebutuhannya.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan.
4
e.
Dapat melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien Diabetes Mellitus komplikasi Gangren.
f.
Dapat melakukan pendokumentasian keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus komplikasi Gangren.
C.
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data sebenarnya penulis menggunakan metode deskriptif. deskriptif adalah suatu metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara jelas tentang kegiatan yang dilakukan terutama untuk memahami, menelusuri, menjelaskan suatu peristiwa dan aplikasinya. 1.
Study kepustakaan, yaitu dengan membaca dan mempelajari serta memahami hal-hal yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat para ahli yang berhubungan dengan Deabetes Melitus dengan komplikasi Gangren.
2.
Studi kasus, dalam studi ini penulis langsung melihat dan mempelajari serta melaksanakan asuhan keperawatan untuk mendapatkan data yang akurat, pengumpulan data dilakukan melalui tehnik : a. wawancara, suatu metode pengumpulan data secara komunikasi lisan baik secara langsung maupun tidak langsung yang di peroleh melalui klien,anggota keluarga klien dan tim kesehatan yang menangani kasus klien tersebut. b. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap perkembangan klien baik medis maupun keperawatan.
5
c. Pemeriksaan fisik, dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. d. Dokumentasi suatu metode pengumpulan data, dimana data-data di dapatkan melalui pencatatan yang dilakukan berkaitan dengan keadaan klien seperti buku laporan keperawatan dan status klien.
D.
Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah penjelesan dan pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini, maka sistematika penulisan disusun atas lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan : Yang Berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis : konsep dasar (pengertian, etiologi, patofisiologis,
klasifikasi, manifestasi klinis, dan Komplikasi) dan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Keperawatan, Tindakan dan Evaluasi). BAB III Tinjauan Kasus : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana,
Tindakan dan Evaluasi. BAB IV Pembahasan : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana,
Tindakan dan Evaluasi. BAB V Penutup : kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka Lampiran – lampiran.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS A.
Konsep Dasar 1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (Bruner dan Suddarth, 2002 hal 1220). Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembulih darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan mikroskop electron. (Mansjoer Arif, 2000 hal 580). Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multi factorial
yang
dicirikan
dengan
hyperglikemia
dan
hiperlipidemia
(Baradero, Mary, 2009 hal 85).
2. Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Militus (IDDM) atau diabetes militus (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau langerhans akibab proses auto imun. Sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Militus (NIDDM) atau Diabetes Militus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. 6
7
Resistensi merangsang
insulin
pengambilan
adalah
turunnya
glukosa
oleh
kemampuan jaringan
insulin
ferifer
dan
untuk untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya, artinya terjadi difisiensi relative insulin. Ketidak mampuan ini terlihat dari berkurannya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun rangsangan pada glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pangkreas mengalami desensitisasi terhadap glokosa. (Mansjoer Arif. 2000 hal 580).
3. Tipe Diabetes
Menurut Bruner dan Sudart 2002 hal 1220 tipe diabetes mellitus ada beberapa tipe yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalaran klinik dan terapinya. Klarifikasi diabetes yang utama adalah : a. Tipe I yaitu DM tergantung Insulin Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Destruksi sel β umumnya yang menjurus ke defisiensi insulin absolute melalui proses immunologis idiopatik. b. Tipe II yaitu DM tidak tergantung insulin non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Bervarisasi, terutama mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai resistensi insulin. c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya. Defrek genetic fungsi sel β, defek kerja insulin penyakit eksokrin pangkreas endokrin karena obat atau zat kimia, infeksi penyebab
8
imunologi yang jarang, sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes. d. Diabetes mellitus gestasional, suatu toleransi baik yang ringan maupun yang berat, yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat hamil.
4. Manifestasi Klinis
Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliurea, polidipsia, dan berat badan turun. Gejala lain mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita (Mansjoer Arif. 2000 hal 580).
5. Patofisiologi
Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan hiperglikemia ini adalah diabetes. Kekurangan insulin ini bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada IDDM (DM Tipe 1). Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDM (DM Tipe 2), ada resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Tubuh memerlukan bahan
9
bakar untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Penting sekali bagi pasien untuk mengerti bahwa diabetes bukan hanya gangguan "gula" walaupun kriteria diagnostiknya memakai kadar glukosa serum (Baradero, Mery 2009 hal 87). Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf
karena
adanya
penimbunan
sorbitol
dan
fruktosa
sehingga
mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia menurunnya efek otot , atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkusdiabetika. (Soegondo, 2010).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut bruner dan sudart 2002 hal 1225, adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnostis diabetes. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa (gula darah nuchter) yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI : 7.8 mmol/L) atau kadar glukosa darah sewaktu (gula darah random) yang diatas 200 mg/dl (SI : 11.1 mmol/L) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostic penyakit diabetes. Jika kadar gula darah puasanya normal, penegakan diagnostic harus berdsarkan tes toleransi gula.
10
7. Komplikasi
Menurut Bradero 2009 hal 106 komplikasi diabetes mellitus dibagi dua yaitu: a. Komplikasi akut adalah hypoglikemia, diabetes ketoasrdosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketotic coma (HHNC). b. Komplikasi
kronis
adalah
retinopati
diabetic,
nefropati
diabetic,
neoropati, distipidemia, dan hypertensi.
8. Penatalaksanaan
Menurut Juradi 2000, hal 117 pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Secara garis besarnya pengobatan dapat dilakukan dengan: a.
Diet
b.
Olah raga
c.
Obat-obatan
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Gangren
Asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus meliputi proses yang sistematika yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencahaan (Doengoes, dkk, 2000, hal. 726).
11
1. Pengkajian.
a.
Aktivitas / Istirahat Gejala
: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Tanda
: Tacikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
b.
Sirkulasi. Gejala
:
adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhan lama.
Tanda
:
takikardia,
perubahan
tekanan
darah
postural,
hipertensi, nadi yang menurun, disritmia. c.
Integritas Ego Gejala
stress, tergantung pada orang lain, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda d.
:
ansietas, peka rangsang.
:
bahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
Eliminasi. Gejala
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih.
12
Tanda
:
urine
encer,
pucat,
kuning,
poliuri,
urin
be rkabut , abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan hiperaktif. e.
Makanan/cairan Gejala
hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat badan, haus.
Tanda
kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid.
f.
Neurosensori Gejala
:
pusing/pening, kelemahan
sakit kepala,
pada
otot,
kesemutan,
parastesia,
kebas
gangguan
penglihatan. Tanda
:
disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, kacau mental, aktivitas kejang.
g. Nyeri/Kenyamanan. Gejala
:
abdomen yang tegang.
Tanda
:
wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati- hati.
h. Pernafasan. Gejala
:
merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen.
13
Tanda i.
:
lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen.
Gejala
:
kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda
:
demam,
Keamanan.
diaforesis,
kulit
rusak,
lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum, parastesia/paralis otot-otot pernafasan. j. Seksualitas Gejala
:
rabas
vagina
(cenderung
infeksi), masalah
impotent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. k. Penyuluhan dan pembelajaran Gejala
:
factor resiko keluarga, Diabetes Mellitus, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat. Rencana pemulangan : Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi, dan perawatan.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes, dkk (2000, hal. 729-741) diagnosa keperawatan pada Diabetes Mellitus adalah: a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik
berlebihan.
14
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin. c. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi. d. Resiko
perubahan
sensori-perseptual
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin. e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik. f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain. g. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengingat.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan rencana keperawatan mengandung tujuan, criteria hasil, intervensi dan rasionalisasi.Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah: a. Diagnosa
1:
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan gastrik berlebihan. Tujuan: kekurangan volume cairan teratasi. Kriteria hasil: mendemontrasikan hidrasi adekuat. Intervensi: dapatkan
riwayat
pasien/orang
terdekat
sehubungan
dengan
lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan.
Rasional:
membantu
dalam
memperkirakan
kekurangan volume total. Intervensi: pantau tandatanda vital, catat adanya
15
perubahan TD ortostatik. Rasional: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensidan takikardia. Intervensi: suhu, warna kulit, atau kelembabannya. Rasional: meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi. Intervensi: kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa. Rasional: merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat. Intervensi: pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine. Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. Intervensi: ukur berat badan setiap hari. Rasional: memberikan hasil
pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. Intervensi: pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 mi/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan. Rasional: mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi. b. Diagnosa 2: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin. Tujuan: perubahan nutrisi teratasi. Kriteria Hasil : menunjukkan tingkat energi biasanya. Intervensi: timbang
berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat. Intervensi: tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
16
pasien. Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. Intervensi: auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi. Rasional: hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi
lambung
(distensi
atau
ileus
paralitik)
yang
akan
mempengaruhi pilihan intervensi. Intervensi: identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural. Rasional: jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan. Intervensi: libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi. Rasional: meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi paien. Intervensi: kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah dengan menggunakan "finger stick". Rasional: analisa ditempat tidur gula darah lebih akurat dari pada memantau gula dalam urine. c. Diagnosa 3: resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi. Tujuan: resiko infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil: mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi: observasi
tanda-tanda
infeksi
dan
peradangan,
seperti
demam,
kemerahan, adanya pus pada luka.. Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. Intervensi: tingkatkan upaya
17
pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien.. Rasional: mencegah timbulnya infeksi silang. Intervensi: pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasive (seperti pemasangan infuse, kateter dan sebagainya), pemberian obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan. Rasional: kadar glukosa tinggi dalam darah akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Intevensi: pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik. Rasional: mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Intervensi: berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan. Rasional: sirkulasi perifer bias terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. d. Diagnosa 4: resiko perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin. Tujuan: tidak terjadinya perubahan sensori-perseptual.
Kriteria hasil:
mempertahankan
tingkat
mental
biasanya. Intervensi: pantau tanda-tanda vital dan status mental. Rasional: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental. Intervensi: panggil pasien dengan nama, orentasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Rasional: menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas. Intervensi: jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak menggangu
waktu
istirahat
pasien. Rasional: meningkatkan
tidur,
18
menurunkan rasa letih, dan dapat memperbaiki daya pikir. Intervensi: pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan
sehari-hari
sesuai
kemampuannya.
Rasional:
membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.. Intervensi: Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi. Rasional: meningkatkan keamanan pasien. e. Diagnosa 5: kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik. Kriteri hasil: mengungkapkan peningkatan tingkat energi. Intervensi: diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. Intervensi: berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu.. Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan. Intervensi: pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. Rasional: mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. Intervensi: tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang ditoleransi. Rasional: meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien. f. Diagnosa 6: ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain. Tujuan: ketidakberdayaan teratasi. Kriteria hasil: mengakui
19
perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan. Intervensi: anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan dirumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional:
mengidentifikasi
area
perhatiannya
dan
memudahkan cara pemecahan masalah. Intervensi: akui normalitas dari perasaan. Rasional: pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu pasien untuk memecahkan masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. Intervensi: kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya dimasalalu. Rasional: pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan
kebutuhan terhadap tujuan penangganan. Intervensi: berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cam mereka
dapat
membantu
sepenuhnya
terhadap
pasien. Rasional:
meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah. Intervensi: tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat. Rasional: tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan diabetik yang sering kali memindahkan fokus hubungan. g. Diagnosa 7: kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat. Tujuan: kurang pengetahuan teratasi. Kriteria basil: ketidak akuratan mengikuti intruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. Intervensi: ciptakan lingkungan saling percaya dan mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk pasien.
20
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebeluin pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. Intervensi: bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan. Rasional: partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari. Intervensi: diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cam untuk melakukan makan diluar rumah. Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. Intervensi: tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan
lamanya dosis insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan pasien atau keluarga. Rasional: pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat meningkatkan penggunaan yang tepat.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut: implementasi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, intelektual, tehnikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi dokumentasi intervensi dan respon Mien (Dongoes, dkk, 2000).
21
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dan hasil proses keperawatan. Evaluasi mencakup semua tahap dalam proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, diagnosa, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap mengevaluasi itu sendiri (Dongoes, dkk, 2000).
22
BAB III TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus ini penulis melakukan pengkajian kasus yaitu kasus klien Tn. M Diabetes Melitus dengan komplikasi Gangren yang dirawat diruang perawatan Malikusaleh Rumah Sakit Tingkat IV IM.07.01 Lhokseumawe. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap klien Diabetes Mellitus selama tiga hari mulai dari tanggal 18 juli 2012 sampai dengan tangga1 20 juli 2012 melalui pendekatan proses keperawatan.
A. Pengkajian 1.
Identitas Klien
Nama
: Tn. M
Nomor Register
: 012795
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Lhoksukon
Pasien Masuk Tanggal
: 17 Juli 2012
Diagnosa Medis
: Diabetes melitus dengan komplikasi ganggren
Penanggung Jawab
: Ny. I
Pekerjaan
: Wiraswasta
22
23
2.
Alamat
: Lhoksukon
Hubungan Dengan Klien
: Istri
Keluhan Utama
Klien dan keluarga mengatakan pusing, badan terasa lemas, mual dan adanya luka di kaki sebelah kiri dan sudah satu bulan tidak sembuh-sembuh, luka basah dan baunya khas. 3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan adanya luka di kaki bagian tumit sebelah kiri, dan sudah satu bulan tidak sembuh, nyeri, skala nyeri 6, luka basah, wajah tampak meringis, pusing, badan lemas dan tidak ada nafsu makan. TD: 120/80mmHg, 0
Temperatur: 37,2 C, Respirasi Rate: 20x/menit, frekuensi nadi, 80x/menit. 4.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit dengan pe nyak it yang lama yaitu diab etess mellit us pa da ta hu n 20 10 , kl ien mengatakan tidak pernah mengalami alergi obat-obatan dan makanan. Klien mengatakan pernah di imunisasi saat masih kecil namun tidak tahu jenis imunisasi yang diberikan. 5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan adanya anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien yaitu ibu klien tetapi ibu klien sudah meninggal.
24
Keterangan : Laki-laki meninggal
: Tinggal Serumah
: Laki-laki
: Klien
: Perempuan meninggal : Perempuan Gambar 1 : Genogram keluarga ( sumber dari keluarga).
6.
Riwayat Psikososial
Klien terlihat lemas, namun klien selalu tabah dan berserah diri kepada Allah SWT untuk kesembuhan penyakitnya, klien selalu ditemani oleh anggota keluarganya.
25
7.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien terlihat lemah, tanda-tanda vital TD: 120/80 mmHg, 0
Temp: 37,2 C, RR: 20X/menit, Frekuensi Nadi: 80x/menit. b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Lemah
Kulit
: Berkeringat, turgor kulit bagus, adanya luka di kaki bagian tumit sebelah kiri.
Kepala
: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada masa, tidak ada lesi.
Mata
:
Bentuk simetris, kebersihan baik, konjungtiva merah muda, tidak adanya masa, tidak adanya lesi.
Telinga
: Bentuk simetris, tidak ada masa, tidak ada lesi.
Hidung
:
Bentuk simetris, penciuman normal, kebersihan baik dan tidak ada masa.
Thorax
:
Simetris
Jantung
:
Tidak ada pembengkakan
Payudara
: Simetris
c. Abdomen
: Simetris, perkusi perut kembang, bising usus normal.
Rect um
: Tidak ada kelainan
26
Genetalia
: Tidak ada kelainan
Muskuloskeleta
: Tidak ada kelainan, ada luka disebelah kiri
d. Pemeriksaan Neorologi Eye
:4
Verbal
:5
Motorik
:6
Meningeal sign
: Tidak ada kaku kuduk.
Satatus Mental
: Kondisi emosi/perasaan stabil tingkat orientasi baik, proses berpikir dan ingatan diperhitungkan baik
8.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Tidur dan Kebiasaan Waktu tidur sebelum dirawat pasien tidur antara pukul 21.00 WIB – 23.00 WIB dan waktu bangun pukul 05.00 WIB – 06.00 WIB, selama dirawat pasien tidur antara pukul 21.00 WIB – 22.00 WIB dan bagun antara pukul 07.00 WIB – 09.00 WIB, masalah tidur klien sering terbangun bila nyeri, halhal yang mempermudah tidur suasana aman dan tidak bising, hal-hal yang mempermudah bangun, klien sering terbangun akibat suara bising dan nyeri pada daerah luka. b. Pola Eliminasi Selama dirumah klien sering buang air kecil ±10x dalam sehari, lebih sering pada malam hari, selama dirumah sakit klien terpasang kateter, frekuensi BAB 1x sehari sebelum dirawat dirumah sakit dengan konsistensi lunak.
27
c. Pola makan dan minum 1
Klien makan 3x sehari dengan diit MB DM porsi yang dsediakan /4 dihabiskan, berat badan 70kg, tinggi badan 165cm. 9.
Pengkajian/pemeriksaan diagnostik khusus Laboratorium
Tabel 1: basil pemeriksaan laboratorium Ny.M tanggal 17 Juli 2012 No
1
Jenis
HB
Hasil dan Satuan
10,1g%
Nilai Normal
LK: 13,5-18 Pr : 12,0-16
2
LED
63mm
Lk : 0-15 Pr : 0-20
3
Eritrosit
3,7610 /ul
4,2-5,4
4
Leukosit
22,710 /ul
4,5-10,5
5
Hematokrit
32,4%
37-47%
6
Mcv
86,2 FI
81-99
7
Mch
26,9 Pg
27-31
8
Mchc
31,2 g/dl
33-37
9
Trombosit
32110 /ul
150-450
468mg/100ml
100-120mg/100ml
240 mg/100ml
100-120mg/100ml
109 mg/100ml
100-120mg/100ml
Tgl. 17 Juli 2012 10
Glukosa Random Tgl. 18 Juli 2012
11
Glukosa Random Tgl. 19 Juli 2012
12
Glukosa Random Tgl. 20 Juli 2012
Sumber: Data Lab Rumah Sakit Tingkat IV IM.07.01 Lhokseumawe.
28
10. Penatalaksanaan Medis/Terapi
Selama pasien mendapat perawatan di Rumah Sakit Tingkat IV IM.07.01 Lhokseumawe terapi yang didapatkan adalah injeksi insulin Mixtard 14-0-18 1
/2 jam sebelum makan, metronidazole 500 Mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12
jam, ondancetron 1 amp/8 jam, corsaneuron 2x1 tablet, loprezol 1 xl tablet.
B. Analisa data
1. Data Subjektif: klien mengatakan adanya luka dikaki di tumit sebelah kiri, luka berdenyut. Data Objektif : Luas luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, skala nyeri 6, wajah meringis, luka basah. Masalah: nyeri. Penyebab : adanya ulcus diabeticum. 2. Data Subjektif: Klien mengatakan kaki saya denyut, klien mengatakan luka di kaki saya sudah satu bulan tidak sembuh-sembuh. Data objektif: Luas luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, skala nyeri 6, wajah meringis, luka basah, 3
baunya khas, leukosit 22,7 10 /ul. Masalah : infeksi. Penyebab: kadar glukosa tinggi. 3. Data subjektif: Klien mengatakan kaki berdenyut ada luka tidak sembuhsembuh. Data objektif: Wajah klien tampak meringis. Masalah: Gangguan integritas kulis. Penyebab: Ulcus Diabeticum. 4. Data subjektif: Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas. Data objektif: berat badan 70 Kg, tinggi badan 165 cm, diit yang disediakan MB DM, porsi 1
yang disediakan /4 yang dihabiskan, keadaan umum lemah, mukosa bibir
29
kering, perut kembung. Masalah: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Penyebab: Anoreksia. 5. Data subjektif: klien mengatakan badan saya lemas, klien mengatakan sering letih. Data objektif: klien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Masalah: kelemahan. Penyebab: penurunan energi metabolik.
C. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa pada pasien Diabetes Mellitus berdasarkan perioritas masalah adalah: 1. Nyeri berhubungan ulkus diabeticum 2. Infeksi berhubungan kadar glukosa tinggi 3. Gangguan Intergritas Kulit berhubungan dengan ulkus diabeticum. 4. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
sensitivitas tubuh terhadap insulin. 5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Adapun rencana asuhan keperawatan pada klien Diabetus Meliitus berdasarkan diagnosa adalah sebagai berikut: 1. Nyeri
berhubungan
dengan
Ulcus
Diabeticum
ditandai
dengan
klien
mengatakan adanya luka dikaki di tumit sebelah kiri, luka berdenyut. Luas luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, skala nyeri 6, wajah meringis, luka basah, baunya
30
khas. Tujuan: Nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil: Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi: Kaji skala nyeri. Rasional: membantu dalam evaluasi kebutuhan
dan keefektifan intervensi. Intervensi:
Atur posisi kaki. Rasional: dengan
mengatur posisi kaki dapat mengurangi rasa nyeri. Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam Rasional: dapat mengurangi rasa nyeri. 2. Infeksi berhubungan kadar glukosa tinggi ditandai dengan, klien mengatakan 3
kaki luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, leukosit 22,7 10 /ul. Tujuan: infeksi tidak
terjadi.
Kriteria
basil:
mengidentifikasi
intervensi
untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi: observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka. Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. Intervensi: tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. Rasional: mencegah timbulnya infeksi silang. Intervensi: pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasive (seperti pemasangan infus, kateter dan sebagainya), pemberian obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan. Rasional: kadar glukosa tinggi dalam darah akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Intevensi: pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik. Rasional: mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Intervensi: berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan.
31
Rasional: sirkulasi perifer bias terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulitliritasi kulit dan infeksi. 3. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan ulkus diabeticum. Tujuan: tugor
kulit baik. Kriteria Hasil: mempertahankan tugor kulit. Intervensi: observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka. Rasional: menghindari kerusakan kulit. Intervensi: berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan. Rasional: sirkulasi perifer bias terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulitliritasi kulit dan infeksi. 4. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan sensitifitas
terhadap insulin ditandai dengan klien mengatakan lemas. berat badan 70 kg. 1
diit yang disediakan MB DM, porsi yang disediakan /4 yang dihabiskan, keadaan umum lemah, mukosa bibir kering. Tujuan: perubahan nutrisi teratasi. Kriteria basil: menunjukkan tingkat energi biasanya. Intervensi: timbang
berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat. Intervensi: tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dan kebutuhan
terapeutik.
Intervensi:
auskultasi
bising
usus,
catat
adanya
nyeri
abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi. Rasional: hiperglikemia dan
gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
dapat
menurunkan
32
motilitas/fungsi
lambung
yang
akan
mempengaruhi pilihan intervensi. Intervensi: identifikasi makanan
yang
disukai/dikehendaki makanan
yang
(distensi
termasuk
disukai
atau
kebutuhan
pasien
dapat
ileus
paralitik)
etnik/kultural. dimasukkan
Rasional: jika
dalam
perencanaan
makan. Intervensi: libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi. Rasional: meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi paien. Intervensi: kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah dengan menggunakan
"finger stick". Rasional: analisa ditempat tidur gula darah lebih akurat dari pada memantau gula dalam urine. 5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolic ditandai dengan
klien mengatakan badan saya lemas, klien mengatakan sering letih, klien tampak lemas,
aktivitas
dibantu
oleh
keluarga
dan
perawat.
Kriteri
basil:
mengungkapkan peningkatan tingkat energi. Intervensi: diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. Intervensi: berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu.. Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan. Intervensi:
pantau
nadi,
frekuensi
pernafasan
dan
tekanan
darah
sebelutn/sesudah melakukan aktivitas. Rasional: mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. Intervensi: tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang
33
ditoleransi. Rasional: meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
D. Implementasi Tanggal 18 Juli 2012 1. Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan ulcus diabeticum Implementasi : Jam 08.00
wib. Mengkaji Skala nyeri, menayakan kepada klien pada angka berapa nyeri dirasakan, mengatur posisi klien senyaman mungkin,yaitu posisi kaki di tinggikan, Menganjurkan untuk tirah baring. 2. Dx 2: Infeksi berhubungan kadar glukosa tinggi. Jam 10.00 wib. Mengobservasi
tanda-tanda infeksi seperti demam, adanya pus, meningkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dengan baik, melakukan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, seperti mengganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik, yaitu metronidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam. 3. Dx 3: Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan ulkus diabeticum. Implementasi: Mengobservasi tanda-tanda inveksi seperti demam, melakukan
perawatan kulit seperti menganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat yaitu metronidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam. 4. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia. Implementasi: Jam 12.00 wib, Menentukan pola makan dan membandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan, menimbang berat
34
badan setiap hari, mengauskultasi bising usus, menanyakan makanan yang di sukai klien untuk meningkatkan nafsu makan Klien, dan menganjurkan keluarga mendampingi dan menyuapi klien pada saat makan. 5. Dx 5: Kelemahan
berhubungan dengan penurunan energi metabolic.
Implementasi: Jam 13.00 wib. Mendiskusikan dengan klien tentang kebutuhan
aktivitas, menanyakan pada klien gerak apa yang membuat cepat lelah, menjelaskan pada klien bahwa keletihan itu disebabkan oleh kadar glukosa tinggi. menganjurkan pada klien agar tidak terlalu banyak melakukan aktivitas, membantu dalam memenuhi kebutuhan seperti makan dan minum.
Tanggal 19 Juli 2012 1. Dx 1: Nyeri berhubungan dengan ulcus diabeticum. Implementasi: Jam 08.00
wib. mengkaji skala nyeri, mengatur posisi klien senyaman mungkin, yaitu posisi dengan kaki ditinggikan, menganjurkan untuk tirah baring. 2. Dx 2: Infeksi berhubungan kadar glukosa tinggi. Implementasi: Jam 10.00
wib. Mengobservasi tanda-tanda infeksi seperti demam, adanya pus, meningkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dengan baik, melakukan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, seperti mengganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik, yaitu metronidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam 3. Dx 3: Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan ulkus diabeticum. Implementasi: Mengobservasi tanda-tanda inveksi seperti demam, melakukan
35
perawatan kulit seperti menganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat yaitu metro nidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam. 4. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sensitifitas tubuh terhadap insulin. Implementasi: Jam 12.00 wib, Menentukan pola makan dan membandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan, menimbang berat badan setiap hari, mengauskultasi bising usus, menanyakan makanan yang di sukai klien untuk meningkatkan nafsu makan Klien, dan menganjurkan keluarga mendampingi dan menyuapi klien pada saat makan. 5. Dx 5: Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolic. Implementasi: Jam 13.00 wib. Mendiskusikan dengan klien tentang
kebutuhan aktivitas, menanyakan pada klien gerak apa yang membuat cepat lelah, menjelaskan pada klien bahwa keletihan itu disebabkan oleh kadar glukosa tinggi. menganjurkan pada klien agar tidak terlalu banyak melakukan aktivitas, membantu dalam memenuhi kebutuhan seperti makan dan minum.
Tanggal 20 Juli 2012 1. Dx 1: Nyeri berhubungan dengan ulcus diabeticum. Implementasi: Jam 08.00
wib. mengkaji skala nyeri, mengatur posisi klien senyaman mungkin, yaitu posisi dengan kaki ditinggikan, menganjurkan untuk tirah baring. 2. Dx 2: Infeksi berhubungan kadar glukosa tinggi. Implementasi: Jam 10.00
wib. Mengobservasi tanda-tanda infeksi seperti demam, adanya pus, meningkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dengan baik, melakukan
36
perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, seperti mengganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik, yaitu metronidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam 3. Dx 3: Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan ulkus diabeticum. Implementasi: Jam 11.00 wib. Mengobservasi tanda-tanda inveksi seperti
demam, melakukan perawatan kulit seperti menganti verban, kolaborasi dalam pemberian obat yaitu metronidazol 500 mg/12 jam, cefotaxime 1 gr/12 jam. 4. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sensitifitas tubuh terhadap insulin. Implementasi: Jam 12.00 wib, Menentukan pola makan dan membandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan, menimbang berat badan setiap hari, mengauskultasi bising usus, menanyakan makanan yang di sukai klien untuk meningkatkan nafsu makan Klien, dan menganjurkan keluarga mendampingi dan menyuapi klien pada saat makan. 5. Dx 5: Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolic. Implementasi: Jam 13.00 wib. Mendiskusikan dengan klien tentang
kebutuhan aktivitas, menanyakan pada klien gerak apa yang membuat cepat lelah, menjelaskan pada klien bahwa keletihan itu disebabkan oleh kadar glukosa tinggi. menganjurkan pada klien agar tidak terlalu banyak melakukan aktivitas, membantu dalam memenuhi kebutuhan seperti makan dan minum.
37
E. Evaluasi Tanggal 18 Juli 2012 1. Diagnosa 1 Evaluasi: Jam 09.00 WIB. S : Klien mengatakan kaki saya masih denyut, dan
klien mengatakan ada luka di tumit sebelah kiri. O : Skala nyeri 6, wajah meringis. A : masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan 2. Diagnosa 2: Evaluasi: Jam 11.00 WIB. S : Klien mengatakan bau berkurang. O : Luas luka 3
5 cm, kedalaman luka 1 cm, luka basah, baunya khas, leukosit 22,7 10 /ul. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. 3. Diagnosa 3: Evaluasi: Jam 11.30 wib S: Klien mengatakan luka masih basah. O : luka 3
basah, leukosit 22,7 10 /ul. A : Masalah belum teratasi. P :
Intervensi
dilanjutkan 4. Diagnosa 4: Evaluasi: Jam 13.00 wib S: Klien mengatakan tidak nafsu makan. O : Berat
badan 70 Kg, tinggi badan 165 cm, diit yang disediakan MB DM, porsi yang 1
disediakan /4 yang dihabiskan, keadaan umum lemah, mukosa bibir kering, perut kembung. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.
38
5. Diagnosa 5: Evaluasi: Jam 14.00 wib . S: klien mengatakan badan saya lemas, klien
mengatakan sering letih. O : klien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
Tanggal 19 Juli 2012 1. Diagnosa 1 Evaluasi: Jam 09.00 WIB. S : Klien mengatakan kaki masih denyut O :
Skala nyeri 6, wajah meringis. A : masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan 2. Diagnosa 2: Evaluasi: Jam 11.00 WIB. S : Klien mengatakan kaki saya denyut. O : Luas
luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, skala nyeri 6, wajah meringis, luka basah, 3
baunya khas, leukosit 22,7 10 /ul. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. 3. Diagnosa 3: Evaluasi: Jam 11.30 wib S: Klien mengatakan luka masih basah. O : luka 3
basah, leukosit 22,7 10 /ul. A : Masalah belum teratasi. P :
Intervensi
dilanjutkan. 4. Diagnosa 4: Evaluasi: Jam 13.00 wib S: Klien mengatakan sudah mau makan. O : Berat
badan 70 Kg, tinggi badan 165 cm, diit yang disediakan MB DM, porsi yang
39
1
disediakan /2 yang dihabiskan, keadaan umum lemah, mukosa bibir kering, perut kembung. A : Masalah sedikit teratasi. P : Intervensi dilanjutkan 5. Diagnosa 5: Evaluasi: Jam 14.00 wib . S: klien mengatakan badan saya lemas, klien
mengatakan sering letih. O : klien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
Tanggal 20 Juli 2012 1. Diagnosa 1 Evaluasi: Jam 09.00 WIB. S : Klien mengatakan kaki saya masih denyut.O :
Skala nyeri 4, wajah meringis. A : masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dilanjutkan 2. Diagnosa 2: Evaluasi: Jam 11.00 WIB . S : Klien mengatakan kaki saya denyut. O : Luas
luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, wajah meringis, luka basah, baunya khas, 3
leukosit 22,7 10 /ul. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. 3. Diagnosa 3: Evaluasi: Jam 11.30 wib S: Klien mengatakan luka sudah sedikit kering dan
verban sudah diganti. O : luka sudah sedikit kering. A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dilanjutkan.
40
4. Diagnosa 4: Evaluasi: Jam 13.00 wib S: Klien mengatakan sudah mau makan. O : Berat
badan 70 Kg, tinggi badan 165 cm, diit yang disediakan MB DM, porsi yang 1
disediakan /2 yang dihabiskan, keadaan umum lemah, mukosa bibir kering, perut kembung. A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dilanjutkan 5. Diagnosa 5: Evaluasi: Jam 14.00 wib . S: klien mengatakan sudah sanggup melakukan
aktifitas. O : klien mampu melakukan aktifitas sendiri A : masalah teratasi. P : intervensi di hentikan.
41
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang pen ulis temukan antara tinjaun teoritis dengan tinjauan kasus dilapa ngan yang dilakukan selama tiga hari mulai dari tanggal 18 juli samp ai 20 juli 2012dan adapun tujuan penulis yaitu : mampu mengelola asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan ataupun kesenjangan dalam pengumpulan data karena klien dan keluarga bersifat terbuka.dan kooperatif dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang penulis ajukan sehingga penulis dapat mengumpulkan data secara menyeluruh. Proses ini
dipermudah
dengan
adanya
catatan
rekam
medik
klien
sehingga
mempermudah penulis mengumpulkan data pemerilcsaan penunjang dan terapi medis. Pada pengkajian kasus dilapangan didapatkan data klien Luas luka 5 cm, kedalaman luka 1 cm, Skala nyeri 6, wajah meringis, luka basah, baunya khas, badan lemas, berat badan 70 kg tinggi badan 165 cm, TD 120/80 mmHg, temperature 37,2°C, respirasi 20x/menit, diit yang disediakan MB DM, porsi yang disediakan 1/4
41
42
yang dihabiskan, semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, nadi 80 x/menit.
B. Diagnosa Keperawatan
Hal ini sesuai dengan teori Doengoes, (2000) bahwa data yang didapatkan pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah lemah, letih, kram otot, kulit kering, tergantung pada orang lain, hilang nafsu makan, pusing. Diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan berdasarkan keluhan klien dan pemeriksaan fisik pada tinjauan kasus adalah nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan sensivitas tubuh terhadap insulin, kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik. Sedangkan menurut teori Doengoes, (2000) Diagnosa Keperawatan yang ditegakkan pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, resiko perubahan sensori perceptual
berhubungan
dengan
ketidak
seimbangan
glukosa,
kelelahan
berhubungan dengan penurunan energi metabolik, ketidak berdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak penulis tegakkan pada tinjauan kasus karena tidak ada data yang mendukung. Kekurangan cairan berhubungan
43
dengan diuresis osmotik, hal ini karena pemenuhan cairan pada klien telah terpenuhi ditandai dengan turgor kulit elastis, konjungtiva merah muda. Diagnosa keperawatan resiko perubahan sensori perseptual berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit, hal ini dikarenakan persepsi dan sensori lain tidak mengalami gangguan pada saat dilakukan pengkajian. Dan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan tidak penulis angkat karena klien sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami penyakit gula.. Dan ada diagnosi di kasus tetapi tidak di temukan teori, diagnosa ini diangkat berdasarkan data-data yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian, dan disesuaikan dengan buku Doengos.
C. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan yang disussun disesuaikan dengan diagnosa keperawatan berdasarkan teoritis. Diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang penulis tegakkan berdasarkan keluhan klien dan pemeriksaan fisik. Diagnosa keperawatan perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, penulis menyusun rencana tindakan sesuai teoritis meliputi : timbang berat badan setiap hari, tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan pola makan yang dihabiskan, auskultasi bising usus, identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki pasien, libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi,
44
lakukan pemeriksaan gula darah. Untuk diagnosa keperawatan kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik penulis menyusun rencana tindakan sesuai teoritis meliputi diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat cukup/tanpa diganggu, pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, partisipasi klien dalam melalcukan aktivitas seharihari dengan yang dapat ditoleransinya.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dimana tindakan keperawatan yang di berikan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dan semua tindakan yang diberikan pada tinjauan kasus dapat di laksanakan dengan baik. Hal ini terlaksana karna adanya kerja sama yang baik dan partisipasi Mien, keluarga, dan perawat serta tim medis lainn ya.
E. Evaluasi
Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pemecahan masalah dan suatu tindakan yang telah dilaksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang terkait dengan masalah klien selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil evaluasi di dapatkan hasil bahwa ada sebagian masalah kesehatan yang teratasi.
45
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pada pengkajian kasus dilapangan didapatkan data klien Luas luka 5 cm,
kedalaman luka 1 cm, skala nyeri 8, wajah meringis, luka basah, baunya khas, badan lemas, berat badan 70 kg tinggi badan 165 cm, TD 120/80 mmHg, temperature 37,2°C, respirasi 20x/menit, diit yang disediakan MM DM, porsi yang disediakan 1/4 yang dihabiskan, semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, nadi 80 x/menit. 2. Diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan berdasarkan keluhan klien
pemeriksaan fisik pada tinjauan kasus adalah nyeri berhubungan dengan ulkus deabetikum, infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik. 3. Intervensi yang dilakukan di sesuaikan dengan prioritas masalah keperawatan
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapaikan secara komprehensif. 4. Pelaksanaan tindakan yang diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah disusun dimana tindakan keperawatan yang di berikan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. 5. Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui basil pemecahan masalah dari
suatu tindakan yang telah dilaksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap 45
46
aspek yang terkait dengan masalah klien selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil evaluasi di dapatkan hasil bahwa ada sebagian masalah kesehatan yang teratasi.
B. Saran-saran
Adapun saran yang di berikan pada klien dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut : 1.
Di harapkan pada keluarga dan klien agar dapat sering melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat.
2.
Di harapkan kepada klien untuk minum obat dengan teratur, diet, olah raga yang teratur, dan mengkonsumsi antibiotik dengan benar, sesuai dengan indikasi.
3.
Menganjurkan pada klien dan keluarga untuk selalu memperhatikan pola makan yang telah di sesuaikan dengan perawat.
4.
Menganjurkan pada klien untuk mengkonsumsi obat diabetik secara teratur.
5.
Kepada
pihak
D-III
Akper
Kesdam
IM
Lhokseumawe
penulis
mengharapkan agar lebih disiplin dalam proses belajar serta memperhatikan perkembangan Prodi D-III Keperawatan Kesdam IM Lhokseumawe dengan meningkatkan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, laboratorium sehingga dapat mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa/i.