KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA 2
DISCOVERY LEARNING 1 ISLAM dan PENYAKIT MENULAR
Semester 5 TA. 2018/2019
PSIK A 2016 Kelompok 5
1. Irma Hardiyanti Setia Ningsih
( 11161040000012)
2. Cholisa Erlani Obey
(11161040000027)
3. Cindy Januar Fitri
(11161040000029) (11161040000029)
4. Iman Nurpakas
(11161040000044)
5. Dwi Nur Royha
(11161040000079)
6. Sofia Dwi Mardianti
(11161040000080)
7. Akromul Ikhsan Baihaqi
(11161040000082)
8. Izzah Amalina
(11161040000083) (11161040000083)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OKTOBER/2018
1
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb. Alhamdullilah hirobbil’alamin. Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan pembelajaran yang sangat bermanfaat. Namun, berkat dorongan dan motivasi yang tinggi dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat kami atasi. Maka dari itu, berkat bantuan mereka kami mengucapkan terimakasih.
Dengan segala hormat ucapan kami tujukan kepada: 1. Uswatun
Khasanah,M.N..S.
selaku
dosen
pembimbing
dalam
modul
keperawatan komunitas dan keluarga 2. 2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah. 3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan motivasi. 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang langsung maupun tidak langsung turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama para pembaca. Wassalamuallaikum. Wr. Wb
Jakarta, 25 Oktober 2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................. 2 KATA PENGANTAR .............................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4 A. Latar Belakang.......................................................................... 4 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 6 A. Pengertian penyakit menular .................................................... 6 B. Macam-macam penyakit menular ............................................ 6 C. Faktor penyebab penyakit menular........................................... 7 D. Mekanisme penyebaran penyakit menular ............................. 10 E.
Upaya pencegahan penyakit menular ..................................... 10
F.
Arah kebijakan strategi nasional.............................................14
G. Seksi-seksi yang terkait dalam program P2M.........................16 H. Manajemen pengendalian faktor risiko penyakit menular.......17 I.
Penyakit infeksi atau wabah dalam Islam................................26
BAB III PENUTUP ................................................................................ 28 A. Kesimpulan ............................................................................. 28 B. Saran ....................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................29 LAMPIRAN
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB (kejadian luar biasa) tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Penyakit menular disebabkan oleh insidensi infeksi yang selalu berubah sehingga menjadi salah satu alasan mengapa studi tentang penyakit infeksi sangat menarik. Infeksi meningkat pada tahun 1980-2000, tetapi saat ini menunjukan tanda-tanda pengendalian yang lebih baik. Pengontrolan penyakit menular wabah serta kasus penyakit infeksi yang serius diselidiki oleh spesialis kesehatan masyarakat (CCDC dan perawat pengendali infeksi dalam masyarakat di Inggris) dan petugas lingkungan, bekerjasama dengan ahli mikrobiologi dan konsultan penyakit infeksi. Sumber infeksi, cara penyebaran, kontak, dan lingkungan pekerjaan diperiksa serta diberi tindakan yang tepat termasuk isolasi dan pengobatan pasien, serta imunisasi dan kontrol karier dan kontak. Penyakit menular yang disebabkan oleh penyimpangan perilaku seksual di Indonesia yang paling sering terjadi adalah penyakit gonorrhea, sifilis, herpes, klamidia, kutil kelamin, hepatitis B, HIV-AIDS salah satu penyakit menular yang dialami oleh masyarakat Indonesia adalah penyakit hepatitis B, karena virus hepatitis B ini seratus kali lebih infeksius dibandingkan HIV dan sepuluh kali lebih mudah menginfeksi dari hepatitis C. Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10% dari total penduduk, atau setara dengan 13,5 juta penderita. Jumlah ini membuat Indonesia menjadi negara ke-3 di Asia yang pengidap hepatitis B kroniknya paling banyak, setelah China dan India. Sekitar kurang lebih 400 juta penduduk di dunia terinfeksi hepatitis B kronis, setiap setahun kurang lebih 10-30 juta kasus infeksi baru, setiap tahun kurang lebih 1 juta kematian terkait hepatitis B. B. Rumusan Masalah
4
1. Apa definisi penyakit menular? 2. Apa saja Macam-macam penyakit menular? 3. Apa saja faktor penyebab penyakit menular? 4. Bagaimana mekanisme penyebaran penyakit menular? 5. Bagaimana upaya pencegahan penyakit menular? 6. Bagaiman arah kebijakan strategi nasional? 7. Siapa saja seksi-seksi yang terkait dengan program P2M? 8. Bagaimana manajemen pengendalian faktor risiko penyakit menular? 9. Bagaimana penyakit infeksi atau wabah dalam Islam? C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi penyakit menular. 2. Mengerahui macam-macam penyakit menular. 3. Mengetahui faktor penyebab penyakit menular. 4. Mengetahui mekanisme penyebab penyakit menular. 5. Mengetahui upaya pencegahan penyakit menular. 6. Mengetahui arah kebijakan strategi nasional. 7. Mengetahui seksi-seksi yang terkait dengan program P2M. 8. Mengetahui manajemen pengendalian faktor risiko penyakit menular. 9. Mengetahui penyakit infeksi atau wabah dalam Islam.
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau benda-benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur. B. Macam-macam
a. Penyakit kulit Penyakit kulit merupakan salah satu jenis penyakit menular yang banyak sekali jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung atau kita menggunakan barang yang juga dipakai oleh penderita, contohnya handuk,baju,dll. Contoh : penyakit kulit cacar air, kudis, panu, dll. b. Parainfluenza Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit menular lewat pernapasan lainnya. Pada umumnya penyakit ini terjadi oleh infeksi virus parainfluenza saja gejalanya hanya ringan atau subklinis. Terdapat empat virus yang terdapat dalam keluarga parainfluenza, yang ditandai dengan tipe 1-4 yaitu virus mempunyai genom RNA helai-tunggal, tidak bersegmen dengan pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan – tonjolan protein pembungkus yang menunjukkan sifat – sifat hemaglutinasi (protein HN) dan fusi sel ( protein F). Virus parainfluenza menyebar dari saluran pernapasan oleh sekresi yang teraerosol atau kontak tangan langsung denga sekresi. Pada umur 3th anak – anak biasanya mengalami infeksi tipe 1-3, tipe 3 bersifat endemik dan dapat menyebabkan penyakit pada bayi sebelum umur 6 bulan, dan dapat mengganggu sistem imun. Sedangkan pada tipe 1&2 lebih musiman dan terjadi pada musim panas dan musim gugur, tipe 4 lebih sukar tumbuh. Virus parainfluenza bereplikasi dalm epitel pernapasan tanpa bukti adanya penyebaran sistemik, kecenderungan menimbulkan penyakit pada jalan napas lebih besar pada laring, trakhea, bronkus, . Penghancuran sel pada jalan napas atas dapat menyebbakan
6
invasi bakteri dan menimbulkan trakeitis bakteri. Obstruksi tuba eustachii dapat menyebabkan invasi bakteri sekunder ruang telinga tengah dan otitis media akut. c. Demam Berdarah Cara penularannya melalui virus yang terdapat pada nyamuk Aighes Aygepti yang menghisap darah organ. d. Penyakit Kelamin Cara penularan penyakit kelamin melalui hubungan sex yang tidak sehat dan sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan hanya menyerang alat kelamin saja tetapi dapat menjalar ke organ lain. e. HIV/AIDS Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak sistem imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian. Tapi jika virus HIV mengenai penyakit lain seperti menyerang organ vital bias menimbulkan kematian. Apabila sistem imun pada tubuh telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke tubuhpun sangat besar dan tubuh akan rentan terhadap penyakit. f. TBC Tuberculosis (TBC, MTB, TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri “mycobacterium tuberculosis”. Yang menyerang pada or gan paru – paru, dan juga dapat menyerang pada organ lain. Bakteri yang sekeluarga dengan bakteri mycobacterium tuberculosis ini juga dapat menimbulkan infeksi dan memunculkan gejala yang mirip. Bakteri ini ditularkan melalui udara (airborne), yaitu ketika penderita bersin atau batuk dan bakteri akan keluar dan terhirup oleh orang sehat. Biasanya penderita TBC akan diisolasi dikarenakan mudahnya penyebatran penyakit TBC
C. Faktor Penyebab a. Agen Penyakit Agen penyakit atau faktor penyebab penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu penyebabnya tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : 1. Agen Biologis Terdiri dari virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa.
7
2. Agen Nutrisi Terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya. 3. Agen Fisik Contohnya panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan. 4. Agen Kimiawi Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, allergen, gas, debu dan lainnya. 5. Agen Mekanis Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu) b. Manusia / Pejamu Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain : 1. Umur Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut. 2. Jenis Kelamin Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkaan pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki. 3. Ras Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro. 4. Genetik Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lainlain. 5. Pekerjaan
8
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerja seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis dan lainnya. 6. Status Nutrisi Gizi jelek mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya. 7. Status Kekebalan Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan
yang
dimiliki
sebelumnya
seperti
kekebalan
terhadapa penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. 8. Adat-istiadat Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati. 9. Gaya Hidup Kebiasaan minum alcohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. 10. Psikis Faktor kejiwaaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya. c. Lingkungan Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dann seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Lingkungan Fisik Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah panas, sinar, radiasi dan lain-lain. 2. Lingkungan Biologis Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasite, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vector penyakit atau pejamu (host) intermediate.
9
Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis
dan
bila
terjadi
ketidakseimbangan
antara
hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya maka manusia akan menjadi sakit. 3. Lingkungan Sosial Berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standard an gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, depresi dan lainnya. (Budiman Chandra, 2009). C. Mekanisme penyebaran
Cara penyebaran pada penyakit infeksi menular pada garis besarnya dibedakan dalam dua cara yaitu : a. Mechanical Transmission disebut transmisi dari agent ke susceptable host b. Biological transmission yaitu mekanisme lebih kompleks selama transmisi mikroorganisme (agent) berubah secara biologis.
D. Upaya Pencegahan Penyakit
Secara empris banyak orang yang datang ke pelayanan kesehatan, khususnya Rumah sakit, sudah dalam keadaan yang memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain masalah perilaku, ekonomi, maupun sosial budaya. Kalau saja masyarakat mempunyai pemahaman /pengetahuan yang memadai dalam upaya mencegah penyakit, maka keadaan yang memprihatinkan dapat dihindari. Oleh sebab itu yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana upaya pencegahan terhadap berbagai penyakit dan bagaimana perilaku hidup sehat bagi setiap orang. Pada dasarnya ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, yaitu: a. Penyebab penyakit b. Manusia sebagai tuan rumah c. Lingkungan hidup
10
Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiga faktor tersebut, maka akan menyebabkan timbulnya penyakit. a. Penyebab penyakit Penyebab penyakit dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu golongan exogen dan endogen. 1. Golongan exogen, yaitu penyebab penyakit yang terdapat di luar tubuh manusia yang dapat menyerang perorangan dan masyarakat Golongan exogen ini dibagi menjadi 3 golongan, yakni: a) Yang nyata dan hidup Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit, berupa bakteri, virus, rickettsia, jamur, protozoa, cacing, dan sebagainya. b) Yang nyata tak hidup 1. Zat-zat kimia misalnya racun, asam atau alkali kuat, logam dan sebagainya. 2. Trauma (ruda paksa) a. Trauma elektrik: kena arus listrik b. Trauma mekanik: terpukul, tertabrak c. Trauma thermik: terbakar 3. Makanan, yakni kekurangan beberapa zat makanan seperti protein,
vitamin,
atau
kekurangan
makanan
secara
keseluruhan (kelaparan) c)
Yang abstrak 1. Bidang ekonomi: kemiskinan 2. Bidang sosial: sifat asosial; anti sosial 3. Bidang mental (kejiwaan): kesusahan, rasa cemas, rasa takut.
2. Golongan endogen Penyebab penyakit golongan endogen terdiri atas kompleks sifat seseorang yang dasarnya sudah ditentukan sejak lahir, yang memudahkan timbulnya penyakit tertentu, antara lain: a) Habitus (perawakan), misalnya habitus asthenicus, yaitu perawakan yang tinggi, kurus, dan berdada sempit dikatakan mudah terserang penyakit tuberculosa. b) Penyakit-penyakit turunan misalnya: asma, buta warna, haemofili
11
c) Faktor usia: misalnya daya tahan tubuh pada bayi, anak-anak, orang dewasa, dan usia lanjut berbeda-beda b. Manusia sebagai tuan rumah Berbicara tentang kesehatan, maka manusia sebagai tuan rumah, yaitu manusia yang dihinggapi penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Bila seseorang dikenai sesuatu penyebab penyakit atau ditulari bibit penyakit, belum tentu akan menjadi sakit, karena masih tergantung pada beberapa hal antara lain daya tahan tubuh orang tersebut. Daya tahan tubuh di sini meliputi jasmani, rohani dan sosial. Untuk mempertinggi daya tahan tubuh dapat dilakukan langkah-langkah berikut antara lain: 1. Makanan yang sehat cukup kualitas maupun kuatitasnya 2. Vaksinasi untuk mencegah penyakit infeksi tertentu 3. Olah raga secara teratur 4. Cara hidup teratur 5. Menambah pengetahuan dengan berbagai cara baik di sekolah/luar sekolah 6. Patuh pada ajaran agama c.
Lingkungan hidup Yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: 1. Lingkungan biologik Terdiri atas organisme hidup berada di sekitar manusia misalnya bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing, tumbuh-tumbuhan dan hewan. 2. Lingkungan fisik Terdiri atas benda yang tak hidup yang berada di sekitar manusia misalnya udara, sinar matahari, tanah, air, perumahan, sampah, dan sebagainya. 3. Lingkungan ekonomi Merupakan lingkungan hidup yang abstrak misalnya kemiskinan, kemakmuran 4. Lingkungan mental sosial Misalnya sifat gotong royong, menghormati hukum, sifat anti sosial, kebiadaban, dsb. Usaha kesehatan agar untuk mengendalikan ketiga faktor tersebut (penyebab penyakit, manusia sebagai tuan rumah dan lingkungan) sehingga manusia dapat hidup sehat, yakni de ngan cara:
12
a. Terhadap faktor penyebab penyakit 1. Memberantas sumber penularan penyakit baik dengan mengobati penderita maupun dengan meniadakan reservoir panyakitnya. 2. Mencegah terjadinya kecelakaan 3. Meningkatkan taraf hidup rakyat 4. Mencegah terjadinya peyakit keturunan yang disebabkan faktor endogen b. Terhadap faktor manusia Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Terhadap faktor lingkungan Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup, sehingga dapat diawasinya faktor
yang merugikan/ membahayakan kesehatan
manusia (Indan Entjang, 1991). Usaha pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai langkah antara lain melalui proses belajar. Seseorang bisa belajar dari pengalaman hidupnya dan dapat pula belajar dari orang lain, misalnya saudara, guru, petugas kesehatan, dan sebagainya. Bentuk kegiatan dalam proses belajar dalam upaya perubahan perilaku adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diperlukan dengan berbagai alasan antara lain: 1.Keadaan kesehatan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain dan faktor perilaku manusia memegang peranan penting. 2.Ahli kesehatan dan ke dokteran makin menyadari bahwa banyak penyakit dan kondisi kesehatan masyarakat timbul dan bertambah parah akibat perilaku manusia. 3.Pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat menyadari tingginya biaya pengobatan dan pemulihan kesehatan. 4.Ahli lingkungan menerima dan setuju bahwa partisipasi masyarakat merupakan syarat mutlak untuk pengendalian lingkungan. 5.Komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dan masyarakat merupakan hal penting. 6.Meningkatnya gerakan konsumen. Secara umum tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO adalah terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam bidang
13
kesehatan. Dari tujuan umum ini secara lebih operasional tujuan pendidikan kesehatan adalah: a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat b. Menolong
individu
agar
mampu
secara
mandiri/kelompok c. Mendorong pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan
yang
ada
Pendapat
lain
sehubungan dengan tujuan pendidikan kesehatan yang dikemukakan oleh Wang (1974) adalah sebagai ber ikut: 1. Agar masyarakat memiliki rasa tanggung jawab pada kesehatan dirinya dan lingkungan 2. Masyarakat melakukan langkah positif dalam mencegah
terjadinya
sakit
dan
mencegah
berkembangnya penyakit menjadi lebih parah 3. Masyarakat memahami dalam perubahan sistem dan cara memanfaatkannya. 4. Masyarakat dapat mempelajari apa yang bisa dilakukan
sendiri,
tanpa
selalu
meminta
pertolongan pada pelayanan kesehatan formal (FKM UI, 1989).
E. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 20152019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnyaAngka Kematian Bayi,
14
menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah: 1) pembangunan nasional berwawasan
kesehatan;
2)
pemberdayaan
masyarakat
dan
daerah;
3)pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; 4) pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan 5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan. Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif.Strategi Nasional Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan yang dijabarkan dalam arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care)
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut. Keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dilakukan oleh Ditjen PP dan PL melalui strategi sebagai berikut: a) Pelaksanaan deteksi dini penyakit menular dan tidak menular b) Penyelenggaran imunisasi c) Penguatan surveilans epidemiologi dan faktor resiko
15
F. Seksi-seksi Yang Terkait dengan Program P2M Salah satu misi program penanggulangan penyakit menular
dan
merupakan tugas pokok dan fungsi pelaksana program P2M adalah meningkatkan kemitraan dan melakukan koordinasi lintas program maupun lintas sektor yang terkait dengan program penanggulangan penyakit menular (P2M). Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (Seksi P2M) adalah yang bertanggung jawab dan mempunyai tugas menyediakan bahan rencana dan program kerja, pelaksanaan, pelayanan, fasilitasi teknis, pemantauan dan evaluasi, pelaporan bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular
dan
Pemutusan
Mata
Rantai
Penularan
melalui
Pemberantasan Vektor. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan oleh seksi P2M meliputi beberapa program yaitu program HIV/ AIDS, TBC, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Kusta, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Diare, dan Kecacingan (filariasis). Pada struktur organisasi Dinas Kesehatan, lintas program yang terkait dengan program P2M adalah : 1. Seksi Penyehatan Lingkungan (PL) 2. Seksi Upaya Kesehatan Khusus dan Penunjang Medik (UKK) 3. Seksi Upaya Kesehatan Rujukan (UKR) 4. Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan (Promkes) 5. Seksi Pengembangan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM), 6. Seksi Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi (K3I). Selain itu program P2M juga terkait dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan dan Laboratorium Kesehatan. Berikut Uraian Tugas dan Rincian Kegiatan Program P2M seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular a. Uraian Tugas : 1. Menyediakan bahan rencana dan program Kerja bidang P2M 2. Melaksanakan Koordinasi pelaksanaan dan pelayanan bidang P2M 3. Melaksanakan fasilitasi teknis bidang P2M 4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi bidang P2M 16
5. Menyediakan bahan pelaporan bidang P2M b. Rincian Kegiatan : 1. Menghimpun, mengolah dan menganalisa data program salah satu jenis penyakit menular dari Kabupaten/ Kota, RS, dan BP4 2. Menghimpun,
mengolah
dan
menganalisa
serta
merencanakan
kebutuhan Obat-obatan, Membuat perencanaan kegiatan program tahunan a. Menyiapkan bahan rencana renstra program P2M b. Melakukan koordinasi dengan Labkesda/ Lintas program/ Lintas sektor / LSM yang terkait dengan program P2M c. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas program / Lintas Sektor dan LSM untuk mendukung program P2M d. Melaksanakan fasilitasi teknis program P2M ke puskesmas, kabupaten/ kota, BP4 dan RS. e. Monitoring & evaluasi (monev) pelaksanaan program P2M di daerah f.
Menyelenggarakan pertemuan monev dengan kabupaten/ kota
g. Monev hasil pertemuan dengan lintas sektor/ lintas program h. Melaksanakan kajian pencapaian program P2M
G. Manajemen Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Menular
Manajemen pengendalian faktor risiko penyakit menular, misalnya penyehatan lingkungan memerlukan penggalangan kemitraan dengan mitra yang relevan yang memiliki perhatian sama yakni pemberantasan penyakit menular tertentu dengan penyehatan lingkungan yang relevan dengan penyakit yang bersangkutan dalam satu wilayah. Kejadian penyakit menular di suatu wilayah berakar pada budaya, ekosistem, dan kondisi sosial kependudukan. Guna membantu bupati atau walikota, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan masyarakat harus memiliki perspektif luas seperti harus kerja sama dengan
siapa,sumber
daya
apa
17
yang
dibutuhkan
dan
bagaiman
mendapatkannya, termasuk pengendalian faktor yang berpern timbulnya kejadian penyakit. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam satu wilayah kejadian penyakit menular merupakan outcome
hubungan interaktif antara dua
kelompok faktor risiko penyakit, yakni variabel lingkungan dan variabel kependudukan seperti umur, gender, dan perilaku. Status kesehatan, sebagai akibat hubungan interaktif kedua faktor risiko tersebut juga dipengaruhi oleh kualitas dan aksesbilitas pelayanan kesehatan (diagnosis dan pengobatan). Dengan demikian, manajemen pemberantasa penyakit (menular) di samping harus mampu mengendalikan sumber penyakit dengan cara melakukan diagnosis dan pengobatan dengan cepat dan tuntas, juga harus mengendalikan faktor risiko,baik yang berasal dari faktor lingkungan maupun kependudukan secara integrasi. Serta menggalang
sumber
daya
untuk
melaksanakan
pelayanan
kesehatan
penduduk. Berikut uraian tata laksana penyakit menular berbasis wilayah yang terdiri dari dua bagian, yaitu : a.
Teori.
b.
Manajemen Penyakit Menular Berbasis Wilayah. Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang
memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko terdiri atas: 1. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya 2. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor resiko 3. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulam 4. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
18
5. Meningkatkan
kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko 6. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko 7. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko 8. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risi ko 9. Membina
dan
mengembangkan
UPT
dalam
pencegahn
dan
penanggulangan faktor risiko. 10. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegaha dan pemberantasan penyakit. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal peningkatan imunisasi yaitu: 1. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya 2. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi 3. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas 4. Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap program imunisasi 5. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi 6. Meningkatkan
kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
untuk
melaksanakan program imunisasi 7. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi 8. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi 19
9. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi 10. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi 11. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita. Di dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga dapat memabangun status kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka akan terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu: 1. Menyiapkan
materi
dan
menyusun
rancangan
peraturan
dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya 2. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita 3. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan
20
4. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana penderita 5. Meningkatkan
kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita 6. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita 7. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita 8. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita 9. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita 10. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung pemberantasan penyakit menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri. Kegiatan pokok: 1. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya 2. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 3. Menyediakan
kebutuhan
peningkatan
surveilans
epidemiologi
dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan 4. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 5. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencana 21
6. Meningkatkan
kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit
untuk
melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 7. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 8. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi
teknis
peningkatan
surveilans
epidemiologi
dan
penanggulangan KLB/wabah 9. Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 10. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah 11. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi, surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadao penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit menular secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Tujuan surveilans epidemiologi penyakit menular yaitu: 1. Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit menular di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit Menular. 2. Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit
menular
kepada
unit
surveilans
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
22
3. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM &PL Depkes 4. Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat pusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu penyakit yaitu surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit menular yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, Kusta MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans terpadu penyakit didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam sistem perekaman data puskesmas. Masingmasing unit surveilans di Puskemas memiliki peran khusus dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran tersebut diformulasikan sebagai kegiatan teknis surveilans yang saling mempengaruhi kinerja antara yang satu dengan unit surveilans yang lain dalam jejaring surveilans.
23
Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk oencegan dan pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya ini bisa dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan
dan
pengembangan
teknologi upaya
komunikasi,
kesehatan
informasi
bersumber
dan
edukasi
masyarakat,
(KIE);
(seperti
pos
pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular, cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana cara mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA
untuk pencegahan penyakit menular
seksual pada kalangan muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan muda juga sangat penting untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak langsung terhadap penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui hubungan seksual, namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu, pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada
24
puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu: 1. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya 2. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 3. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan 4. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 5. Meningkatkan melaksanakan
kemampuan program
tenaga
komunikasi
pengendalian informasi
dan
penyakit
untuk
edukasi
(KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit 6. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 7. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 8. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 9. Membina
dan
mengembangkan
UPT
dalam
upaya
peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
25
10. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit. H. Penyakit Infeksi atau Wabah dalam Islam
Penyakit menular atau wabah sudah ada dan sudah dikenal sejak jaman rasulullah saw. Pada masa itu wabah yang cukup dikenal antara lain pes dan lepra. Dalam shahihain diriwayatlan bahwa Sa’ad bin Abi Waqas ra bertanya kepada Usamah bin Zaid tentang apa yang ia dengar dari rasulullah saw mengenai pes. Usamah ra berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Pes adalah hukuman yang dikirimkan oleh Allah kepada Bani Israil dan orang-orang sebelum kalian. Maka, jika kalian mendengar bahwa suatu negeri terserang pes maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika pes menimpa negeri yang kalian tinggali, janganlah kalian keluar dari wilayah itu.” Dalam shihihain juga diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “pes adalah mati syahid bagi setiap muslim.” Secara bahasa pes adalah sejenis wabah. Dalam istilah kesehatan pes adalah pembengkakan mematikan dan ganas yang menyebabkan radang yang sangat parah dan menyakitkan, dengan cepat mengubah wilayah terinfeksi menjadi berwarna hitam, hijau atau coklat. Segera setelah itu,borok mulai di sekitar wilayah yang kena. Wabah ini biasanya menyerang tiga bagian tubuh yaitu ketiak, belakang telinga, ujung hidung atau jaringan tubuh yang lunak. ‘Aisyah ra meriwayatkan bahwa dirinya bertanya keada Rasulullah saw tentang wabah tersebut. Nabi saw ber sabda, “suatu kelenjar seperti kelenjar unta yang tampak dibagian belakang ketiak dan sejenisnya.” Kemudian wabah lain yang dikenal pada masa Rasulullah yaitu lepra, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh menyebarnya virus hitam di seluruh tubuh yang merusak sistem metabolism organ tubuh. Lepra dapat merusak ruas dan ujung organ-organ itu rontok dan hancur, lepra juga disebut penyakit singa karena tiga alasan. Pertama penyakit ini sering mnyerang singa, kedua penyakit ini menyebabkan wajah memerah seperti wajah singa. Dan ketiga, lepra memangsa korbannya sebagaimana singa melahap mangsanya. Bagi dokter, lepra adalah penyakit menular. Orang – orang yang mendekati penderitanya akan terganggu oleh bau busuknya, sebagaimana TBC dapat menular hanya karena baunya saja.
26
Pada waktu itu orang-orang Jahiliyah percaya bahwa penyakit wabah menular karena sifatnya sendiri tanpa kuasa dan kehendak Allah SWT. Rasullulah meruntuhkan kepercayaan mereka dan makan bersama penderita lepra untuk membuktikan bahwa Allah adalah satu-satunya yang menyebabkan penyakit dan menyembuhkannya. Rasullulah juga melarang kaum muslimin untuk bergaul dengan orang sakit untuk mengajarkan mereka bahwa penyebab penyakit secara total dikontrol oleh Allah. Jika Allah berkehendak, penyebab ini tidak akan memiliki kekuatan apa pun. Jika Allah berkehendak, penyebab ini dapat menyebabkan bahaya.
27
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau benda-benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur. Penyakit menular atau wabah sudah ada dan sudah dikenal sejak jaman rasulullah saw. Wabah ini biasanya menyerang tiga bagian tubuh yaitu ketiak, belakang telinga, ujung hidung atau jaringan tubuh yang lunak. ‘Aisyah ra meriwayatkan bahwa dirinya bertanya keada Rasulullah saw tentang wabah tersebut. Nabi saw bersabda, “suatu kelenjar seperti kelenjar unta yang tampak dibagian belakang ketiak dan sejenisnya.” 3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit menular dan pandangan islam mengenai penyakit menular.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahraen, Raehanul, dr. 2014. Tidak ada wabah penyakit menular dalam pandangan islam. Online.Diambil dari http://muslim.or.id/kesehatanislami/tidak-ada-wabah-penyakit-menular-dalam-pandangan-islam.html pada 22 oktober 2018 pada pukul 09.36 wib 2. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1993 . Bimbingan Keterampilan dalam Tatalaksana Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak . Jakarta 3. Hendry Chang, 2001. Upaya Mencapai Hidup Sehat. Gramedia. Jakarta 4. Kemenkes. 2015. RENCANA AKSI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGANTAHUN 2015-2019 5. Staf Pengajar FKM Universitas Indonesia, 1989. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat Badan Penerbit FKM UI Depok.
29