"KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN 1 "
"PENDEKATAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSIS "
" "
"HAND OUT PERTEMUAN 2 "
" "
"AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH CILEGON "
" "
"FIKY ROFIQOHE.F., SKM "
"2014 - 2015 "
" "
HAND OUT
"Topik ":"Konsep Sehat dan Sakit "
"Sub Pokok ":"Menguasai dan memahami Konsep Sehat dan Sakit "
"Objektif ":"Setelah Mengikuti pelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat : "
"Perilaku " "Menjelaskan konsep sehat meliputi definisi, unsur pendatang "
"Mahasiswa " "sehata "
" " "Menjelaskan paradigma sehat "
" " "Menjelaskan konsep sakit meliputi definisi, fase dan tahapan "
" " "proses sakit "
" " "Menjelaskan rentang sehat sakit "
" " "Menjelaskan hubungan sehat sakit "
" " "Menjelaskan konsep sehat sakit jiwa meliputi : definisi dan "
" " "kriteria "
" " "Menjelaskan pencegahan penyakit "
" " "Menjelaskan faktor pengaruh status kesehatan "
" " "Menjelaskan respon perawat terhadap sehat sakit, mekanisme "
" " "coping dan unit kesehatan masyarakat "
"Referensi ":"Johnson R. Taylor W. (2000). Skill For Midwifery Practice "
" " "Smith S. Duell D. (1985). Clinical Nursing Skill "
" " "Varney. (1997). Varney's Midwifery "
" " "Hotma R. dkk. (2000). Pemeriksaan Fisik "
" " "Carcio H.A. (1999)., Advanced Health Assesment Of Woman "
" " "Uliyah, M., dkk, (2012), Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I,"
" " "Surabaya, Health Book Publishing "
PERTEMUAN 2
KONSEP SEHAT DAN SAKIT
LATAR BELAKANG
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien adalah
manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan
spritual tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan perawatan cenderung
semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang positif terhadap peran dan
fungsi perawat untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat mutu pelayanan
perawatan.
Pada pengkajian seringkali perawat hanya memusatkan perhatian pada aspek
biologis atau fisiknya saja, sehingga asuhan keperawatan secara komprensif
tidak tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk membekali baik ilmu
maupun pengalaman-pengalaman. Sehingga respon klien dapat terkaji lebih
dalam dengan tujuan mengenal dan menentukan masalahnya atau kebutuhannya.
A. KONSEP SEHAT
1. DEFINISI SEHAT
- Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah a state of
complete physical, mental, and social well being and not merely the
absence of illness or infirmity (Suatu keadaan yang sempurna baik
fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan).
Mengandung 3 karakteristik :
a. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
c. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat merupakan bukan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian,
bukan merupakan suatu keadaan tetapi suatu proses. Proses di sini
adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka
tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
- Menurut Pender (1982) sehat adalah perwujudan individu yang
diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain
(aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan didi
yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan
stabilitas dan integritas struktural.
- Menurut Undang-Undung No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
- Menurut Dunn (1959) adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya
tanda-tanda dan gejala dari penyakit
- Menurut Perkin S. adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis
setara bentuk tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
2. UNSUR PENDATANG TENTANG SEHAT
- Biologis : bebas dari penyakit.
- Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.
- Sosial : mampu mangadaptasi tanggung jawab sosial, dan fungsi peran.
- Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
lingkungan.
3. PARADIGMA SEHAT
a. Pengertian Paradigma Sehat
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Melihat masalah
kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas
sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau
pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam
kondisi sehat. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama
lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak azasi manusia
dan menentukan kualitas hidup sumber daya manusia. Sejalan dengan
berkembangnya waktu paradigma pelayanan kesehatan sedang dikaji
ulang.
Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan jangka
panjang yang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri.
Paradigma sehat didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif,
antisipasif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,
dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada pemeliharaan dan
perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap
kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan,
memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang
sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat.
Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk
mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit
(Soejoeti, 2005)
b. Dasar Paradigma Sehat
Dasar dari paradigma sehat sangat berkaitan erat dengan keoptimalan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini bersumber
dari Undang – undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan yang
menyatakan
- Pertama : menimbang bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
- Kedua : setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta penigkatan ketahanan dan daya
saing bangsa bagi pembangunan nasional
- Ketiga : setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara
- Keempat : setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan
wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus
memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab
semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat
- Kelima : menimbang bahwa Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan,
dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan
diganti dengan Undang-Undang kesehatan yang baru
- Keenam : berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
bagian pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima maka perlu
membentuk Undang-Undang tentang kesehatan (KepMenKes 1998).
c. Visi Dan Misi Paradigma Sehat
Promosi kesehatan masyarakat menjadi tujuan masayarakat dapat
dicapai dengan jasa kesehatan yang efektif dan equitable di
departemen kesehatan. Bagaimanapun untuk mencapai tujuan ini
diperlukan banyak faktor kebijakan dalam negri.
Untuk mewujudkan paradigma baru pembangunan kesehatan tersebut,
pemerintah telah menetapkan visi pembangunan kesehatan yakni
"Indonesia sehat 2010" untuk mewujudkannya dilaksanakan melalui
empat misi pembangunan kesehatan.
- Pertama : menggerakan pembangunan kesehatan tidak semata-mata
ditentukan oleh kerja keras sektor kesehatan, melainkan
dipengaruhi hasil kerja serta kontribusi sektor positif berbagai
sektor lainnya.
- Kedua : mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Dalam hal ini, harus menyadari kesehatan adalah tanggung jawab
bersama dari setiap individu , masyarakat, pemerintah dan
swasta.
- Ketiga : memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau.
- Keempat : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Soejoeti, 2005)
B. KONSEP SAKIT
1. DEFINISI SAKIT
- Menurut Bauman (1985) sakit adalah : ketidakseimbangan dari kondisi
normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi
penyesuaian. Terdapat mengemukakan tiga kriteria dari keadaan sakit
:
a. Adanya gejala
b. Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.
c. Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
- Menurut Pemons (1972) sakit adalah gangguan dalam fungsi normal
individu sebagai totalitas termasuk keadaaan organism sebagai
sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
- Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan menjadi 2 yaitu
illness dan disease perbedaan kedua istilah ini ialah :
a. Illness
- Konsepnya abstrak
- Sifatnya subjektif
- Akibat mekanisme koping (pertahanan) tak adekuat.
b. Disease
- Suatu kondisi yang patologis
- Terdapat sign dan symptom.
- Menurut Imogene King sakit adalah gangguan dalam siklus hidup.
- Menurut Perkin's sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak
menyenangkan menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial.
2. FASE-FASE SAKIT
- Fase laten
Seseorang sudah terinfeksi suatu mikroorganisme, karena badan
seseorang baik maka gejala-gejala dan tanda-tanda serta keluhan
belum ada, sehingga aktifitas sehari-hari dapat dilakukan.
- Prodromal
Pada fase ini seseorang sudah terdapat peningkatan, bahwa dirinya
sakit, seperti tidak enak badan atau kadang-kadang lemas.
- Akut
Tanda dan gejala akan bertambah dan semakin lengkap, bentuknya di
sini klien baru sadar bahwa dirinya sakit, kadang-kadang emosinya
tidak stabil dan lekas marah, dan ia hanya mampu memikirkan dirinya
sendiri dan penyakitnya.
- Resolusi
Klien perlu tindakan yang sifatnya mengembalikan secara normal.
3. TAHAPAN SAKIT
Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
a. Tahap gejala / transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam
tubuh, merasa dirinya tidak sehat, merasa timbulnya berbagai gejala
adanya bahaya. Mempunyai 3 aspek :
- Secara fisik : nyeri, panas tinggi
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecemasan.
b. Tahap asumsi terhadap peran sakit (Sick Role) yaitu Penerimaan
terhadap sakit dimana individu mencari kepastian sakitnya dari
keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit, mencari pertolongan
dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri, mengikuti
nasihat teman / keluarga.
Akhir tahap ini dapat ditentukan bahwa gejal telah berubah dan
merasa lebih buruk. Individu masih mencari penegasan dari keluarga
tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman.
c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas
inisiatif sendiri.
Ada 3 tipe informasi :
- Validasi sakit
- Penjelasan gejala yang tidak dimengerti
- Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala individu mempersepsikan dirinya sembuh jika
ada gejala kembali pada posisi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang
sakit maka yang menjadi pasien akan ketergantungan untuk memperoleh
bantuan.
e. Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit.
C. RENTANG SEHAT – SAKIT
1. Status sehat sakit tidak bersifat mutlak karena sehat-sakit merupakan
rentang (jarak)
2. Skala akur secara hipotesis dengan mengukur kesehatan seseorang.
Uraian di atas menyebutkan bahwa tidak ada standar / ukuran yang pasti
untuk mengatakan keadaan seseorang itu sehat sakit.
3. Dinamis dan Individual.
Status kesehatan seseorang sifatnya berubah-ubah dan sifatnya
individual. Intensitasnya dan mekanisme koping yang dipergunakan.
4. Jarak sehat optimal – kematian
Rentang sehat – sakit terdiri atas rentang sehat yang dimulai dari
sejahtera, sehat sekali, sehat normal, sedangkan rentang sakit dimulai
dari setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir pada kematian.
D. HUBUNGAN SEHAT – SAKIT
Hubungan sehat – sakit dapat dijelaskan melalui beberapa model konsep
sehat – sakit, diantaranya (Bustan, 1996) :
1. Model Ekologi (The Traditional Ecological Model)
Merupakan model status kesehatan seseorang yang ditentukan dengan
adanya hasil interaksi antara Host (Manusia), Agent dan lingkungan.
Hubungan interaksi yang psoitif akan menimbulkan kondisi yang
seimbang (sehat), dan bila salh satu terjadi ketidakseimbangan maka
yang lain akan mengalami kemampuan yang menurun dan menimbulkan sakit
2. The Health Field Concept Model
Model ini dikembangkan oleh HL Lamfframboise yang menjelaskan bahwa
ada 4 faktor yang berperan dalam kondisi status kesehatan diantaranya
;
- Faktor lingkungan
- Faktor gaya hidup
- Faktor biologis
- Faktor sistem pelayanan kesehatan
3. The Enviroment of Health Model
Model ini dikembangkan oleh HL Blum dimana merupakan pengembangan
model sebelumnya dengan memberi penjelasan peranan atau faktor
penyebab kondisi sehat-sakit, diantaranya :
- Herediter
- Pelayanan kesehatan
- Gaya hidup
- Faktor lingkungan ( merupakan faktor dengan peran paling besar
Hubungan Sehat – Sakit dapat digambarkan sebagai berikut ;
E. KONSEP SEHAT – SAKIT MENTAL (JIWA)
1. Definisi Kesehatan Mental (Jiwa)
- Menurut Jinis kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk
mengatasi stres secara fungsional dengan baik
- Menurut WHO kesehatan mental merupakan suatu keadaan yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
seseorang individu secara optimal dan sejauh ini cocok dengan
perkembangan optimal individu-individu yang lain
- Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan Jiwa Pasal 24 ayat 1
"Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat
secara optimal baik intelektual maupun emosional".
2. Kondisi Sehat Jiwa dan Kriteria-Kriterianya
a. Menurut Maria Johada
Kondisi sehat jiwa menurut Maria Johada :
- Sehat jiwa tak dapat dijelaskan dengan konsep sederhana dan item
tunggal dari perilaku tidak adekuat
- Kriteria untuk menilai sehat jiwa harus dalam bentuk yang
operasional dengan skala dan utama.
- Masing-masing kriteria dengan rentang.
- Kriteria sehat jiwa menunjukan kecenderungan kearah sehat atau
sakit.
- Kriteria ini memuat atribut individu.
- Kriteria sehat jiwa di katakan optimal bukan absolut.
Kriteria sehat jiwa menurut Maria Johanda :
- Sikap positif pada diri sendiri, menerima diri sendiri identitas
diri yang memadai, penilaian yang realistik terhadap kemampuan
dan kekurangannya.
- Serapan terhadap kenyataan.
- Integrasi kesatuan kepribadian.
- Kemampuan pengembangan kemampuan dasar secara fisik,
intelegtual, emosional dan sosial.
b. Kriteria sehat menurut WHO, seseorang dikatakan sehat jiwa :
- Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk.
- Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
- Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
- Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
saling memuaskan.
- Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
- Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai pelajaran
dikemudian hari.
- Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih sayang
yang besar.
c. Kriteria sehat-sakit jiwa menurut American Psychiatriy Association
:
Menilai kesehatan jiwa terdiri dati 6 dimensi:
- Ketidak bahagian.
- Kehilangan kegembiraan.
- Ketegangan.
- Perasaan muda tersinggung.
- Kurang percaya diri.
- Keragu-raguan.
d. Kriteria sehat-sakit mental A. Maslow :
- Memiliki persepsi realitas yang efektif.
- Menerima diri, orang lain, lingkungan.
- Spontan.
- Sederhana dan wajar.
3. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Mental (Jiwa)
- Asertif ( menyatakan diri, pandangan-pandangan dalam dirinya,
keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan jujur
tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak-hak orang lain
- Solitude (nyepi)
- Kesehatan diri sendiri.
- Merawat dan memperhatikan tanda-tanda stress internal.
F. PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan
dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan
efektif (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
Pencegahan ( mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian
1. Riwayat Alamiah Penyakit
a. Periode prepatogenesis
- Tingkat pencegahan primer meliputi : promosi kesehatan,
perlindungan khusus
b. Periode patogenesis
- Tingkat pencegahan sekunder meliputi : diagnosis dini dan
pengobatan segera serta pembatasan ketidakmampuan (disability)
- Tingkat pencegahan tersier meliputi : rehabilitasi
2. Tahap Pencegahan
Tingkat pencegahan disesuaikan dengan riwayat alamiah penyakit :
- Pencegahan primordial
Tujuan : menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan
kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan
resiko penyakit. Pencegahan primordial yang efektif memerlukan
adanya peraturan yang ketat dari pemerintah.
- Pencegahan primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
belum mulai (pada periode pre patogenesis) dengan tujuan agar
tidak terjadi proses penyakit dan mengurangi insiden penyakit
dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor
resikonya. Terdiri dari : health promotion, specific protection.
Promosi kesehatan meliputi : pendidikan kesehatan, penyuluhan,
gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan, penyediaan perumahan
yang sehat, rekreasi yang cukup, pekerjaan yang sesuai,
konseling perkawinan, genetika dan pemeriksaan kesehatan yang
berkala. Sedangkan perlindungan khusus meliputi : imunisasi,
kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, perlindungan
terhadap kecelakaan akibat kerja, penggunaan gizi tertentu,
perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan kanker dan
menghindari zat-zat alergenik
- Pencegahan sekunder
Adala upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda / gejala sakit (patogenesis
awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut dengan
tujuan menghentikan prose penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Terdiri dari : deteksi dini dan pemberian pengobatan
yang tepat.
Diagnosa dini dan pengobatan segera meliputi penemuan kasus
(individu / masal), skrining, pemeriksaan khusus dengan tujuan
(menyembuhkan & mencegah penyakit berlanjut, menular, mencegah
komplikasi serta memperpendek masa ketidakmampuan).
Contoh : PMS ( kultur rutin bakteriologis untuk infeksi
asimptomatis pada kelompok resiko tinggi, Sifilis ( tes
serologis untuk infeksi preklinis pada kelompok resiko tinggi,
kanker leher rahim ( hapusan pap, kanker payudara ( skrining
dengan mammografi.
- Pencegahan tersier
Adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah
cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat. Dengan tujuan
menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan
membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Terdiri dari :
disability limitation, rehabilitation.
Rehabilitasi meliputi : penyediaan fasilitas untuk pelatihan
hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,
pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan
mereka yang telah direhabilitasi, penempatan secara selektif,
memperkerjakan sepenuh mungkin, terapi kerja di rumah sakit dan
menyediakan temat perlindungan khusus. Contoh : penyakit
vaskuler diabetik pada kaki ( perawatan kaki (pediatric care)
rutin pasien diabetes, Fraktura & cedera ( memasang rel
pergelangan tangan (handralis) di rumah orang yang mudah jatuh,
Ulserasi kulit kronis ( penyediaan matras khusus untuk
penyandang cacat berat.
G. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut Hendrik L. Bloom ada empat faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyakarat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan.
Dari bagian tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi
derajat kesehatan adalah faktor lingkungan, kemudian disusul oleh faktor
perilaku pelayanan kesehatan dan terakhir keturunan. Uraian faktor-
faktor tersebut adalah :
1. Lingkungan hidup
Fisik : sampah, air, udara, perumahan dsb.
Sosial : kebudayaan , pendidikan, ekonomi (interaksi manusia)
Biologi : hewan , jasad remik, tumbuhan.
2. Perilaku
Merupakan adat atau kebiasaan dari masyarakat. Sehat tidaknya
lingkungan dan keluarga tergantung perilaku.
3. Pelayanan kesehatan
Peranan pelayanan kesehatan adalah :
- Menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan
penyakit pengobatan, dan perawatan kesehatan.
- Dipengaruhi oleh faktor lokasi atau jarak ke tempat pelayanan
kesehatan sumber daya manusia, informasi kesesuaian program
pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
4. Keturunan
Faktor keturunan adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir. Sebagai contoh : diabetes mellitus, asma,
epilepsy, retardasi mental, hipertensi, buta warna dll.
Faktor Pengaruh Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam batas
rentang sehat – sakit yang bersifat dinamis yang dapat dipengaruhi oleh
:
1. Perkembangan
Faktor usia (tumbuh kembang seseorang dari mulai bayi hingga usia
lanjut) yang memiliki respon dan pemahaman yang berbeda terhadap
perubahan kesehatan.
2. Sosial kultural
Terkait dengan pemikiran dan keyakinan yang menimbulkan perubahan
dalam perilaku kesehatan.
3. Pengalaman masa lalu
4. Harapan seseorang tentang dirinya
Terkait dengan motivasi akan perilaku hidup bersih dan sehat dan
mencegah kemungkinan terkena penyakit.
5. Keturunan
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah sanitasi, personal hygiene, tempat
pembuangan limbah / kotoran, rumah yang sehat yang akan merubah
perilaku kesehatan seseorang.
7. Pelayanan kesehatan
Contoh : tempat pelayan yang terlalu jauh, kualitas pelayanan yang
kurang memadai yang dapat mempengaruhi perubahan kesehatan seseorang
H. RESPON PERAWAT / TENAGA KESEHATAN UNTUK KLIEN DAN KELUARGA
Respon perawat / tenaga kesehatan untuk klien dan keluarga meliputi :
1. Bantu menurunkan aspek negatif yang membuat klien sakit.
2. Menguatkan proses adaptasi klien untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan
secara optimal.
4. Membantu klien dan keluarga bagaimana kalau terjadi dan tindakannya.
I. COPING / PERTAHANAN DIRI / MEKANISME PENYESUAIAN
Definisi Coping menurut Lazarus & Folkman (1986) adlah sebagai usaha
untuk mengurangi stres yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan
(eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui
batas kemampuan seseorang.
Sistem coping / pertahanan diri / mekanisme penyesuaian individu
(Carpenito, 2001 dan Rasmun, 2001) meliputi :
1. Konstruktif (Adaptif)
Adalah suatu keadaan dimana individu dapat mengatur berbagai tugas dan
mempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain,
mempertahankan emosi dan pengaturan stres.
2. Destruktif (Mal adaptif)
Adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman atau
mengalami keadaan yang beresiko tinggi atau suatu ketidakmampuan untuk
mengatasi stressor. Coping mal adaptive menggambarkan individu yang
mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap-terhadap kejadian-
kejadian yang sangat menekan.
J. UPAYA-UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Upaya-upaya kesehatan masyarakat meliputi 4 area kegiatan yaitu : upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1. Promotif
Adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan ,meliputi
usaha-usaha untuk peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan , olahraga teratur dan istirahat
cukup sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Preventif
Adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
meliputi usaha-usaha pemberian imunisasi (bayi, anak, bumil).
Pemeriksaan kesehatan berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3. Kuratif
Adalah nusaha yangditujuikan kepada orang yang sakit untuk diobati
secara tepat dan adekuat sehinga kesehatan pulih.
4. Rehabilitatif
Adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari
penyakit yang dideritanya ,untuk memperbaiki kelemahan pisik mental
dan sosial pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya
meliputi latihan-latihan terpogram pisioterafi.
-----------------------
E
A
H
Gambar 1. Kondisi Seimbang (Equilibrium) = sehat
E
A
H
Gambar 2. Kondisi Tidak Seimbang = sakit
Gambar 3. The Health Field Concept Model
Sehat
Lingkungan Gaya Hidup Biologi Sistem Pelayanan
Kesehatan
Gambar 4. The Enviroment of Health Model
Lingkungan
Kesehatan
Gaya Hidup
Herediter
Pelayanan Kesehatan
Gambar 5. Hubungan Sehat – Sakit
Sehat
Sembuh
Sakit
Penyakit