KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN 1 KONSEP DASAR RESIDU LAMBUNG DAN PATOFISIOLOGI MUNTAH, KEMBUNG, MUAL, dan MELENA
Oleh : NOVITA FAJRIYAH S1-2A 121.0073
PROGRAM STUDI S1 KEKEPAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014
KONSEP DASAR RESIDU LAMBUNG
A. Anatomi lambung
Lambung adalah organ yang berbentun menyerupai huruf J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain.(Sloane, Ethel. 2003) Lambung bervariasi dalam bentuk tergantung dari jumlah makanan di dalamnya, adanya gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, respirasi, dan postur tubuh. Posisi, bentuk, dan mobilitas lambung sangat bervariasi. (Gibson, John. 2002) B. Kapasitas Normal Lambung
Kapasitas normal lambung adalah 1.200-1.600 ml. (Gibson, John. 2002) C. Cairan Lambung
Cairan lambung adalah cairan encer yang disekresi oleh kelenjar dan sel-sel membran mukosa lambung. Cairan ini terdiri dari : asam hidroklorida dalam larutan cair, pepsinogen yang dikonversi oleh asam dalam lambung menjadi pepsin. Pepsin memecah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Mucus disekresi dari sel-sel pada permukaan membran mukosa yang fungsi utamanya adalah melapisi permukaan membran mukosa untuk melingdunginya dari pencernaan oleh asam hidroklorida.(Gibson, John. 2002) D. Sekresi Cairan Lambung
Cairan lambung dsekresi dalam tiga fase (Gibson, John. 2002), yaitu : 1. Fase serebral. Antisipasi terhadap makanan menyebabkan stimulus dari otak berjalan melalui nervus vagus ke lambung tempat kelenjar dan sel dirangsang untuk sekresi. Pada fase ini gastrin, hormon yang disekresi oleh membran mukosa canalis pylori lambung, memasuki aliran darah dan akhirnya tiba kembali di membran mukosa lambung yang merangsang produksi cairan lambung lebih banyak. 2. Fase gasrtrik, lebih banyak gastrin diproduksi oleh kombinasi tigas paristiwa regangan mekanik lambung oleh makanan, adanya produk protein di dalam lambung, dan stimulasi vagal. 3. Fase intestinal,
sampainya makanan di dalam usus halus menyebabkan sekresi
cairan lambung lebih lanjut, mungkin oleh produksi lebih banyak gasrtrin. E. Digesti dalam Lambung.
Cairan lambung memicu digesti protein dan lemak. (Sloane, Ethel. 2003)
1. Digesti protein. Pepsinogen (disekresi oleh sel chief) diubah oleh asam klorida (disekresi sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik yang hanya dapat bekerja dengan pH dibawah 5. Enzim ini menghidrolisis peitein menjadi polipeptida. Lambung janin memproduksi renin, enzim yang mengkoagulasi protein susu, dan menguraikannya untuk membentuk dadih (curd). 2. Lemak. Lipase lambung (disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah. 3. Karbohidrat. Amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus bolus. Lambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat. F.
Pencernaan Dalam Lambung
Pencernaan yang dilakukan di dalam lambung hanya sedikit, dibatasi oleh konversi protein menjadi pepton. Aklorhidria adalah tidak adanya asam hidroklorida dari cairan lambung. Kelainan ini terjadi pada 1% masyarakat. Disertai dengan sekresi faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk absorbsi vitamin B12. (Gibson, J ohn. 2002) G. Gerakan Lambung
Dalam lambung terjadi gerak mengaduk yang menyebabkan makanan dapat tercerna dengan baik. Proses ini dapat terjadi karena struktur lambung terdiri atas 3 macam otot, yaitu otot-otot
memanjang, melingkar, dan menyerong berurutan dari luar ke
dalam.(Biomed,M., Furqonita.2007). Dalam keadaan istirahat, lambung berkontaksi. Bila waktu makan berikutnya tidak tiba, akan terjadi gelombang peristaltik, yang menyebabkan nyeri lapar mendadak. (Gibson, John. 2002) Lambung berdistensi untuk mengakomodasi makanan yang masuk, dan kemudian gelombang peristaltik dimulai pada bagian atas dan berjalan ke bawah menuju phylorus, sebanyak empat kali dalam satu waktu. Pada awalnya pylorus tetap tertutup, dan efek gelombang pada saat ini adalah untuk mencampur makanan dan memajankan makanan dengan cairan lambung. Kemudian sphincter pylori mulai mengalami relaksasi dan mengeluarkan sejumlah kecil makanan setiap saat. (Gibson, John. 2002) Gerakan dalam lambung terjadi secara terus menerus. Kita pasti pernah mendengar perut kita berbunyi ketika kita lapar. Bunyi ini terjadi karena lambung yang terusmenerus bergerak meski tidak terdapat makanan di dalamnya. Gerakan lambung akan semakin cepat saat terisi makan.(Biomed,M., Furqonita.2007)
H. Kendali pada pengosongan lambung
Pengosongan, distimulasikan secara refleks saat merespons terhadap peregangan lambung, pelepasan gastri, kekentalan kimus, dan jenis makanan. Karbohidrat dapat masuk dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap dalam lambung selama 36 jam.(Sloane, Ethel. 2003)
Pengosongan lambung dihambat oleh hormon duodenum yang juga menghambat sekresi lambung dan oleh refleks umpan balik enterogastrik dari duodenum.
Sinyal umpan balik memungkinkan kimus memasuki usus halus pada kecepatan tertentu sehingga dapat diproses.
Di lambung, makanan dapat bertahan selama 2-6 jam. Makanan tersebut dicerna secara kimiawi dengan bantuan enzim yang terdapat dalam getah lambung berupa bubur makanan yang disebut kimus.(Biomed,M., Furqonita.2007)
Pengosongan lambung cepat terjadi dalam 5 jam. Dapat lebih lama bila seseorang cemas atau bila terdapat banyak lemak dalam makanan. (Gibson, John. 2002).
I.
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernapasan. Pada hari-hari pertama, pengosoangan lambung bayi prematur lebih lambat, pengosongan lambung akan lebih cepat pada hari ke-3 dan seterusnya. Sistem enzim pencernaan bayi pada masa kehamilan 28 minggu sudah cukup matur untuk mencerna dan mengabsorbsi karena kurangnya garam empedu.(Surasmi, Asrining. 2003). Pada Ibu yang melahirkan cukup bulan mengalami peningkatan volume dalam lambung, penurunan pH lambung, penambahan tekanan dalam lambung dan penundaan pengosongan lambung. Karena itu risiko aspirasi isi lambung meningkat dan apat menyebabkan kematian ibu (Benson, Ralph C. 2008). Toleransi terhadap Nutrisi Waktu Minum Obat, Sebelum atau sesudah makan ? Pada umumnya, untuk
mencapai efek yang cepat, obat harus dimakan dengan perut kosong karena makanan dalam lambung menghambat pelarutan dan penyerapannya oleh selaput pelarutan dan penyerapannya oleh selaput lendir usus halus. Zat-zat tertentu dari makanan dapat mengikat obat hingga tidak dapat diserap. Contoh terkenal ialah antibiotik, antara lain : fenoksimetil penisilin yang harus diminum kurang lebih 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.(Rahardja, Kirana. 2010)
Tidak semua obat dapat dimakan pada perut kosong, misalnya obat yang merangsang lambung menimbulkan mual dan muntah atau obat yang larut dalam lemak agar dapat diserap dengan baik. Semua obat itu hendaknya dimakan pada saat atau sesudah makan. Sebagai contoh, sediaan besi ( ferosulfat,ferofumarat) yang paling baik absorbsinya dari usus pada saat perut kosong, tetapi sering kali obat ini merangsang selaput lendir lambung dan menimbulkan keluhan sehingga dalam hal demikian obat tetap harus diminum sesudah makan untuk meringankan iritasi lambung.(Rahardja, Kirana. 2010) Pada umunya obat sebaiknya diminum dengan air. Obat padat (tablet, kapsul, dan serbuk) perlu diminum dengan minimal setengah gelas air agar dpat larut dlam lambung. Obat cair (sirop, suspensi, dan emulsi) juga sebaiknya “dibilas” dengan cukup air.(Rahardja, Kirana. 2010) J.
Pengaruh Posisi Pronasi terhadap Penurunan Produksi Residu Lambung BBLR
Posisi after feeding (Cristine, Henderson, Kathleen, Jones, 2005) (Gomella
LG,
Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, 2009) (Hussein, 2012) 1. Supinasi Posisi supinasi dapat merangsang bayi untuk regurgitasi dan inhalasi, karena cairan
fundus
dan
udara
yang
tertelan
menghambat
pengosongan
lambung. Meskipun demikian, saat merawat bayi berisiko tinggi, posisi supinasi mungkin lebih mudah bagi perawat dalam mengamati dan menangani bayi daripada posisi pronasi. Dilaporkan bahwa posisi supinasi lebih baik untuk perkembangan persepsi sensorik khususnya mata tetapi mengorbankan aspek motorik seperti kontrol otot leher. Di Eropa, posisi supinasi lebih populer mungkin karena kekhawatiran bahwa bayi rentan sesak atau SIDS akibat regurgitasi atau tertelungkup bantal (Hwang, 2003). 2. Pronasi Posisi ini memungkinkan neonatus mendapatkan oksigenasi yang lebih adekuat dan memfasilitasi tidur yang tenang, jarang menangis, dan pernapasan lebih teratur. Hal ini juga dapat mengurangi gastroesophageal refluks yang dapat menyebabkan apnea, aspirasi pneumonia, dan penyakit paru-paru kronis (Hwang, 2003). 3. Right lateral dan semi recumbent Penempatan neonatus dalam posisi miring kanan mempercepat pengosongan lambung karena tidak terdapat tekanan pada lambung (Hussein, 2012). Posisi semi rekumben juga diketahui memiliki efektivitas yang serupa dengan miring kanan
dalam hal pengosongan lambung.
American
Academy of Pediatrics (AAP)
menyarankan bayi diposisikan miring kanan atau semi rekumben atfer feeding sebagai alternatif karena kedua posisi tersebut memiliki risiko paling kecil dan dinilai paling aman (Hussein, 2012).
PATOFISIOLOGI MUNTAH, KEMBUNG, MUAL, dan MELENA
A. Muntah (Vomitus)
1. Definisi Muntah yaitu pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurunan diafragma dan di control oleh pusat muntah otak. Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala ini berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan. Secara umum muntah terdiri atas tiga fase, yaitu mual, retching atau maneuver awal untuk muntah dan regurgitasi atau pengeluaran isi lambung, usus ke mulut). Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan bercampur makanan atau cairan lambung saja. Dalam keadaan muntah sering kadang disertai cairan kuning atau bahkan sedikit bercak darah. Pada gangguan yang lebih berat dan berbahaya seperti sumbatan saluran cerna atau ileus dapat mengakibatkan warna muntah hijau. Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar karena muntah yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan pada anak. 2. Mekanisme Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks. Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf pusat otak. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang merangsang pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma atau suatu sekat antara dada dan perut dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi atau pengerutan otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Beberapa kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya berbagai gangguan di saluran pencernaan baik infeksi termasuk gastroenteritis karena rotavirus dan non infeksi seperti obstruksi saluran pencernaan,
toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan kelainan metabolik. 3. Penyebab : infeksi virus, stress, kehamilan obat-obatan,dll. B. Kembung
1. Definisi Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut, dan flatus yaitu pengeluaran gas dari rektum. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas. 2. Mekanisme Di dalam saluran cerna, terdapat banyak bakteri. Bakteri tersebut mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermantasi akan menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya, yang kita kenal dengan istilah flatus.
Misalnya,
karbohidrat
saat
difermentasi
akan
menjadi
hidrogen,
karbondioksida, dan gas metan. Apabila terjadi gangguan pencernaan karbohidrat, maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat fermentasi. Akibatnya, seseorang akan merasa kembung. Protein, setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri, akan menghasilkan asam amino, indoel, statole, dan hidrogen sulfide. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pencernaan protein, maka flatus dan fesesnya menjadi sangat bau.(Asmadi. 2008) 3. Faktor Penyebab Kembung a. Faktor Makanan & Minuman Angin bukan satu-satunya penyebab perut kembung. ternyata, makanan dan minuman tertentu juga menyebabkan timbulnya gas berlebihan di tubuh kita.
Sayuran Berwarna Putih : Kol dan sawi, penyebab gas yang berlebihan di dalam usus.
Sayuran Kacang Polong Makanan yang mengandung serat fiber yang tinggi menyebabkan perut kembung. Ini disebabkan karena makan ini memproduksi gas yang kadang menyebabkan rasa tidak enak di perut.
Coklat, Keju dan makanan berlemak lainnya.
Indikasi: Lemak-lemak didalam makanan mempunyai suatu efek pada usus yang meniru suatu rintangan fungsional. Lemak makanan yang mencapai usus kecil menyebabkan transport dari makanan yang tercerna, gas, dan cairan didalam usus-usus melambat. Ini dapat memajukan akumulasi dari makanan, gas, dan cairan dan menjurus pada kembung dan/atau pembesaran. Lemak menghambat pengosongan makanan di perut dan membuat terasa kenyang terus. Biasanya kembung terasa di perut bagian bawah pusar.
Minuman bersoda Minum bersoda saat perut kosong, sekalipun meminumnya setelah memakan sesuatu minuman bersoda tetap dapat menjadi penyebab perut kembung khususnya di bagian atas di dekat ulu hati.
b. Faktor Sindrom Pra Menstruasi. Sebagian besar wanita mengalami perut kembung sebelum masa menstruasinya tiba. Beberapa hari menjelang haid, perut menjadi tempat penampungan cairan tubuh yang berlebih. Hal inilah yang menyebabkannya terasa penuh. c. Faktor Pola Hidup Makan Terlalu Cepat , Ketika mengunyah terlalu cepat, banyak udara yang terperangkap di dalam usus besar anda. Hal ini menyebabkan perut mengandung banyak gas yang menyebabkannya terasa kembung. d. Faktor Obat-obatan Jenis obat-obat tertentu, terutama dalam bentuk pil, diyakini dapat e. Faktor Stress Stress terjadi jika kerja berlebihan, ketegangan, emosi yang tidak stabil,kurang tidur, kuman atau virus dan faktor lain. Apabila jiwa kita tertekan,maka akan banyak bahan nutrisi digunakan, terutama protein. Apabila tekanan terlalu tinggi, tidak hanya simpanan protein yang digunakan, juga protein yang berada pada dinding perut dan usus sehingga kelenjar mukus di dinding perut mengecil dan rusak. Apabila pengeluaran kelenjar mukus tidak mencukupi, maka dinding usus tidak dapat dipertahankan. Apabila makanan yang dimakan melalui esofagus, pepsin perut mulai dikeluarkan. Karena pepsin perut mengandung HCl, maka akan secara langsung mengikis dinding perut sehingga lambungnya terasa sakit. f.
Faktor Asam Lambung (Maag)
Penyakit Maag berkaitan dengan asam lambung. Jika kita tidak merasa nyaman di daerah ulu hati dan perut terasa penuh, maka kembung yang kita rasakan merupakan tanda-tanda dari penyakit maag atau yang sekarang dikenal dengan istilah dispepsia. saat mau makan maupun setelahnya, perut terasa kembung. C. Mual (Nausea)
1. Definisi Mual (nausea) adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Mual merupakan pengalaman yang sama sekali subyektif, didefinisikan sebagai sensari yang mendahului muntah. Terkadang seseorang merasa seolah-olah akan muntah, atau menggambarkan sensasi seperti merasa tidak nyaman atau sakit perut. 2. Mekanisme mual
Mual biasanya terkait dengan penurunan motilitas lambung dan peningkatan tonus di usus kecil. Selain itu, sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik di usus kecil proksimal.
Nafas kering (dry heaves), mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi, antrum kontrak perut dan fundus dan kardia relax. Studi telah menunjukkan bahwa, selama muntahmuntah, terjadi herniasi balik esofagus perut dan kardia ke dalam rongga dada karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi dengan glotis tertutup.
Emesis adalah ketika isi usus, lambung dan sering dalam jumlah kecil didorong sampai dan keluar dari mulut. Ini hasil dari serangkaian kejadian yang sangat koordinasi yang dapat digambarkan dengan langkah-langkah berikut : 1) Ambil napas-dalam-dalam, glotis tertutup dan laring dinaikkan untuk membuka sfingter esofagus bagian atas. Sementara, palatum molle dinaikan untuk menutup nares posterior. 2) Diafragma dikontrasikan ke bawah untuk menciptakan tekanan negatif di dada, yang memfasilitasi pembukaan esofagus dan sfingter esofagus distal. 3) Bersama dengan gerakan ke bawah diafragma, otot-otot dinding perut dengan penuh semangat dikontraksikan,
meremas perut dan dengan
demikian meingkatkan tekanan intragastrik. Dengan pilorus ditutup dan
kerongkongan yang relatif terbuka, rute dari jalur keluar isi perut akan lebih jelas. D. Melena
1. Definisi Melena adalah keadaan buang air besar berupa arah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna. Melena merupakan keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus. 2. Mekanisme a. Ulkus Peptikum Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi beraitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak dapat mensekresi mucus yang cukyp bertindka sebagai barier terhadap asam klorida. b. Sekresi lambung Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa, yaitu : 1) Fase sefalik : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti peradangan, bau atau rasa makanan yang berkerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal, 2) fase lambung : yaitu pada fase lambung dilepaskan asam lambung akibat rnagsangan kimiawi dan mekanis terhdap reseptor di dinding lambung, 3) fase usus : makanaan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yang pada waktunya akan mensekresi asam lambung. c. Barier mukosa lambung Meripakan pertahanan utama lambung terhadao pencernaan yang dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan asam absa, integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel. d. Sindrom Zollinger-Ellison Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas. e. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress misalnya : luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel. 3. Penyebab Hipersekrasi asam lambung, kelemahan barier mukosa lambung, luka pada organ saluran pencernaan.
LITERATUR
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Ostretri dan Ginekologi.Jakarta : EGC. Biomed,M., Furqonita, Deswaty. 2007. Seri IPA BIOLOGI 2, SMP Kelas VIII. Jakarta : Yudhistira Gomella LG, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. (2009) Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Hal : 194-196.Jakarta : EGC Hidayat, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Hussein, H. A. ( 2012). The Difference between Right Side and Semi Recumbent Positions after Feeding on Gastric. Journal of American Science Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Keperawatan Fisik. Jakarta : EGC Rahardja, Kirana. 2010. Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. Jakarta : Elex Media Komputindo. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Hal : 285.Jakarta : EGC. Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC.