4
Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam
Untuk Memenuhi Tugas Makalah Studi Islam
Disusun oleh:
Yoyoh Rokayah (11141040000034)
Nidaan Khofiyah (11141040000013)
Sitta Diana (11141040000002)
Pujiati ()
Kata Pengantar
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa kami limpah dan curahkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, dan semoga kita termasuk umatnya hingga akhir zaman.
Kemudian kami ucapkan terimakasih kepada orang tua dan dosen pembimbing studi islam yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya.
Makalah ini yang berjudul "Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam" . Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah studi islam sebagai syarat terlaksananyanya persentasi kelompok kami.
Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih.
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sehat dan sakit merupakan suatu peristiwa dan keadaan yang selalu menyertai hidup manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. kita memahami apapun yang menimpa manusia adalah takdir dari Allah SWT, sehgat dan sakit pun merupakan suatu takdir dari Allah SWT. Lantas sehat dan sakit itu merupakan takdir, mengapa ketika kita sakit harus mencari sehat/ kesembuhan?. Lantas buat apa dan manfaat berobat?. Dari sinilah kita memahami konsep sehat dan sakit.
Konsep sehat dan sakit dalam islam merupakan konsep yang bersumber dari pandangan Al-quran dan hadist, berikut salah satu ayat Al-quran yang menjelaskan hal tersebut : "(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakanku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS asy-Syu'arâ' 26: 78-82). Dari penjelasan ayat Al-quran diatas tentulah sehat dan sakit merupakan sesuatau yang diturtunkan oleh Allah SWT dengan bertujuan untuk menguji hamba-Nya.
Rumusan Masalah
Pengertian sehat dan sakit.
Konsep sehat dan sakit dalam persfektif Islam.
Relasi nilai agama dalam dunia kesehatan.
Sakit sebagai takdir yang menguatkan iman.
Tujuan Masalah
BAB II ISI
2.1. Pengertian Sehat dan Sakit
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang yang tidak memeiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang sehat. Sebagaimana masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang ada dalam masyarakat.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab "ash-shihhah" yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap bada serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit) dan waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shhihah yaitu al-'afiah yang berarti ash-shhihah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua kata ash- shihah wa al-'afiah yang apabila diIndonesiakan menjadi 'sehat wal afiat' dan artinya sehat secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 "sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sisoal yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. Konsep "sehat" World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu "kedaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat". Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam kedaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psuologis, dan sosial sehin gga eseorang dapat melakukan aktifita secara optimal. Definisi sehat dikemukakan oleh WHO mengandung karakteristik yaitu:
Mereflekasikan perhatian pada individu sebagai manusia.
Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, maupun sosial. Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:
Sehat pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir logis (masuk akal) atau berpikir runtut
Sehat spiritual tercermin darai cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pancipta alam dan seisinya yang dapat dilihat daro praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik sesuai dengan norma-norma masyarakat.
Sehat emusional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan atau pengendalian diri baik.
Sehat sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, sukuj, agama, maupun kepercayaan, status sosial, ekonomi, dan politik.
Dilihat dari aspek ekonomi yeitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.
Istilah penyakit (disease) dan kedaan sakit (illness) sering tertukar dalam penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit ialah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan kekurangan kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat sesorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradabtasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak melibatakan bentuk perkembangan bentukkehidupan baru secara lengkap melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.
2.2. Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam
Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan kurang jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa adalah takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit merupakan takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya kita tidak sakit ataupun mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus dilakukan dan Al-Quran memberikan petunjuk mengenai hal ini.
Meskipun kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dalam bahasa Arab ash-shhihah dan al' afiah tetapi tidak satu kata pun didalam Al-Quran menyebutkan ash-shhihah dan al'fiah, tetapi Al-Quran meneybutkan perkataan syifa' berarti sembuh (dari sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa' disebut dalam Al-Quran dimana disebutkan bahwa disamping sebagai petunjuk Al-Quran juga dinyatakan sebgaai obat yang menyembuhkan.
Firman Allah di dalam Qs. Al-Israa' 17: 82. Artinya : "Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian".
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Quran sebagai penyembuh hanya kepada orang yang beriman secara islam. Non muslim dikategorikan sebagai orang-orang lalil, otomatis tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit dalam ayat ini bersifat rohaniah. Secara fisik orang yang dikatakan sehat. Ukuran sehat atau sakit terletak pada 'iman' secara Islam.
Karakteristik kesehatan yang demikian ini secraa eksplisit, yaitu penyakit hati kata lain dari rohani, disebut kembali dalam Qs. Yunus 10 : 57. Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuhan bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman".
Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh dari kisah yang dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al-Quran Surah An Anbiyya 21 : 83. Artinya : "Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha penyayang diantara semua penyayang". Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan keluarganjya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyemgah Allah.
Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tiidak tertimpa sakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah SWT tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub untuk berdzikir dan memohon keridhoan Allah SWT dan Allah SWT pun mengabuklan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub sembuh dan di kembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan rahmat Allah SWT serta bersabar dalam menerima takdir Allah SWT. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apapun bahwa apabila Allah menaktidrkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita akan sembuh.
Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau memalukan melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan mengalami sakit seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur.
Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah SWT tetapi ketika berada dalam kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang artinya "Tidak ada yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, ksedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya".
Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah menjelaskan bahwa hidup sehat itu adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh kedalam praktik kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian cara bersyukur kepada Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk memperoleh kesehatan adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah bersabda dan amat populer di lingkungan dunia medika Islam "An-Nadaftu min al-iman" (Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan dari brsih dan kotor adalah kotor dan jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok itu tidak mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi kotor kotor atau jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di pahami bahwa independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Disisi lain, iman yang benar menuntut supaya hidup bersih dan buah dari hidup bersih adalah sehat.
Perilaku hidup sehat dan bersih sesungguhnya telah lama diajarkan bagi pemeluk agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dedngan menjaga kebersihan pribadi. Hal ini dengan jelas terdapat dalam Al-Quran yang menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah maupun suci secara batiniah. Sebagaimana firman Allah dalam Qs, Al-Mudatstsir (74): 4. Artinya : "Dan pakaianmu bersihkanlah".
Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang diartiakan sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani, sesuai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat dan bersemangat dan islam menghendaki umatnya agar sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani karena jika diperhatikan secara seksama ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat yang indikasinya rajin ibadah, perilakunya baik, berbicara sopan, membaca Al-Quran bagus dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat, terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut muka kusut dan tempat huniannya kurang terawat. Tentu profil ini tidak dikehendaki oleh Islam, ia mesti juga sehat secara jasmani maupun rohani.
Dengan demikian, anjuran terhadap umat islam dalam menjaga kesehatan terkait dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit (illness behavior). teori-teori yang mengembangkan oleh antropolog kesehatan mengartikan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyait, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran memalui olahraga dan memakan makanan bergizi. Sedagkan perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperolehkesembuhan. Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi urusan publik makan terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan perilaku sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka kasakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit, kebijakan peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, kebijakan peningkatan upaya kesehatan lingkunganterutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutj lingkungan hidup, kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, dan kebijakan peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2.3. Relasi Nilai Agama dalam Dunia Kesehatan
Banyak permaslahan yang dialami manusia termasuk dalam bidang kesehatan. Bertambahnya permasalahan dalam bidang kesehatan ini tidak seimbang dengan penyelesaian dari permasalahan sebelumnya. Masalah ini terjadi karena faktor kurang pekanya diri kita terhjadap kebersihan diri dan lingkungan kita. Masalah tersebut terus bertambah dan bertambah, hal tersebut dikarenakan banyaknya orang yang masih mengandalkan pemikirannya tersendiri tanpa mengedepankan ajaran agama islam yang tepat dan memadai. Padahal islam telah menjelaskan tentang berbagai aspek permasalahan yang bersumber dari Al-Quran, hadist, ijmak, dan qiyas yang kebenarannya tidak perlu di ragukan lagi.
Bisa kita lihat keadaan kesehatan masyarakat Indonesia ini banyak orang yang mengalami masalah kesehatannya. Ada yang terjangkit penyakit menular, karena kurang hati-hati terhadap orang lain, seperti malaria, HIV/aids, hepatitis, dan lain-lain. Selain itu juga banyak permasalahn kesehatan karena faktor diri kita sendiri, misalnya busung lapar, obesitas, dan lain-lain. Berbeda jika dibandingkan dengan negara lain, misalnya Singapura, negara mereka selalu menjaga kebersihan di berbagai lingkungan sehingga mereka hidup dengan nyaman.
Dari permasalahan di atas kita bisa menganalisis secara mendalam. Hal tersebut bisa diatasi dengan kesadaran diri kita sendiri melalui pendekataan keagamaan. Agama kita adalah agama Islam Rahmatan Lil 'Alamin yang menjelaskan berbagai ajaran danpraktik segala aspek kehidupan manusia. Tergantung diri kita masing-masing untuk bisa memanfaatkan ilmu agama dalam mengatasi masalah tersebut.
Islam merupakan agama universal, yang sellau fleksibel terhadap berbagai masalah yang terajadi, apapun permasalahaan yang terjadi agama Islamlah yang patut dijadikan sebagai pedoman, seperti contoh Islam mewajibkan untuk membayar zakat kepada fakir miskin bagi ornag yang mampu. Hal tersebut bersinambungan dengan masalah yang terjadi di negara Indonesia ini yaitu busunga lapar, skit busung lapar telah dialami oleh benyak orang yang mendiami daerah terpencil, penyakit ini timbul karena si penderita kurang mengasupi makanan yang bergizi.
Dunia kesehatan dengn nilai-nilai agama Islam sangat berkaitan sekali Allah SWT mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik. Jika dikaji dalam ilmu kesehatan nilai agama tersebut sangat berkaitan karena jika kita menjaga kebersihan kita dapat meminimalisir penyakit-penyakit yang hendak adatang ke kita.
Dunia kesehatan sebenarnya sudah ada sejak lama, salah satu tokoh ilmuan pada zaman dahulu adalah Ar-Razi. Beliau merupakan orang yang telah berjasa terhadap ilmu kedokteran yang telah meneliti masalah dunia kedokteran hingga beliau mendapat gelar sebagai bapaknya dokter. Aplikasi niali-nilai keislaman dalam dunia kesehatan adalah semua anggotan badan manusia seperti tangan, kaki, kepala, sampai hati ini semua pada hakikatnya adalah milik Allah SWT yang harus kita jaga. Misalnya, islam mengajarkan kita ungtuk tidak marah-marah dan sellau tetap rendah hati. Hal tersebut bisa dikaji dalam dunia kesehatan, setelah diteliti memang ada manfaatnya yakni apabila kita marah-matah darah kita akan naik dan kita dapat terkena penyakit darah tinggi.
2.4. Sakit Sebagai Takdir yang Menguatkan Iman
Sesungguhnya ujian atau cobaan paling ringan pada diri seorang muslim adalah ujian jasmani yang lazzim disebut sakit. Ujian jasmani ini dimaksudkan Allah untuk menguji kesabaran dan kerelaan seorang hamba dalam menerima takdir-Nya. Kalau ternyata ia sabar, Allah menetapkan pahala atau menghapus sebagian dosanya atau mengangkat derajatnya sehingga ujian itu menjadi nikmat baginya. Sabda Rasulullah saw: "Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya". (HR. Mustafaq Alaih).
Ditinjau dari dimensi vertikal (anatara hamba dengan al-khaliq), paling tidak ada tiga manfaat/keutamaan musibah yang ditimpa kepada mukmin.
Pertama, musibah sebagai penebus dosa yang pernah dilakukan manusia akibat kelalaian dan pelanggrannya terhadap perintah Allah SWT. MakaAllah memberikan ganjaran di duni secara kontan dan spontan. Hal ini mungkin sebagai tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga si hamba bisa keluar dari dunia ini dalam keadaan bersih.
Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran seseorang. Hal ini merupakan takdir Allah kepada hamba-Nya dan kelak diakhirat akan diganti dengan rahmat dan ridha-Nya. Apabila seorang seorang hamba menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas, dan terus menerus berikhtiar mencari jalan keluar dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan syara', tidak menegluh, mengaduh, apalagi meratap dan merintih, maka Allah akan menjanjikan akan memepermudah urusan hisabnya dihari kiamat, maka Allah menjanjikan akan menyegerakan pahalanya, memberkati kehidupannya sehingga timbangan amalnya berat kearah ketetapan dan pahala, dan berkesudahan dengan jannatun-na'im.
Ketiga, musibah sebagai tangga untuk mencapai kualiatas derajat lebih tinggi di sisi Allah. Kita tentu masih inget bagaimana musibah yang ditimpakan kepada Nabiyullah Ayyub as, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Cobaan yang menimpa seorang hamba bertujuan untuk:
Menunjukan kemutlakan kekuasaan Allah terhadap manusia bahwa manusia adalah hamba yang harus senantiasa tunduk dan patuh serta merendahkan diri di hadapan al-Khaliq.
Melihat mana yang mukmin sejati dan mana yang munafik.
Menghapus dosa dan mengangkat derajat seorang hamba.
Mengungkapan hakikat manusia itu sendiri sehingga tampak jelas kesabaran dan ketaatannya.
Membentuk dan menempa kepribadiannya sehingga benar-benar menjadi pribadi yang tahan banting dan tahan uji, guna melahirkan umat berbudi luhur.
Melatih dan membiasakan diri yang diuji agar bertambah sabar, kuat cita-cita, dan tetap pendirian. Serta,
Melahirkan sifat dan sikap saling menolong dan mengasihi sesama.
2.5. Kiat Menguatkan Iman ketika sakit
Berbaik sangka kepada allah (husnudzan billah)
Sudah selayaknya orang yang sakit mengingat luasnya rahmat dan ampunanAllah, dan berbaik sangka terhadapnya-Nya. Dalam sebuah hadist di sebutkan: " Janganlah seseorang meninggal kecuali dalam keadaan baik sangka kepada allah.". (HR. Muslim)
Termasuk berbaik sangka bagi si sakit, dengan berharap bahwa musibah yang menimpanya merupakan pendahuluan dari kebaikan yang dianugrahkan Allah kepadanya, sebagaimana tercantum dalam sebuah hadist: "Barang siapa dikehendaki aAllah kebaikan pada dirinya, maka ia akan di beri cobaan".(HR. Bukhori Muslim)
Bersabar
Sabar adalah menahan diri dan membawanya kea rah yang dituntut syara' serta menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan. Yakinlah bahwa musibah ini akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosa yang telah kita perbuat, sebagaimana sabda nabi :
"Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuhan, sakit, duka, susah, dan gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosa-dosanya." (HR. Bukhori Muslim)
Dalam sebuah hadist qudsy allah berfirman : "Jika kubebankan kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amal baginnya." (HR. al-Qudha'I, ad-Dailami, dan At-Tirmizdi, dan anas).
Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yang menakjubkan, yakni kemudahan menghadapi hisab di hari akhir.
Banyak bersyukur kepada Allah
Bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertaubatdan membersihkan diri. Betapa banyak orang yang menemui ajal pada saat berbuat maksiat atau berlimang dosa.
Terkadang cobaan yang menimpa kita semata-mata pertanda rasa cinta dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebuah hadist : "Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka ditimpakannya cobaan pada kaum itu." (HR. Bukhori)
Sekiranya Allah SWT menunda hukuman kepada hamba-Nya sampai hari kiamat, niscaya hukuman yang diterima pasti akan lebih pedih dan menyakitkan.
Seorang hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur atas kemalangan yang menimpanya, baginya dituliskan pahala amal yang bisa dikerjakan semasa sehatnya. Firman Allah kepada para malaikat dalam hadist Qudsi : "Jika aku menguji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, maka berilah dai pahala sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan kepadanya." (HR. Ahmad dan Thabrani)
Memperbanyak Istighfar dan menghisab diri sendiri (Muhasabah lin-Nafsi)
Aktivitas istighfar dan muhasabah diperbanyak dikala sakit. Dengan menyadari segala kelemahan dan kekurangan kita sebagai hamba Allah, insya Allah akan mendekatkan hati kita kepada Allah serta menjadikan ibadah dan doa kita lebih khusyu'. Kondisi ini akan lebih mengantarkan kita pada ketenangan batin dan berimplikasi pada jasmani. Umar bin Khattab dalam pesannya yang masyhur mengingatkan, "Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab."
Tawakkal kepada Allah
Tawakal adalah perpaduan antara sabar, doa, dan ikhtiar yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syara'. Allah SWT telah menjanjikan dan Allah Maha Benar janji-Nya bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu,berikhtiarlah sesuai dengan tuntunan syara'. Janganlah berobat dengan cara atau barang yang diharamkan. Perbanyaklah doa dan ikhtiar serta bersabarlah hingga Allah berkenan memberikan kesembuhan. Sabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan untuk kalian bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berobatlah, tetapi jangan berobat dengan barang haram." (HR. Abu Daud)
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
http://www.academia.edu.com diakses pada 28 Oktober 2014 pikul 21:00 WIB
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id diakses pada 4 November 2014 pukul 19:00 WIB
http://www.uin-alauddin.ac.id diakses pada 2 November 2014 pukul 21:00 WIB
http://kesehtan.kompasiaan.com diakses pada 5 November 2014 pukul 13:30 WIB
Mukti Bisri, Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan, (Jakarta: Pilar Media, 2007), 8.
Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 4.
Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 6