BAB I PENDAHULUAN
Kista dermoid merupakan suatu choristoma yang bersifat kongenital dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktur dermis di dalamnya, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Kista dermoid berisi cairan sebasea, keratin, kalsium, dan kristal kolesterol. Sekitar 10-50% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. 1,2,3 Pada suatu survei histopatologis dilaporkan terdapat 307 kasus tumor orbita, 35% merupakan kista dermoid. Selain itu, pada survei yang dilakukan oleh Shield terhadap 645 biopsi orbita pada semua usia, 24% merupakan kista dermoid dimana 250 anak dibawah usia 18 tahun, 46% merupakan kista dermoid. 2 Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada beberapa tahun kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pertama kali pada usia dewasa. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di bagian superolateral dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 4 Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk oval, membesar perlahan, teraba lunak, dan tidak nyeri. Namun bisa juga ditemukan kista dermoid dengan pergeseran bola mata dan proptosis non-aksial, biasanya ditemukan pada kista dermoid tipe profunda. 1,4 Diagnosis pasti kista dermoid dengan pemeriksaan histopatologi. Tatalaksana definitif dari kista dermoid ialah ekstirpasi kista dengan mengangkat mengangkat seluruh kista beserta kapsulnya. 5,6
1
BAB II LAPORAN KASUS
ANAMNESIS Autoanamnesis Autoanamnesis dan Alloanamnesis Nama Lengkap Tempat dan Tanggal Lahir Umur Pekerjaan Alamat Jenis Kelamin Pendidikan No. RM
Dokter yang Merawat Dokter Muda
Nama : Nn. RF Umur : 14 tahun
Ruang : Kelas : -
: Nn. RF : Palembang, Palembang, 27 Februari 1998 : 14 tahun : Pelajar : Lr. Istiqomah, Kec. Plaju : Perempuan : SLTP : 088916
: dr. H. Ibrahim Sani, Sp.M (K) : Rara Prawita, S.Ked
Tanggal Pemeriksaan : 24 September 2012 Keluhan Utama :
Benjolan di kelopak mata atas sebelah kiri
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 14 tahun yang lalu, ketika pasien berumur 4 bulan, orangtua pasien menemukan garis kecil pada kelopak mata atas sebelah kiri. Orangtua pasien mengaku bahwa garis tersebut membesar perlahan, tidak berwarna merah, dan orangtua pasien mengaku bahwa anaknya tidak pernah mengalami trauma pada bagian kepala sebelumnya. sebelumnya. Sejak 7 tahun yang lalu, garis tersebut membesar dan berupa benjolan. Benjolan tersebut tidak nyeri, tidak merah, dan mudah digerakkan. Sekarang benjolan tersebut sebesar kelereng dan pasien merasa terganggu dengan benjolan tersebut. Oleh karena itu, pasien datang berobat ke RSMP.
2
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Nama : Nn. RF Umur : 14 tahun
Ruang : Kelas : -
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : - Tekanan Darah : 120/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Laju Napas : 20 x/menit - Suhu : 36.50C Status Oftalmologis OD
No.
1. 2.
OS
Pemeriksaan Visus Tekanan Intra Okuler 3
OD
OS
20/20 N+0
20/20 N+0
3.
Kedudukan Bola Mata
Posisi Eksoftalmus Enoftalmus 4.
5.
6.
7.
8.
Pergerakan Bola Mata Atas Bawah Temporal Temporal atas Temporal bawah Nasal Nasal atas Nasal bawah Nistagmus Palpebrae Hematom Edema Hiperemis
Ortoforia
Ortoforia
(-) (-)
(-) (-)
(+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-)
(+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (+) Baik (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-) (+) berukuran 1,5 x 1,5 x 0,5 cm, oval, kenyal, mobile, permukaan halus, tidak merah, dan tidak nyeri.
Benjolan
(-)
Ulkus Fistel Hordeolum Kalazion Ptosis Ektropion Entropion Sekret Trikiasis Madarosis Punctum Lakrimalis Edema Hiperemis Benjolan Fistel Konjungtiva Tarsal Superior Edema Hiperemis Sekret Epikantus Konjungtiva Tarsalis Inferior Kemosis Hiperemis Anemis Folikel
(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-)
4
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Papil Lithiasis Simblefaron Konjungtiva Bulbi Kemosis Pterigium Pinguekula Flikten Simblefaron Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Injeksi episklera Perdarahan subkonjungtiva Kornea Kejernihan Edema Ulkus Erosi Infiltrat Flikten Keratik presipitat Macula Nebula Leukoma Leukoma adherens Stafiloma Neovaskularisasi Imbibisi Pigmen iris Bekas jahitan Tes sensibilitas Limbus kornea Arkus senilis Bekas jahitan Sklera Sklera biru Episkleritis Skleritis Kamera Okuli Anterior Kedalaman Kejernihan Flare Sel Hipopion Hifema Iris
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
(-)
(-)
Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak dilakukan
Jernih (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Tidak dilakukan
(-) (-)
(-) (-)
(-) (-) (-)
(-) (-) (-)
Cukup Jernih (-) (-) (-) (-)
Cukup Jernih (-) (-) (-) (-)
5
15.
16.
17.
Warna Gambaran radier Eksudat Atrofi Sinekia posterior Sinekia anterior Iris bombe Iris tremulans Pupil Bentuk Besar Regularitas Isokoria Letak Refleks cahaya langsung Seklusio pupil Oklusi pupil Leukokoria Lensa Kejernihan Shadow test Refleks kaca Luksasi Subluksasi Pseudofakia Afakia Funduskopi Refleks fundus Papil - warna papil - bentuk - batas Retina - warna - perdarahan - eksudat Makula lutea
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Coklat Jelas/tidak jelas (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Coklat Jelas/tidak jelas (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Bulat ± 3 mm Reguler (+) Sentral (+) (-) (-) (-)
Bulat ± 3 mm Reguler (+) Sentral (+) (-) (-) (-)
Jernih Normal (-) (-) (-) (-) (-)
Jernih Normal (-) (-) (-) (-) (-)
Tidak dinilai Tidak dinilai
Tidak dinilai Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Nama : Nn. NF Umur : 14 tahun
Ruang : Kelas : -
Anjuran Pemeriksaan: 1. Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin (Hb, CT, BT, Leukosit) 2. Rontgen Thoraks 3. Pemeriksaan Patologi Anatomi 6
RINGKASAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN JASMANI
Nama : Nn. RF Umur : 14 tahun
Ruang : Kelas : -
Pasien mengeluh adanya benjolan di kelopak mata atas sebelah kiri. Keluhan tersebut dirasakan sejak ± 14 tahun yang lalu, ketika pasien berumur 4 bulan. Orangtua pasien menemukan garis kecil pada kelopak mata atas sebelah kiri. Garis tersebut membesar perlahan, tidak berwarna merah, dan tidak nyeri. Diketahui dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang keluhan yang sama
Daftar Masalah:
Benjolan di kelopak mata atas sebelah kiri
Kemungkinan Penyebab Masalah :
1. 2. 3. 4.
Kista Dermoid Kista Epidermoid Kista Ateroma Lipoma
RENCANA PENGELOLAAN
Nama : Ny. RN Umur : 14 tahun
1. Ekstirpasi kista 2. Pemeriksaan patologi anatomi
7
Ruang : Kelas : -
Benjolan di superolateral palpebra sinistra
A. PREOPERASI (29 September 2012) Pemeriksaan laboratorium (HB, CT, BT, dan BSS) & pemeriksaan Rontgen thoraks. Puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi. Tidak ada keluhan panas, batuk-pilek, mual-muntah, sesak nafas maupun riwayat asma. Dilakukan general medical check up oleh dokter spesialis anak.
KU
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Cor
: S 1-2 reguler, bising (-)
Pulmo
: SN vesikuler, rhonki dan wheezing (-/-)
Abdomen
: Datar, BU (+) normal
Extremitas
: Akral dingin (-), sianosis (-), lembab (-)
Tanda-tanda vital : Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
Frekuensi nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,2° C
B. OPERASI (30 September 2012, pukul 08.30 WIB) Posisi pasien
: Supinasi
Anestesi
: General Anestesi
Jenis Operasi
: Ekstirpasi kista
Premedikasi
: Propofol 20 mg Fentanil 50 mg 8
Atracurium-hameln 50 mg Lain-lain
: Pemberian salep chlorampenicole pada ODS Mengenakan canule O 2 2 liter per menit.
LAPORAN OPERASI 1. Pasien ditelentangkan dan dilakukan anestesi umum (general anestesi) . 2. Mula-mula dilakukan desinfeksi pada palpebra dan lapangan operasi dipersempit dengan kain duk steril. 3. Insisi pada lipatan kulit palpebra 1,5 cm, lapis demi lapis. 4. Tampak kista dengan lebar Ø 2 cm (20 mm). 5. Kista diluksirkan. 6. Jahit kulit lapis demi lapis. 7. Operasi selesai. Diagnosa pra bedah
: tumor dermoid palpebra OS
Diagnosa pasca bedah : ekstirpasi tumor dermoid palpebra OS
Massa dermoid Ø 2 cm, terdapat rambut pada kista
C. POST OPERASI Infus RL 30 tetes/menit Antibiotik
: Cefadroxil 500 mg Salep Chloramphenicol
Analgetik
: Asam mefenamat 500 mg 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. 7 Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). 7 A.
Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. B.
Muskulus Orbikularis okuli Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus fasialis. C.
Jaringan Areolar 10
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. D.
Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom. E.
Konjungtiva Palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Panjang tepian bebas palpebra adalah 2530mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.7
Gambar 1. Anatomi palpebrae superior dan inferior
3.2. Embriologi Palpebra
7
Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif, yaitu ektoderm permukaan (termasuk derivatnya yaitu crista neuralis), ektoderm neural dan mesoderm. Endoderm tidak ikut pembentukan mata. Mesenkim adalah istilah untuk jaringan ikat embrional. Jaringan ikat okuler dan adneksa dulu diduga berasal dari mesoderm, namun kini ternyata bahwa kebanyakan mesenkim di kepala dan leher berasal dari krista neuralis kranial. 11
Ektoderm permukaan membentuk lensa, glandula lakrimalis, epitel kornea, konjungtiva, dan kelenjar adneksa, dan epidermis palpebra. Crista neuralis yang berasal dari ektoderm permukaan daerah yang tepat bersebelahan plica neuralis dari ektoderm neural, berfungsi membentuk keratosit kornea, endotel kornea, dan jalinan trabekela, stroma iris dan koroid, muskulus siliaris, fibroblas, sklera, vitreus, dan meninges nervus optikus. Krista neuralis juga terlibat membentuk tulang dan tulang rawan orbita, jaringan ikat dan saraf orbita, muskulus ektraokular, dan lapis-lapis subepidermal palpebra. Ektoderm neural menghasilkan vesikel optik dan mangkuk sehingga berfungsi untuk pembentukan retina dan epitel pigmen retina, lapis-lapis berpigmen dan tidak berpigmen dari epitel siliaris, epitel posterior, muskulus dilatator dan sphincter pupillae pada iris, dan serat-serat nervus optikus dan glia. Mesoderm hanya terlibat pembentukan muskulus ekstraokular dan endotel vaskuler orbita dan okular.
Embriologi struktur-struktur spesifik
7
Palpebra dan apparatus lakrimalis Palpebra berkembang dari mesenkim kecuali epidermis kulit dan epitel konjungtiva yang merupakan turunan ektoderm permukaan. Kuncup palpebra pertama kali muncul pada tahap 16 mm (6 minggu), bertumbuh di depan mata, tempat ia bertemu dan menyatu pada tahap kelima. Bulu mata dan kelenjar Meibom dan kelenjar palpebra lainnya berkembang berupa pertumbuhan ke bawah dari epidermis. Kelenjar lakrimalis dan kelenjar lakrimalis aksesori berkembang dari epitel konjungtiva. Sistem drainase lakrimal (kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis) juga merupakan turunan ektoderm permukaan yang berkembang dari korda epitel padat yang terbenam di antara struktur muka yang sedang berkembang. Korda ini terbentuk salurannya sesaat sebelum lahir.
3.3. Definisi Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik (choristoma) yang dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan dermal appendages pada dindingnya seperti folikel 12
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat. 1,8 Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara histologis terdapat 3 varian kista dermoid, yaitu kista epidermoid, kista dermoid, dan teratoid. Pada jenis epidermoid, kista dilapisi oleh epitel gepeng tanpa disertai adneksa. Sedangkan pada kista dermoid, selain dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai adneksa, seperti rambut, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain epitel berlapis gepeng dan adneksa juga ditemukan adanya elemen mesoderm seperti otot, tulang, dan kartilago. Kista dermoid lebih sering dijumpai dibandingkan kista epidermoid dengan perbandingan 2:1. 9,12 3.4. Epidemiologi
Sekitar 10-50% kista dermoid merupakan kista dermoid kongenital. Pada suatu penelitian histopatologi dilaporkan terdapat 307 kasus tumor orbital, 35% merupakan kista dermoid. Selain itu, pada survei yang dilakukan oleh Schield terhadap 645 biopsia orbita pada semua usia, 24% merupakan kista dermoid dimana dari 250 anak di bawah usia 18 tahun, 46% merupakan kista dermoid. Studi yang dilakukan oleh Lliff dan Green juga menemukan bahwa dari 174 histopatologi tumor orbita. Kista dermoid merupakan kasus yang terbanyak. Pada studi tersebut, lebih dari 70% kista dermoid orbita didiagnosis sebelum usia 5 tahun.2 Pada pusat onkologi ocular, kista dermoid ditemukan sekitar 2% dari seluruh tumor orbita yang datang ke ahli mata. Kista dermoid sering ditemukan pada anakanak. Dalam suatu studi, didapatkan bahwa kista dermoid merupakan 3-9% dari seluruh tumor orbita pada anak-anak. Kista dermoid hampir tidak pernah menyebabkan kematian dan insidensinya sama pada laki-laki dan perempuan. 11
3.5. Etiologi
Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti. Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat. Terdapat teori yang menyatakan bahwa kista dermoid kongenital merupakan lesi disembriogenik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak pada saat penggabungan antara arkus brankial pert ama dan kedua yang terjadi pada saat gestasi 3 sampai 4 minggu. Sedangkan kista dermoid 13
yang didapat terjadi akibat trauma yang menyebabkan implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam atau karena oklusi duktus kelenjar sebassea. 1,2,12
3.6. Klasifikasi
1
Kista dermoid dikategorikan menjadi: A. Kista dermoid superfisialis Kista dermoid superfisialis berlokasi di anterior sampai septum orbital. Biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan sebagai massa yang asimptomatik, berbatas tegas, bulat, terletak subkutaneus, dan tidak nyeri. Pada umumnya, kista ini terdapat di aspek temporal orbital yang melekat pada sutura frontozygomaticus. Namun, kista ini juga dapat ditemukan pada aspek medial/nasal atas yang melekat pada sutura frontolakrimal atau frontoethmoidal. Pada pemeriksaan ditemukan batas posterior kista mudah dipalpasi yang menunjukkan bahwa kista ini superfisialis. Jenis kista dermoid ini tidak menyebabkan pergeseran bola mata atau defek tulang.
B. Kista dermoid profunda Kista iniberlokasi di posterior sampai septum orbital. Biasanya ditemukan pada usia remaja dan dewasa dengan pergeseran bola mata dan proptosis non-aksial atau massa yang batas posteriornya kurang jelas. Beberapa jenis kista dermoid ini dapat meluas meleebihi orbita ke dalam fossa temporalis dan intrakranial. Selain itu, kista ini juga dapat menyebabkan pergeseran bola mata dan defek pada tulang.
3.7. Manifestasi Klinis
A.
1,6,8
Keluhan subjektif Pada umumnya, penderita datang dengan keluhan terdapat massa yang
terlihat pada area orbita. Pertumbuhan lesi tersebut biasanya perlahan. B.
Gejala klinis 1.
Pada anak-anak - Pada umumnya terdapat di aspek superior temporal orbita. - Massa tersebut umumnya berdiameter kurang dari 1-4 cm, tidak nyeri, dan berbentuk oval. 14
- Pergeseran sedikit dari rongga mata bisa terjadi. - Kista dermoid orbital tidak terfiksir pada kulit, hal ini membantu membedakannya dengan kista sebasea. 2.
Pada orang dewasa Kista dapat teraba dengan mudah dan memiliki batas yang tidak tegas.
Kista biasanya menggeser rongga mata dan dapat masuk ke dalam struktur yang berdekatan.
3.
Inflamasi Jika kista ruptur, baik secara spontan maupun karena trauma, respon
inflamasi dapat terlihat. Respon tersebut dapat berupa seperti injeksi konjungtiva atau dapat menjadi lebih berat mirip selulitis orbita. 4.
Temuan neurologis Walaupun jarang terjadi, kista dapat menekan nervus optikus dan
menimbulkan gejala kompresi nervus optikus, yaitu penurunan tajam penglihatan, penglihatan warna dan persepsi terang-gelap, dan relative afferent pupillary defect (RAPD). Yang lebih jarang lagi, kista dapat menginduksi terjadinya diplopia dengan membatasi pergerakan bola mata secara fisik atau menekan nervi craniales III, IV, atau VI. Berdasarkan letak, maka gambaran klinis dari kista dermoid akan berbeda-beda. Berikut merupakan gambaran klinis dari kista dermoid berdasarkan letak kista: a.
Lesi anterior
Kista mulai terlihat dari masa infant sebagai massa yang lunak, berbatas tegas, letak subkutan, dan tidak nyeri. Lokasi yang paling sering terkena ialah aspek superolateral orbita pada sutura frontozygomatis. b.
Lesi medial
Frekuensinya lebih sedikit dibanding lesi anterior dan sering tumbuh dari jaringan asing di sutura frontoethmoidalis atau frontolakrimalis. Jika tidak ada desakan ke dalam orbita, maka aspek frontoethmoidalis atau 15
frontolakrimalis. Jika tidak ada desakan ke dalam orbita, maka aspek posterior dari kista dapat diraba. Karena letaknya lebih anterior, maka kista biasanya tidak menyebabkan pergeseran bola mata, namun masih dapat terjadi ptosis jika ukuran kista semakin membesar. c.
Lesi posterior
Kista yang terletak lebih posterior akan lebih berbahaya dan berlokasi di sutura sphenozygomaticus dan sphenoethmoidalis. Pasien biasanya datang pada masa dewasa dengan keluhan nyeri, ptosis yang progresif, defisit motilitas, atau diplopia. 3.8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding kista dermoid: A. Kista Epidermoid Kista epidermoid terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit pilosebaseus, trauma atau implantasi bedah dengan elemen epitelial. oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan 13
kista epidermal.
Kista epidermoid (kista sebasea) adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. 13 Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang ruptur. Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi. 13 Kista dermoid dan epidermoid adalah choristoma timbul dari permukaan ektoderm yang terjebak pada lipatan embriogenik. Kista epidermoid hanya dibatasi oleh epitel squamous yang berhubungan dengan keratin, sedangkan kista dermoid dibatasi oleh epitel squamous dan dermis dengan rambut, kelenjar sebasea dan keratin.4,12
16
B. Kista Ateroma
Kista ini berasal dari akne yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi sel-sel debris epidermis dan kristal-kristal kolesterol. Bentuknya bulat atau lonjong, biasanya lunak, berdinding tipis batas tegas letaknya subkutan, sedikit menonjol. Yang khas pada kista ini adalah kadang-kadang dapat dijumpai suatu bintik pada puncak penonjolan kista pada kulit yang merupakan muara kelenjar yang tersumbat. Pada palpasi, teraba lekukan, konsistensi tumor kistik, dapat digerakkan dari dasar tetapi melekat pada dermis di atasnya dan tidak nyeri tekan. Ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea. Daerah predileksinya adalah kepala, wajah, telinga, leher, dan punggung. 15 C. Lipoma
Lipoma merupakan tumor jinak jaringan lemak. Tumor ini dapat soliter atau multipel, massa lunak, dan tidak n yeri. Lipoma tersusun dalam bentuk lobulus yang dipisahkan oleh sekat jaringan fibrosa, terbungkus dalam kapsul tipis, mobile, dan dapat digerakkan dari dasar. Adanya cekungan (dumpling) karena tarikan jaringan fibrotrabekula sehingga kulit di atasnya seperti kulit jeruk. Walaupun kadang-kadang tumbuh cepat, namun tumor ini tetap tetap jinak. Lesinya lunak tanpa nyeri. Secara makroskopik, lipoma terdiri dari jaringan lemak dewasa yang tergabung dalam lobulus, dikelilingi dengan jaringan ikat. 14
3.9. Penegakan Diagnosis
Diagnosis kista dermoid dapat ditegakkan berdasarkan: A.
Pemeriksaan fisik
Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun kehidupan. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 12 Berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran 1-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di bawahnya. Pada palpasi, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal.
B.
Histopatologi
11
17
Secara histologi, kista dermoid berisi desquamated squamous epithelium dan keratin di lumennya (panah 1) dan dibatasi oleh keratinized stratified squamous epithelium (panah 2 dan 3). Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid adalah
adanya struktur-struktur adneksa seperti kelenjar sebasea (panah 4). Akar rambut, kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin (panah 5 dan 6).
Gambar 2. Gambaran histologi kista dermoid
18
(1) desquamated squamous epithelium (2,3) keratinized stratified squamous epithelium (4) kelenjar sebasea (5,6) hair shaft dan keratin
Kista yang ruptur dapat menyebabkan reaksi granulomatosa dan residual cyst yang dibatasi oleh epitel squamous berganti menjadi epitheloid histiocyte dan multinucleated giant cells (nomor 7).
3.10. Penatalaksanaan
6,12
Indikasi penatalaksanaan kista dermoid adalah kista telah mengganggu aksis visual yang dapat meningkatkan resiko ambliopia, kista dermoid profunda, kosmetik, dan inflamasi berulang. Penatalaksanaan berupa pembedahan, yaitu dengan ekstirpasi kista. Kista dermoid yang sering ditemukan pada anak-anak adalah kista dermoid
tipe superfisial sehingga dilakukan ekstirpasi di lipatan
palpebra superior untuk mengurangi terlihatnya luka bekas ekstirpasi atau langsung diatas lesi. Selama proses pembedahan, dinding kista dijaga sebaik mungkin agar tetap utuh karena dinding dan isi kista bersifat iritatif sehingga apabila kista ruptur pada saat pengangkatan akan menyebabkan terjadinya proses peradangan pada jaringan orbita sekitarnya. Jika dinding kista ruptur sebaiknya operator mengangkat seluruh dinding kista dan kemudian mengiritasi luka untuk membersihkan semua isi kista. Pembedahan mungkin akan sulit jika sudah terjadi perlengketan kista. Inflamasi preoperatif akibat dari kista yang ruptur dapat dikontrol dengan penggunaan prednisone. Kegagalan dari pengangkatan seluruh kista dapat mengakibatkan inflamasi yang persisten, drainase sinus, atau rekurensi kista.
3.11. Komplikasi
a. Kista dermoid dapat mendesak bola mata, tergantung dari lokasi kista. b. Kista dermoid orbital dapat menyebabkan komplikasi neurologis jika menekan nervus optikus atau nervus craniales III, IV, atau V I. c. Jika kista ruptur, maka akan terdapat tanda-tanda peradangan. d. Komplikasi operatif biasanya terdapat pada prosedur orbitotomi antara lain, seperti: - Kerusakan mata atau struktur adneksa, infeksi, inflamasi, dan perdarahan dapat terjadi. 19
- Ekstirpasi parsial dari kista dermoid dapat menyebabkan inflamasi yang persisten, dan kista yang berulang.
3.12. Prognosis
Secara umum, prognosis kista dermoid baik. Hal ini dapat terjadi jika dilakukan ekstirpasi yang tepat dengan scar yang minimal.11 BAB IV PEMBAHASAN & KESIMPULAN
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik (choristoma) yang dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan dermal appendages pada dindingnya seperti folikel
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.
1,8
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang perempuan 14 tahun dengan keluhan benjolan di kelopak mata atas sebelah kiri dan didiagnosis tumor palpebra suspek kista dermoid. Orangtua pasien mengaku menemukan garis kecil pada kelopak mata atas sebelah kiri kurang lebih 14 tahun yang lalu. Garis tersebut membesar perlahan, tidak berwarna merah. Sejak 7 tahun yang lalu, garis tersebut membesar dan berupa benjolan. Benjolan tersebut tidak nyeri, tidak merah, dan mudah digerakkan. Kista dermoid merupakan choristoma (massa jaringan yang secara histologis normal pada letak yang abnormal) yang bersifat kongenital dan biasanya ditemukan beberapa tahun pertama kehidupan. Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk oval, membesar perlahan, teraba lunak, dan tidak nyeri. Kista dermoid orbital
paling
banyak
ditemui
di
bagian
superolateral
dengan
sutura
frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 1,4 Diagnosis kista dermoid ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan benjolan berukuran 1,5 x 1,5 x 0,5 cm, kenyal, mobile, permukaan halus, tidak merah, dan tidak nyeri pada palpebra mata kiri atas. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 20
12
kista dermoid berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran 1-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di bawahnya. Pada palpasi, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal. 12 Akan tetapi, diagnosis pasti untuk kista dermoid dengan pemeriksaan histopatologi. Secara histologi, kista dermoid berisi desquamated squamous epithelium dan keratin di lumennya dan dibatasi oleh keratinized stratified squamous epithelium . Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid adalah adanya
struktur-struktur adneksa seperti kelenjar sebasea. Akar rambut, kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin. 11 Penatalaksanaan untuk kista dermoid adalah ekstirpasi kista dengan mengangkat seluruh kista beserta kapsulnya. Kista dermoid yang sering ditemukan pada anak-anak adalah kista dermoid tipe superfisial sehingga dilakukan ekstirpasi di lipatan palpebra superior untuk mengurangi terlihatnya luka bekas ekstirpasi atau langsung diatas lesi. Selama proses pembedahan, dinding kista dijaga sebaik mungkin agar tetap utuh karena dinding dan isi kista bersifat iritatif sehingga apabila kista ruptur pada saat pengangkatan akan menyebabkan terjadinya proses peradangan pada jaringan orbita sekitarnya. 6,12
21