Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Bendung
Bendungan
berkepala rendah (lowhead dam)
berkepala tinggi (highhead dam)
untuk menaikkan muka air
menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi
biasanya terdapat di sungai
biasanya terdapat di waduk, danau, setu
untuk irigasi; sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa
untuk mengalirkan air ke sebuah PLTA
BENDUNGAN BILI-BILI • •
•
• • • •
merupakan bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa, sekitar 30 kilometer ke arah Timur Kota Makasar diresmikan pada tahun 1999 bendungan dengan waduk 40.428 ha ini dibangun dengan dana pinjmanan luar negeri sebesar Rp. 780 miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency ( JICA) bendungan Bili-bili menjadi sumber air baku bagi Perusahaan daerah Aliran Minum ( PDAM) Gowa dan Makassar bermanfaat sebagai pengendali banjir Sungai Jeneberang dari debit 2.200 M3/detik menjadi 1.200 M3/ detik berfungsi sebagai PLTA dengan kapasitas 7 MW bila musim hujan, lumpur eks longsor di kaki Gunung Bawakaraeng mengalir masuk ke waduk Bili-bili hingga airnya menjadi keruh. Jika tingkat kekeruhan tidak mampu lagi dijernihkan Instalasi Penjernihan Air (IPA) PDAM Gowa dan Makassar, maka sebagian warga Makassar dan Sungguminasa Gowa tidak bisa mendapatkan air bersih dari PDAM.
BENDUNGAN BILI-BILI •
•
•
Konstruksi Bili-bili didesain oleh Sumitomo Corporation Jepang dengan bahan material beton bertulank ST60 dengan komposisi titanium, karbon steel S45 dengan ketebalan 10 meter. Dibawahnya coran argon NDT dengan tulang carbida coating TIALN HRC 60 (anti gempa, anti maling) Dengan ketahanan 70 tahun. Namun, karena kekurangan anggaran, bili-bili tidak dicor beton, hanya batu gunung, pasir, dan sirtu yang berpadu dengan bahan-bahan diatas. Meskipun demikian bendungan ini berdiri dengan kokohnya. Pembangunan bendungan ini menenggelamkan 4 (empat) kampung, yaitu Kampung Bonto Parang, Lanna, Pattalikang, dan Manuju serta merendam sekira 2.000 hektar sawah. Penduduk yang berada di keempat wilayah tersebut terpaksa direlokasi ke daerah Mamuju. Namun ganti rugi tanah masih bermasalah hingga kini.
INFORMASI INFRASTRUKTUR
Propinsi : Sulawesi Selatan Sektor : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tahun Mulai : 1988 Tahun Selesai : 1995 Tipe : Urugan batu dengan inti tanah Tinggi Diatas Dasar Sungai : 56 m Tinggi Diatas Galian : 73 m Panjang Puncak : 1808 m Lebar Puncak : 10 m Volume Tubuh Bendungan : 5290000 m Biaya : Rp 780.000.000.000, Konsultan : CTI Engineering Co. Ltd, PT. Indah Karya, PT. Exza International Kontraktor : Hazana, PT. Brantas Abipraya Manfaat : Irigasi, PLTA Lokasi : Kab.Gowa
TOPOGRAFI BENDUNGAN BILI-BILI
BENDUNGAN BILI-BILI •
• •
Berdasarkan konstruksinya, bendungan Bili-Bili ini digolongkan kedalam bendungan urugan, yaitu bendungan yang dibuat dengan urugan batu, tanah, atau campuran. Bertipe: Bendungan urugan batu (Rock-Fill Dams) Bendungan tipe urugan/timbunan ini relatif mudah dan murah untuk dikerjakan. Material timbunan mudah di dapat di sekitar lokasi pembangunan bendungan.
bendungan yang tersusun dari bongkahan-bongkahan batu yang saling mengunci dengan inti yang kedap air. Inti dari bendungan ini dapat berupa tanah kedap air yang memiliki koefisien rembesan (k) yang kecil. Ada 3 bagian utama dari rock-fill dams ini, yaitu : urugan batu utama, inti kedap air, dan bagian pendukung lainnya seperti instrumentasi bendungan. Inti kedap air fungsinya untuk menahan laju rembesan yang terjadi pada tubuh bendungan. Material isian untuk inti ini biasa terdiri dari jenis tanah clay/silty clay/clayey silt yang memiliki koefisien rembesan (k) yang relative kecil. Terdapat beberapa ketentuan material yang harus dipenuhi dalam pembangunan sebuah bendungan, diantaranya yaitu kepadatan inti (core) dari bendungan harus ≥ 90% (dry ≥ 90%). Kriteria teknis lainnya yang harus dipenuhi untuk sebuah bendungan tipe urugan adalah Safety Factor (SF). Penurunan / settlement pun dibatasi sebesar 1-2% dari tinggi bendungan.
Untuk memenuhi kriteria keamanan desain bendungan, maka proses desain, konstruksi, dan modifikasi dari timbunan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut : 1.
Badan bendungan, fondasi, dan abutmen bendungan harus stabil terhadap berbagai konfigurasi beban statis maupun dinamis
2.
Gaya seepage yang terjadi di bawah pondasi, abutmen, dan timbunan harus dikontrol untuk memastikan keamanan saat operasi bendungan. Tujuan dari pengontrolan ini adalah untuk mencegah uplift force yang berlebih, piping, dan erosi terhadap inti bendungan.
3.
Freeboard yang tersedia harus mampu mencegah overtopping air melewati bendungan termasuk settlement dari pondasi dan timbunan.
4.
Spillway dan kapasitas outlet harus mampu mencegah overtopping air yang mungkin terjadi melewati timbunan bendungan.
ILUSTRASI KONSTRUKSI BENDUNGAN BILI-BILI
SPILLWAY BENDUNGAN BILI-BILI untuk mengendalikan tinggi air saat terjadinya banjir, dimana pengendalian spillway ini yakni dengan mengatur kedudukan pintunya agar kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil. Selain itu Spillway juga berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke dalam waduk dengan cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air spillway. Spillway pada bendungan BiliBiliini berjumlah 2 buah
TRASHBOOM BENDUNGAN BILI-BILI
Konstruksi yang berfungsi untuk pengambilan sampah di waduk Bili-Bili dengan cara disaring dengan mengunakan trashboom dan tresrek (jaringjaring pada besi). Sampah-sampah yang masuk ke dalam waduk walaupun sudah ditangani oleh cek dam namun masih terlihat kerena melalui hujan angin dan lain sebagainya, maka melalui trasbom ini dapat disaring dan dibersihkan kembali sampah-sampah yang ada di dalam waduk Trasboom juga digunakan untuk menahan sedimen melayang agar tidak bisa masuk ke Intake maupun ke Pintu air spilway.
AUTOMATIC WATER LEVEL RECORDER
AWLR adalah alat untuk mengukur tinggi muka air pada sungai, danau, ataupun aliran irigrasi. AWLR merupakan alat pengganti sistem pengukuran tinggi air konvensional dimana perekaman data masih dilakukan secara manual sehingga sistem pengukuran dan penyimpanan data tidak tepat dan akurat.
banyak digunakan pada pengukuran parameter dalam kegiatan hidrologi pada daerah aliran sungai, pembuatan sumur pantau, pertambangan dan lain-lain. Dengan AWLR kita dapat melakukan berbagai aplikasi di bidang hidrologi seperti dapat mengetahui kondisi suatu DAS. Alat ini juga dapat berfungsi sebagai sistem peringatan dini terhadap banjir pada suatu Daerah Aliran Sungai.
SURFACE POINT BENDUNGAN BILI-BILI
Adalah bangunan air yang berfungsi untuk mengetahui pergeseran kedudukan air. Surface Point berbentuk semacam patok sebagai titik acuan. Kedudukan surface point tidak boleh berubah sebab titik survey tiap tahunnya dibuat sama agar dapat membandingkan dan memperkirakan kedudukan air yang diperlukan.
Besar kemungkinan suatu bendungan urugan, baik urugan tanah atau urugan batuan seperti bendungan Bili-Bili ini akan mengalami kegagalan, diantaranya: 1. overtopping 2. slope failure 3. sliding 4. erosi internal 5. erosi permukaan