I.
IDENTIFIKASI
A. Iden Identit titas as pasi pasien en N am a
: Munfaris Syafaat
Tempat da dan ta tanggal lahir
: Ja Jakarta, 18 18 Oktober 2004
U mu r
: 4 tahun 11bulan
Jenis kelamin
: Lelaki
Agama
: Islam
Alamat
: Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05
Masuk RSUD Koja
: 5 Oktober 2009
Hubu Hubung ngan an deng dengan an oran orang g tua tua
: Anak Anak kand kandun ung g
B. Iden Identit titas as oran orang g tua tua Ayah N am a
: Sutardi
U mu r
: 41 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Penghasilan
:-
Suku bangsa
: Jawa
Ibu N am a
I.
: Nining
U mu r
: 34 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Jln Marundu, Sarang bangau, RT 07, RW 05
Pekerjaan
: Karyawan
Penghasilan
: Rp 3.000.000
Suku bangsa
: Jawa
ANAMNESIS
1
Alloanamnesa dengan ibu kandung pasien tanggal 5 Oktober 2009, pada pukul 14.00 WIB.
Keluhan utama: Kejang seluruh tubuh sebanyak 1 kali, 5 jam SMRS.
Keluhan tambahan: Demam 1 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke IGD RSUD Koja dengan keluhan kejang 5 jam SMRS yang didahului dengan dengan demam. demam. Menuru Menurutt pengak pengakuan uan ibu pasien, pasien, kejang kejang ini merupa merupakan kan kejang kejang yang yang pertama kali. Kejang terjadi sebanyak 1 kali pada jam 14.00 WIB dan berdurasi selama 20 menit. Saat kejang seluruh tubuh pasien kaku dan kedua mata pasien mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan busa. Setelah kejang, pasien sadar, langsung menangis dan mengalami keringat dingin. 1 hari SMRS, Ibu pasien menyatakan sebelum kejang pasien mengalami demam. Demam terjadi pada waktu pagi, timbul tidak mendadak, tidak terlalu tinggi dan terusmenerus sepanjang hari. 3 hari SMRS ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak berdahak dan setelah setelah diberi diberi pengobatan pengobatan batuk mereda. mereda. Pasien menyangkal menyangkal mengalami mengalami mual atau muntah.
Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit
Umur
Penyakit
U mu r
Penyakit
Umur
Alergi
-
Difteri
-
Jantung
-
Cacingan
-
D ia re
2
Ginjal
-
dan
4
tahun Demam
-
Kejang
-
D a ra h
-
-
Kecelakaan
-
Radang paru
-
Otitis
-
Morbili
3 tahun
Tuberculosis
-
Parotitis
-
Operasi
Lainnya
Radang
berdarah Demam tifoid
tenggorokan
2
Pasien tidak tidak pernah mengalami mengalami kejang sebelumny sebelumnya. a. Pada usia 2 dan 4 tahun, tahun, pasien pernah dirawat inap di rumah sakit dengan diare. Pada usia 3 tahun, pasien pernah terserang morbili. 1 bulan yang lalu, pasien pernah mengalami radang di tenggorok.
Riwayat Riwaya t penyak it keluarga: kelu arga: Kedua Kedua orang orang tua pasien pasien tidak tidak mempun mempunyai yai riwaya riwayatt kejang kejang demam demam pada pada masa masa kanakkanakkanaknya kanaknya dan tidak mempunyai mempunyai riwayat batuk-bat batuk-batuk uk lama
Pasien mempunya mempunyaii kakak
perempuan berumur 12 tahun yang memiliki riwayat kejang demam. Kejang terjadi pada waktu kakak kakak pasien berumur berumur 4 tahun, terjadi sebanyak sebanyak 1kali dan berdurasi berdurasi selama selama 10 menit.. Kejang tidak diawali dengan aura dan setelah kejang, kakak pasien sadar dan langsung menangis.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
Tidak ditemukan kelainan
Perawatan antenanal
Setiap bulan periksa ke bidan
Tempat kelahiran
Rumah bersalin
Penolong persalinan
Bidan dan didampingi dokter
Cara persalinan
Spontan
Masa gestasi
9 bulan 7 hari
Keadaan bayi
Berat lahir: 3700 gram Panjang badan: 51 cm Langsung menangis
Kesan: riwayat kehamilan dan persalinan baik.
Riwaya Riw ayatt pertumbuha tumb uhan n dan perkem per kembang bangan an Pertumbuhan gigi
: umur 7 bulan
(Normal: 5-9 bulan)
: umur 4 bulan
(Normal: 3-4 bulan)
Psikomotor Tengkurap Duduk
: umur 6 bulan
(Normal: 6 bulan)
Berdiri
: umur 9 bulan
(Normal: 9-12 bulan)
Berjalan B i c a ra
: umur 1 tahun : umur 9 bulan
(Normal: 13 bulan) (Normal: 9-12 bulan)
Kesan:
3
Baik, tidak ada keterlambatan psikomotor.
Riwayat makanan
Umur
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
(bulan) 0-2
✔
2-4
✔
4-6
✔
6-8
✔
✔
✔
8-10
✔
✔
✔
✔
10-12
✔
✔
✔
✔
Umur di atas 1 tahun
Jenis makanan Nasi/ pengganti
Frekuensi dan jumlah 3-4 x sehari, 1 centong nasi/kali
Sayur
3 x sehari, 1 mangkuk/kali
Daging
1 x sebulan, 1 potong/kali
Telur
1 x sehari, 1 butir/kali
Ikan
6 x seminggu, 1 potong/kali
Tahu
6 x seminggu, 1 potong/kali
T emp e
6 x seminggu, 1 potong/kali
Susu (merek, takaran)
Susu Dancow/ Bendera, 2 x sehari, 1 botol susu 500 ml
Lain-lain
Ayam 2 x seminggu, 1 potong/kali
Kesan: Pola makan pasien baik dan kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin terpenuhi dengan baik.
4
Riwayat imunisasi
Vaksin
Umur
BCG
2 bulan
DPT/DT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
18 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
Campak
9 bulan
Hepatitis B
0 bulan
1 bulan
6 bulan
MMR
15 bulan
18 bulan
TIPA
Kesan: Riwayat imunisasi pasien baik. Ibu pasien menyatakan lupa tanggal dilakukan setiap imunisasi.
Riwayat keluarga
Susunan keluarga: pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
Ayah N am a
Ibu Sutardi
Nining
Perkahwinan ke
Pertama
Pertama
Umur saat menikah
24
17
Pendidikan terakhir
SMA
SMP
Agama
Islam
Islam
Suku bangsa
Sunda
Sunda
Keadaan ksehatan
Baik
Baik
Riwayat perumahan dan sanitasi Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak perempuan pasien. Rumah kontrakan di kawasan padat penduduk, berukuran 7m x 7m dengan 5 jendela. Terdapat penerangan listrik dan sumber air berasal dari sumur. Sinar matahari banyak masuk ke dalam rumah
5
karena karena ventilasi baik. baik. Tempat Tempat tinggal jauh dari tempat pembuangan pembuangan sampah sampah dan jalan raya. Lingkungan rumah cukup bersih.
Kesan: keadaan lingkungan tempat tinggal pasien baik. I.
PEME PEMER RIKSA IKSAAN AN FISI FISIK K
Dilakukan pertama kali pada tanggal 5 Oktober 2009.
Keadaan Keadaan umum : tampak sakit sakit ringan Kesadaran
: compos mentis
Data antropometri Berat badan
: 16 kg
Tinggi badan
: 99 cm
Lingkar kepala
: 50 cm
Lingkar dada
: 57 cm
Lingkar lengan atas
: 18 cm
Status gizi BB/U BB/U : 16/19 16/19 x 100% 100% = 84% 84% (giz (gizii baik baik)) TB/U TB/U
: 99/ 99/11 110 0 x 100% 100% = 90% 90% (giz (gizii baik baik))
BB/TB : 16/17 x 100% = 94% (gizi baik)
Kesan status gizi: gizi baik
Tanda vital
Tekana Tekanan n darah darah : tidak tidak dipe diperik riksa sa Nadi Suhu
: 110x/ menit : 39°C
Pernapasan
Kulit
: 30x/menit
: sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembapan normal, efloresensi primer/sekunder (-)
Kepala dan leher
Kepa Kepala la
: no normo rmosefal efali, i, ramb rambu ut war warna na hita hitam m, dis distr trib ibu usi mera merata ta,, tid tidak ak mudah udah dicabut
Mat Mata
: pu pupil bu bulat is isokor, re reflek leks ca cahaya lan lang gsung +/+ +/+,, re reflex lex ca cahaya ti tidak
6
langsung +/+, konjungtica anemis -/-, sclera ikterik -/Hid Hidung ung
: ben bentu tuk k norma ormal, l, sep septum tum dev devia iassi (-) (-),, nafa nafass cupi cuping ng hidu hidun ng -/ -/-, sekret -/-
Telinga
: membran timpani in intak tak, serumen -/-, sekr ekret -/-
Mulut
: mukosa mulut tidak hiperemis
Bibir
: bi bibir me merah mu muda, ti tidak ke kering, si sianosis ((-), tr trismus ((-), halitosis (-)
Lida idah
: normog moglos losia, ia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-)
Gigi geligi
: karies (-)
Uvula
: si simetris di te tengah, ti tidak hiperemis
Tonsil
: T1-T1, tidak hiperemis
Tenggorok Leher
: faring tidak hiperemis, granular (-) : KG KGB ti tidak te teraba me membesar, ke kelenjar ti tiroid tidak te teraba me membesar, trakea letak normal
Thoraks
Paru Inpe Inpeks ksii
: bent bentuk uk dada dada norm normal al,, sime simetr tris is,, eflo eflore rese sens nsii prim primer er/s /sek ekun unde der, r, dind dindin ing g dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe abdomino-torakal, retraksi (-)
Palpasi
: gerak napas simetris
Perkusi
: sonor di semua lapang paru
Auskultasi
: suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung Inpeksi
: iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis teraba, thrill (-)
Perkusi
: redup
Auskultasi
: SISII reguler, murmur (+), gallop (-)
Abdom bd omen en Inpeksi
: bentuk datar
Palpasi
: supel, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
: bising usus (+) normal
: akral hangat (+), oedema (-)
7
Refleks meningeal
: Ka Kaku kuduk
(-)
Brud rudzins zinsky ky I (-) (-) Brud Brudzin zinsk sky y II (-) (-)
II. II.
Kernig
(-)
Laseque
(-)
PEME PEMERI RIKS KSAA AAN N LABO LABORA RATO TORI RIUM UM
➢
Tanggal 5 Oktober 2009
Hematologi Hemoglobin
: 10.8 g/dL
Lekosit
: 18.800 /uL
Hematokrit
: 31 %
Trombosit
: 296.000 /uL
Kimia Glukosa sewaktu
: 126 mg/dL
Elektrolit Na
: 133 mmol/L
K
: 3.22 mmol/L
Cl
: 104 mmol/L
➢
Tanggal 6 Oktober 2009
Hematologi lengkap Hemoglobin
: 11.1 g/dL
Lekosit
: 10.800 /uL
Hematokrit
: 34%
Eritrosit
: 4.08 juta/uL
VER (MCV)
:84 fL
HER ( MCH)
:27 pg
KHER (MCHC)
:32 g/dL
Hitung jenis Basofil
:1%
Eosinofil Batang
:0% :0%
8
Segmen
: 71 %
Linfosit
: 20 %
Monosit
:8%
Trombosit
: 367.000 /uL
LED
: 35 mm/jam
Imunoserologi ASTO
➢
: negatif
Tanggal 7 Oktober 2009
Urinalisa Urin lengkap Warna
: kuning jernih
Berat jenis
: 1.020
Ph
: 7.0
Albumin
: negatif
Glukosa
: negatif
Keton
: negatif
Bilirubin Darah samar Nitrit Urobilinogen
: negatif : negatif : negatif : 0. 0.2 eu eu
Sedimen Lekosit
: 0-1/LPB
Eritrosit
: 0-1 /LPB
Silinder
: negatif
Epitel
:+
Bakteri
: negatif
Kristal Ca oxalate
: negatif
Karbonat
: negatif
Fosfat Asam urat
: negatif : negatif
A mo r f
: negatif
Sel ragi
: negatif
Lain-lain
: negatif
9
I.
I.
PENA PENATA TALA LAKS KSAN ANAA AAN N (05/1 (05/10/ 0/20 2009 09)) •
IVFD RL 16 tpm
•
Starxon 2 x 500 mg IV
•
Gastridin 2 x 15 mg IV
•
Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth
FOLLOW UP
Tanggal 6 Oktober 2009 Keluh luhan
: dem demaam ((-), ba batuk tuk ((-), pi pilek lek(-), ny nyeri te tenggorok ((-), pu pusing ing ((-), mu mual (-), muntah (-), nafsu makan baik
Keadaan Keadaan umum umum : baik baik Kesadaran Nadi
:compos mentis : 100x/menit
Pernapasan
: 28x/menit
Suhu
: 36.7 °C
Kepala
: normosefali
Mata
: CA -/-, SI -/-
Hidung
: NCH (-), secret (-)
Mulut
: tidak kering, sianosis (-)
Thorax
: Jantung
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (+) Paru
: SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
: datar, supel, BU (+) N
Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)
Refleks patologis
: ( -)
Terapi: •
IVFD RL 16 tpm
•
Starxon 2 x 500 mg IV
•
Gastridin 2 x 15 mg IV
•
Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth
Tanggal 7 Oktober 2009
10
Keluh luhan
: dem demaam ((-), ba batuk tuk ((-), pi pilek lek(-), ny nyeri te tenggorok ((-), pu pusing ing ((-), mu mual (-), muntah (-), nafsu makan baik
Keadaan Keadaan umum umum : baik baik Kesadaran Nadi
:compos mentis : 100x/menit
Pernapasan
: 25x/menit
Suhu
: 36.0 °C
Kepala
: normosefali
Mata
: CA -/-, SI -/-
Hidung
: NCH (-), secret (-)
Mulut
: tidak kering, sianosis (-)
Thorax
: Jantung
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-) Paru
: SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
: datar, supel, BU (+) N
Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)
Refleks patologis
: ( -)
Terapi: •
IVFD RL 16 tpm
•
Starxon 2 x 500 mg IV
•
Gastridin 2 x 15 mg IV
•
Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth
Tanggal 8 Oktober 2009 Keluh luhan
: dem demaam ((-), ba batuk tuk ((-), pi pilek lek(-), ny nyeri te tenggorok ((-), pu pusing ing ((-), mu mual (-), muntah (-), nafsu makan baik
Keadaan Keadaan umum umum : baik baik Kesadaran Nadi Pernapasan
:compos mentis : 100x/menit : 36x/menit
Suhu
: 35.4 °C
Kepala
: normosefali
Mata
: CA -/-, SI -/-
Hidung
: NCH (-), secret (-)
Mulut
: tidak kering, sianosis (-)
Thorax
: Jantung
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-) Paru
: SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
11
Abdomen
: datar, supel, BU (+) N
Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-), sianosis (-)
Refleks patologis
: ( -)
Terapi:
I.
•
IVFD RL 16 tpm
•
Starxon 2 x 500 mg IV
•
Gastridin 2 x 15 mg IV
•
Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth
RESUME
Anamnesa Pasien Pasien anak anak laki-l laki-laki aki usia usia 4 tahun tahun 11 bulan bulan datang datang ke IGD dengan dengan keluha keluhan n kejang kejang sebanyak sebanyak 1 kali pada sore hari, 5 jam SMRS yang didahului dengan demam. Kejang Kejang ini merupakan kejang pertama kali dan berdurasi selama 20 menit. Pada saat kejang, seluruh tubuh pasien kaku, mata mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan tidak mengeluarkan busa. Pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang. Kejang tidak didahului dengan aura. Orang tua pasien tidak memberikan pengobatan apa pun. Demam terjadi 1 hari SMRS, tidak terlalu tinggi, tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus. 3 hari SMRS, ibu pasien pasien menyatakan menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak tetapi setelah diberikan diberikan pengobatan, pengobatan, batuk mereda. mereda. 1 bulan SMRS, pasien pernah pernah mengalami mengalami radang tenggorok. Riwayat kejang sebelumnya (-), riwayat kejang dalam keluarga (+).
Pada pemeriksaan fisik: Pasien tampak sakit ringan. Dari tanda vital, suhu meningkat. Pada Pada pemeri pemeriksa ksaan an thorak thorakss jantun jantung, g, ditemu ditemukan kan murmur murmur dengan dengan fase fase sistoli sistolik, k, bentuk bentuk pansistolik, derajat bising 1/6, pungtum maksimum di sela iga 5 garis parasternalis kiri, tidak ada penjalaran, kualitas tidak dapat dinilai, berfrekuensi tinggi.
Pada pemeriksaan lab: Pada pemeriksaan hematologi, didapatkan anemia ringan dengan nilai Hb 10.8 g/dL, leukositosis dengan nilai 18.800 /uL dan LED meningkat dengan nilai 35 mm/jam. Pada pemeriksaan imunoserologi, didapatkan ASTO dengan hasil negatif.
II. II.
DIAGN IAGNOS OSIS IS KE KER RJA
Kejang demam kompleks
III. III.
DIAG DIAGNO NOSA SA BAND BANDIN ING G
Epilepsi yang diprovokasi demam
12
Meningoensefalitis
IV. IV.
PEME PEMERI RIKS KSAA AAN N ANJU ANJURA RAN N
Elektroensefalogram (EEG)
V.
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN (05/10/2009)
Rawat inap dan tirah baring dengan medikamentosa
IVFD Cairan Ringer Laktat 16 tetes/menit
Perenteral Starxon 2 x 500 mg IV Gastridin 2 x 25 mg IV
Oral Sanmol syrup 3 x 1 ½ Cth
VI.
PROGNOSIS
Ad Vitam
: bonam
Ad fung fungtion tionam am : bonam bonam Ad sana sanatio tiona nam m : bonam bonam
ANALISA KASUS
Pada pasien anak laki-laki laki-laki berumur berumur 4 tahun 11 bulan dengan berat badan 16 kg, dari anamne anamnesa sa didapa didapatka tkan n keluha keluhan n kejang kejang sebanyak sebanyak 1 kali kali pada pada sore sore hari, hari, 5 jam SMRS yang yang didahului dengan demam. Kejang merupakan kejang pertama kali dan berdurasi lebih dari 15 menit. Kejang pada pasien bersifat tonik, mata mendelik ke atas, mulut tidak terkunci dan 13
tidak mengeluarkan busa. pasien dalam keadaan sadar pada saat sebelum dan setelah kejang. Kejang tidak didahului dengan aura. Diagnosis Diagnosis kejang demam kompleks kompleks ditegakkan ditegakkan pada pasien ini atas dasar lama kejang pada pasien yang berdurasi selama lebih 15 menit. Demam terjadi 1 hari SMRS, tidak terlalu tinggi, tidak mendadak dan berlangsung terus-menerus. 3 hari SMRS ibu pasien menyatakan pasien sering batuk, tidak berdahak. Kemungkinan pasien telah terjangkit infeksi saluran napas dan ini telah memicu terjadinya demam. Dari pemeriksaan fisik thoraks jantung, ditemukan murmur dengan fase sistolik, bentuk pansistolik, derajat bising 1/6, pungtum maksimum di sela iga 5 garis parasternalis kiri, tidak ada penjalaran, kualitas tidak dapat dinilai, berfrekuensi tinggi. Bising jantung pada pasien ini adalah bising inosen dengan karakteristik bising sistolik, berderajat 2/6 atau kurang sehingga tidak disertai getaran bising, penjalaran terbatas, cenderung berubah intensitasnya dengan perubahan posisi, dan tidak berhubungan dengan kelainan jantung. Pemeriksaan refleks meningeal dengan hasil negatif
menunjukkan tidak terdapat infeksi pada otak dan meningen. Dari pemeriksaan laboratorium pada 5 Oktober 2009, didapatkan anemia ringan dengan nilai Hb 10.8 g/dL, leukositosis dengan nilai 18.800 /uL dan LED meningkat dengan nilai 35mm/jam
yang menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang ditandai dengan demam sebelum terjadinya kejang. Pada Pada kasu kasuss ini, ini, diag diagno nosi siss band bandin ing g kejan kejang g dema demam m komp komplek lekss adal adalah ah epil epilep epsi si yang yang diprov diprovoka okasi si demam demam dan mening meningoen oensef sefalit alitis. is. Ada Ada pun perbed perbedaan aan antara antara kejang kejang demam demam kompleks dengan kedua penyakit ini adalah: •
Epilepsi yang diprovokasi demam Menurut kriteria Livingstone, gejala epilepsy yang diprovokasi demam adalah seperti kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun, tahun, dan EEG setelah tidak demam abnormal. Perbedaan Perbedaan kejang kejang demam kompleks kompleks dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai disertai demam. demam. Epilepsi Epilepsi bisa diseba disebabka bkan n karena karena terjadi terjadinya nya ganggu gangguan an keseim keseimban bangan gan kimiaw kimiawii sel-se sel-sell otak otak yang yang mencetuska mencetuskan n muatan muatan listrik listrik berlebihan berlebihan di otak secara tiba-tiba. tiba-tiba. Penderita epilepsi epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan terseb tersebut. ut. Cetusa Cetusan n bisa bisa di beberap beberapaa bagian bagian otak otak dan gejalan gejalanya ya berane beraneka ka ragam. ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
•
Meningoensefalitis
14
Terdapat kelainan pada otak yang dapat ditandai dengan refleks patologis dan refleks meningeal yang positif, EEG abnormal, kejang berulang, tekanan intrakranial yang meningkat dan terdapat penurunan kesadaran. Pada terapi, antibiotik yang digunakan adalah Starxon dengan dosis 2x 500mg IV perhari perhari selama selama perawatan perawatan di rumah sakit. Ceftriaxone Ceftriaxone digunakan digunakan bagi mengatasi mengatasi infeksi salura saluran n napas napas bawah, bawah, otitis otitis media media akut, akut, infeks infeksii kulit, kulit, infeks infeksii salura saluran n kemih kemih yang yang juga juga merupakan etiologi bagi kejang demam. Infus Infus cairan cairan Ringer Ringer Laktat Laktat diberik diberikan an karena karena keadaa keadaan n demam demam bisa bisa menyeb menyebabk abkan an dehidrasi pada pasien.
Cairan ini digunakan digunakan karena bersifat bersifat isotonis, isotonis, maka efektif efektif dalam
mengis mengisii sejuml sejumlah ah volume volume cairan cairan ke dalam dalam pembul pembuluh uh darah darah untuk untuk mengat mengatasi asi kehilan kehilangan gan cairan yang terjadi karena dehidrasi. Seharusnya setelah kejang diatasi, pengobatan disusul dengan terapi rumatan yang dibagi menjadi profilaksis intermitten dan profilaksis jangka panjang. Tetapi pada pasien ini, terapi profilakasis jangka panjang tidak digunakan karena tidak terdapat indikasi. Pengobatan profilaksi profilaksiss intermiten intermiten yang digunakan digunakan berupa berupa puyer panas yang hanya diberikan diberikan selama selama epis episod odee dema demam m saja saja yait yaitu u obat obat camp campur uran an anti antiko konv nvul ulsa san n (dia (diaze zepa pam) m) dan dan anti antipi piret retik ikaa (paracetamol). Pada pasien ini seharusnya diberikan kortikosteroid untuk mencegah terjadinya udem otak yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sehingga keadaan membaik. Pada Pada
pasi pasien en
ini, ini,
disa disara rank nkan an untu untuk k
mela melaku kuka kan n
peme pemeri riks ksaa aan n
anju anjura ran n
yait yaitu u
elektr elektroen oensel selfalo falogram gram (EEG) (EEG) untuk untuk mendet mendeteks eksii sekiran sekiranya ya terdap terdapat at ganggu gangguan an pada pada otak otak terutama pada penderita epilepsi. Gambaran abnormal yang bisa temukan berbentuk spike,
sharp wave, spike and wave dan paroxysmal slow activity. TINJAUAN PUSTAKA KEJANG DEMAM
DEFINISI(1)(5)
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. 15
Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat celcius celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari luar luar otak. otak. Kejang Kejang demam demam sering sering juga juga disebu disebutt kejang kejang demam demam tonik-k tonik-klon lonik, ik, sangat sangat sering sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
INSIDEN
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. demam. Kejang Kejang demam demam lebih lebih sering sering didapa didapatka tkan n pada pada laki-la laki-laki ki daripa daripada da peremp perempuan uan.. Hal tersebu tersebutt diseba disebabka bkan n karena karena pada pada wanita wanita didapa didapatka tkan n matura maturasi si serebr serebral al yang yang lebih lebih cepat cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%. Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.(1)
ETIOLOGI
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tinggi tinggi dan cepatnya suhu meningkat meningkat mempengaruhi mempengaruhi terjadinya terjadinya kejang. Faktor Faktor here heredi dita tass juga juga memp mempun unya yaii pera peran n yait yaitu u 8-22 8-22% % anak anak yang yang meng mengal alam amii keja kejang ng dema demam m mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa kecilnya. (1)(9)
16
Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah adalah infeks infeksii salura saluran n pernaf pernafasa asan n atas atas terutama terutama tonsil tonsillit litis is dan faringi faringitis, tis, otitis otitis media media akut(cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan akan menyeb menyebabk abkan an kejang kejang demam) demam),, gastro gastroent enterit eritis is akut, akut, exante exantema ma subitu subitum m dan infeks infeksii salu saluran ran kemi kemih. h. Sela Selain in itu, itu, imun imunis isas asii DPT DPT (per (pertu tusi sis) s) dan dan camp campak ak (mor (morbi bili li)) juga juga dapa dapatt menyebabkan kejang demam.
PATOFISIOLOGI(2)(4)
Sumber Sumber energi energi otak otak adalah adalah glukos glukosaa yang yang melalu melaluii proses proses oksida oksidasi si dipecah dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat ter dapat perbedaan pot poten ensi sial al memb membra ran n yang yang dise disebu butt pote potens nsia iall memb membra ran n dari dari neur neuron on.. Untu Untuk k menj menjag agaa keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : •
Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
•
Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
•
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada Pada kead keadaan aan dema demam m kena kenaik ikan an suhu suhu 1oC akan akan mengak mengakibat ibatkan kan kenaik kenaikan an metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya hanya 15 %. Oleh Oleh karena karena itu kenaik kenaikan an suhu suhu tubuh tubuh dapat dapat mengub mengubah ah keseim keseimban bangan gan dari dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya 17
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme metabolisme anerobik, anerobik, hipotensi hipotensi artenal disertai disertai denyut denyut jantung jantung yang tidak teratur teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI 2004), membagi kejang demam menjadi dua (8) Kejang demam dema m sederhan a (harus memenuhi memenuh i semua kriteria kriter ia berikut) berikut ) –
Berl Berlan ang gsung sung sin sing gkat kat
– Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
–
Bangki Bangkitan tan kejan kejang g tonik, tonik, toni tonik-k k-klon lonik ik tanpa tanpa geraka gerakan n fokal fokal
–
Tida Tidak k beru berula lang ng dala dalam m wak waktu tu 24 jam
Kejang demam dem am komplek s (hanya dengan salah sa lah satu kriteria krit eria berikut) ber ikut) –
Kejang Kejang berlan berlangsu gsung ng lama, lama, lebi lebih h dari dari 15 15 meni menitt
–
Kejang fokal atau parsial parsial satu satu sisi, sisi, atau kejang kejang umum didahului didahului dengan dengan kejang kejang parsial parsial
Kejang ng beru berula lang ng 2 kali kali atau atau lebi lebih h dala dalam m 24 jam, jam, anak anak sada sadarr kemb kembal alii di anta antara ra – Keja bangkitan kejang Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua : (5) 1. Kejang demam sederhana •
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
•
Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
•
Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 th tidak > 4 kali
•
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
•
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
18
•
Pemerik Pemeriksaa saan n EEG EEG yang yang dibuat dibuat sediki sedikitny tnyaa seming seminggu gu sesuda sesudah h suhu suhu normal normal tidak tidak menunjukkan kelainan
1. Epilepsi yang diprovokasi demam •
Kejang lama dan bersifat lokal
•
Umur lebih dari 6 tahun
•
Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun
•
EEG setelah tidak demam abnormal
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu : 1. Kejang demam kompleks •
Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
•
Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
•
Kejang bersifat fokal/multipel
•
Didapatkan kelainan neurologis
•
EEG abnormal
•
Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
•
Temperatur kurang dari 39 ℃
1. kejang demam sederhana sederha na •
Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
•
Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
•
Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
•
Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
•
Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
•
Temperatur lebih dari 39℃
1. Kejang demam berulang •
Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain: 1. Usia Usia < 15 bulan bulan saat saat keja kejang ng dema demam m pertam pertamaa 2. Riwaya Riwayatt kejang kejang demam demam dala dalam m kelua keluarga rga
19
3. Kejang demam demam terjadi terjadi segera segera setelah setelah mulai demam demam atau atau saat suhu suhu sudah sudah relatif relatif normal normal 4. Riwa Riwaya yatt dema demam m yang yang seri sering ng 5. Kejang pertama adalah kejang demam kompleks
Perbeda Perbedaan an kejang kejang demam demam dengan dengan epilep epilepsi si yaitu yaitu pada pada epilep epilepsi, si, tidak tidak disert disertai ai demam. demam. Epil Epilep epsi si terj terjad adii karen karenaa adan adanya ya gang ganggu guan an kese keseim imba bang ngan an kimi kimiaw awii sel-s sel-sel el otak otak yang yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah seseorang seseorang yang mempunyai mempunyai bawaan ambang ambang rangsang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi terjadi pada saat ia mengalami mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
MANIFESTASI KLINIS(1)(2)(5)
Terjad Terjadiny inyaa bangki bangkitan tan kejang kejang pada pada bayi bayi dan anak anak kebany kebanyaka akan n bersam bersamaan aan dengan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik. Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang kejang toniktonik-klo klonik nik atau grand grand mal, mal, pingsa pingsan n yang yang berlan berlangsu gsung ng selama selama 30 detikdetik-5 5 menit menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya
20
terkatu terkatup p rapat, rapat, inkont inkontine inensi nsiaa (meng (mengelu eluark arkan an air kemih kemih atau atau tinja tinja diluar diluar kesada kesadaran rannya nya), ), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan. Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti : 1. Anak Anak hila hilang ng kesa kesada daran ran 2. Tangan Tangan dan dan kaki kaki kaku kaku atau ters tersent entakak-sen sentak tak 3. Suli Sulitt ber bern napas apas 4. Busa Busa di mulu ulut 5. Wajah Wajah dan dan kulit kulit menja menjadi di pucat pucat atau atau kebir kebiruan uan 6. Mata berputa berputar-putar r-putar,, sehingg sehinggaa hanya hanya putih putih mata mata yang terlihat. terlihat.
DIAGNOSIS(4)(9)(10)
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini. Anamnesis
•
–
waktu terjadi kejang, kejang, durasi, durasi, frekuensi, frekuensi, interval interval antara antara 2 serangan serangan kejang kejang
–
sifa sifatt kej kejan ang g (fo (foka kall atau atau umu umum) m)
–
Bentuk Bentuk kejang kejang (tonik (tonik,, kloni klonik, k, toni tonik-k k-klon lonik) ik) –
Kesadaran
sebelum
dan
sesudah
kejang
(menyingkirkan
diagnosis
meningoensefalitis) –
Riwaya Riwayatt demam ( sejak sejak kapan, kapan, timbu timbull mendadak mendadak atau atau perlahan perlahan,, menetap menetap atau atau naik turun)
–
Menentukan Menentukan penyakit penyakit yang mendasari mendasari terjadinya terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
–
Riwaya Riwayatt kejang kejang sebelumn sebelumnya ya (kejang (kejang disert disertai ai demam demam maupun maupun tidak diserta disertaii demam atau epilepsi)
–
Riwayat Riwayat ganggu gangguan an neurolo neurologis gis (menyingk (menyingkirkan irkan diagnosis diagnosis epilepsi) epilepsi)
–
Riwaya Riwayatt keterla keterlamba mbatan tan pertu pertumbu mbuhan han dan dan perke perkemba mbanga ngan n
–
Trauma kepala 21
•
–
Pemeriksaan fisik Tand Tandaa vit vital al teru teruta tama ma suhu suhu
– Manife Manifesta stasi si kejang kejang yang yang terjadi terjadi,, misal misal : pada pada kejang kejang multif multifoka okall yang yang berpin berpindah dah--
pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak. –
Kesada Kesadaran ran tiba-tib tiba-tibaa menurun menurun sampai sampai koma dan berlanj berlanjut ut dengan dengan hipoven hipoventil tilasi asi,, henti henti nafas, nafas, kejang kejang tonik, tonik, posisi posisi desereb deserebras rasi, i, reaksi reaksi pupil pupil terhad terhadap ap cahaya cahaya negatif negatif,, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
– Pada Pada kepala kepala apakah apakah terdapa terdapatt fraktur fraktur,, depres depresii atau mulase mulase kepala kepala berleb berlebiha ihan n yang yang
disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya adanya pening peninggia gian n tekana tekanan n intrak intrakran ranial ial yang yang dapat dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh pendar pendaraha ahan n sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan tusukan janin dikepala dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu. –
Terd Terdap apat atny nyaa stig stigma ma beru berupa pa jarak jarak mata mata yang yang lebar lebar atau atau kela kelain inan an kran kranio iofa fasi sial al yang yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
–
Ditemukanny Ditemukannyaa korioretniti korioretnitiss dapat dapat terjadi terjadi pada toxop toxoplasmo lasmosis, sis, infeksi infeksi sitomeg sitomegalovi alovirus rus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
–
Translumin Transluminasi asi kepala kepala yang positif positif dapat dapat disebabkan disebabkan oleh penimb penimbunan unan cairan cairan subdura subdurall atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
– Pemeriksaan Pemeriksaan umum penting penting dilakukan dilakukan misalnya mencari adanya adanya sianosis sianosis dan bising bising
jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak. –
Pemerik Pemeriksaa saan n untuk menent menentuka ukan n penyakit penyakit yang yang mendasar mendasarii terjad terjadiny inyaa demam (ISPA, (ISPA, OMA, GE)
– Pemeriksaan refleks patologis – Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
•
Pemeriksaan laboratorium
– Darah tepi lengkap à penyebab demam – Elektr Elektroli olit, t, glukos glukosaa darah darah à diar diare, e, munt muntah ah,, hal hal lain lain yang yang dpt dpt meng mengga gang nggu gu
keseimbangan elektrolit atau gula darah. – Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal à gangguan metabolisme
22
– Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS à meningkat à Ensefalitis akut /
Ensefalopati.
•
Pemeriksaan penunjang
– Lumbal Pungsi à curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur
di antara 12-18 bulan dianjurkan. – EEG à tidak dapat mengidenti mengidentifikasi fikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi memprediksi
terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK –
CT-sc CT-scan an atau MRI tidak tidak dilak dilakuk ukan an pd KDS KDS yang yang terjad terjadii pert pertam amaa kali kali,, akan akan tetapi tetapi dapat dapat diperti dipertimba mbangk ngkan an untuk untuk pasien pasien yang yang mengal mengalami ami KDK untuk untuk menent menentuka ukan n kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel
DIAGNOSA BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain.oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal harus dilakukan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan cairan serebrospin serebrospinal al yang umumnya diambil melalui melalui pungsi pungsi lumbal. Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam kompleks atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam. Tabel Diagnosa Banding No
Kriteri Banding
Kejang
Epilepsi
Demam
1. 2.
D e m am Kelainan Otak
Pencetusnya
Meningitis Ensefalitis
Tidak berkaitan Salah satu gejalanya
demam
dengan demam
demam
(-)
(+)
(+)
23
3.
Kejang berulang
(+)
(+)
(+)
4.
Penurunan kes kesadaran
(+)
(-)
(+)
Ket (-): tidak ada
PENATALAKSANAAN(3)(4)(10)
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu : 1. Mengat Mengatasi asi kejang kejang secepa secepatt mungk mungkin in 2. Peng Pengob obat atan an penu penunj njan ang g 3. Memb Memberi erika kan n pengo pengoba bata tan n rumat rumat 4. Mencar Mencarii dan dan mengob mengobati ati penyeb penyebab ab 5. Mencegah Mencegah terjadin terjadinya ya kejang kejang dengan dengan cara anak anak jangan jangan sampai panas 6. Peng Pengob obat atan an akut akut I.Mengatasi kejang secepat mungkin Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti. Apabila Apabila pasien pasien dating dating dalam keadaan kejang, obat paling paling cepat untuk menghentikan menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahanlahan dengan kecepatan 1-2mg.menit atau dalam waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10kg. atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan : Terapi awal dengan diazepam Usia
Dosis IV (infus)
Dosis per rektal
24
(0.2mg/kg)
(0.5mg/kg)
< 1 tahun
1–2 mg
2.5–5 mg
1–5 tahun
3 mg
7.5 mg
5–10 tahun
5 mg
10 mg
> 10 years
5–10 mg
10–15 mg
Jika kejang masih berlanjut : 1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang
infus, 0,5 mg/kg per rektal 2. Pengaw Pengawasa asan n tanda-ta tanda-tanda nda depre depresi si pernap pernapasan asan Jika kejang masih berlanjut : 1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit 2. Pember Pemberian ian fenito fenitoin in 10-20m 10-20mg/k g/kgBB gBB per infus infus dalam dalam 30 menit menit dengan dengan kecepa kecepatan tan 1
mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit. Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya. II.Pengobatan II.Pengobatan penunjang Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. Pengisapan Pengisapan lender dilakukan dilakukan secara teratur teratur dan pengobatan pengobatan ditambah dengan dengan pemberian pemberian oksigen. oksigen. Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor dimonitor sekiranya sekiranya terdapat terdapat kelainan kelainan metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena pem pembu bulu luh h
dara darah h
peri perife ferr
bisa bisa meng mengal alam amii
vaso vasoko kont ntri riks ksii
yang yang berl berleb ebih ihan an sehi sehing ngga ga 25
menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang sepanjang waktu anak dikompres, dikompres, anak menjadi menjadi tidak selesa karena dirasakan dirasakan tubuh menjadi menjadi semakin semakin panas, panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan. Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara secara per rektal, rektal, disamp disamping ing cara pember pemberian ian yang yang mudah, mudah, sederh sederhana ana dan efektif efektif telah telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama. Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgB mg/kgBB/h B/hari ari dibagi dibagi dalam dalam 3 dosis. dosis. Golong Golongan an glukok glukokort ortiko ikoid id seperti seperti deksam deksameta etason son diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. III.Pengobatan III.Pengobatan rumat Setela Setelah h kejang kejang diatas diatasii harus harus disusu disusull dengan dengan pengob pengobatan atan rumat rumat dengan dengan cara mengir mengirim im penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu: •
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya terulangnya kejang di kemudian kemudian hari, penderita penderita kejang kejang demam diberikan obat campuran anti konvulsan konvulsan dan antipiretika antipiretika yang harus diberikan kepada anak selama epis episod odee dema demam. m. Anti Antipi pire reti tik k yang yang dibe diberi rika kan n adal adalah ah para parace ceta tamo moll deng dengan an dosi dosiss 101015mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. sehari. Antikonvu Antikonvulsan lsan yang ampuh ampuh dan banyak banyak dipergunaka dipergunakan n untuk untuk mencegah mencegah terulangny terulangnyaa kejang kejang demam ialah diazepam, diazepam, baik diberikan diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemung kemungkin kinan an anak anak untuk untuk mender menderita ita kejang kejang demam demam sedeha sedehana na sangat sangat kecil kecil yaitu yaitu sampai sampai sekitar sekitar umur umur 4 tahun. tahun. Fenoba Fenobarbi rbital tal,, karbam karbamaze azepin pin dan feniti fenition on pada pada saat saat demam demam tidak tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
26
•
Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari. Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah: 1).
Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur. 2).
Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis. 3).
Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif seba sebaga gaii peng pengga gant ntii fenob fenobarb arbit ital al.. Hasi Hasiln lnya ya tida tidak k atau atau kuran kurang g memu memuas aska kan. n. Pemb Pemberi erian an antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan. IV.Mencari IV.Mencari dan mengobati penyebab Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati. PROGNOSIS(8)(9) 1. Kematian
Dengan Dengan penang penangana anan n kejang kejang yang yang cepat cepat dan tepat, tepat, progno prognosa sa biasan biasanya ya baik, baik, tidak tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %. 27
2. Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama. 3. Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari kejang demam kompleks. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor : a.
riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b.
kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c.
kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas. 4. Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama. 5. Retardasi Mental
Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC,
2000. Hal 2059-2067.
28
2. Rudolph AM. Febrile Seizures . Rudoplh Pediatrics Pediatrics . Edisi ke-20. Appleton dan
Lange, 2002. 3. Puspon Pusponego egoro. ro. D. Hardio Hardiono no dkk. Konsen Konsensus sus Penatala Penatalaksa ksanaan naan Kejang Kejang Demam. Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2006. 4. Mary Mary Rudo Rudolf, lf, Malc Malcol olm m Leve Levene ne.. Pediat Edisii ke-2 ke-2.. ediatric ric and Child Child Healt Health h . Edis
Blackwell pulblishing, 2006. Hal 72-90. 5. Price, Price, Sylvia Sylvia,, Anders Anderson. on. Patofi Patofisio siolog logi, i, Konsep Konsep Klinis Klinis Proses Proses-Pr -Prose osess Penyak Penyakit. it. EGC, Jakarta 2006. 6. Mardjono Mardjono Mahar, Mahar, dkk. Neurolog Neurologii Klinis Dasar, Dasar, PT. Dian Dian Rakyat. Rakyat. Jakrta, Jakrta, 2006. 2006. 7. Pediatrica, Pediatrica, Buku Buku Saku Anak, Anak, edisi edisi 1, Tosca Enterp Enterprise. rise. UGM Jogjak Jogjakarta, arta, 2005. 2005. 8. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke
Diunduh pada tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari: www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm 9. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment . Diunduh pada
tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari: www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm 10.Seizures Diundu duh h pada pada tang tangga gall 20 Octob October er 2009 2009.. Dida Didapa patk tkan an dari dari Seizures types. types. Diun www.2betrhealth.com/SeizureTypes.html
29