Adhe Nuansa Wibisono
Kajian Terorisme FISIP UI
NPM : 1206299023
Critical Review I – Terorisme di Indonesia
Sumber Utama : Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah
Islamiah dan Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas
Indonesia : 2012)
Rangkuman
Pada makalah kali ini Cheryl Maria Marella Pangau ingin mencoba
menjelaskan bagaimana pengaruh Abdullah Sungkar, yang diambilnya sebagai
personifikasi dari pemimpin Jamaah islamiyah, terhadap tindakan dan aksi-
aksi terorisme yang ada di Indonesia. Jadi arah makalah yang dituliskan
Cheryl Pangau ini mengarahkan kepada satu asumsi bahwa Abdullah Sungkar
sebagai faktor utama penyebab maraknya berbagai aksi dan tindakan terorisme
yang ada di Indonesia. Kita dapat melihat asumsi dari sebuah pernyataan,
"Bagaimana pemimpin Jamaah Islamiah bisa memiliki pengaruh persuasif yang
tinggi terhadap para pengikutnya, sehingga mereka mengikuti apa saja yang
diperintahkan, bahkan untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal
sekalipun seperti misalnya bom bunuh diri.[1]"
Kita bisa menarik satu asumsi bahwa Cheryl Pangau melihat faktor
pemimpin (leader) dalam gerakan teror sebagai pihak yang mengarahkan
pelaksanaan tindakan dan aksi teror, dengan menggunakan kekuatan persuasi.
Cheryl Pangau juga melihat "jihad" sebagai satu bentuk pemaksaan ideologi
dan juga tindakan politik. Dijelaskan lebih lanjut bahwa memaksakan
ideologi Islam Salafy untuk diterapkan di Indonesia adalah tindakan
politik. Kemudian pernyataan coba diperkuat dengan kutipan yang diambil
oleh Al Maududi mengenai motif politik, "The motive forces behind these
conflicts are such individual or collective purposes as are completely
devoid of any ideological bias or support for certain principles" (Al
Maududi, Abul Ala, 2006).[2] Saya tidak melihat adanya korelasi yang
signifikan antara adanya upaya pemaksaan ideologi Islam Salafy dengan
tindakan terorisme yang ada di Indonesia.
Kemudian pembahasan pada makalah tersebut mencoba menjelaskan mengenai
Abdullah Sungkar, sebagai unit analisa individu yang akan diteliti, Cheryl
Pangau melihat Abdullah Sungkar sebagai seorang komunikator yang menjadi
aktor utama yang karismatik dalam penyebaran nilai-nilai radikal. Walau
kemudian tidak terdapat data yang begitu valid mengenai substansi
radikalisme yang disebarkan oleh Sungkar. Cheryl Pangau hanya menjelaskan
mengenai latar belakang Sungkar yang memiliki banyak afiliasi organisasi
dan tidak menyertakan data-data mengenai pernyataan Sungkar yang berpotensi
dalam menyebarkan radikalisme.
Cheryl Pangau menuliskan, "Abdullah Sungkar disebutkan adalah seorang
mubaligh (pendakwah, penyampai pesan) maka itu selama pelariannya ia
berdakwah tidak hanya di Malaysia tetapi juga di Jerman dan Australia.
Pertama-pertama bergabung dengan Kepanduan Al Irsyad, kemudian Gerakan
Pemuda Islam Indonesia (GPII). Sedang dalam politik praktis Abdullah
Sungkar menjadi anggota partai Masyumi."[3] Untuk memperkuat argumen bahwa
Abdullah Sungkar merupakan komunikator yang handal dan melakukan
optimalisasi pesan melalui media massa, Cheryl Pangau menuliskan, "Tahun
1969 Abdullah Sungkar bersama kawan-kawannya mendirikan Radio Dakwah
Islamiyah (Radis) di jalan Gading Solo. Abdullah ungkar juga memiliki forum
pengajian yang dilaksanakan di Masjid Agung Solo.[4]"
Kerangka pendekatan yang digunakan dalam makalah ini adalah teori
komunikasi interpersonal dan teori komunikasi kelompok. Cheryl Pangau
menggunakan dua pendekatan ini untuk melihat pengaruh Abdullah Sungkar
terhadap tindakan teror yang dilakukan oleh Jamaah Islamiyah. Pendekatan
ini bisa dirumuskan dengan :
1. Pemimpin Kelompok Teroris dan Teori Komunikasi Interpersonal
Banyak cara komunikasi interpersonal yang dilakukan Abdullah Sungkar
yang memudahkannya mengirimkan pesan kepada kelompoknya[5]
Secara man to man : Saat dakwah atau ceramah di masjid atau
pesantren maupun sekolah sekolah agama yang dibangunnya, ia berdakwah
secara langsung di depan bisa seorang individu, kelompok kecil, bahkan
kelompok massa dalam jumlah besar.
Lewat media massa: Radio Dakwah Islamiah (Radis Gading Solo) adalah
salah satu caranya menyampaikan pesan sebagai komunikator dominan
kepada siapapun yang mendengarkan, dengan jangkauan jumlah massa yang
tak terhingga.
2. Teori Komunikasi Kelompok dan Aksi Teror yang Terjadi.
Sesuai dengan pengertian teori komunikasi kelompok, dimana di dalam
kelompok terdapat interaksi dari kesamaan interest, dimana dalam kelompok
Jamaah Islamiah mereka memiliki kesamaan interest untuk menjadikan
Indonesia negara Islam.[6]
Analisa dan Kritik Konten
Saya berpendapat bahwa terdapat beberapa poin-poin bermasalah yang
dapat dikritisi dari makalah ini, hal mendasar pertama yang ingin saya
kritik adalah mengenai unit analisa individu yang disematkan ke Abdullah
Sungkar, terutama karena melihat Sungkar sebagai individu yang bertanggung
jawab dalam terjadinya tindakan dan aksi terorisme yang terdapat di
Indonesia. Cheryl Pangau mengatakan bahwa Abdullah Sungkar sebagai pendiri
dan pemimpin Jamaah Islamiyah bertanggungjawab atas terjadinya berbagai
rangkaian pengeboman yang terjadi di Indonesia pada periode tahun 2000-
2003.
Saya menolak argumen yang melihat bahwa rangkaian pengeboman terjadi
karena pengaruh langsung dari Abdullah Sungkar. Pertama, Abdullah Sungkar
sudah meninggal dunia pada tahun 1999 sebelum adanya rangkaian pengeboman
pada tahun 2000 dan bom bali 2002[7]. Sehingga saya berargumen bahwa
Abdullah Sungkar tidak dapat dikatakan bertanggung jawab secara langsung
terhadap serangkaian operasi pengeboman yang terjadi pada tahun 2000-2003,
seseorang yang telah meninggal tidak bisa melakukan perencanaan tindakan.
Kedua, tindakan dan aksi terorisme yang terjadi lebih dikarenakan
pengaruh eksternal organisasi Jamaah Islamiyah yang berasal dari fatwa
jihad Usamah Bin Laden Laden[8] yang memperbolehkan atau melegalkan
serangan kepada warga sipil, khususnya warga sipil Amerika Serikat di
daerah pendudukan dikarenakan invansi Amerika Serikat ke berbagai negara
muslim juga menghasilkan korban warga sipil dalam jumlah besar. Sehingga
menyebabkan timbulnya cara pandang baru dalam berbagai gerakan radikal di
Indonesia, terlebih lagi Jamaah Islamiyah secara organisasi belum
memberikan persetujuan organisasional atas fatwa Usamah Bin Laden[9].
Ketiga, serangkaian pengeboman yang terjadi pada tahun 2000-2003 itu
bukan dikarenakan pendapat personal dari Abdullah Sungkar, tetapi
dikarenakan inisiatif dari pimpinan Mantiqi I, Ridhuan Ishamuddin alias
Hambali, argumen ini saya kemukakan karena melihat polemik yang terjadi
dalam tubuh Jamaah islamiyah ketika merespon fatwa jihad Usamah bin Laden
tersebut. Mantiqi I yang dipimpin oleh Hambali mendukung fatwa jihad
tersebut dan merancang serangkaian aksi pengeboman sebagai upaya
peningkatan ekskalasi konflik di Indonesia[10], Mantiqi II dan Mantiqi III
menolak fatwa jihad tersebut karena melihat bahwa kesiapan sumberdaya
organisasi belum mampu untuk melakukan hal tersebut dan adanya prioritas
lain untuk melakukan persiapan-persiapan latihan kemiliteran, ditambah lagi
tidak disepakatinya poin penyerangan terhadap warga sipil yang ditolak oleh
mayoritas anggota Jamaah Islamiyah.[11]
Poin bermasalah berikutnya adalah tidak ditemukannya data-data
mengenai pernyataan-pernyataan atau ceramah-ceramah Abdullah Sungkar yang
memberikan pengarahan kepada penerapan aksi dan tindakan terorisme di
lapangan. Makalah ini hanya memberikan latar belakang dari Abdullah Sungkar
yang memiliki afiliasi dengan beberapa organisasi sosial politik sebelum
mendirikan JI, memberikan informasi bahwa Sungkar mendirikan Radio Dakwah
di Solo, tetapi makalah ini tidak menunjukkan data mengenai pernyataan atau
teks yang berasal dari Abdullah Sungkar yang kemudian akan menimbulkan aksi
terorisme yang dilakukan oleh sekelompok faksi dalam tubuh Jamaah
Islamiyah. Jika tidak ada penunjukkan teks maka analisa terhadap teks tidak
bisa dilakukan, sehingga asumsi dasar yang diajukan Cheryl Pangau mengenai
Abdullah Sungkar memiliki pengaruh persuasif kepada anggotanya sehingga
mampu melakukan pengeboman bunuh diri tidak dapat dibuktikan melalui
makalah ini.
Kemudian penggunaan teori komunikasi interpersonal hanya menjelaskan
bagaimana cara seorang komunikator dapat menyampaikan pesan kepada
komunikan, yaitu melalui jalur personal dan jalur media massa. Kelemahan
dari penggunaan teori ini adalah ia tidak mampu menjelaskan bagaimana
proses seorang komunikator dalam mengarahkan komunikan kepada aksi dan
tindakan terorisme. Sedangkan teori komunikasi kelompok memang menjelaskan
bahwa anggota dalam suatu kelompok bisa bersatu karena memiliki kesamaan
kepentingan (interest), Cheryl Pangau menjelaskan bahwa interest yang dalam
konteks Jamaah Islamiyah adalah pembentukan negara Islam, tetapi
kelemahannya adalah makalah ini tidak memberikan penjabaran terkait dengan
tindakan terorisme. Kesamaan interest negara Islam tidak serta merta dapat
dikatakan pasti mengarah kepada aksi dan tindakan terorisme. Konsolidasi
yang terjadi dalam tubuh Jamaah Islamiyah karena kesamaan interest belum
tentu bisa disebut sebagai tindakan terorisme, karena kemudian kita
menemukan ada faksi dalam tubuh Jamaah Islamiyah yang menolak penggunaan
kekerasan kepada warga sipil.[12]
Saran dan Rekomendasi
Saya memberikan saran agar makalah ini mencari data lebih dalam
mengenai Abdullah Sungkar, terutama mengenai teks-teks tertulis atau
rekaman-rekaman ceramah yang menunjukkan substansi pemikiran dari Abdullah
Sungkar. Apakah benar jika ceramah-ceramah yang berasal dari Abdullah
Sungkar kemudian menjadi pemicu bagi serangkaian aksi dan tindakan
terorisme di Indonesia? Karena saya menemukan titik pemicu tindakan
terorisme bukan berasal dari Abdullah Sungkar tetapi dikarenakan : 1.
Faktor eksternal fatwa jihad Usamah Bin Laden yang melegalkan penyerangan
kepada warga sipil. 2. Faktor internal pilihan sikap Hambali dan Mantiqi I
yang mendukung pelaksanaan fatwa jihad Bin Laden di Indonesia. Jika meng
tidak mendapati data mengenai substansi pemikiran Sungkar, maka asumsi
dasar yang ditawarkan pada makalah ini secara otomatis akan gugur.
Jika memang tidak didapati pemikiran Sungkar yang memiliki implikasi
langsung yang mengarah pada tindakan teror yang dilakukan oleh sebagian
faksi Jamaah Islamiyah, maka saya mengusulkan unit analisa individu dalam
makalah ini dipindahkan kepada Hambali, pimpinan Mantiqi I, yang dimana
dalam beberapa referensi seperti (Solahudin : 2011, Abas : 2005 dan
Magouirk : 2008) memang menuliskan bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam
rangkaian tindakan terorisme yang terjadi adalah inisiatif dari Hambali dan
para anggota Jamaah Islamiyah yang berasal dari Mantiqi I. Sehingga nanti
arah penulisan makalah ini kemudian akan menemukan validitas data tentang
pengaruh leader kepada follower-nya dalam melakukan aksi dan tindakan
teror. Kemudian pembahasan teks bisa dipertajam kepada bagaimana Hambali
dapat melakukan persuasi kepada anggotanya di Mantiqi I, kemudian kita
dapat melalukan analisa teks terhadap pemikiran Hambali dalam rangkaian
aksi penyerangan yang kemudian dikenal sebagai Doktrin Hambali.[13]
Untuk pendekatan tambahan yang mampu menganalisa bagaimana seorang
leader mampu menggerakan anggotanya bahkan untuk melakukan tindakan teror
sekalipun saya menawarkan dua poin dari pendekatan radicalization process
yang dikemukakan oleh Silber & Bhatt (2007), dua orang analis intelijen
senior di Divisi Intelijen New York Police Department, yaitu poin
Indoctrination dan Jihadization[14].
Indoctrination, pada tahapan ini individu mulai meningkatkan
intensitasnya dalam mempelajari ideologi dan cara pandang yang radikal
dan kemudian mulai bersama-sama berkumpul dengan individu-individu
lain yang berpikiran serupa yang mendukung intensitas pembelajaran dan
pemahaman radikal tersebut dibawah bimbingan seorang mentor ideologis
atau guru spiritual (Silber & Bhatt 2007 : 7).
Jihadization, yang berarti ketika individu telah menerima ide-ide
dan gagasan jihad sebagai suatu kewajiban, tugas personal yang harus
dipenuhi, dan mulai merencanakan aksi-aksi dan tindakan terorisme.
Pada tahapan ini juga individu telah berkomitmen untuk melakukan
tindakan-tindakan terorisme atau telah siap untuk menjadi pejuang
martir menurut perspektif yang mereka yakini.
Dengan tambahan pendekatan ini mungkin akan memberikan suatu gambaran
bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan pengaruh persuasif kepada
anggotanya dalam melakukan aksi dan tindakan terorisme yang akan melengkapi
teori komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok yang sudah ada.
Saya akan memberikan rekomedasi beberapa literatur yang akan membantu
dalam proses penulisan makalah ini yaitu :
Abuza, Zachary 'The War On Terrorism In Southeast Asia', Jurnal
Strategic Asia 2003-2004
Blanchard, Christopher M. 'Al Qaeda: Statements and Evolving
Ideology', Congressional Research Service Report for Congress, 2005
Magouirk, Justin 'Connecting Terrorist Networks', Studies in
Conflict & Terrorism, 31:1–16, 2008, (Michigan, Routledge : 2008)
Kühle, Lene, Lasse Lindekilde, 'Radicalization Among Young Muslims
In Aarhus', Centre for Studies in Islamism and Radicalisation (CIR),
(Aaarhus : Aarhus University, 2010)
Referensi
Abas, Nasir, 'Membongkar Jamaah Islamiyah : Pengakuan Mantan Anggota
JI', (Jakarta, Grafindo Khazanah Ilmu : 2005)
Abuza, Zachary 'The War On Terrorism In Southeast Asia', Jurnal
Strategic Asia 2003-2004
Blanchard, Christopher M. 'Al Qaeda: Statements and Evolving
Ideology', Congressional Research Service Report for Congress, 2005
Borum, Randy, 'Radicalization Into Violent Extremism I : A Review Of
Social Science Theories', Journal of Strategic Security Volume 4 Issue 4,
(South Florida : Henley Putnarn University Press, 2011)
LaFree, Gary, etc, 'Community-Level Indicators Of Radicalization: A
Data And Methods Task Force', National Consortium for the Study of
Terrorism and Responses to Terrorism, U.S. Department of Homeland Security
Center of Excellence, (Maryland : University Of Maryland : 2011)
Mandel, David R., 'Radicalization: What Does It Mean?', dalam T. Pick
& A. Speckhard (Eds.), 'Indigenous Terrorism: Understanding And Addressing
The Root Causes Of Radicalization Among Groups With An Immigrant Heritage
In Europe', (Armsterdam : IOS Press, 2008)
Magouirk, Justin 'Connecting Terrorist Networks', Studies in Conflict
& Terrorism, 31:1–16, 2008, (Michigan, Routledge : 2008)
International Crisis Group, 'Daur Ulang Militan Indonesia : Darul
Islam dan Bom Kedutaan Australia', Februari 2005
Solahudin, 'NII Sampai JI : Salafy Jihadisme di Indonesia', (Jakarta,
Komunitas Bambu :2011)
-----------------------
[1] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 1
[2] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 6
[3] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 10
[4] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 10
[5] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 10
[6] Cheryl Maria Marella Pangau, "Pengaruh Pemimpin Jamaah Islamiah dan
Pengambilan Tindakan Aksi Teror di Indonesia", (Universitas Indonesia :
2012), hal 11
[7] Abdullah Sungkar meninggal dunia pada tanggal 23 Oktober 1999 di Bogor.
Sehingga saya berpendapat bahwa Sungkar tidak memiliki keterkaitan dengan
perencanaan bom gereja tahun 2000 dan bom bali tahun 2002.
[8] Christopher M. Blanchard, "Al Qaeda: Statements and Evolving Ideology",
Congressional Research Service Report for Congress, 2005, hal 3
[9] Solahudin, 'NII Sampai JI : Salafy Jihadisme di Indonesia', (Jakarta:
Komunitas Bambu, Depok, Mei 2011), hal 248
[10] Justin Magouirk, 'Connecting Terrorist Networks', Studies in Conflict
& Terrorism, 31:1–16, 2008, (Michigan, Routledge : 2008), hal 5
[11] Solahudin, 'NII Sampai JI : Salafy Jihadisme di Indonesia', (Jakarta:
Komunitas Bambu, Depok, Mei 2011), hal 251
[12] Solahudin, 'NII Sampai JI : Salafy Jihadisme di Indonesia', (Jakarta:
Komunitas Bambu, Depok, Mei 2011), hal 251
[13] Pembahasan mengenai Doktrin Hambali, yang mengincar momentum hari raya
besar sebagai momentum dalam melaksanakan aksi terorisme, dapat dilihat
dalam, http://www.tempo.co/read/news/2012/09/01/063426893/Pengamat-Teror-
Cenderung-Meningkat-pada-September, diakses pada 12 Desember 2012
[14] Lene Kühle and Lasse Lindekilde, 'Radicalization Among Young Muslims
In Aarhus', Centre for Studies in Islamism and Radicalisation (CIR),
(Aaarhus : Aarhus University, 2010), hal 25