ERGONOMI DAN FAAL KERJA I “KAPASITAS KERJA DAN BEBAN KERJA”
Kelompok 2 1. Annisa Ufiana Sari
(101611133009) (101611133009)
2. Evi Maulani Rizki
(101811123002) (101811123002)
3. Silvia Putri Sintia Dewi
(101811123014) (101811123014)
4. Risa Nurhalisa
(101811123026) (101811123026)
5. Teguh Satrio
(101811123038) (101811123038)
6. Dinda Pratiwi
(101811123050) (101811123050)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tugas mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja I. Topik yang kami bahas kali ini yaitu, “Kapasitas Kerja dan Beban Keja”. Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Dengan upaya yang kami lakukan, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu memberikan bimbingan pada kami, agar makalah ini dapat terselesaikan dengan semaksimal mungkin. Pola dan penyajiannya diharapkan dapat dimengerti dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Akhir kata kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang ikut dalam membantu menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan dalam kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, November 2018 Tim Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................... ........................................................... ............................................ ............................. ....... i KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ........................................ .................. ii DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. .......................... ... iii DAFTAR TABEL ................................................ ...................................................................... ............................................ ...................... iv BAB I PENDAHULUAN ............................ ................................................... ............................................. ............................. ....... 1 1.1
Latar Belakang Belakang ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 2
1.3
Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ ..................................... ............... 2
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................ .......................................................................... .................. 4 2.1
Kapasitas Kerja ........................................... ................................................................. ............................................ ...................... 4
2.2
Beban Kerja ............................................ .................................................................. ............................................ .......................... .... 8
2.3
Pengukuran Beban Kerja ........................................... .................................................................. ............................. ...... 12
2.4
Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Nadi Kerja ........................ ........................ 16
BAB III STUDI KASUS.......................................... ................................................................ ........................................ .................. 18 BAB IV PEMBAHASAN........................................... ................................................................. ..................................... ............... 20 4.1
Kapasitas Kerja ........................................... ................................................................. ............................................ ...................... 20
4.2
Keluhan Muskuloskeletas .......................................... ................................................................. ............................. ...... 22
4.3
Beban Kerja ............................................ .................................................................. ............................................ .......................... .... 22
4.4
Dampak Beban Beban Kerja yang Terlalu Berlebihan ...................................... ...................................... 24
BAB V PENUTUP........................................... ................................................................. ............................................ .......................... .... 26 5.1
Kesimpulan ......................................... ............................................................... ............................................. .............................. ....... 26
5.2
Saran ............................................ .................................................................. ............................................ ..................................... ............... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ...................... 28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total Skor Individu............................................................................................ 6 Tabel 2.2 Skor Klasifikasi Tingkat Risiko Keluhan Muskuloskeletal ............. 8 Tabel 2.3 Kategori beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung ........................ 16
iv
BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan keselamatan kerja adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan
pekerja
yang
disebabkan
oleh
kondisi
pekerjaan,
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan (WHO). Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju dari beberapa pengamatan, menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit atau pun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif.
Tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain; 2. Beban kerja: fisik maupun mental;
1
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain : bising, panas, debu, parasit, dll. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal, sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Kapasitas kerja mengacu pada kemampuan yang umum
badan sebagai mesin untuk menghasilkan pekerjaan dari intensitas dan jangka waktu yang berbeda yang menggunakan sistem energi yang sesuai badan. Sedangkan beban kerja adalah keharusan mengerjakan terlalu banyak tugas atau penyediaan waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan tugas. Berdasarkan paparan di atas kelompok membuat makalah mengenai kapasitas kerja dan beban kerja.
1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin dicari dari makalah ini, antara lain : 1. Apa yang di maksud kapasitas kerja? 2. Apa yang dimaksud kelelahan? 3. Apa yang di maksud Keluhan Muskuloskeletal? 4. Apa yang di maksud beban kerja? 5. Apa saja jenis-jenis beban kerja? 6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja? 7. Bagaimana dampak beban kerja? 8. Apa saja pengukuran beban kerja? 9. Bagaimana penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja? 10. Bagaimana langkah- langkah pengukuran beban kerja? 11. Apa manfaat pengukuran beban kerja?
1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini, antara lain: 1. Mengetahui kapasitas kerja; 2. Mengetahui mengenai kelelahan; 3. Mengetahui Keluhan Muskuloskeletal; 4. Mengetahui beban kerja;
2
5. Mengetahui jenis-jenis beban kerja; 6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja; 7. Mengetahui dampak beban kerja; 8. Mengetahui pengukuran beban kerja; 9. Mengetahui penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja; 10. Mengetahui langkah- langkah pengukuran beban kerja; 11. Mengetahui manfaat pengukuran beban kerja.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kapasitas Kerja Kapasitas kerja mengacu pada kemampuan yang umum badan sebagai mesin untuk menghasilkan pekerjaan dari intensitas dan jangka waktu yang berbeda yang menggunakan sistem energi yang sesuai badan (Siff, 2003) (Ross Enamait, 2005). Pencapaian ergonomis perlu adanya keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan batasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah laku dan kebiasaan, kemampuan beradaptasi (Manuaba, 1998). Kapasitas kerja dapat dinilai dari kelelahan dan keluhan musculoskeletal. A. Kelelahan a. Pengertian Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan untuk mempertahankan kekuatan saat kontraksi otot secara berulang (Powers, 2004; Adrianto, 2014).Kelelahan ditandai dengan adanya kehilangan efisiensi, penurunan kapasitas kerja, dan ketahanan tubuh.Ada juga yang mendefinisikan kelelahan sebagai ketidakseimbangan kebutuhan dengan produksi ATP. Ada dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan sentral dan kelelahan perifer (Adrianto, 2014). Pada kelelahan sentral terjadi pengurangan frekuensi impuls dan jumlah motor unit yang terlibat. Kelelahan perifer berhubungan dengan faktor neural dan faktor mekanik.Faktor neural dihubungkan dengan kegagalan pada neuromuscular junction, sarkolema, t-tubulus, atau retikulom sarkoplasma yang terlibat dalam penyimpanan, pelepasan, dan re-uptake calsium.Kelelahan dapat dilihat
pada
sarkolema
dan
t-tubulus
berupa
adanya
ketidakmampuan
mempertahankan konsentrasi natrium dan kalium saat stimulasi berulang, akumulasi
kalium
ekstraseluler,
berkurangnya
amplitude
aksi
potensial,
4
menurunnya fungsi t-tubulus, dan menurunnya pelepasan kalsium dari retikulom sarkoplasma.Faktor mekanik berhubungan dengan gangguan siklus cross-bridge, meningkatnya konsentrasi atau produksi asam laktat, berkurangnya ikatan kalsium dengan troponin, dan terhambatnya pelepasan kalsium oleh sarkoplasma retikulum. Pada kerja statis kontraksi otot meningkatkan tekanan pada otot yang bersangkutan.Peningkatan tekanan tanpa diikuti relaksasi menyebabkan oklusi pembuluh darah yang menyediakan zat nutrisi untuk otot yang bersangkutan.Pada keadaan ini, hanya terjadi perubahan sedikit pada curah jantung.Aliran darah ke bagian tersebut mulai berkurang, sehingga pembuangan zat sisa metabolisme juga terhambat.Hal tersebutdapat mempercepat terjadinya kelelahan dan penurunan produktivitas kerja. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot.Kelelahan otot ditunjukan oleh adanya penurunan kemampuan otot, yang ditandai dengan adanya perubahan pada otot. Kelelahan otot ditandai oleh adanya penumpukan asam laktat dan ion hidrogen intraseluler.Pada kelelahan juga dijumpai adanya kegagalan retikulum sarkoplasmamelepaskan ion kalsium ke sarkoplasma, sehingga menurunkan kemampuan pemendekan protein kontraktil otot (Allen, 2007; Adrianto, 2014).Sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi.Pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). b. Faktor Penyebab Kelelahan Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia (Wignjosoebroto,2003). Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima faktor penyebab kelelahan, yaitu : 1. Keadaan monoton; 2. Beban kerja dan lama kerja baik fisik maupun mental;
5
3. Keadaanlingkungan krja seperti cuaca kerja, penerangan dan bising; 4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik; 5. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.
c. Cara Mengukur Kelelahan Kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan adalah kuesioner 30 item of rating scale.Kuesioner ini diadopsi dari IFRC ( Industrial Fatique Research Cominttee of Japanese Association of Industrial Health) yang dibuat pada tahun 1967. Kuesioner ini menggambarkan tiga indikasi kelelahan, yaitu : 1. 10 item pertama menggambarkan adanya pelemahan aktivitas; 2. 10 item kedua menggambarkan adanya pelemahanmotivasi kerja; 3. 10 item ketiga menggambarkan kelelahan fisik atau kelelahan pada bagian tubuh. Kuesioner ini dikembangkan dalambentuk jawaban pertanyaan dalam 4skala likert (Susetyo, 2008).Semakin tinggi frekuensi gejala kelelahan yang dialami, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami, namun kuesioner ini memiliki kelemahan, dimana tidak dapat dilakukan evaluasi terhadap setiap item pertanyaan secara tersendiri. Klasifikasi tingkat kelelahan subjektif dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif BerdasarkanTotal Skor Individu No
Total Skor Individu
Tingkat Resiko
1
30-52
Rendah
2
53-75
Sedang
3
76-98
Tinggi
4
99-120
Sangat Tinggi
Tindakan Perbaikan Belum diperlukan tindakan perbaikan Mungkin diperlukan tindakan perbaikan Diperlukan perbaikan segera Diperlukan tindakan menyeluruh dan sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka, 2011 B. Keluhan Muskuloskeletal
6
a. Sistem Muskuloskeletal Menurut Grandjean (2000), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan hingga sampai sakit. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Gangguan pada sistem muskuloskeletal ini hampir tidak pernah terjadi langsung, tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari benturan-benturan kecil maupun besar yang terjadi secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama, bisa dalam hitungan hari, bulan ataupun tahun, tergantung dari berat ringannya trauma sehingga akan terbentuk cedera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma (Nurmianto, 2004).
b. Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Keluhan pada sistem muskuloskeletal dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1. Memaksakan angkat angkut beban yang terlalu berat; 2. Melakukan gerakan tertentu yang berulang; 3. Sikap tubuh yang tidak ergonomis ketika duduk, berdiri dan ber aktivitas; 4. Menggunakan tehnik pengangkatan yang salah; 5. Tekanan kerja.
c. Cara Mengukur Keluhan Muskuloskeletal Keluhan ini bisa diukur dengan penilaian subjektif menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang dikenal dengan Nordic Body Map (NBM).NBM meliputi 28 otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada kaki.Desain penilaian menggunakan skor seperti 4 skala likert , setiap skor atau nilai harus memiliki definisi operasional yang jelas sehingga mudah dipahami oleh responden. Total skor individu dari
7
seluruh otot skeletal tersebut dihitung untuk dapat digunakan dalam memasukkan data statistik. Berikut adalah klasifikasi tingkat resiko otot skeletal berdasarkan skor kuesioner Nordic Body Map Tabel 2.2 Skor Klasifikasi Tingkat Risiko Keluhan Muskuloskeletal No
Total Skor
1
Individu
Tingkat Resiko
28-49
Rendah
2
50-70
Sedang
3
71-91
Tinggi
4
92-112
Sangat Tinggi
Tindakan Perbaikan Belum diperlukan tindakan perbaikan Mungkin diperlukan tindakan perbaikan Diperlukan tindakan perbaikan Diperlukan tindakan menyeluruh dan sesegera mungkin
Sumber: Tarwaka, 2011
2.2
Beban Kerja A. Pengertian Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayahgunaan Aparatur Negera
(Menpan)Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004, beban kerja didefinisikan sebagai sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), PERMENDAGRI No. 12/2008 menyatakan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Gibson
(2009)menyatakan
bahwa
beban
kerja
adalah
keharusan
mengerjakan terlalu banyak tugas atau penyediaan waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan tugas. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan
8
waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpamembahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
B. Jenis-jenis Beban Kerja Menurut Munandar (2001) dalam Suryaningrum (2015) beban kerja terdiri atas: a. Beban Kerja Kuantitatif, meliputi tugas seorang perawat harus melakukan observasi secara ketat kepada pasien dalam jam kerjanya. b. Beban Kerja Kualitatif, meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan, misalnya
tuntutan
dari
pimpinan
yang
mengharuskan
perawat
memberikan kualitas pelayanan yang bagus, tuntutan keluarga pasien akan kesembuhan pasien tersebut, tanggung jawab yang tinggi atas asuhan keperawatan pasien yang kritis, dll.
C. Faktor-Faktor MenurutGibson (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja, yaitu: a. Time Pressure (tekanan waktu) Secara umum dalam hal tertentu waktu akhir (deadline) justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi, namun desakan waktu juga dapat menjadi beban kerja berlebihan kuantitatif ketika hal ini mengakibatkan munculnya banyak kesalahan atau kondisi kesehatan seseorang berkurang. b. Jadwal Kerja atau Jam Kerja Jumlah waktu untuk melakukan kerja berkontribusi terhadap pengalaman akan tuntutan kerja, yang merupakan salah satu faktor penyebab stres di lingkungan kerja. Hal ini berhubungan dengan penyesuaian waktu antara pekerjaan dan keluarga terutama jika pasangan suami-istri sama-sama bekerja. Jadwal kerja strandart adalah 8 jam sehari selama seminggu. Untuk jadwal kerja ada tiga tipe, yaitu: night shift, long shift, flexible work schedule. Dari ketiga tipe
9
jadwal kerja tersebut,long shiftdan night shiftdapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh seseorang. c. Role Ambiguitydan Role Conflict Role ambiguityatau kemenduaan peran dan role conflict atau konflik peran dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap beban kerjanya.Hal ini dapat sebagai hal yang mengancam atau menantang. d. Kebisingan Kebisingan dapat mempengaruhi pekerja dalam hal kesehatan dan performancenya.Pekerja yang kondisi kerjanya sangat bising dapat mempengaruhi efektifitas kerjanyadalam menyelesaikan tugasnya, dimana dapat mengganngu konsentrasi dan otomatis mengganggu pencapaian tugas sehingga dapat dipastikan semakin memperberat beban kerjanya. e. Information Overload Banyaknya informasi yang masuk dan diserap pekerja dalam waktu yang bersamaan dapatmenyebabkan beban kerja semakin berat.Kemajemukan teknologi dan penggunaan fasilitas kerja yang serba canggih membutuhkan adaptasi tersendiri dari pekerja. Semakin komplek informasi yang diterima, dimana masing-masing menuntut konsekuensi yang berbeda dapat mempengaruhi proses pembelajaran pekerja dan efek lanjutannya bagi kesehatan jika tidak tertangani dengan baik. f.
Temperature Extremes Atauheat Overload Sama halnya dengan kebisingan, faktor kondisi kerja yang berisiko seperti
tingginya temperatur dalam ruangan juga berdampak pada kesehatan.Hal ini utamanya jika kondisi tersebut berlangsung lama dan tidak ada peralatan pengamannya. g. Repetitive Action Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan aksi tubuh secara berulang, seperti pekerja yang menggunakan komputer dan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengetik, atau pekerja assemblylineyang harus mengoperasikan mesin dengan prosedur yang sama setiap waktu atau dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton yang pada akhirnya dapat menghasilkan berkurangnya perhatian dan secara potensial membahayakan
10
jika tenaga gagal untuk bertindak tepat dalan keadaan darurat. Aspek ergonomi dalam lay out tempat kerja h. Tanggung jawab Setiap jenis tanggung jawab (responsibility) dapat merupakan beban kerja bagi sebagian orang.Jenis-jenis tanggung jawab yang berbeda, berbeda pula fungsinya sebagai penekan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap
orang
menimbulkan
tekanan
yang
berhubungan
dengan
pekerjaan.Sebaliknya semakin banyak tanggung jawab terhadap barang, semakin rendah indikator tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. D. Dampak Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan dampak yang tidak baik, yaitu akan menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan. Rasa bosan dalam kerja yang dilakukan atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, dalam Prihatini, 2007). Beban kerja juga dapat menimbulkandampak negatif bagi karyawan, dampaknegatif tersebutdapat berupa: a. Kualitas Kerja Menurun Beban kerja yang terlalu berat tidak diimbangi dengan kemampuan tenagakerja, kelebihan beban kerja akanmengakibatkan menurunnya kualitaskerja akibat dari kelelahan fisik danturunnya konsentrasi, pengawasan diri,akurasi kerjasehingga kerja tidaksesuai dengan standar. b. Keluhan Pelanggan Keluhan pelanggan timbul karena hasilkerja yaitu karena pelayanan yangditerima tidak sesuai dengan harapan.Seperti harus menunggu lama, hasillayanan yang tidak memuaskan.
c. Kenaikan TingkatAbsensi
11
Beban kerja yang terlalu banyak bias juga mengakibatkan pegawai terlalulelah
atau
sakit.
Hal
ini
berakibatburuk
bagi
kelancaran
kerja
organisasikarena tingkat absensi terlalu tinggi,sehingga dapat mempengaruhi kinerjaorganisasi secara keseluruhan.
2.3.
Pengukuran Beban Kerja Pengukuran Kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan yang harusdiselesaikan dalam jangka waktu satutahun (Muskamal, 2010). Pengukuranbeban kerja telahdigolongkansecara garisbesar ada tiga kategori pengukuran bebankerja. Tiga kategori tersebut yaitu : a. Pengukuran Subjektif Pengukuran yang didasarkan kepada penilaiandan pelaporan oleh pekerja terhadapbeban kerja yang dirasakan dalammenyelesaikan suatu tugas.Pengukuran jenis ini pada umumnya menggunakan skala penilaian (rating scale). b. Pengukuran Kinerja Pengukuranyang diperoleh melalui pengamatanterhadap aspek-aspek perilaku/aktivitas
yang ditampilkan oleh pekerja.Salah
satu jenis
dalam
pengukurankinerja adalah pengukuran kinerjaadalah pengukuran yang diukur berdasarkan waktu.Pengukuran kinerjadengan menggunakan waktu merupakan suatu metode untuk mengetahuiwaktu penyelesaian suatu pekerjaanyang dikerjakan oleh pekerja yangmemiliki kualifikasi tertentu, didalamsuasana kerja yang telah ditentukanserta dikerjakan dengan suatu tempokerja tertentu. c. Pengukuran Fisiologis Pengukuran yang mengukur tingkat bebankerja dengan mengetahui suatu tugas/pekerjaan tertentu.Pengukuranyang dilakukan biasanya pada refleks pupil, pergerakan mata, aktivitas ototdan respon-respon tubuh lainnya. Sutalaksana
(2006)
menjelaskan
bahwa
pengukuran
waktu
dapat
digunakan untuk mendapatkan ukuran tentang beban dan kinerja yang berlaku dalam suatu sistem kerja.Karena metode yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah
metode
ilmiah,
maka
hasilnya
dapat
12
dipertanggungjawabkan.Melalui pengukuran ini pengukur memperoleh ukuranukuran kuantitatif yang benar tentang kinerja dan beban kerja. Dalam melakukan pengukuran beban kerja berdasarkan waktu, ada beberapa elemen yang dibutuhkan agar perhitungan dapat dilakukan menurut rumus yang ditentukan. Elemen-elemen tersebut adalah : a. Waktu Siklus (Ws) Merupakan waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. b. Faktor Penyesuaian (p) Faktor
penyesuaian
ditentukan
dalam
rangka
mengoreksi
segala
ketidakwajaran yang terjadi yang ditunjukkan oleh pegawai selama masa pengamatan dilakukan.Sebagai contoh jika pengukur mendapatkan harga rata -rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan dalam kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.Salah satu metode penyesuaian yang dianggap objektif adalah penyesuaian yang disusun oleh Lawry, Maynard dan Stegemarten yang dinamakan Penyesuaian
Westinghouse.Penyesuaian
Westinghouse merupakan metode penyesuaian yang melakukan penyesuaian melalui empat aspek yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi . c. Kelonggaran (k) Kelonggaran merupakan waktu-waktu yang diberikan kepada pekerja untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi (misalnya makan dan minum), untuk menghilangkan rasa fatigue (kelelahan) dan untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan dalam pekerjaan.Kelonggaran-kelonggaran ini memiliki nilai masing-masing yang telah ditentukan. d. Waktu Baku (Wb) Merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja te rbaik. e. Total Waktu Kerja Per Hari (twk) Merupakan jumlah waktu yang diberikan oleh perusahaan/organisasi setiap hari kepada pegawainya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Total waktu kerja ini dapat dilihat dari jumlah jam kerja pegawai.
13
A. Langkah-langkah Pengukuran Beban Kerja Dalam melakukan pengukuran beban kerja berdasarkan waktu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Urutan-urutan langkah tersebut yakni (Sutalaksana, 2006) : a. Langkah-langkah sebelum pengukuran 1. Penetapan tujuan pengukuran Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dikarenakan tujuan yang dipilih tersebut akan mempengaruhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan. 2. Memilih pegawai yang akan diamati Pegawai yang akan dipilih harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, diantaranya berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Apa yang dimaksud dengan berkemampuan normal adalah kemampuan yang dimiliki bukanlah kemampuan yang sangat tinggi ataupun sangat rendah, melainkan kemampuan yang berada pada tingkat rata-rata. Dengan kemampuan tersebut, seorang pegawai diasumsikan akan menghasilkan waktu kerja yang normal. Sifat kooperatif diperlukan agar proses pengamatan dan pencatatan dapat berjalan dengan lancar. 3. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan Pada tahap ini pekerjaan diurai ke dalam bagian-bagian kecil, dimana setiap bagian tersebut akan dicatat waktunya. Keseluruhan jumlah waktu setiap elemen akan menghasilkan waktu siklus. Tujuan dari penguraianpekerjaan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil ini antara lain untuk mengantisipasi adanya elemen tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. 4. Menyiapkan perlengkapan pengukuran Untuk memperoleh data yang akurat, ada beberapa alat bantu yang harus ada dalam proses pengamatan. Alat-alat tersebut berupa jam henti, lembaralembaran pengamatan, pena atau pensil dan papan pengamatan. b. Pengukuran waktu Pengukuran waktu merupakan pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan di atas.Pada awal pengukuran waktu dilakukan, perlu dilakukan
14
pengukuran
pendahuluan.Pengukuran
pendahuluan
ini
bertujuan
untuk
memperoleh data untuk menguji keseragaman data dan mengetahui jumlah minimum pengamatan yang harus dilakukan sebagai syarat kecukupan data. c. Menghitung waktu baku Bila semua persyaratan telah dipenuhi dan proses pengambilan data telah selesai, maka penghitungan waktu baku dapat dilakukan. Melibatkan waktu siklus, waktu baku juga melibatkan faktor penyesuaian dan kelonggaran dalam proses penghitungannya.
B. Manfaat Menurut
Muskamal
(2010),
dijelaskan
bahwa
dalam
melakukan
pengukuran beban kerja dapat memberikan beberapa manfaat kepada organisasi, yakni : a. Penataan/penyempurnaan struktur organisasi. b. Penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit. c. Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja. d. Sarana peningkatan kinerja kelembagaan. e. Penyususan standar beban kerja jabatan/kelembagaan, penyusunan daftar susunan pegawai atau bahan penetapan eselonisasi jabatan struktural. f.
Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai dengan beban kerja organisasi.
g. Program mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang kekurangan. h. Program promosi pegawai. i.
Reward and punishment terhadap unit atau pejabat
j.
Bahan penetapan kebijakan bagi pemimpin dalam rangka peningkatan pendayagunaan sumber daya manusia.
2.4.
Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia
yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik disebut juga “ manual operation” dimana performansi kerja sepenuhnya akan bergantung pada upaya
15
manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendali kerja. Disamping itu, kerja fisik juga dapat dikonotasikan kerja berat, kerja otot dan kerja kasar, karena aktifitas kerja fisik tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.Selama kerja fisik berlangsung, maka konsumsi energi merupakan faktor utama yang menjadi tolok ukur penentu berat/ringannya suatu pekerjaan.Secara garis besar, aktifitas manusia dapat dikelompokkan
menjadi
dua
aktifitas
yaitu
kerja
fisik
dan
kerja
mental.Pengelompokkan ini tentunya tidaklah dapat dilakukan secara sempurna, mengingat adanya hubungan yang erat antara aktifitas fisik satu dengan lainnya. Selanjutnya, setiap aktifitas fisik yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan fungsi faal paa alat-alat tubuh manusia (fisiologi) yang dapat diketahui dari berbagai indikator fungsi faal tersebut, diantaranya adalah : a. Konsumsi oksigen atau kebutuhan oksigen; b. Laju detak jantung; c. Peredaran darah atau ventilasi paru-paru; d. Temperatur tubuh; e. Tingkat penguapan melalui keringat dan lain lain. Tabel 2.3 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung Kategori Beban Kerja
Denyut Nadi (denyut/menit)
Ringan
75-100
Sedang
100-125
Berat
125-150
Sangat Berat
150-175
Sangat Berat Sekali
>175
Sumber: Christensen. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. ILO Geneva dalam Tarwaka, 2015 Lebih
lanjut
Christensen
dan
Grandjean
dalam
Tarwaka
(2015)
menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi.Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut nadi atau denyut jantung dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan.Kemudian Konz dalam Tarwaka (2015) mengemukakan bahwa denyut jantung atau denyut nadi
16
adalah suatu alat estimasi laju metabolism yang baik.Ketegori berat ringannya beban kerja didasarkan denyut jantung atau denyut nadi menurut Christensen dalan Tarwaka (2015) dapat dilihat pada tabel 2.3 di atas.
17
BAB III
STUDI KASUS
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Puri Asih memiliki 9 karyawan yang terdiri dari satu orang kepala ruangan, dan 8 perawat. Instalasi ini menerapkan 3 shift yang berbeda dalam satu hari selama 7 hari berturut-turut yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam. Shift pagi beroperasi selama 7 jam (07.00-14.00), shift siang 6 jam (14.00-20.00), dan shift malam beroperasi selama 11 jam (20.0007.00). Dalam jadwal yang telah diterapkan tersebut, shift malam menerima 3 jam tambahan dari jam kerja standar 8 jam, setiap minggu perawat mendapatkan jatah 2 shift malam secara berturut - turut dalam satu minggu tanpa mendapatkan upah lembur atau perlakuan khusus dari manajemen, dan hal ini menimbulkan keluhan yang dirasakan perawat. Penerapan distribusi jam kerja tersebut terlihat tidak efektif dan hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap standar internasional untuk pekerja shift malam bahwa durasi jam kerja malam tidak boleh melebihi 8 jam (Grandjean, 1985). Berdasarkan penelitian Kachalia dkk. (2007) yang meneliti 122 kasus malpraktek yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat dari 3 wilayah Amerika Serikat (Timur laut, Barat daya dan Barat), didapatkan bahwa penyebab terjadinya kasus tersebut adalah kesalahan diagnosa terhadap pasien. Beberapa contoh kesalahan diagnosa tersebut adalah kesalahan melakukan tes diagnostik secara tepat, kegagalan untuk melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan atau tes fisik yang secara benar, kesalahan interpretasi hasil tes diagnostik dan kesalahan memberikan
konsultasi
yang
tepat.
Sedangkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya berbagai kesalahan tersebut diantaranya adalah kegagalan dalam mempertahankan tingkat kewaspadaan (41%), beban kerja yang berlebihan (23%) dan kelelahan kerja (4%). Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan kepada para perawat IGD berupa kuesioner, didapatkan hasil yaitu 62.5 % perawat merasa terbebani secara fisik maupun mental dengan jadwal kerja yang diterapkan, bentuk dari beban mental dan fisik yang dirasakan seperti mudah lelah, berkurangnya konsentrasi dan tekanansaat melakukan penanganan yang bersifat
18
spontan, 62.5 % merasakan keluhan gangguan pola tidur selama jadwal kerja diterapkan, dan 75 % merasakan keluhan terhadap kesehatan seperti nyeri pada sendi dan punggung, sakit kepala, sakit perutdan anemia, keluhan ini terjadi terutama setelah bekerja pada shift malam. Selain pengambilan data pendahuluan dari perawat pelaksana, dilakukan juga wawancara dengan kepala perawat IGD RSU Puri Asih dan didapatkan bahwa kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi di IGD disebabkan oleh kurang konsentrasi, kelelahan, dan mengantuk saat bertugas, kemudian dilakukan wawancara juga mengenai keluhan yang sering dirasakan oleh perawat pelaksana, hasilnya menunjukkan bahwa perawat mengeluhkan kurangnya perhatian dari manajemen rumah sakit. Bentuk keluhan tersebut adalah jumlah perawat yang kurang, sehingga sering merasa kewalahan ketika banyak pasien yang datang pada saat yang bersamaan yang mengakibatkan beban kerja mental yang lebih tinggi, selain itu perawat merasakan kurangnya fasilitas yang menunjang kenyamanan bekerja, seperti tidakadanya area untuk beristirahat dan tidak adanya suplemen tambahan (makanan/minuman) saat bekerja pada shift malam karena bekerja dengan durasi yang lebih lama (11 jam). Hal-hal yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan resiko terjadinya kesalahan penanganan pasien IGD akibat penurunan tingkat kewaspadaan adalah keluhan beban kerja mental tinggi, mudah lelah dan rasa kantuk yang mengganggu.
19
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Kapasitas kerja Kapasitas kerja mengacu pada kemampuan yang umum badan sebagai
mesin untuk menghasilkan pekerjaan dari intensitas dan jangka waktu yang berbeda yang menggunakan sistem energi yang sesuai badan (Siff, 2003). Berdasarkan kasus di IGD RSU Puri Asih dapat diketahui jika karyawan (perawat) sering mengeluh kelelahan akibat jumlah karyawan yang ada dengan jumlah pasien yang datang tidaklah seimbang, dan diikuti dengan pembagian shift dimana pada shift malam yang melebihi standar 8 jam yaitu 11 jam tidak terhitung sebagai lembur, sehingga tidak mendapat upah lembur. Hal inilah yang menjadi keluhan karyawan, sehingga karyawan tidak bekerja secara efisien dan sering merasakan kelelahan atau gangguan sakit lainnya karena sistem energi yang tidak sesuai badan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di area kerja IGD,jika pasien yang datang dalam jumlah yang banyak, dalam satu waktu seorang perawat dapat menangani hingga pasien secara sekaligus, dan hal tersebutjuga menyebabkan adanya antrian dengan rata-ratamencapai 2-3 orang pasien yang menunggu untukditangani, padahal masih terdapat 2 ruanganpenanganan yang tidak terpakai yang seharusnyabisa dimaksimalkan penggunaannya. A. Kapasitas kerja dapat dinilai dari kelelahan Kelelahan ditandai dengan adanya kehilangan efisiensi, penurunan kapasitas kerja, dan ketahanan tubuh. Berdasarkan jenis kelelahan, kasus ini termasuk dalam jenis kelelahan umum yaitu ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi. Pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Dalam kasus ini, beban kerja mental berpengaruh terhadap tingkat kewaspadaan pada ketiga shift dikarenakan jumlah pasien yang datang sangat
20
bervariasi dan hampir tidak bisa diperkirakan, pasien yang datang juga dapat bervariasi dari tingkat penanganganannya, mulai dari yang ringan hingga parah, keadaan yang bervariasi tersebut menyebabkan beban kerja mental yang tinggi, dimana perawat harus menganalisa dan memberikan diagnosa awal keadaan pasien terlebih dahulu sebelum ditangani oleh dokter. B. Faktor penyebab kelelahan Blachowicz,
dkk.
(2006)
yang
mengungkapkan
bahwa
beberapa
konsekuensi dari kelelahan kerja yang berlebihan adalah, berkurangnya fungsi memori, melambatnya pengolahan informasi, mudah marah, terganggunya proses pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam otak, penyimpangan dalam perhatian terhadap detail, konsentrasi dan kemampuan pengambilan keputusan menurun, dan motivasi berkurang. Terbuktinya ketiga hipotesis tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi pada perawat IGD RSU Puri Asih yang merasakan bahwa kelelahan kerja merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pekerjaan. Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima faktor penyebab kelelahan dan tiga diantaranya menjadi faktor penyebab kelelahan pada kasus di IGD RSU Puri Asih, yaitu: a. Beban kerja dan lama kerja baik fisik maupun mental Faktor yang memungkinkan menjadi penyebab kelelahan kerja yang tinggi tersebut antara lain adalah jumlah perawat yang kurang memadai untuk menangani pasien yang datang, dan pada shift malam menerima 3 jam tambahan dari jam kerja standard 8 jam, setiap minggu perawat mendapatkan jatah 2 shift malam secara berturut - turut dalam satu minggu tanpa mendapatkan upah lembur atau perlakuan khusus dari manajemen seperti tidak adanya area untuk beristirahat dan tidak adanya suplemen tambahan (makanan/minuman). b. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik Hal ini dapat terjadi saat jumlah perawat yang ada tidak sesuai dengan banyaknya pasien yang datang, sedangkan perawat memiliki tanggung jawab untuk menganalisa dan memberikan diagnosa awal keadaan pasien terlebih dahulu sebelum ditangani oleh dokter.
21
c. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan kepada para perawat IGD berupa kuesioner, didapatkan hasil yaitu 75 % merasakan keluhan terhadap kesehatan seperti nyeri pada sendi dan punggung, sakit kepala, sakit perut dan anemia, keluhan ini terjadi terutama setelah bekerja pada shift malam dan tidak adanya suplemen tambahan (makanan/minuman) saat bekerja pada shift malam karena bekerja dengan durasi yang lebih lama (11 jam). 4.2
Keluhan Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan hingga sampai sakit. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan kepada para perawat IGD berupa kuesioner, didapatkan hasil yaitu 75 % merasakan keluhan terhadap kesehatan seperti nyeri pada sendi dan punggung. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab yaitu: 1. Sikap tubuh yang tidak ergonomis ketika duduk, berdiri dan beraktivitas; 2. Menggunakan tehnik pengangkatan yang salah; Hal ini dapat terjadi ketika perawat mengangkat atau memindahkan pasien dengan tehnik pengangkatan yang salah sehingga dapat menyebabkan nyeri pada sendi dan punggung.
3. Tekanan kerja Hal ini dapat terjadi karena bekerja pada shift malam dengan durasi yang lebih lama (11 jam). 4.3
Beban kerja Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 bahwa
beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpamembahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
22
Dalam kasus ini beban kerja terjadi karena jumlah perawat yang kurang memadai untuk menangani pasien yang datang sedangkan jumlah pasien yang datang sangat bervariasi dan hampir tidak bisa diperkirakan, pasien yang datang juga dapat bervariasi dari tingkat penanganganannya, mulai dari yang ringan hingga parah. Disisi lain jam kerja yang diterapkan berbeda-beda yaitu dibagi menjadi 3 shift, shift pagi beroperasi selama 7 jam (07.00-14.00), shift siang 6 jam (14.00-20.00), dan shift malam beroperasi selama 11 jam (20.00-07.00). A. Jenis beban kerja Menurut Munandar (2001) dalam Suryaningrum (2015) beban kerja terdiri atas: 1. Beban Kerja Kuantitatif Tugas seorang perawat harus melakukan observasi secara ketat kepada pasien dalam jam kerjanya. 2. Beban Kerja Kualitatif Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan, misalnya tuntutan dari pimpinan yang mengharuskan perawat memberikan kualitas pelayanan yang bagus, tuntutan keluarga pasien akan kesembuhan pasien tersebut, tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan diagnosa awal keadaan pasien dan asuhan keperawatan pasien yang kritis.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja Menurut Gibson (2009) ada banyak faktor yang mempengaruhi beban kerja, dari hasil analisis studi kasus beberapa diantaranya yaitu: 1. Time pressure (tekanan waktu) Secara umum dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi, namun desakan waktu juga dapat menjadi beban kerja berlebihan kuantitatif ketika hal ini mengakibatkan munculnya banyak kesalahan atau kondisi kesehatan seseorang berkurang. Dimana hal ini telah dibuktikan berdasarkan hasil wawancara jika jumlah perawat yang ada tidak sesuai atau mengalami kekurangan tenaga kerja
23
jika dibanding dengan banyaknya pasien. Sehingga hal ini menyebabkan perawat kurang konsentrasi, kelelahan, dan mengantuk saat bertugas. 2. Jadwal kerja atau jam kerja Jumlah waktu untuk melakukan kerja berkontribusi terhadap pengalaman akan tuntutan kerja yang merupakan salah satu faktor penyebab stres di lingkungan kerja. Hal ini berhubungan dengan penyesuaian waktu antara pekerjaan dan keluarga terutama jika pasangan suami-istri sama-sama bekerja. Jadwal kerja strandart adalah 8 jam sehari selama seminggu. Untuk jadwal kerja ada tiga tipe, yaitu: night shift, long shift, flexible work schedule. Dari ketiga tipe jadwal kerja tersebut, long shift dan night shift dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh seseorang. Dalam kasus ini yang menjadi pengaruh besar yaitu diterapkannya shift malam menerima 3 jam tambahan dari jam kerja standard 8 jam, setiap minggu perawat mendapatkan jatah 2 shift malam secara berturut - turut dalam satu minggu. 3. Tanggung jawab Setiap jenis tanggung jawab (responsibility) dapat merupakan beban kerja bagi sebagian orang. Dalam kasus ini perawat memiliki tanggung jawab untuk menganalisa dan memberikan diagnosa awal keadaan pasien terlebih dahulu sebelum ditangani oleh dokter. Hal ini menjadi tanggung jawab besar bagi perawat karena jika adanya kesalahan diagnosa awal dan ada ketidaksesuaian diagnosa dengan yang diberikan dokter maka akan menjadi konflik dan beban tersendiri bagi perawat tersebut.
4.4 Dampak beban kerja yang terlalu berlebihan Beban kerja juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi karyawan, dampak negatif tersebut dapat berupa : a. Kualitas kerja menurun Beban kerja yang terlalu berat tidak diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja, kelebihan beban kerja akan mengakibatkan menurunnya kualitas kerja akibat dari kelelahan fisik dan turunnya konsentrasi, pengawasan diri, akurasi kerja sehingga kerja tidak sesuai dengan standar.
24
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala perawat IGD RSU Puri Asih dan didapatkan bahwa kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi di IGD disebabkan oleh kurang konsentrasi, kelelahan, dan mengantuk saat bertugas. b. Keluhan pelanggan Keluhan pelanggan timbul karena hasil kerja yaitu karena pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Seperti harus menunggu lama, hasil layanan yang tidak memuaskan. c. Kenaikan tingkat absensi Beban kerja yang terlalu banyak biasanya juga mengakibatkan pegawai terlalu lelah atau sakit. Hal ini berakibat buruk bagi kelancaran kerja organisasi karena tingkat absensi terlalu tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
25
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Kapasitas kerja dan beban kerja merupakan komponen utama dalam
sistem
kesehatan
kerja.
Dimana
hubungan
interaktif
dan
serasi
antara
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja mengacu pada kemampuan yang umum badan sebagai mesin untuk menghasilkan pekerjaan dari intensitas dan jangka waktu yang berbeda yang menggunakan sistem energi yang sesuai badan. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Sedangkan beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh s uatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpamembahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya. Untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
5.2
Saran Dari studi kasus diata, kelompok mencoba meberikan saran, antara lain : 1. Hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan masyarakat harus lebih memperhatikan tentang kapasitas dan beban kerja. Sehingga tercipta kesehatan kerja serta produktivitas kerja akan lebih efisien. 2. Bagi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Puri Asih, Salatiga: a. Untuk mengurangi resiko terjadinya penurunan tingkat kewaspadaan perawat IGD RSU Puri Asih Salatiga pada setiap shift-nya adalah dengan menambah jumlah perawat hingga mencapai kebutuhan ideal agar beban kerja mental yang dirasakan para perawat dapat menjadi lebih seimbang. b. Melakukan perbaikan sistem jadwal kerja agar setiap perawat terhindar dari rasa lelah akibat kurang adanya waktu istirahat setelah bekerja hingga saat bekerja lagi dan menimbulkan kesadaran dari para perawat menngenai kesehatan diri sendiri.
26
c. Menyediakan fasilitas beristirahat yang memadai untuk memulihkan keadaan
dan
menanggulangi
rasa
kantuk
serta
saran
akan
mengkonsumsi nutrisi yang baik dan olah raga ringan untuk meingkatkan kesehatan termasuk pengurangan tingkat stress, kualitas tidur yang lebih baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adil
Kurnia,
2010,
Workshop
Workload
Analysis
Beban
Kerja
http://id.shvoong.com/socialsciences/economics/1991558bebankerja/#ixzz 1IW4ZOr. Diakses pada 25 Novermber 2018 pukul 18.00 Andrianto, Rendy Akhmad. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya. Jurnal
Ilmiah.
Universitas
Brawijaya.
Dalam
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/1037/951. Diunduh pada 21 Juli pukul 23.44 WIB. Dhania, Dhini R. 2010. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Medical Representatif di Kota Kudus). IAIN: Skripsi tidak dipublikasikan. Gibson, Ivancevich Donelly. 2009. Organisasi. Jakarta: Erlangga. Grandjean E. 2000. Fitting The Task To The Human. A Textbook of Occupational Ergonomics, Fifth Edition, Taylor & Francis Inc., Philadelphia. Kepmenpan.(2004). Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004
tentang
Pedoman
Perhitungan
Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. Manuaba, A., 1998, Bunga Rampai Ergonomi Volume 1, Kumpulan Artikel, Universitas Udayana, Denpasar. Munandar, A.S. (2001). Stress dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas Indonesia. Muskamal, 2010.Analisis Beban Kerja Organisasi Pemerintah Daerah. PKP2A II. LAN Makassar. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Kedua. Surabaya: GunaWidya. Permendagri No. 12 tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja. Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV. SagungSeto.
28