Kekuatan Medan Ligan Bundelan FixDeskripsi lengkap
Kekuatan Medan Ligan Bundelan Fix
Deskripsi lengkap
Full description
AmoniaFull description
Full description
Proses Industri Kimia 1, Sintesis AmoniaDeskripsi lengkap
Full description
Deskripsi lengkap
.
Full description
Full description
Deskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
Unit AmoniaFull description
KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS Ni(II) DAN Cu(II)
I.
MAKSUD PERCOBAAN
Mempelajari perbedaan kekuatan kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air. II.
DASAR TEORI
Jika kristal Ni(NO dilarutkan dalam air maka zat tersebut terionisasi ( . Molekul air yang terkoordinasi menghasilkan ion kompleks ( (disebut ligan) dalam kesetimbangan dinamik dengan molekul air yang tidak terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan yang dapat terikat lebih kuat. Sebagai contoh penukaran oleh .
Dengan adanya kelebihan dalam penukaran ini akan menghasilkan ion kompleks ( . Perubahan warna larutan kompleks ( dari hijau ke biru menunjukkan adanya adanya perubahan kimia. (Kimia Anorganik II, Tim. 2011) Ion unsur transisi dapat mengikat ion-ion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi yang membentuk ion kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion (atom pusat) dengan ion lain (ligan) membentuk ion baru atau gabungan ion dengan molekul netral membentuk ion baru. Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka ada 2 macam ion kompleks : 1.
Ion kompleks positif Terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan dengan aligan yang merupakan molekul netral seperti atau sehingga ion kompleks yang terbentuk bermuatan positif.
2.
Ion kompleks negatif Terbentuk apabila ion atom pusat berikatan dengan ligan yang merupakan ion negatif. (Sukarti. 1989)
Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron pada orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama dengan harga . Makin kecil energi yang diperlukan pada eksitasi tersebut seperti telah diketahui energi cahaya bergantung pada λnya. Yaitu makin pendek λ makin tinggi energinya. Cahaya tampak terdiri dari cahaya radiasi dengan λ yaitu 400-700 nm. Suatu larutan/zat padat memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen sinar tampak. Makin kecil λ cahaya yang diserap (makin besar energinya) makin besar harga atau makin kuat ikatan antara ion pusat dan ligan. Urutan kekuatan ligan sebagai berikut :
< < < < < (Vogel. 1990) Ditinjau dari muatan ligannnya, maka ion logam dengan muatan yang lebih besar akan menghasilkan harga yang lebih besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan elektron yang terdapat dalam ligan. Ukuran dari muatan logamnya mempengaruhi harga misalnya harga untuk ( lebih besar daripada harga untuk ( makin besar ukuran ion maka makin besar harga . (Syarifelin, Nuraini. 1990)
Pelarutan Cu, , , dalam asam menghasilkan ion warna hijau kebiruan ditulis ( . 2 dari molekul-molekul berada lebih jauh daripada 4 lainnya :
( (
( (
( (
+
( (
( (
+
( (
( (
+
( ( (Cotton & Wilkinson. 1989)
III. ALAT DAN BAHAN a) Alat yang digunakan 1. Labu ukur 10 ml 2. Pipet ukur 5 ml 3. Pipet tetes 4. Gelas beker 50 ml 5. Gelas beker 100 ml 6. Gelas ukur 10 ml 7. Spektrofotometer
: 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 set
b) Bahan yang digunakan 1. pekat 2. Akuades 3. Larutan Ni(NO3)2 4. Larutan CuSO4 0.1M
A. Kompleks 1. Menyiapkan 2 buah gelas beker ukuran 50 ml.
2. Gelas beker 1 dituangi dengan 10 ml larutan induk 0.1M. ion dalam larutan ini sebagai (. 3. Gelas beker 2 dituangi dengan 10 ml larutan induk 0.1M, 2 ml NH4OH pekat dan 7 ml akuades. Diamati perubahan warna yang terjadi. 4. Mengamati serapan kedua larutan tersebut dengan spektrofotometer yang dapat mengabsorbsi panjang gelombang antara 300-900 nm. B. Kompleks 1. Menyiapkan 2 buah gelas beker ukuran 50 ml. 2. Gelas beker 1 dituangi dengan 10 ml larutan induk 0.1M. ion dalam larutan ini sebagai ( . 3. Gelas beker dituangi 10 ml larutan induk 0.1M dan 2 ml NH4OH pekat. 4. Mengamati serapan larutan tersebut menggunakan spektrofotometer dengan akuades sebagai blankonya pada 660-850 nm. V.
B. Pembahasan Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan amonia dan air. Ligan merupakan molekul terkoordinasi dengan ion pusat masingmasing. Semakin kuat ligan, maka semakin besar energi transisinya. Dilihat secara teori, kekuatan ligan lebih kuat dari sehingga λ kompleks akibat pengaruh ligan lebih pendek. Hal ini akan membuktikan bahwa akan menghasilkan energi transisi (∆E) yang besar. Langkah awal adalah mempersiapkan 2 larutan yaitu ( dan ( serta larutan ( dan ( . Ligan akan memberikan harga E yang
lebih besar daripada . Perbedaan energi tersebut menyebabkan masing-masing transisi akan dinaikkan dan akan mengalami pergeseran ketiga absorbsi nikel ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini sesuai rumus : ∆E = h
Larutan ( disiapkan dengan mengambil 10 ml larutan 0.1M dan diencerkan ke dalam labu ukur 10 ml. Sedangkan larutan ( dibuat dengan cara mengambil 10 ml 0.1M dan ditambah 2 ml pekat dan diencerkan dalam labu ukur 10 ml. Perubahan warna yang terjadi adalah dari bening menjadi biru. Sedangkan ( berwarna hijau muda. Larutan ( dan ( dibuat dengan cara yang sama seperti pembuatan Ni diatas. Perubahan warna ( berubah warna menjadi biru muda. Sedangkan ( berwarna biru tua. Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang gelombang dan absorbansi untuk masing-masing larutan yang telah dibuat menggunakan spektrofotometer UV-VIS. 1) Pengukuran λ dan Absorbansi dari ( dan ( . Dari hasil percobaan didapatkan pada spektra ( didapatkan 1 puncak yaitu pada λ : 800 nm dengan absorbansi : 0.88. sedangkan untuk senyawa kompleks ( didapatkan 1 puncak pada λ : 607.5 nm dengan absorbansi 0.9774. Dari hasil ini didapatkan λmax ( leboih besar daripada ( . Karena energi berbanding terbalik dengan λ, maka energi ( lebih besar dari ( . Dari hasil percobaan diperoleh harga E untuk ( sebesar j dan E untuk ( adalah sebesar j. Dapat disimpulkan bahwa kuat medan ligan > . Hal ini sesuai dengan teori. 2) Pengukuran λmax dan Absorbansi dari ( dan ( . Dari hasil percobaan untuk masing-masing senyawa kompleks baik ( atau ( terdapat 3 puncak. Untuk kompleks ( masing-masing puncak
yaitu pada λ 725 nm dengan Abs 0.0106 ; pada λ 461 nm dengan Abs -0.0492 dan pada λ 392 nm dengan Abs -0.0193. Dari perhitungan didapatkan hasil E pada λ m725 nm sebesar j. E pada λ 461 nm sebesar j. Dan E pada λ 392 nm sebesar j. Sedangkan untuk kompleks ( terdapat 3 puncak yaitu pada λ 584.0 nm dengan Abs 0.3123 dan E sebesar j. Pada λ 364.5 nm dengan Abs 0.4719 dan E sebesar j dan juga pada λ 299.0 nm dengan Abs 0.7871 dan E sebesar j. Dari perhitungan didapatkan bahwa kuat medan ligan > . Hal ini sesuai dengan teori bahwa kuat medan lebih besar daripada . Pada percobaan mungkin terdapat kesalahn. Hal ini terutama disebabkan oleh alat spektrofotometer yang sudah agak rusak. Sehingga dalam pengukuran tidak muncul spektra. VI. KESIMPULAN
1. Medan ligan lebih kuat daripada medan ligan karena senyawa kompleks yang mengandung energinya lebih besar daripada senyawa kompleks yang mengandung sehingga λ pada lebih pendek daripada . 2. Dari hasil percobaan a. ( = λ1 = 725 nm ; A = 0.0106 ; E = j = λ2 = 461 nm ; A = 0.0492 ; E = j = λ3 = 392 nm ; A = 0.0193 ; E = j b. ( = λ1 = 584.0 nm ; A = 0.3123 ; E = j = λ2 = 364.5 nm ; A = 0.4719 ; E = j = λ3 = 299.0 nm ; A = 0.7871 ; E = j c. ( = λ = 607.5 nm ; A = 0.9774 ; E = j d. ( = λ = 800 nm ; A = 0.88 ; E = j VII. DAFTAR PUSTAKA
Cotton & Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press. Syarifudin, Nuraini. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta : UGM Press. Sukarti. 1989. Kimia 3. Klaten : PT. Intan Pariwara. Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : PT. Kalman Media. Kimia Anorganik II, Tim. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik II. Surakarta : FMIPA UNS.