KEBIJAKAN DEVIDEN
s
Oleh :
1. Lya Martha Sari
NIM. 098 694 063
2. Dewi Eriana
NIM. 098 694 087
3. Nastiti Ul Ulil Azmi
NIM. 098 694 094
4. Wahyu Wibisono
NIM. 098 694 096
S1 AKUNTANSI 2009 B FAKULT AKULTAS EKO EKONOM NOMII UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2010
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan Dividen” ini. Penu Penuli lisa san n maka makala lah h ini ini meru merupa paka kan n salah salah satu satu kewa kewajib jiban an bagi bagi maha mahasi sisw swaa Universitas Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, khususny khususnyaa Fakultas Fakultas Ekonomi Ekonomi dalam rangka memenuhi memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan 2 yang diikuti pada semester tiga. Hasil penulisan ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada Ibu Lintang Venusi Venusita ta selaku selaku Dosen Manajemen Keuangan Keuangan 2 di Fakultas Fakultas Ilmu Ekonomi, dan seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah ini. Ibarat setetes air di padang pasir, penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat ban banya yak k keku kekura rang ngan an dala dalam m peny penyus usun unan an maka makala lah h ini. ini. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, penu penuli liss mengharapkan mengharapkan saran dan kritik yang membangun membangun dari semua pihak demi kesempurna kesempurnaan an makalah ini.
Surabaya, 21 November 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------i DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------1 1.2 Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------2 1.3 Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------2 1.4 Manfaat Penulisan-------------------------------------------------------------3 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Dividen-----------------------------------------------4 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen--------------------------6 2.3 Kontroversi Kebijakan Dividen----------------------------------------------8 2.4 Teori Dividen-----------------------------------------------------------------12 2.5 Kebijakan Dividen dalam Praktek-----------------------------------------14 2.6 Stock Repuchase, Stock Split dan Dividen Saham----------------------15 2.7 Pembelian Kembali Saham-------------------------------------------------19 BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan----------------------------------------------------------------------22 3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------22 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai dividen atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Tim Manajemen sebagai kelompok yang memiliki keahlian mengelola perusahaan berpandangan bahwa laba bersih adalah hasil kejanya. Tanpa keahliaannya, kapital dan buruh tidak ada artinya apa-apa. Tim manajemen menyusun strategi, kebijakan program kerja, anggaran, mengendalikan pelaksanaan kerja, dan mengavaluasi hasil kerja. Laba merupakan prestasinya. Berdasarkan pandangan yang demikian itu, tim manajemen berhak atas bagian laba bersih. Sementara buruh sebagai pelaksana kerja berpandangan bahwa laba bersih adalah hasil kerjanya. Buruh berpandangan bahwa tanpa tenaga kerjanya, kapital tidak ada artinya apa-apa dan program kerja yang disusun oleh tim manajemen sia-sia saja. Semua yang dimiliki perusahaan akan menjadi barang mati tanpa digerakkan oleh tenaganya. Berdasarkan pandangan yang demikian itu, kaum buruh menuntut bagian laba bersih yang dihasilkan. Manajer keuangan dituntut untuk bisa menetukan kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa akan datang.
Oleh karena itu, dalam menetukan
mempertimbangakan
berbagai
faktor
yang
kebijakan
dividen, perusahaan perlu
mempengaruhinya
sehingga
dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut tiga masalah yaitu seberapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata – rata selama jangka waktu tertentu, apakah pembagian tersebut dalam bentuk tunai atau pembelian kembali, dan apakah perusahaan sebaiknya mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang stabil. Dalam kenyataannya, kebijakan dividen menuai beberapa kontroversi dari para ahli keuangan. Banyak hal yang perlu dipelajari dan dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen, baik resiko maupun manfaatnya bagi
4
perusahaan, pemegang saham, sekaligus buruh yang berperan dalam kenaikan laba perusahaan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengulas makalah berjudul “Kebijakan Dividen” ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan dividen? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen? 3. Bagaimanakah kontroversi yang terjadi pada pengambilan kebijakan dividen? 4. Apa saja dan bagaimanakah teori-teori dividen? 5. Bagaimanakah kebijakan dividen dalam praktek? 6. Apakah yang dimaksud dengan stock split dan dividen saham? 7. Bagaimanakah metode yang digunakan dalam pembelian kembali saham?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan dividen 2. Untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen 3. Untuk mengetahui kontroversi pengambilan kebijakan dividen 4. Untuk mengetahui teori-teori dividen 5. Untuk mengetahui kebijakan dividen dalam praktek 6. Untuk mengetahui pengertian stock split dan dividen saham 7. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelian kembali saham
1.4 Manfaat Penulisan
Sesuai dengan judul makalah ini yaitu “Kebijakan Dividen”, maka manfaat yang ingin dicapai adalah: 1. Bagi mahasiswa
5
a. Dapat semakin memahami materi tentang kebijakan dividen sehingga mampu mengkorelasikan dengan kasus nyata yang terjadi di lapangan nanti. b. Dapat melatih kemampuan menulis demi kelancaran penyusunan makalah-makalah berikutnya. 2.
Bagi Universitas negeri Surabaya
a. Memberi masukan pada penyempurnaan kurikulum program studi/jurusan dalam menyiapkan lulusan yang kompeten. b. Memperoleh masukan yang berupa materi struktur modal yang dapat digunakan sebagai referensi dalam proses pendidikan.
6
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kebijakan Dividen Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah: 1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apa pun; 2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor; 3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham; 4. pembagian laba dalam bentuk saham; 5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
7
6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan; 7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah; 8. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut; 9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi; 10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis; 11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi; 12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang pembagian laba bersih kepada pemegang saham. Laba bersih atau earning after tax (EAT) merupakan hasil kerja tim manajemen dan seluruh buruh perusahaan. Tetapi laba tersebut dimiliki oleh pemilik perusahaan. Hal itu disebabkan pandangan pemilik perusahaan yang menyatakan bahwa laba yang dihasilkan oleh kapital yang dimilkinya, tanpa kapital tidak ada artinya apa-apa tim manajemen dan buruh. Pemilik perusahaan atau kaum kapitalis memiliki wewenang penuh mengangkat tim manajemen untuk mengelola perusahaannya. Tim Manajemen sebagai kelompok yang memiliki keahlian mengelola perusahaan berpandangan bahwa laba bersih adalah hasil kejanya. Tanpa keahliaannya, kapital dan buruh tidak ada artinya apa-apa. Tim manajemen menyusun strategi, kebijakan program kerja, anggaran, mengendalikan pelaksanaan kerja, dan mengavaluasi hasil kerja. Laba merupakan prestasinya. Berdasarkan pandangan yang demikian itu, tim manajemen berhak atas bagian laba bersih.
8
Sementara buruh sebagai pelaksana kerja berpandangan bahwa laba bersih adalah hasil kerjanya. Buruh berpandangan bahwa tanpa tenaga kerjanya, kapital tidak ada artinya apa-apa dan program kerja yang disusun oleh tim manajemen sia-sia saja. Semua yang dimiliki perusahaan akan menjadi barang mati tanpa digerakkan oleh tenaganya. Berdasarkan pandangan yang demikian itu, kaum buruh menuntut bagian laba bersih yang dihasilkan. Oleh sebab itu dalam pembagian laba bersih sering terjadi konflik kepentingan. Untuk menghindari konflik tersebut laba bersih seharusnya dibagi menjadi empat bagian : 1. Bagian pemegang saham yang dikenal sebagai dividen
2. Bagian tim manajemen yang dikenal sebagai bonus 3. Bagian buruh yang disebut sebagai jasa produksi
4. Bagian untuk perusahaan itu sendiri yang dikenal sebagi laba ditahan Namun dalam berbagai kepustakaan manajemen keuangan laba bersih hanya dibagi menjadi dua yaitu untuk pemilik perusahaan sebagai dividen dan untuk laba ditahan. Dividen merupakan hasil investasi nyata yang dapat dinikmati langsung oleh pemegang saham. Laba ditahan merupakan hasil investasi yang ditanamkan kembali ke perusahaan, pada umumnya, untuk menambah modal kerja atau untuk perluasan usaha.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Usulan tim manajemen Tim manajemen sebagai pihak yang mengetahui kondisi perusahaan, kondisi bisnis, dan kondisi perekonomian masa yang akan datang mengadakan usulan tentang berapa besarnya dividen yang harus dibagi dari laba bersih yang dihasilkan. 2. Perarturan hokum
9
Peraturan hukum tentang PT mengatur pembagian laba bersih agar pemegang saham minoritas tidak dirugikan. 3. Kondisi likuiditas perusahaan Semakin likuid suatu perusahaan semakin sedikit masalah dalam pembayaran dividen. 4. Pengembangan usaha Jika perusahaan mengembangkan usahanya maka laba bersih yang dibagi harus kecil karena perluasan usaha yang baik dibiayai dengan laba ditahan. 5. Pembayaran kembali utang jangka panjang
Jika perusahaan memiliki utang jangka panjang yang besar dan jumlah angsuran yang besar maka laba bersih yang dibagi harus kecil sehingga laba ditahan besar dan bisa digunakan untuk membayar angsuran utang jangka panjang.. 6. Perjanjian Hutang Pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio – rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat. 7. Pembatasan saham preferen Tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan belum dibayar. 8. Tersedianya kas Dividen berupa uang tunai (cash dividend ) hanya dapat dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen. 9. Kebutuhan dana untuk investasi
1
Perusahaan
yang
berkembang
selalu
membutuhkan dana
baru
untuk
diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan sham baru dan laba
ditahan.
Manajemen cenderung
memanfaatkan
laba
ditahan
karena
penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost ) . Oleh karena itu semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio. 10. Fluktuasi laba Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba–tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.
2.3 Kontroversi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen ialah kebijakan yang menitakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan masa datang. Kebijakan dividen melibatkan kebutuhan apakah akan membagikan laba atau menahannya untuk diinvestasikan kembali. Ketika menanamkan modal di perusahaan emiten, pemegang saham mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya. Dalam hal ini ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash dividend ) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan hangat di antara pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung
terjadi
kontroversi
antara
pemegang
saham
dan
perusahaan
emiten.Kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa kebijakan dividen tidak
1
mempengaruhi nilai perusahaan, yang dijadikan Mileer dan Modigliani (MM) yang sering disebut teori irrelevansi dividen, sementara argumen lain menyatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkn nilai perusahan. Miller dan Modigliani berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan pada kondisi keputusan investasi yang given pembayaran dividen tidak relevan untuk diperhitungkan, karena tidak akan meningkatkan kesejhteran pemegang saham. Menurut MM, kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Oleh karena itu, nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk cash dividen atau laba ditahan tida mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat MM ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain, artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah dividen tersebut. Dengan demikian, adanya kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Pendapat kedua yang sering menjadi kontroversi dalam kebijakan dividen adalah teori relevansi dividen yang dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Litner. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari resiko, dan dividen yang diperoleh sekarang mempunyai resiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima di masa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya, jika dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam praktek, tindakan manajer cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai saham, karenanya sesuai dengan teori relevansi dividen, maka setiap perusahaan harus mengemangkan kebijakan dividen
untuk
memenuhi sasaran
dari pemilik
dan
memaksimalkan kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan. Argumen terakhir tentang kebijakan dividen adalah yang mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Variable pajak dan
1
floation cost mendasari argumen tersebut. Di negara tertentu, seperti Amerika Serikat, pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan pajak untuk dividen. Disamping itu, pajak atas capital gain akan efektik jika capital gain tersebut direalisir (dijual). Dengan kata lain, pajak efektif atas capital gain dapat ditunda, sedangkan pajak untuk dividen akan dibayarkan pada saat dividen diterima. Berdasarkan argumen tersebut, dividen seharusnya dibayar rendah, karena akan menghemat pajak. Perusahaan disarankan untuk memberikan dividen yang rendah kepada pemegang saham. Ditinjau dari kepentingan perusahaan emiten, pendapat yang pertama dan ketiga, yaitu bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan bahwa dividen yang rendah kan meningkatkan nilai perusahaan yang disukai, dikarenakan perusahaan tidak perlu mempersiapkan pengeluaran yang tinggi untuk pembayaran dividen, sehingga dividen yang seharusnya dibagikan dapat digunakan modal perusahaan. Dilain pihak, ditinjau dari kepentingan pemegang saham, pendapat kedua lebih disukai, yaitu dividen dibagikan sekarang, khusunya bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka menengah. Kepentingan jangka menengah yang dimaksud adalah bahwa pemegang saham ingin menikmati hasil saham. Di lain pihek, bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang, relatif lebih menginginkan pengembangan modal perusahaan, sehingga tidak terlalu menuntut untuk dibagikan dividen. Maka, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen menyangkut tiga masalah yaitu : •
Seberapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata – rata selama
jangka waktu tertentu. •
Apakah pembagian tersebut dalam bentuk tunai atau pembelian kembali.
•
Apakah perusahaan sebaiknya mempertahankan tingkat pertumbuhan
dividen yang stabil. Ada tiga pendapat yang bertentangan dengan kebijakan dividen yaitu : 1.
Dividen dibagikan sebesar – besarnya
1
Besarnya dividen yang dibagikan akan tergantung pada laba yang diperoleh perusahaan. Maksimum jumlah dividen yang dibagikan akan sama dengan laba yang diperoleh, hal tersebut tidak benar. Laba tidak perlu dibagiakan kalau memang diharapakan bias dipergunakan untuk dapat diinvestasikan kembali 2.
Dividen tidak relevan
Perusahaan bisa membagikan dividen dan kemudian menerbitkan saham baru apabila ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Bagi pemilik saham akibatnya akan sama saja apabila perusahaan membagikan dividen dan menerbitkan saham baru atau tidak membagi dividen dan tidak menerbitkan saham baru. 3.
Dividen dibagikan sekecil mungkin
Pendapat ini mendasarkan diri pada kemungkinan adanya ketidaksempurnaan pasar modal. Perusahaan akan menanggung floatation costs kalau menerbitkan saham baru. Kalau telah memiliki uang yang bias dipergunakan unutk melakukan
investasi.
Karena
adanya
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan perusahaan tidak perlu membagikan dividen.
2.4 Teori Dividen Dalam kebijakan dividen kita mengenal ada enam teori dividen yaitu : 1. Teori ketidakrelevanan Dividen Menurut Modigliani dan Miller (MM) nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh pembanyaran dividen tetapi lebih ditentukan oleh earning power asset perusahaan. MM membuktikan pendapatnya secara metematis dengan asumsi pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional, tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru, tidak ada pajak, kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri dan kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Beberapa ahli menentang pendapat dari MM karena dalam prakteknya pasar modal yang sempurna sulit ditemukan, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti
1
ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah. 2. Teori Bird In The Hand Menurut Myron Gordon dan John Litner biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembanyaran dividen. Investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembanyaran dividen yang lebih pasti daripada menunggu capital gain yang lebih beresiko. 3. Teori Preferensi Pajak Menurut Litzenberger dan ramaswamy ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gain investor lebih menyukai capital gain karena pajak yang atas capital gain dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Kedua, umumnya pajak atas dividen lebih besar daripada capital gain karena adanya pajak ini investor lebih menyukai manajemen perusahaan untuk menahan sebagian labanya. Ketiga, investor juga mengisyaratkan return yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi dan capital gain rendah. 4. Teori Dividen Residual Teori ini ditentukan dengan cara : mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan, memanfaatkan laba ditahan semaksimal mungkin untuk membiayai investasi perusahaan, jika ada sisa laba maka dividen baru dibayar. Dengan demikian besarnya dividen akan fluktuatif. Model ini berkembang karena pendanaan emisi saham baru lebih mahal dari pemanfaatan laba ditahan karena adanya biaya-biaya emisi sahm dan penerbitan saham diartikan investor bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga menyebabkan penurunan harga. Oleh karena itu perusahaan mengutamakan pendanaan perusahaan berasal dari laba ditahan. Sehingga akibatnya perusahaan baru akan membayar dividen setelah kebutuhan dana investasi terpenuhi dengan kata lain jika ada pendapatan yang tersisa. 5. Teori Signaling Hypothesis Kkenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. MM berpendapat
1
bahwa kenaikan dividen merupakan sinyal pada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa dating. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan di erndah dari biasanya merupakan sinyal perusahaan akan menghadapi masa sulit dimasa mendatang. 6. Teori Clientele Effect Menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya pemegang saham yang tidak membutuhkan penghasilan saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba.
2.5 Kebijakan Dividen dalam Praktek Pada prakteknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relative stabil atau meningkat secara teratur. Asumsi yang mendasari adalah : 1.
Investor melihat kenaikkan dividen sebagai tanda yang baik bahwa
perusahaan lebih memiliki prospek yang cerah. 2.
Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan sama yaitu
tidak menurunkan dividen yang dibayar alias stabil. Menjaga kestabilan tidak berarti menjaga dividen payout ratio tetap karena nominal dividen bergantung pada laba bersih perusahaan. Jika DPR tetap tetapi laba bersih berfluktuasi maka pembayaran devide juga berfluktuasi.
rupiah
EPS
DPR
waktu
1
Pada umumnya, perusahaan akan menaikkan dividen hingga pada level dimana perusahaan akan dapat mempertahankannya di masa datang. Artinya, jika terjadi kondisi terburuk sekalipun, perusahaan dapat mempertahankan pembayaran dividennya. Ada perusahaan
yang
menggunakan
model
“residual
dividend“
dimana
perusahaan
untuk
dividen ditentukan dengan cara : 1.
Mempertimbangkan kesempat investasi perusahaan ;
2.
Mempertimbangkan
target
struktur
modal
menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi. 3.
Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal
sendiri tersebut semaksimal mungkin 4.
Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Dengan demikian, besarnya dividen bersifat fluktuatif. Model “ Residual Dividend “ ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri, alasannya : 1.
Menerbitkan saham menimbulkan biaya emisi saham ( flotation cost )
2.
Menruut teori “ signaling hypothesis“ penerbitan saham baru sering
salah artikan oleh investor bahwa perusahaan kesulitan keuangan sehingga menyebabkan penurunan harga saham. Model “ Residual dividend “ men;yebabkan dividen bervariasi jika kesempatan investasi perusahaan juga bervariasi (fluktuasi) , Jika kita percaya pada teori “ signaling hypothesis “. maka model ini sebaiknya tidak
diguanakn secara kaku
untuk menetapkan besarnya dividen secara “ year to year basis“. Model ini lebih banyak digunakan sebagai penuntun untuk menetapkan sasaran payout ratio jangka panjang yang memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dengan laba ditahan
2.6 Stock Repuchase, Stock Dividen, dan Stock Split a. Stock Repuchase
1
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai (cash dividen), perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repuchasing stock ). Harga stock repurchase pada ekilibrium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
( S x Pc ) P* = (S–n) dimana: P* : harga stock repurchase equilibrium S
: jumlah saham beredar sebelum stock repurchase
Pc : harga saham saat ini sebelum stock repurchase N : jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan.
Keuntungan stock repuchase bagi pemegang saham
1)
Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “undervalued “.
2)
Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
Kerugian bagi pemegang saham
1)
Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
2)
Keuntungan
stock repuchase
dalam
bentuk
capital
gains,
padahal
sebagian investor menyukai dividen.
Keuntungan bagi perusahaan
1)
Menghindari dikhawatirkan
kenaikan dividen. di
masa
Jika
mendatang
1
dividen perusahaan
naik
terlalu
terpaksa
tinggi
membagi
dividen yang lebih kecil (pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi)
yang
dapat
memberi
petanda
negatif.
Stoc
repuchase
merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal (extraordinary earnings) kepada pemegang saham. 2)
Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil– alihan perusahaan (yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
3)
Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya,
perusahaan ingin
meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar. 4)
Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke
pasar jika
perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan adalah
1)
Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa
stock
repuchase
merupakan
indikator
bahwa
manajemen
perusahaan tidak mempunyai proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini. 2)
Setelah
stock
repuchase,
pasar
mungkin
merasa
bahwa
risiko
perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang sempurna (dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari pemberian dividen), investor
akan indifferent
terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.
1
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham : 1.
Saham dapat dibeli pada pasar terbuka (open market )
2.
Perusahaan
membuat penawaran
formal untuk
membeli
saham
perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga tertentu (pendekatan tender offer ) 3.
Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau
beberapa pemegang saham besar (pendekatan negotiated basis)
b. Stock Split dan Stock Dividen
Stock split adalah tindakan peusahaan memecahkan saham yang beredar menjadi bagian yang lebih kecil. Contoh, two fo one selembar saham dengan nilai nominal 500. Setelah stock split maka jumlah saham beredar akan bertambah tetapi modal perusahaan tetap. Begitu juga dengan pemegang saham, kekayaan mereka tidak bertambah, hanya memegang saham lebih banyak dengan nilai nominal yang kecil, karena kenaikan jumlah saham diimbangi dengan penurunan nilai saham. Stock dividend juga tidak menambah kekayaan pemegang saham. Deviden saham adalah deviden yang dibayar dalam bentuk saham. Contoh three for one stock devidend artinya satu lembar saham mendapat deviden 3 lembar saham. Dengan demikian terjadi perubahan struktur modal. Dampaknya akan menurunkan nilai saham. Alasan mengapa deviden dibayar dalam bentuk saham karena perusahaan mengalami kesulitan likuiditas. Contoh, perusahaan memperoleh laba bersih Rp 2.000, dividend payout ratio 50%, jumlah saham yang beredar 1.000 per lembar. Harga pasar saham Rp 10. Perusahaan menggunkan 50% laba bersih untuk dibayarkan sebagai dividen saham atau akan menambah 100 lembar saham. EPS dapat dihitung sebagai berikut :
2
Nilai saham turun dari Rp 10 menjadi Rp 9,09
Walaupun tidak ada keuntungan, sebuah perusahaan tetap melakukan stock split dan stock deviden, dengan alasan : 1.
Stock split dilakukan untuk menjaga harga saham agar tetap pada harga
pasar yang optimal sehingga saham tetap diperjual belikan banyak orang. Harga saham yang tinggi akan menyulitkan investor untuk membeli
saham
tersebut sehingga dapat menurunkan permintaan. 2.
Stock deviden digunakan untuk menghemat kas atau perusahaan dalam
keadaan kesulitan likuiditas. Masalah yang muncul jika perusahaan tidak membagi dividen tunai investor bisa salah persepsi terhadap emiten. Akibatnya harga saham bisa turun, sehingga untuk menghindari efek negatif ini perusahaan dapat membagi stock dividen sebagai pengganti dividen kas. Meskipun pertimbangan
stock ekonomis
split
dan
stock
tapi perlakuan
dividen tidak
akuntansinya
berbeda
berbeda.
secara
Untuk
stock
dividen perusahaan harus melakukan kapitalisasi nilai pasar dari stock dividen dengan cara mentransfer sejumlah rupiah dari stock dividen ke rekening modal.
2.7 Pembelian Kembali Saham
Sebagai alternatif pembagian saham pada pemegang saham, perusahaan dapat menyalurkan labanya dengan membeli kembali saham perusahaan. Ada 3 metode untuk membeli kembali saham,yaitu : 1. Open market Yaitu membeli saham melaui pialang saham. Metode ini akan menyebabkan harga saham perusahaan akan naik dan ada biaya komisi pialang. 2. Tender offer Yaitu membuat penawaran fornal untuk membeli saham dalam jumlah tertentu dan harga tertentu. 3. Negotiated basis
2
Yaitu membeli saham pada satu atau lebih pemegang saham. Saham yang dibeli kembali oleh perusahaan yang mengeluarkan disebut saham treasury (treasury stock ). Dengan demikian makin sedikit saham beredar dampaknya akan menaikan pendapatan persahaan. Jika pendapatan per saham naik, maka nilai saham akan naik. Contoh, perusahaan memperoleh laba bersih Rp 2.000, dividend payout ratio 50%, jumlah saham yang beredar 1.000, harga pasar saham Rp 4. Perusahaan dapat menggunakan 50% laba bersih untuk membeli saham yang beredar dengan harga Rp 5 atau akan mendapat 200 lembar saham dan akan mengurangi jumlah saham yang beredar. EPS dapat dihitung sebagai berikut :
Keuntungan pembalian kembali bagi pemegang saham, yaitu : 1.
Dapat
mengurangi
jumlah
saham
yang
beredar
sehingga
ada
kemungkinanharga sahamnya akan naik. 2.
Dipandang sebagai suatu hal yang positif karena perusahaan melakukan
pembelian kembali saham jika dipandang harga sahamnya undervalue. Kerugian bagi pemegang saham,yaitu : 1.
perusahaan membeli dengan harga terlalu tinggi sehingga merugikan
pemegang saham yang tidak menjual sahamnya. 2.
Dengan adanya pembelian kembali saham maka keuntungan yang didapat
adalah capital gainpadahal investor lebih menyukai deviden. Keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam pembelian kembali saham,yaitu : 1.
Menghindari kenaikan deviden karena jika deviden terlalu tinggi maka
dikhawatirkan di masa datang perusahaaan terpasa membagi deviden lebih rendah yang memberi sinyal negatif bagi investor.
2
2.
Dapat
digunakan
untuk
menggagalkan
usaha
pengambilalihan
perusahaan dengan cara membeli kembali saham sebanyak-banyaknyasehingga menjadi pemegang saham mayoritas. 3.
Mengubah struktur modal perusahaan
4.
Saham
yamg
dibeli
dapat
dijual
kembali
jika
perusahaan
membutuhkan uang. Kerugaian bagi perusahaan yang telah membali kembali sahamnya,yaitu : 1.
Dapat merusak image perusahaan karena bagi investor pembelian
kebali saham merupakan sinyal bahwa perusahaan tidak mempunyai proyek-proyek investasi yang bagus. 2.
Pasar mungkin akan mersa bahwa resiko pereusahaan akan
meningkat sehingga menurunkan harga sahamnya.
2
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan •
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai dividen atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan).
•
Kebijakan dividen pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, usulan tim manajemen, perarturan hokum, kondisi likuiditas perusahaan, pengembangan usaha, pembayaran kembali utang jangka panjang, perjanjian hutang, pembatasan saham preferen, tersedianya kas, kebutuhan dana untuk investasi, dan fluktuasi laba
•
Ada tiga pendapat yang bertentangan dengan kebijakan dividen yaitu, dividen dibagikan sebesar – besarnya, dividen tidak relevan, dan dividen dibagikan sekecil mungkin
•
Dalam kebijakan dividen ada 6 teori dividen yaitu, teori ketidakrelevanan Dividen, Teori Bird In The Hand, Teori Preferensi Pajak, Teori Dividen Residual, Teori Signaling Hypothesis, dan Teori Clientele Effect ,
•
Stock split adalah tindakan peusahaan memecahkan saham yang beredar menjadi bagian yang lebih kecil. Deviden saham adalah deviden yang dibayar dalam bentuk saham.
•
Ada 3 metode untuk membeli kembali saham, yaitu open market, tender offer, dan negotiated basis
3.2 Saran •
Pembaca hendaknya memahami kebijakan dividen, teori-teorinya, dan metode-
metode yang digunakan sehingga mampu melakukan analisa bagaimana suatu perusahaan membuat keputusan tentang pembagian dividen.
2
•
Perusahaan yang akan melakukan kebijakan dividen hendaknya mempertimbangkan
berbagai faktor yang ada sehingga tidak merugikan pihak manapun. •
Makalah ini sebaiknya digunakan sebagai bahan referensi untuk mekalah-makalah
selanjutnya yang lebih membangun dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Harjito, Agus dan Martono. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Machowicz, John M dan James C. Van Horne. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan II. Jakarta : Salemba Empat. Purwohandoko. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Lanjutan. Surabaya: Unesa University Press. ____. Kebijakan Dividen. http://sobatbaru.blogspot.com/dividen.html. (Diakses tanggal 18 November 2010) ____. Kebijakan Dividen Perusahaan. http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009 / 06/kebijakan-dividen.html. (Diakses tanggal 18 November 2010)
2