Kasus 1
metode translasi mata uang asing Pasar spot / pasar tunai Pasar spot adalah pasar yang memfasilitasi transaksi-transaksi nilai tukar berjalan suatu valuta, dimana komuditi atau valas dijual secara tunai. Kurs spot adalah nilai tukar berjalan suatu valuta. Transaksi spot terdiri dari transaksi valas yang biasanya selesai dalam kurun waktu dua hari kerja. Dalam pasar spot dibedakan menjadi jenis transaksi, yakni: 1. Cash, pembayaran satu mata uang dan pengiriman mata uang lain diselesaikan dalam hari yang bersamaan. 2. Tom, (tomorrow), pengiriman dilakukan pada hari berikutnya. 3. Spot, pengiriman diselesaikan dalam tempo 24 jam setelah perjanjian. Contoh kasus:
Pada tanggal 09 oktober 2010, Agung membutuhkan uang sebesar us$ 20.000 untuk uang sakunya traveling ke luar negeri, dalam hal ini Agung segera menghubungi money changer untuk dapat mengetahui dan membuat kesepakatan selling price pada tanggal tersebut. Apabila telah terjadi kesepakatan selling price pada tanggal 09 Oktober 2010 adalah us$ 1 = Rp 9.000, maka perhitungan yang di peroleh: Jumlah uang yang dibutuhkan = us$ yang dibutuhkan X selling price = us$ 20.000 x Rp 9.000 = Rp 180.000.000 Maka untuk mendapatkan uang us$ 20.000 Agung memerlukan Rp 180.000.000 yang harus diserahkan paling lambat tanggal 09 Oktober 2010. (2X24 jam)
Pasar forward
Pasar forward adalah pasar yang memfasilitasi perdagangan kontrak forward mata uang. Kurs transaksi forward dimana akan diselesaikan telah ditentukan pada saat kedua belah pihak menyetujui kontrak untuk menjual dan membeli. Transaksi forward biasanya terjadi bila ekspotir, importer, atau pelaku ekonomi lain yang terlibat dalam pasar pasar valas harus membayar atau menerima sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu dimasa mendatang. Transaksi Swap
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan spot / pembelian forward atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering kali memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi disuatu Negara asing. Dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakkan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
Kurs nilai tukar adalah kurs yang menimbulkan keuntungan dan kerugian translasi. Nilai kurs tukar kini adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan. Kurs historis adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi.
Kurs rata-rata adalah kurs rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar atau kurs nilai tukar historis.
Metode transaksi: Ada dua metode transaksi dalam melakukan translasi mata uang asing yakni: 1. metode kurs tunggal suatu penerapan kurs nilai tukar, yakni kurs terkini dan kurs penutupan untuk sebuah aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. 2. metode kurs berganda
metode kurs berganda menggabungkan kurs nilai tukar dan kurs nilai tukar dalam proses translasi.
Metode kurs kini dan non kini
Berdasarkan metode ini, aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasi ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasi berdasarkan kurs historis. Pos – pos laporan laba rugi (kecuali beban penyusutan dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi dan berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasi berdasarkan kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.
Metode kurs moneter dan non moneter
Metode ini menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasi berdasarkan kurs kini. Pos – pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
Metode kurs temporal
Metode ini merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukurnya. Pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut bukan penilaian sesungguhnya.
POS
CR
CNR
MNM
Temporal
C
C
C
C
C
C
C
C
kas
piutang
ersediaan
C
C
H
H
C
C
H
C
C
H
H
H
C
H
H
H
C
C
C
C
C
H
C
C
H
H
H
H
a. cost
b. market
investasi jangka panjang
asset tetap
utang lancar
utang jangka panjang
saham biasa Dibawah ini adalah laporan keuangan dengan metode transaksi dengan kurs berganda. Dengan nilai kurs yang berlaku adalah $ 9000 dan jumlah rupiah yang terdepresiasi yakni 30%.
POS
Rp
CR ($)
CR
CNR
MNM
Temporal
1000000
85
100
100
100
100
3500000
125
350
350
350
350
5000000
200
500
500
200
500
1500000
540
150
540
540
540
11000000
950
1100
1490
1190
1490
2500000
260
250
250
250
250
3500000
345
350
345
350
345
5000000
345
500
895
590
895
11000000
950
110
Kas
Piutang
persediaan
aset tetap
utang lancar utang jangka panjang
saham biasa
Kasus 2 Di sini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap laporan keuangan neraca dan hasil usaha suatu perusahaan, terutama dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, accounting exposure akan selalu muncul pada saat penyusunan laporan keuangan jika diantara akun laporan keuangan bersangkutan terdapat akun atau pos-pos yang awal kejadiannya dinyatakan dalam valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan metode pencatatan yang antara lain :
a.Single rate method ( Metode Kurs Tunggal) , menurut metode ini nilai dilaporkan
menurut kurs tunggal yang berlaku pada tanggal neraca. b.Multiple rate method ( metode kurs berganda),terdiri dari metode : 1. Current-non current method ( metode lancar-non lancar ), menurut metode ini pos-pos
valas dibagi dua yaitu : • Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang berlaku saat ini (current rate). • Akun non lancar (non current), dilaporkan menurut kurs historis. • Akun laba rugi dija barkan denagn kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk penyusutan
dan amortisasi dinilai dengan kurs historis (historis rate)
2.Monetary dan non monetary method , dalam metode ini akun-akun valuta asing
perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu : .Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat ini. • Pos non moneter, yaitu pos -pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga pasar
dan untuk itu dinilai dengan historical rate.
3.Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan non monetary method.
Dalam hal ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah market value atau historical value.
4.Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus
dilaksanakan dengan konsisten.
PSAK yang dikeluarkan IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia ) memberikan pedoman sebagai berikut.
1.Selisih kurs akibat perubahan norma (gradual) diakui sebagai pendapatan biaya pada periode yang bersangkutan. 2.Selisih kurs akibat devaluasi : a. Sehubungan dengan saldo kas dan bank dilaporkan pada perhitungan laba rugi tahun berjalan. b. Hal yang berkaitan dengan pos moneter dalam valuta asing dapat dilaporkan langsung pada perhitungan rugi laba atau ditangguhkan. Amortisasi harus dilakukan secara sistematis jangka waktunya adalah sisa masa yang sesuai dengan perjanjian yang berlaku atau pada saat pelunasan, mana yang lebih dahulu. Selisih dari SWAP atau kontrak pembelian devaluasi dilaporkan sama seperti yang diterapkan pada pelaporan selisih kurs pinjaman yang diproteksi. c. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan selisih kurs devaluasi harus diungkapkan secara jelas pada catatan atas iktisar keuangan. Jika dilakukan penangguhan atas selisih kurs devaluasi tersebut juga harus diungkapkan.
Sementara itu, Standar Akuntansi menurut FASB adalah sebagai berikut :
1.Semua aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs berlaku pada tangggal neraca. 2.Selisih kurs akibat translasi dalam mata uang asing harus diperhitungkan dalam penentuan rugi laba periode tertentu. Tidak ada perbedaan antara yang normal dan devaluasi.
kasus translasi mata uang asing : Laporan Super Express Laporan Keuangan 31 Desember 2001 Nama akun
Rp
Historis
Current rate $
CNC
MNM
rate $
Kas
6400000
711
653
653
653
Piutang Usaha
4500000
500
459
459
459
375000
42
38
38
38
4300000
477
438
438
477
200000
22
20
20
22
100000
11
10
10
11
5000000
555
510
555
555
Piutang Pendapatan Bunga Deposito Sediaan Bahan Pengepakan Sediaan BHP Kantor Asuransi Dibayar di muka investasi-deposito berjangka
Te
Sewa dibayar di muka
10800000
1200
1102
1102
1200
perlengkapan kantor
9000000
1000
918
1000
1000
Alat Pengangkutan
20000000
2222
2040
2222
2222
1250000
138
127
138
138
61925000
6878
6315
6635
6775
2200000
244
224
224
224
400000
44
40
40
40
Utang gaji
2800000
311
285
285
285
Utang pajk penghasilan
1600000
178
163
163
163
10000000
1111
1020
1111
1020
Laba tahun ini
6400000
711
653
653
653
laba di tahan
4175000
464
426
426
464
1350000
150
137
150
150
8000000
888
816
888
888
modal saham
25000000
2777
2551
2695
2888
TOTAL
61925000
6878
6315
6635
6775
dividen TOTAL
Utang usaha Utang biaya bunga
Utang bank-jangka panjang
depr. Akumulasi perlengkapan depr. Akumulasi alat pengangkutan
Keterangan : Kurs 1=$9000 , kurs terdepresiasi =$9800 Analisis : Dari laporan keuangan PT. SUPER EXPRESS terlihat bahwa adanya penurunan nilai sebesar $226, atau bisa dikatakan perusahaan mengalami rugi translasi sebesar $226 akibat adanya translasi. Bila dilihat dari metode Current-Non Current (CNC) maka perusahaan juga akan mengalami kerugian sebesar $82, tetapi apabila dilihat dengan menggunakan metode Moneter-Non Moneter (MNM) perusahaan mengalami keuntungan translasi sebesar $111, dan dengan menggunakan metode temporal perusahaan juga mengalami kerugian translasi sebesar $19. Tetapi kerugian metode
temporal tidak sebesar kerugian translasi dengan menggunakan metode current-non current. Kesimpulan : Kesimpulannya bahwa setelah laporan keuangan perusahaan PT. SUPER EXPRESS melakukan translasi mata uang asing, maka terjadi penurunan atau kerugian translasi sebesar $226. Tetapi bila perusahaan menggunakan metode Moneter-Non Moneter (MNM) perusahaan mengalami keuntungan translasi sebesar $111. Sumber : Buku Teori Akuntansi, disusun oleh Sofyan Syafry Harapan. Ed. Revisi ke 9. http://linaseptiawati.blogspot.com/2011/04/kasus-translasi-mata-uang-asing-atau.html
KASUS 3 Kasus Century Pengaruhi Pasar Modal & Pasar Valas JAKARTA - Krisis keuangan yang menghantam Eropa yang mempengaruhi transaksi pasar
modal termasuk pasar valuta asing (valas), nampaknya kalah dominan jika dibandingkan dengan Kasus Bank Century di panitia khusus (Pansus) sekarang ini.
"Saya pikir faktor Yunani tidaklah berpengaruh terhadap rupiah. Faktor Century saya duga lebih besar," kata Kepala Ekonom BNI Tony Prasetiantono kepada okezone di Jakarta, Rabu (24/2/2010).
Apa yang terjadi di Pansus sekarang ini, menurutnya sangat membuat bingung pasar. Arah penyelesianpun nampaknya masih sukar diketahui, karena manuver-manuver dan agenda politik yang tidak jelas.
"Pasar masih confused terhadap dinamika Pansus. Bola masih liar, apalagi sesudah pertemuan konsolidasi di Cikeas batal," jelas dia,
Karena itu, dia menuturkan sentimen negatif masih akan menyelimuti rupiah pada hari ini. Kecuali, terjadi kejelasan atas partai-partai dalam arah penyelesaian masalah ini. "Jadi, wajar jika sentimen cenderung negatif. Karena itu saya prediksikan besok akan sedikit melemah ke Rp9.350, kecuali besok ada berita baik dari pansus berupa rekonsiliasi politik partai-partai koalisi," paparnya.
Sementara itu, ekonom Indef Hendri Saparini sebelumnya menjelaskan penyebutan nama pejabat yang terlibat dalam kasus Bank Century memungkinkan munculnya respons negatif oleh pasar. Nama yang kerap disebut-sebut paling bertanggung jawab atas pemberian dana talangan Rp6,7 triliun, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono, yang kala itu menjabat sebagai gubernur Bank Indonesia (BI).
"Hal ini sangat mungkin akan direspons negatif oleh pasar, terutama pasar finansial. Apalagi selama ini pilihan kebijakan Sri Mulyani dan Boediono membuat pasar finansial sangat nyaman, sehingga dalam beberapa tahun ini Indonesia kebanjiran hot money," ujarnya.
Namun demikian Hendri yakin reaksi ini hanya sesaat. Hendri juga menyebutkan bahwa sudah menjadi tugas Pansus dan pemerintah untuk menjelaskan kepada publik dan pasar, bahwa penyebutan nama yang bertanggung jawab dalam kebijakan bailout adalah hal wajar.
Menurutnya, langkah tersebut (penyebutan nama) harus dilakukan untuk meraih tujuan yang lebih besar, yakni mengembalikan kredibilitas BI dan pemerintah. Keyakinan DPR dan langkah proaktif pemerintah untuk meredam reaksi negatif sesaat menjadi sangat penting.
"Selain itu, harus diingat bahwa mempertahankan penegakan hukum, good governance dan kredibilitas lembaga jauh lebih penting dibanding mempertahankan individu," tambahnya.