37
KASUS INDIVIDU SEKOLAH DASAR
DI SD ISLAM TERPADU ALAM NURUL ISLAM
Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi
Bidang Pendidikan
Dosen Pembimbing
Dr. Wisjnu Martani SU
Disusun oleh :
Erlyani Fachrosi
13/356716/PPS/2816
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
BIDANG PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang Pendidikan Universitas Gadjah Mada.
Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.
Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.
Bapak Drs. Amrizal Rustam, SU, Psi selaku dosen internal yang telah memberikan masukan saat penerjunan ke SD.
Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang setiap saat
Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X, khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SD IT Alam Nurul Islam, kepada Bapak Kepala Sekolah Muhammad Ariefuddin, S.Si, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SD ini, kepada mbak Novia Fetria Aliza, M.Psi, Psi., selaku Supervisor Lapangan yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP, dan ustadzah Dina dan ustadz Ryan selaku guru di sekolah yang mendampingi klien .
Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada klien dan keluarga yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk dunia pendidikan.
Yogyakarta, Juli 2015
Penulis
Erlyani Fachrosi, S.Psi
DAFTAR ISI
IDENTITAS 1
Identitas Klien 1
Identitas Keluarga 1
PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN 1
ASESMEN 2
Tujuan Asesmen 2
Prosedur Asesmen 2
Hasil Asesmen 3
Hasil Observasi 3
Hasil Wawancara 7
Tes Psikologi 14
Dokumentasi 15
Integrasi Data 16
DINAMIKA PSIKOLOGI 17
Riwayat Kasus 17
Dinamika Kasus 18
Penegakan Diagnosa 23
Prognosis 24
INTERVENSI 24
Tujuan Intervensi 24
Rancangan Intervensi 24
Penetapan Baseline 24
Evidence Based 25
Prosedur Intervensi 26
Pelaksanaan Intervensi 29
Hasil Intervensi 33
Perubahan RACS 33
Perubahan perilaku 33
Perubahan pada diri target intervensi 35
Evaluasi Pelaksanaan Program 35
REKOMENDASI 36
DAFTAR PUSTAKA 37
IDENTITAS
Identitas Klien
Nama : MDA
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan kelahiran : Anak ke 1 dari 3 bersaudara
Status : Anak kandung
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Kelas : III - A
Identitas Keluarga
Tabel 1. Identitas Keluarga Klien
Keterangan
Ayah
Ibu
Adik
Adik
Nama
RM
SNAF
MRAA
MKEF
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Usia
32 tahun
37 tahun
6 tahun
1 tahun
Agama
Islam
Islam
Islam
Islam
Suku
Jawa - Padang
Jawa - Sulawesi
Pendidikan
S2
S1
SD
-
Pekerjaan
Dosen
Ibu rumah tangga
Siswa
-
Alamat
Wates, Kasihan, Yogyakarta
PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN
Guru mengeluhkan klien memiliki kesulitan dalam konsentrasi saat pembelajaran di kelas. Saat proses belajar mengajar klien sering melamun, mudah teralihkan saat mengerjakan tugas, dan lambat saat mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan pada saat pengerjaan tugas klien menyelesaikan paling lama dibanding teman-temannya dengan hasil kerja yang tidak maksimal. Klien kurang mampu mengikuti ritme belajar di kelas, sehingga harus selalu didampingi di kelas oleh guru. Kepribadian klien pendiam dan kurang antusias saat belajar di kelas.
Tujuan dari pendampingan ini adalah:
Mengidentifikasi permasalahan klien untuk mengetahui faktor utama yang menyebabkan klien sering melamun dan terlambat menyelesaikan tugas.
Merancang program pendampingan dan melakukan intervensi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
ASESMEN
Tujuan Asesmen
Tujuan dari asesmen yang dilakukan adalah mendapatkan data yang akurat untuk menegakkan diagnosa dan menyimpulkan permasalahan yang dihadapi klien.
Prosedur Asesmen
Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
No.
Aspek yang Diases
Metode
Sasaran
Pelaksanaan
Tempat
1
Kognitif
Kemampuan kognitif klien
Wawancara tidak terstruktur
Guru kelas III, II, I
Ayah & ibu klien
21 Agustus
8,11, September
1, 24, 28, Oktober
1 November
Sekolah
Kampus
Rumah
Dokumentasi: Rapor
Sekolah
1 September
Sekolah
Potensi inteligensi klien
Tes Psikologi: WISC
Klien
1 November
Sekolah
2.
Emosi
Ekspresi emosi klien
Wawancara tidak terstruktur
Guru kelas III
Ibu & ayah
25 September
6 Oktober
1 November
Sekolah
Kampus
Kampus
Observasi
Klien
11 September
Sekolah
Gambaran emosi klien
Tes psikologi: Grafis
Klien
6 Oktober
Rumah
Motivasi belajar klien
Wawancara semi terstruktur
Ayah & ibu
Guru kelas III
25 September
28 Oktober
1 November
Kampus Rumah
3.
Sosial
Interaksi sosial klien dengan teman sekelasnya
Observasi event sampling (jam istirahat)
Klien
11 september
Sekolah
Wawancara tidak terstruktur
Guru kelas III
8, 30 September
Sekolah
Wawancara semi terstruktur
Ayah & ibu
6,28 Oktober
1 November
Kampus Rumah
Interaksi klien terhadap keluarga
Wawancara semi terstruktur
Ayah & ibu
6,28 Oktober
1 November
Kampus
Rumah
4.
Perilaku
Gaya belajar klien selama di sekolah
Observasi event sampling (anecdotal record)
Klien
26 Agustus
26,30 September
Sekolah
Perilaku off-task selama belajar di sekolah
Observasi Behavior Checklist
Klien
13-24 Oktober
4-5 Desember
Sekolah
Gaya belajar klien selama di rumah
Wawancara semi terstruktur
Ibu & ayah
6,28 Oktober
1 November
Kampus Rumah
5.
Riwayat perkembangan klien semenjak masuk SD
Wawancara semi terstruktur
Guru kelas II, I, Ibu
8,11,30 September
1,28 Oktober
Sekolah
Rumah
6.
Pola asuh yang diterapkan di rumah
Wawancara semi terstruktur
Ibu & ayah
28 Oktober
1 November
Kampus
Rumah
Hasil Asesmen
Hasil observasi
Observasi fisik
Klien memiliki perawakan kulit putih, dan tinggi badan yang paling tinggi di antara teman-temanya. Klien tidak memiliki hambatan baik di indera penglihatan maupun pendengaran. Klien sering menggerakkan jari-jari tangannya saat belajar maupun bermain. Klien mampu menggerakkan jari kelingking ke arah belakang hingga menyentuh jari jempol. Klien mampu berlari dan melompat seperti anak lainnya di kelas.
Observasi perilaku belajar klien di kelas
Selama proses belajar mengajar di kelas, klien mudah terdistraksi dengan hal-hal yang ada di sekitarnya seperti adanya siswa lain yang berbicara, suasana di luar kelas, dan benda-benda di sekitarnya. Di kelas klien cenderung jarang berbicara, dan lebih sering memperhatikan siswa lainnya. Saat guru menjelaskan instruksi tugas, klien tidak melihat ke guru tetapi memainkan pensil dan menggambar di buku catatannya.
Klien lambat untuk memulai mengerjakan tugas yang diberikan guru. Ketika siswa lain mulai mengerjakan klien masih melamun ataupun memainkan benda di sekitarnya. Pada saat pengerjaan tugas klien beberapa kali mengerjakan dan beberapa kali pula terdistraksi oleh lingkungan. Guru memberikan batas waktu pengerjaan tugas di kelas. Saat guru memberikan waktu lima menit untuk menyelesaikan lima soal klien hanya mampu mengerjakan tiga soal dalam waktu tertentu dibandingkan teman-teman lain yang sudah selesai keseluruhannya.
Saat tidak paham dengan materi klien mencoba memanggil guru dengan suara kecil dan gerakan yang ragu-ragu mengangkat tangan sehingga guru tidak merespon klien. Karena guru tidak merespon, klien tidak berusaha kembali memanggil guru tersebut dan hanya diam di meja. Guru menyadari perilaku diam klien sehingga menghampiri untuk menanyakan kesulitan kemudian mendampingi klien dalam pengerjaan tugas.
Setiap akhir sesi kelas, guru memberikan worksheet agar siswa mengaplikasikan pembelajaran yang didapatkan sebelumnya. Klien mengerjakan worksheet tersebut dengan lambat dan cenderung kurang bersemangat dibandingkan teman-temannya yang berlomba-lomba untuk menyelesaikan agara dapat beristirahat lebih awal. Oleh karena itu, klien menjadi siswa yang terakhir menyelesaikan worksheetnya.
Observasi saat ujian
Saat guru menjelaskan aturan ujian, klien tidak melihat guru yang sedang berbicara dan memainkan kotak pensil di hadapannya. Saat pengerjaan soal tersebut klien terlihat mengerjakan tugas dalam 1 menit dan menit kemudian klien terdistraksi dengan kegiatan di luar pengerjaan tugas seperti memperhatikan temannya, meletakkan kepala di atas meja, dan mencoret pensil di meja. Kegiatan ini terjadi berulang-ulang selama pengerjaan soal.
Guru beberapa kali mengingatkan klien untuk tetap fokus mengerjakan soalnya. Saat siswa lain mulai selesai dan keluar kelas, klien terlihat santai cuek dan lambat saat mengerjakan soal. Ketika di kelas hanya tinggal empat anak, klien tidak menunjukkan usaha untuk bergegas bahkan terkadang berbisik dengan siswa lain yang belum selesai. Akibatnya klien menjadi siswa yang terakhir selesai dan diperingatkan guru karena waktu pengerjaan telah habis.
Observasi perilaku saat jam istirahat
Klien menjadi siswa terakhir yang keluar saat jam istirahat. Klien tidak ikut antrian siswa lain yang sedang mengambil jatah snack mereka. Klien hanya berdiri di luar antrian menunggu siswa lain selesai mengambil bagian. Ketika tidak ada lagi antrian klien mulai mengambil jatah snacknya.
Klien sering menggerakkan jari tangannya saat jam istirahat ketika sedang tidak memegang suatu benda di tangannya. Saat klien berbicara dengan anak lain, klien terlihat tidak fokus dengan isi pembicaraan sambil menggerakkan tangan dan mata melihat anak lainnya. Klien lebih banyak mendengarkan dan membiarkan temannya berbicara. Klien juga memperhatikan anak lain yang sedang bermain dan ragu untuk ikut bergabung. Klien lebih memilih bermain sendiri mengitari bukit di halaman sekolah.
Observasi selama tes psikologi
Kondisi tes yang dilakukan secara individual memungkinkan klien memahami instruksi tes yang diberikan. Saat tes WISC diberikan, khususnya pada subtes verbal klien cenderung lama dalam menjawab dan hanya diam. Jika pertanyaan diulang dan ditanya tahu atau tidak, klien hanya menggelengkan kepalanya. Klien mudah bosan selama subtes verbal diberikan khususnya perbendaharaan kata. Penjelasan klien terhadap kata yang diajukan singkat sehingga praktikan mendahulukan subtes performance. Pada subtes ini klien cenderung lebih antusias dalam menjawab dan respon yang cepat. Setelah subtes performance selesai, praktikan membawa kembali subtes perbendaharaan kata. Berbeda dengan respon sebelumnya, klien lebih banyak menjelaskan definisi dari kata yang ditanyakan.
Kesimpulan Hasil Observasi
Secara fisik, klien tidak memiliki hambatan yang berarti untuk menerima pelajaran di kelas. Perilaku klien selama pengerjaan tugas di kelas sering kali terdistraksi oleh hal-hal di luar pengerjaan tugas. Klien sering melamun, memperhatikan temannya, memainkan tangannya dengan benda-benda di sekitar mejanya, dan meletakkan kepala di atas meja. Hal ini membuat klien terlambat memulai mengerjakan ataupun tidak mendengarkan instruksi dari penjelasan guru sehingga salah mengerjakan dan menjadi yang terakhir selesai. Perilaku yang mudah terdistraksi berlangsung dalam 1-2 menit kemudian kembali mengerjakan tugas namun kembali ke perilaku terdistraksi dan seterusnya.
Dalam situasi kelas, klien tidak menunjukkan usaha keras saat tidak memahami pelajarannya. Klien cenderung diam dan ragu untuk bertanya sehingga guru mendatangi untuk memberikan pendampingan. Beberapa kali guru harus memperingatkan klien agar berhenti melamun dan melanjutkan tugasnya. Klien cenderung kurang termotivasi untuk berlomba saat mengerjakan tugas seperti teman-temannya. Klien cenderung cuek dan santai ketika teman-teman lain segera menyelesaikan tugasnya. Berbeda halnya jika klien didampingi secara individual. Klien mudah bosan terhadap materi yang berkaitan dengan verbal. Antusiasme klien muncul jika materi tersebut adalah materi yang klien sukai.
Klien cenderung memilih bermain sendiri dibandingkan berkelompok dengan temannya. Ketika berbicara dengan teman klien kurang fokus dengan isi pembicaraan dan lebih sering menjadi pendengar dibandingkan berbicara.
Hasil wawancara
Wawancara guru kelas III
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III menyatakan bahwa klien termasuk anak yang sulit berkonsentrasi dan sulit fokus saat proses belajar mengajar di kelas. Klien selalu terlihat kurang tertarik dan kurang termotivasi ketika belajar. Hal ini terlihat dalam situasi kompetisi, klien cenderung cuek dan tetap santai dibandingkan teman-temannya di kelas yang berlomba-lomba mengerjakan dengan antusias. Sifat klien juga cenderung pasif, diam, patuh, dan cenderung menghindari konflik dengan teman-temannya.
Ritme belajar dan pengerjaan tugas klien di kelas III ini cenderung lambat dibandingkan siswa lain. Klien selalu terlambat dalam menyelesaikan tugas dan hal ini terjadi hampir di setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh dua guru kelas. Guru berpendapat bahwa klien memiliki potensi yang baik di antara teman-teman namun hal ini tidak teraktualisasikan ke dalam hasil belajar klien. Hasil belajar klien cenderung rendah karena nilai-nilai tugas mandiri di kelas sering di bawah KKM atau di ambang batas KKM.
Ketika guru sedang menjelaskan di depan kelas, klien sering melamun dan tidak menatap guru yang sedang berbicara. Hal ini terkadang membuat klien tidak paham dengan isi instruksi guru sehingga salah dalam pengerjaannya. Guru beberapa kali harus mengulang instruksi atau memanggil klien untuk menyadarkan dari lamunannya. Hal ini berakibat kepada hasil belajar klien yang kurang optimal jika dibandingkan siswa lain di kelas.
Pada saat proses pengerjaan tugas klien terlihat kurang gigih. Guru melihat klien kurang inisiatif untuk bertanya ketika tidak paham. Klien cenderung diam dan berhenti mengerjakan sehingga guru menghampiri dan mendampingi klien dalam pengerjaan tugasnya. Klien sering terdistraksi oleh hal-hal di sekitarnya saat mengerjakan tugas. Klien selalu melamun dan tidak mendengarkan instruksi guru. Beberapa kali klien salah dalam memahami instruksi soal, sehingga salah dalam mengerjakan.
Klien juga termasuk anak yang mudah lupa. Hal ini sering terjadi jika guru memberikan informasi secara lisan kepada klien. Seperti halnya perintah untuk membawa sesuatu keesokkan harinya sehingga klien lupa membawa tugas tersebut. Saat pertama kali masuk kelas III klien juga masih disusunkan ibu karena selalu ketinggalan buku pelajaran yang harus dibawa.
Guru melihat klien cenderung bermain dengan anak tertentu. Klien menghindari anak-anak yang lebih dominan dibandingkan dirinya. Sehingga klien lebih sering bermain dengan satu anak yang juga terlambat dalam mengerjakan tugas di kelas. Dalam hubungan pertemanan klien termasuk anak yang selalu menghindar konflik dengan teman-temannya.
Guru berpendapat permasalahan yang dialami oleh klien lebih disebabkan oleh hubungan yang kurang hangat di keluarganya. Hal ini dikarenakan beberapa guru pernah melihat perlakuan ibu yang kurang hangat saat menjemput klien. Ibu menjemput dengan raut wajah cemberut dan marah ketika klien terlambat menghampiri ibunya. Ibu juga tidak pernah menanyakan ativitas harian anak di sekolah dan sibuk memegang telepon genggamnya.
Guru pernah mendapatkan SMS keberatan ibu terhadap pekerjaan rumah yang melibatkan orang tua karena merasa direpotkan. Pekerjaan rumah tersebut diberikan guru untuk memberikan informasi terhadap perkembangan belajar anak di sekolah. Ibu merasa keberatan karena pekerjaan rumah tersebut hanya akan dikerjakan oleh orang tua. Berdasarkan data guru yang didapat dari klien pekerjaan rumah klien dibantu oleh om dan tantenya. Hal ini membuat guru merasa bahwa apa yang diajarkan di sekolah tidak diterapkan di rumah, sehingga perilaku klien yang dibentuk di sekolah tidak konsisten dengan perilaku di rumah.
Wawancara guru kelas II
Kebiasaan klien selama di kelas II adalah melamun ketika guru menjelaskan secara lisan di depan kelas. Selama guru menjelaskan, klien cenderung memainkan tangannya, ataupun melihat-lihat sekitar seperti melihat ke luar atau melihat teman-temannya. Hal ini menyebabkan klien tidak paham ketika harus mengerjakan soal karena tidak mendengarkan guru. Klien juga sering menjadi orang yang terlambat selesai ketika pelajaran. Sehingga klien harus menggunakan waktu istirahat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selama mengerjakan tugas klien cenderung mudah terdistraksi, beberapa menit mengerjakan lalu terdistraksi lalu mengerjakan kembali.
Hasil pengerjaan klien yang menghabiskan waktu lama juga tidak terlalu bagus. Untuk memancing ketertarikan klien di kelas II, guru pernah menerapkan token economy di kelas namun cenderung kurang berhasil untuk klien sendiri. Klien dilihat kurang termotivasi dibandingkan teman-temannya ketika diterapkan token economy di kelasnya.
Guru melihat klien selalu difasilitasi oleh keluarganya yang pada dasarnya berasal dari keluarga mampu. Guru selalu mendapatkan sms dari ibu untuk mengecek buku PR dibawa klien. Hal ini dilakukan karena klien sering lupa menyerahkan tugas sehingga tugas menumpuk sampai seminggu. Guru juga pernah melihat ibu memarahi klien ketika menjemput sepulang sekolah di depan guru-gurunya. Perilaku klien saat itu adalah diam tanpa melawan orang tuanya.
Wawancara guru kelas I
Berdasarkan hasil wawancara guru kelas I, guru perrnah mendapatkan catatan riwayat akademik klien dari TK klien sebelumnya. Catatan tersebut menginformasikan untuk memberikan pendampingan khusus perihal kesulitan klien menangkap informasi. Catatan tersebut menyatakan bahwa klien lambat untuk memahami instruksi guru.
Perilaku klien di kelas I juga menunjukkan kesulitan untuk berkonsentrasi dan perlu pendampingan ekstra saat mengerjakan tugas di sekolah. Hal ini membuat tuntutan belajar di kelas I disesuaikan dengan perkembangan klien sehingga berbeda dengan anak-anak di kelasnya. Klien tidak terlalu dipaksakan untuk mengikuti kecepatan belajar temannya dan kurikulum sekolah. Klien sebenarnya memiliki potensi belajar yang baik, hal ini ditunjukkan dari prestasi belajar yang tidak terlalu buruk di kelasnya namun tidak pula terlalu baik.
Wawancara ibu
Klien merupakan anak pertama di keluarga. Sebelum adik-adiknya lahir, klien selalu dimanja oleh keluarga termasuk kakek dan neneknya. Sehingga klien selalu dijaga dan dilindungi dari lingkungan yang membahayakannya. Saat duduk di bangku TK, sifat pemalu klien sudah terlihat. Klien malu ketika ayah-ibu menyaksikan penampilan di sebuah acara TK. Saat usia 3 tahun adik klien lahir, klien menjadi lebih dibebaskan untuk melakukan sesuatu yang disukai.
Klien juga meneruskan sekolah dasarnya di yayasan yang sama atas dasar keinginan sendiri. Mulai saat TK sampai kelas I SD ibu tidak mendapatkan keluhan dari guru. Berbeda halnya di kelas II klien dikeluhkan selalu terlambat menyelesaikan tugasnya dan sering lupa membawa benda-benda yang diperintahkan guru. Ibu mengetahui bahwa klien sangat sering melamun dan memainkan jari tangannya. Kebiasaan klien melamun juga disadari oleh kakek-neneknya. Kakeknya harus berulang kali memanggil klien untuk menyadarkan klien dari lamunannya.
Saat di rumah, klien selalu dijahili oleh adiknya yang lebih aktif dibanding dirinya. Klien termasuk anak yang pendiam ketika berada di rumah berbeda dengan adiknya yang lebih agresif dibanding klien. Tak jarang di rumah klien dan adik sering bertengkar dan klien lebih sering mengalah. Saat ini ibu juga menjadi lebih kerepotan karena mengurus adik kedua klien yang baru lahir.
Di kelas III ini, klien sering menginap di rumah tantenya karena rumah orang tua klien sedang direnovasi. Aktivitas setiap pagi dari rumah diantar oleh ayah ke sekolah, setelah pulang sekolah klien dengan bis antar jemput diantar ke rumah tantenya. Setelah ayah pulang bekerja, klien dan keluarga dijemput di rumah tante untuk pulang ke rumahnya. Tak jarang pula, klien menginap di rumah tantenya jika kondisi rumah dirasa membahayakan bagi anak.
Hal ini membuat ibu sengaja membawa buku pelajaran esok hari jika harus menginap di rumah tantenya. Saat di rumah tante klien biasanya bermain dengan sepupu-sepupunya dan jarang untuk belajar atau mengerjakan tugas. Kebiasaan belajar di rumah juga tidak tentu dan tergantung pada adanya perkerjaan rumah yang harus dikerjakan.
Hubungan sosial klien hanya terbangun melalui interaksi klien dengan saudara kandung atau dengan sepupunya di rumah tante. Hal ini dikarenakan ayah membatasi pergaulan klien di lingkungan rumah karena khawatir terhadap perkembangan klien. Sedangkan teman-teman klien dari sekolah hanya bertemu di sekolah karena jarak rumah yang berjauhan.
Ibu memiliki keinginan untuk menerapkan kedisiplinan pada perilaku belajar klien. Namun hal ini tidak bisa sejalan dengan perilaku ayah yang cenderung memanjakan klien. Ayah membebaskan klien untuk belajar ataupun bermain ketika di rumah. Ibu juga merasa kesulitan untuk mendampingi klien belajar karena tidak mampu menjelaskan pelajaran kepada anak usia sekolah dasar. Oleh karena itu, untuk mata pelajaran seperti Matematika dan IPA, klien lebih sering diajarkan oleh ayah. Ibu juga merasa kerepotan dengan pekerjaan rumah klien di kelas III ini. Alasan ibu karena harus mengurus tiga anak laki-laki, waktu pekerjaan rumah yang singkat, dan tugas yang harus melibatkan orang tua sehingga membuat orang tua yang mengerjakan tugas anak.
Ibu mengatakan ayah sering memenuhi permintaan dari klien. Benda-benda yang diberikan seperti Play station, tablet tiap anak, kaset Play station baru, dan alat mainan lainnya. Hal ini yang membuat ibu merasa bahwa pola asuh yang diterapkan di rumah cenderung tidak konsisten antara ayah dan ibu.
Wawancara Ayah
Kebiasaan klien melamun juga terjadi di rumah, ayah kerap menanyakan apa yang sedang klien pikirkan. Klien diakui sebagai anak yang pendiam, lebih penurut, dan patuh. Kesibukan ayah bekerja sebagai dosen membuat ayah hanya menghabiskan waktu malam hari untuk bertemu dengan anaknya. Setiap hari kegiatan ayah mengantar ke sekolah, lalu menjemput klien bersama adik-adiknya di rumah nenek lalu pulang ke rumah. Ayah mengaku tidak terlalu memaksakan anak-anaknya, khususnya klien untuk belajar kembali di malam hari. Jika anak tidak ingin belajar ayah membebaskan klien melakukan sesukanya tanpa memaksa untuk belajar. Ayah juga memenuhi permintaan dan memfasilitasi apapun keinginan klien sambil berusaha memberikan reward terhadap perilaku baik klien. Reward yang selama ini ayah berikan berupa tablet, kaset play station, dan masakan kesukaan klien.
Ayah mengaku ibu kurang terlibat dalam aktivitas di rumah. Ibu tidak pernah membuat masakan sehat untuk keluarga. Sehingga aktivitas rumah seperti memasak dan membersihkan rumah menjadi tugas ayah juga. Ibu lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain gadget-nya ataupun menonton televisi. Tak jarang ibu juga tidak mau mengalah jika anak ingin menonton televisi. Aktivitas ibu lebih kepada menjemput adik klien yang sekolah, menjaga bayi yang baru berusia 1 tahun dan sering tinggal di rumah ibunya. Sehingga urusan anak sering masih dibantu oleh neneknya.
Ayah mengakui pola asuh antara ibu dan ayah sering tidak konsisten. Ayah tidak pernah memaksakan klien untuk belajar. Sedangkan ibu memperlakukan klien lebih keras dibandingkan dirinya. Ayah sebisa mungkin fokus terhadap perkembangan anak, namun dikarenakan kesibukan mencari nafkah ayah tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan guru di sekolah klien.
Frekuensi belajar klien di rumah juga lebih dikarenakan mengerjakan PR dari sekolah jarang sekali untuk mengulang pelajaran sekolah. Ayah lebih menyukai mengajarkan klien konsep berhitung dibandingkan konsep yang memerlukan hapalan. Sehingga ayah lebih sering mengajarkan klien pelajaran Matematika. Klien juga terkadang belajar di depan televisi, sehingga ayah meminta klien belajar sendiri bersama adiknya di kamar. Namun, kondisi yang terjadi klien lebih sering diganggu oleh adiknya. Ayah meminta klien untuk mengerjakan tugasnya sendiri agar dapat bertanggung jawab, jika ada kesulitan baru diizinkan untuk bertanya. Terkadang ayah merasa kasihan melihat klien harus mengerjakan PR malam hari saat sudah mengantuk, sehingga ayah meminta klien mengerjakan di waktu shubuh sebelum berangkat sekolah.
Wawancara Klien
Klien lebih menyukai diajarkan oleh ayahnya dibandingkan ibu. Klien menyatakan bahwa ia tidak pernah diajari oleh ibu di rumah. Jam belajar di rumah juga hanya sebentar. Aktivitas yang paling sering dilakukan di rumah adalah menonton televisi ataupun bermain game. Klien yang memiliki tablet sendiri sangat sering bermain game. Jika di rumah sepupunya, klien lebih sering bermain dengan sepupunya. Klien menyatakan paling suka belajar Matematika dan tidak menyukai pelajaran seperti IPA dan IPS. Klien senang diajarkan oleh ustadz dan ustadzahnya sekarang.
Klien juga menyatakan bahwa kegiatan ibu di rumah lebih sering bermain handphone dan menonton televisi. Makanan yang mereka makan juga lebih sering dimasak oleh ayah. Saat hari libur klien lebih sering pergi bersama keluarga tantenya, jarang bersama ibu dan ayah. Hal ini dikarenakan ayah sibuk bekerja dan ibu lebih sering berada di kamar.
Kesimpulan hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa klien cenderung lambat dalam mengerjakan tugas dikarenakan terdistraksi dengan hal-hal di sekelilingnya. Perilaku yang membuat distraksi seperti melamun, memainkan benda-benda di atas meja, atau melihat teman-teman sehingga lama memulai tugas. Klien tidak termotivasi ketika di kelas dan tidak menunjukkan usaha bertanya ketika tidak tahu. Hasil tugas klien memang tinggi berbeda dengan hasil evaluasi pelajarannya. Hanya saja pengerjaan tugas selalu jadi yang terakhir dan hasil evaluasi selalu rendah dibandingkan teman sekelasnya. Klien kurang mandiri ketika mengerjakan tugas di sekolah. Hal ini membuat guru terkadang memberikan pendampingan khusus terhadap pengerjaan klien di kelas.
Pola pengasuhan di rumah cenderung tidak konsisten antara ibu dan ayah. Ayah cenderung memanjakan klien sehingga tidak terlalu memaksa klien untuk belajar di rumah. Hubungan ibu dengan klien cenderung kurang hangat, ibu lebih sering mengutamakan aktivitas pribadinya dibandingkan mengurus anak dan keluarga. Frekuensi klien belajar di rumah selalu sebentar karena klien cenderung diganggu oleh adiknya. Frekuensi belajar di rumah juga tidak rutin, karena hal ini tergantung pada ada tidaknya tugas yang diberikan sekolah dan tidak pernah mengulang pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Kualitas pendampingan belajar klien di rumah juga tidak maksimal, klien terkadang dibiarkan belajar sendiri, belajar di depan televisi, ibu tidak mendampingi, sehingga belajar dalam waktu sebentar. Klien lebih memilih bermain game ataupun menonton televisi dibandingkan belajar.
Tes Psikologi
Tes Inteligensi
Berdasarkan hasil WISC klien memiliki inteligensi yang berada dalam kategori di atas rata-rata. Kemampuan ini menunjukkan klien mampu untuk menangkap dan memahami informasi yang ada di sekitarnya. Adapun hasl inteligensi klien.
Tabel 3. Hasil Tes Inteligensi WISC
Kemampuan Verbal
IQ = 103
Kemampuan Performance
IQ = 118
Full IQ
IQ = 111
Kesenjangan antara kemampuan performansi yang lebih tinggi daripada kemampuan verbal menunjukkan bahwa klien cenderung mengalami prestasi rendah (underachiever).
Hasil ini menunjukkan bahwa klien mengalami hambatan dalam mengaktualisasi potensi inteligensi sehingga terjadi ketidaksesuaian kemampuan dengan pencapaiannya di kelas.
Grafis
Hasil grafis menunjukkan bahwa klien memiliki perasaan tidak percaya diri, cenderung menutup diri, dan menarik diri. Hal ini disebabkan adanya hambatan dalam hubungan afeksi dan dorongan-dorongan diri klien yang tidak tersalurkan. Klien memiliki hambatan dalam hubungan sosialnya dan membutuhkan dorongan emosional dari ayah ibunya yang tidak begitu klien dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Persepsi klien terhadap orang tua kurang begitu hangat. Klien mempersepsikan penerimaan ibu yang kurang terbuka dan identifikasi figure ayah yang kurang jelas. Hubungan keluarga mungkin saja terlihat baik namun klien merasa keluarga tidak memberikan ketenangan bagi dirinya.
Dokumentasi
Raport
Tabel 4. Raport
Mata pelajaran
I
II
KKM
1
2
KKM
1
2
Pend. Agama Islam
70
70
70
70
90
85
Pend. Kewarganegaraan
70
75
60
73
80
80
Bahasa Indonesia
70
85
75
70
85
80
Matematika
70
85
85
70
85
85
Ilmu Pengetahuan Alam
70
80
80
75
80
80
Ilmpu Pengetahuan Sosial
70
85
80
70
80
75
Seni Budaya & Keterampilan
70
75
80
70
85
80
Penjaskes
70
70
80
70
75
80
Bahasa Jawa
65
75
80
Bahasa Arab
60
75
65
60
95
80
Bahasa Inggris
65
65
65
60
80
70
Data ini menunjukkan bahwa klien memiliki riwayat prestasi akademik yang cukup baik. Hanya saja masih terdapat beberapa nilai pelajaran yang berada di batas KKM dan di bawah KKM.
Nilai tugas mandiri di kelas
Tabel 5. Nilai tugas mandiri
Materi
Nilai
Perkalian dan jumlah
70
Pengurangan
33
Praktik dengan biji
75
Ligkungan alam
25
Lingkungan buatan
27
Pertumbuhan
62
Penggolongan hewan
75
Norma masyarakat
65
Berdasarakan data di atas, nilai-nilai yang klien dapatkan saat mengerjakan tugas mandiri di kelas cenderung mendapatkan hasil yang rendah dan beberapa tugas berada di standar KKM.
Integrasi Data
Kognitif
Kemampuan akademik klien berada di atas rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa klien memiliki potensi yang baik untuk menangkap ataupun memahami informasi. Potensi kecerdasan klien tidak teraktualisasi secara optimal sehingga kecenderungan klien memiliki prestasi rendah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa klien kurang mendapatkan stimulasi yang baik dari lingkungannya untuk mengaktualisasikan ke dalam pencapaian di sekolah.
Emosi
Ekspresi emosi klien cenderung datar, hal ini dikarenakan sifat klien yang pendiam, cenderung menutup diri, dan pasif terhadap orang lain. Klien kurang memiliki antusiasme dan minat terhadap mata pelajaran tertentu. Klien membutuhkan dorongan emosional dari lingkungannya seperti dari orang tua dan guru.
Sosial
Klien kurang mampu bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain. Klien hanya berinteraksi dengan teman tertentu dan lebih suka menyendiri. Klien hanya berinteraksi dengan teman yang ada di lingkungan sekolah dan sepupunya. Hubungan klien dengan saudara kandungnya juga kurang harmonis.
Perilaku
Klien kurang mampu untuk fokus selama pengerjaan tugas maupun mendengarkan penjelasan guru di kelas. Klien sering terdistraksi oleh hal-hal di sekitarnya. Perilaku klien selama pengerjaan tugas seperti melamun, melihat teman-teman lain, memainkan benda di atas mejanya, dan meletakkan kepala di meja. Waktu yang digunakan klien selama mengerjakan sangat lama dibandingkan teman-temannya. Klien kurang memiliki inisiatif dan kegigihan dalam hal belajar baik di rumah maupun di sekolah. Perilaku belajar di rumah tidak rutin dan jarang mengulang pelajaran di rumah. Orang tua tidak jarang menemani klien belajar di rumah.
DINAMIKA PSIKOLOGI
Riyawat Kasus
Klien adalah anak pertama di keluarganya dan juga sebagai cucu pertama di keluarga besar ayah dan ibunya. Pada proses perkembangannya, klien sering dimanja sehingga proteksi dari keluarga sangat besar. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang tua melainkan pula kakek-neneknya. Semenjak kelahiran adiknya, klien cenderung lebih dibebaskan karena orang tua sibuk dengan adiknya yang memiliki sifat bertolak belakang dengan klien. Adik klien kerap mengganggu klien di rumah, baik saat belajar maupun bermain.
Perbedaan usia antara ayah dan ibu sekitar 5 tahun, dimana ibu lebih tua dibandingkan ayahnya. Ibu merupakan sarjana lulusan dari jurusan Psikologi sehingga banyak mengetahui teori-teori perkembangan anak. Ayah cenderung permisif terhadap perannya di keluarga. Ayah klien yang berprofesi seorang dosen memiliki sedikit waktu yang dihabiskan bersama klien. Selain sebagai penafkah utama ayah juga merangkap sebagai penanggung jawab utama di rumah. Peran ibu klien dalam hal pengurusan rumah tangga sangat sedikit. Ibu tidak melakukan perannya sebagai istri dan ibu secara optimal di rumah. Ibu lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget-nya dan menonton televisi. Sehingga urusan seperti masak dan membersihkan rumah dilakukan oleh ayah.
Setiap hari, ibu selalu menunggu klien di rumah neneknya yang dekat dengan sekolah klien. Setiap pulang sekolah klien berada di rumah nenek sembari menunggu jemputan ayahnya ke rumah mereka. Ayah membatasi pergaulan klien di sekitar rumahnya, sehingga klien hanya bermain dengan sepupunya selain teman di sekolah.
Sewaktu masuk SD klien memiliki catatan dari guru TK sebelumnya untuk memberikan pendampingan khusus kepada klien dalam hal belajar. Guru diminta untuk memberikan instruksi berulang agar klien dapat memahami suatu pelajaran. Perkembangan ke kelas selanjutnya dikatakan bahwa klien kerap terdistraksi dengan lingkungannya seperti memperhatikan temannya, melamun, menggerakkan sesuatu sehingga pengerjaan tugas sangat lama.
Dinamika Kasus
Permasalahan yang dihadapi klien adalah kesulitan mempertahankan atensinya selama pembelajaran di kelas. Pada saat mengerjakan tugas klien sering melamun, memandangi anak lain, tangan sibuk memainkan benda-benda di atas meja, dan juga meletakkan kepalanya di meja. Hal ini menunjukkan klien mudah terdistraksi dengan lingkungan sekitarnya. Barkley (2003) mendefinisikan inatensi sebagai ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau bertahan dalam suatu tugas atau aktivitas, mengingat dan mengikuti instruksi atau peraturan dan tidak mampu mengacuhkan distraktor ketika melakukan suatu tugas. Hal ini terjadi pada diri klien yang sulit untuk berkonsentrasi sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas dibandingkan siswa lainnya.
Karakteristik yang muncul pada anak dapat dilihat melalui jumlah frekuensi yang tidak biasa dan seberapa besar pengaruh tersebut terhadap keberfungsian anak di sekolah dan aktivitas kesehariannya (APA, dalam Papalia, Olds, & Feldman; 2007). Frekuensi perilaku klien yang terdistraksi dalam mengerjakan tugas sering kali terjadi hampir pada setiap mata pelajaran dan perlakuan guru apapun di kelas. Jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya klien lebih banyak berperilaku di luar pengerjaan tugas sehingga menyebabkan klien menjadi siswa yang selalu terakhir selesai mengerjakan.
Tugas perkembangan anak usia 7-11 tahun saat di sekolah diharapkan mampu mengontrol diri, berperilaku baik, mampu tenang dalam periode waktu tertentu, dan mengikuti aturan orang dewasa (Eccles, 1999). Klien sulit tenang saat mengerjakan tugasnya secara mandiri, klien hanya mampu mempertahankan konsentrasi dalam pengerjaan tugas selama 1-2 menit. Masalah dalam mempertahankan perhatian dalam melanjutkan tugas sampai dengan selesai sering kali menjadi permasalahan pada usia perkembangan anak-anak tengah dan biasanya pertama kali keluhan muncul pada usia 5-7 tahun (Loeber et al, dalam Kerig & Wenar, 2006). Klien mulai dikeluhkan sulit berkonsentrasi ketika guru memberikan instruksi saat di Taman Kanak-Kanak. Selain itu riwayat pendidikan klien di SD kelas 1 dan 2 juga dikeluhkan guru sulit konsentrasi, mudah terdistraksi, berpindah-pindah aktivitas, tidak terorganisir, dan mudah lupa karena sering melamun.
Menurut Kerig & Wenar (2006) karakteristik anak inatensi cenderung berperilaku off-task sehingga jarang menyelesaikan tugas, bekerja secara lambat, kurang gigih dalam pengerjaan tugas yang dirasa membosankan, dan cenderung kembali ke tugas yang mengganggu. Selain itu anak cenderung menarik diri, pemalu, dan cenderung peragu. Hal ini terdeskripsi pada diri klien, perilaku off-task klien seperti melamun, terdistraksi melihat anak lain, terdistraksi benda di atas meja dan cenderung kurang antusias saat mengerjakan sehingga lambat menyelesaikan tugasnya. Kemampuan klien untuk berperilaku on task kemudian terganti dengan perilaku off-task di menit kemudian yang selalu berulang. Kepribadian klien yang juga pemalu, ragu dan cenderung menarik diri berkontribusi terhadap perilaku inatensi ini.
Pendekatan behaviorisme menyatakan bahwa perilaku terbentuk akibat adanya stimulus yang memicu terjadi suatu perilaku (Miltenberger, 2008). Teori pengkondisian operan yang dikembangkan Skinner menunjukkan bahwa lingkungan menjadi konsekuensi yang mampu memperkuat munculnya suatu perilaku. Skinner (dalam Lefrancois, 2012) menyatakan bahwa rangkaian stimulus dan respon yang muncul mengarah pada suatu kebiasaan. Perilaku klien yang mudah terdistraksi akibat stimulus di lingkungan belajarnya yang terus menerus menjadi kebiasaan klien sendiri. Menurut McDermott (2008) anak merupakan hasil dari apa yang dibentuk lingkungan termasuk orang tua. Sehingga penyebab dari perilaku yang muncul pada anak berasal apa yang dibentuk oleh orang tua.
Menurut APA (2000) gejala inatensi muncul ketika pada situasi kelompok seperti kelompok bermain ataupun di kelas. Keluhan kegagalan dalam hasil belajar pun dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua dan terdapat indikasi interaksi antara orang tua dengan anak yang negatif. Gejala inatensi yang terjadi pada perkembangan intelektual di atas rata-rata mengindikasikan adanya stimulasi yang kurang dari lingkungan. Kemampuan inteligensi klien berada di atas rata-rata namun tidak teraktualisasi secara optimal pada prestasinya. Kerig & Wenar (2006) menambahkan penyebab anak inatensi dikarenakan level stimulasi yang rendah, adanya penundaan feedback terhadap pencapaian pengerjaan tugas dan kurangnya pengawasan orang tua. Lingkungan rumah klien dimana orang tua kurang mengawasi proses pembelajaran anak baik menstimulasi anak untuk belajar ataupun apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan anak membentuk anak mudah terdistraksi saat pengerjaan tugas.
Lefrancois (2012) menggambarkan bahwa kontrol lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya perilaku anak. Selain itu terdapat kualitas dari pentingnya agen sosial khususnya ibu dalam membentuk perilaku anak. Schunk, Pintrinch, & Meece (2012) juga menambahkan bahwa tingkat respon ibu terhadap anak, gaya ibu mendisiplinkan anak, dan keterlibatan ibu dengan anak memberi kesempatan mendapatkan stimulus sehari-hari. Interaksi ibu dengan anak merupakan faktor kritis bagi perkembangan anak-anak Hal ini tidak didapat pada diri klien, kesibukan ibu mengurus anak lainnya mengurangi interaksi ibu dengan anak. Hubungan yang kurang hangat antara ibu dan anak membuat kurangnya kelekatan antara ibu dan anak.
Lingkungan rumah juga memperkuat perilaku inatensi anak. Hal ini dikarenakan tidak adanya pembiasaan belajar di rumah secara rutin dan juga kurangnya kualitas pendampingan dari orang tua. Menurut Schunk, Pintrinch, & Meece (2012) orang tua yang serba memanjakan dengan sangat responsif terhadap anak namun hanya menuntut sedikit dari anak mereka dapat mempengaruhi perkembangan anak. Berbagai aturan tidak dilaksanakan secara konsisten dan membiarkan anak mengatur perilakunya sendiri. Hal ini terlihat pada lingkungan keluarga klien yang cenderung memanjakan klien tanpa ada aturan untuk membiasakan belajar. Konsekuensi ini membuat anak cenderung kurang gigih untuk belajar dan tanpa mengeluarkan usahanya sendiri ketika menghadapi kesulitan.
Cara yang paling umum untuk terlibat terhadap aktivitas anak adalah dengan melibatkan diri bersama dengan anak-anak pada pengerjaan tugas rumah dan proyek (Schunk, Pintrinch, & Meece, 2012). Konsekuensi positif yang mempu membuat perilaku belajar anak bertahan dengan adanya pendampingan berlajar dari orang tua. Berbeda halnya pada diri klien, klien selalu dibantu oleh orang lain seperti tante maupun om klien. Orang tua jarang mendampingi klien dalam proses pengerjaan tugas dan lebih sering memeriksa hasil pengerjaan ketika klien telah selesai. Hal inilah yang semakin memperkuat perilaku inatensi klien di sekolah. Kebiasaan klien lama dalam mengerjakan tugas, mudah lupa dengan instruksi verbal, ketinggalan informasi yang disampikan guru sehingga guru mendampingi klien secara individual di kelas.
DINAMIKA KASUS
Perilaku Inatensi Menjadi yang terakhir menyelesaikan tugas (rata-rata 3 orang terakhir)Guru selalu mengulang instruksi/ penjelasan terhadap klien Hasil belajar murni cenderung di ambang KKM Konsekuensi dari Rumah Tidak adanya pembiasaan mengulang pembelajaran di rumah Kurangnya kualitas pendampingan dalam proses belajar di rumah Pola asuh di rumah cenderung inkonsisten, terkadang memanjakan Kemudahan mendapatkan fasilitas permainan anak dalam bentuk gadget dan play station Respon Perilaku off-task seperti melamun, terdistraksi dengan anak lain, memainkan objek di atas meja, dan meletakkan kepala di meja. Sulit mempertahankan konsentrasi sehingga berpindah-pindah aktivitas dalam waktu 1-2 menitKurang aktif dalam kegiatan aktivitas belajar-mengajar di kelas Mudah lupa saat diberikan informasi verbal Stimulus dari lingkungan kelas dengan siswa yang belajar sebanyak 23 siswaKondisi Internal IQ di atas rata-rataPendiam, peragu, dan cenderung menarik diriTidak ada hambatan fisikKurang antusiasme dan semangat kompetisi
Perilaku Inatensi
Menjadi yang terakhir menyelesaikan tugas (rata-rata 3 orang terakhir)
Guru selalu mengulang instruksi/ penjelasan terhadap klien
Hasil belajar murni cenderung di ambang KKM
Konsekuensi dari Rumah
Tidak adanya pembiasaan mengulang pembelajaran di rumah
Kurangnya kualitas pendampingan dalam proses belajar di rumah
Pola asuh di rumah cenderung inkonsisten, terkadang memanjakan
Kemudahan mendapatkan fasilitas permainan anak dalam bentuk gadget dan play station
Respon
Perilaku off-task seperti melamun, terdistraksi dengan anak lain, memainkan objek di atas meja, dan meletakkan kepala di meja.
Sulit mempertahankan konsentrasi sehingga berpindah-pindah aktivitas dalam waktu 1-2 menit
Kurang aktif dalam kegiatan aktivitas belajar-mengajar di kelas
Mudah lupa saat diberikan informasi verbal
Stimulus dari lingkungan kelas dengan siswa yang belajar sebanyak 23 siswa
Kondisi Internal
IQ di atas rata-rata
Pendiam, peragu, dan cenderung menarik diri
Tidak ada hambatan fisik
Kurang antusiasme dan semangat kompetisi
Penegakan Diagnosa
Berdasarkan data asesmen, karakteristik deskriptif inatensi menurut Kerig & Wenar (2006) adalah
Tabel 6. Penegakan Diagnosa
Karakteristik Deskriptif Inatensi (Kerig & Wenar, 2006)
Kemunculan pada Klien
Ceklist
Anak kerap melamun, pasif, perilaku menghindar dan terlihat lesu
Klien selalu dikeluhakn guru melamun ketika pembelajaran berlangsung, tidak pernah bertanya kepada guru ketika kebingunan, terlihat kurang antusias saat belajar maupun berkompetisi dengan teman. Anak juga cenderung terlihat lesu dibandingkan temannya
Jika dibandingkan dengan anak seusianya, anak cenderung berperilaku off-task, jarang menyelesaikan tugas, kurang tekun, bekerja secara lambat, cenderung kembali ke tugas yang mengganggu
Berdasarkan observasi anak cenderung berperilaku off-task seperti melamun, memainkan alat tulis, meletakkan kepala di meja, memperhatikan temannya dalam beberapa menit kemudian kembali mengerjakan lalu kembali lagi beberapa menit kemudian. Alhasil anak selalu menjadi 3 siswa yang terakhir menyelesaikan tugas
Jika dibandingkan teman sebayanya, anak cenderung lambat dalam pola pikir dan sulit memilih
Klien sering lama memahami suatu instruksi sehingga guru perlu mengulang instruksi beberapa kali. Klien juga lambat ketika ditanya untuk memilih sesuatu.
Anak cenderung menarik diri, pemalu, pasif, dan cenderung peragu dibandingkan agresif
Klien terlihat sebagai anak yang pendiam. Anak tidak berkonflik dengan teman sekelasnya. Anak hanya bermain dengan anak tertentu saja
Anak cenderung memiliki masalah pada kemampuan memori verbal dan memproses visual spasial
Klien mudah lupa terhadap instruksi guru yang disampaikan secara verbal, selain itu kemampuan verbal klien lebih rendah dibandingkan kemampuan performansi
Anak cenderung menunjukkan tempo kognitif yang lambat
Manifestasi tempo kognitif klien yang lambat terlihat dari kecepatan klien mengerjakan tugas yang cenderung lambat dibandingkan teman sekelasnya
Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klien memiliki kesulitan mempertahankan atensi (inatensi). Berdasarkan hasil asesmen kondisi klien diperkuat oleh kurangnya kualitas pendampingan belajar klien di rumah.
Prognosis
Dalam pelaksanaan pendampingan terdapat beberapa faktor pendukung serta penghambat. Faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan program yang telah disusun, yakni:
Tabel 7. Prognosis
Faktor
Pendukung
Penghambat
Internal
Kemampuan inteligensi klien di atas rata-rata
Klien anak yang patuh terhadap orang lain
Klien cenderung kurang gigih ketika menghadapi hambatan
Klien termasuk anak yang pendiam dan penakut
Eksternal
Ayah menyadari permasalahan klien
Ibu mengetahui teori perkembangan anak
Guru kelas menyadari kondisi klien
Ibu kurang terlibat terhadap pendampingan belajar anak
Ayah kurang tegas dalam mengatur pola asuh di rumah
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan klien di atas, prognosis terhadap permasalahan klien adalah kurang baik. Hal ini dikarenakan kurangnya keterlibatan orang tua terhadap perkembangan belajar klien di rumah.
INTERVENSI
Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi yang akan dilakukan adalah
Keterlibatan orang tua terhadap pendampingan belajar klien di rumah
Klien dapat mengurangi perilaku off-task dalam pengerjaan tugas.
Rancangan Intervensi
Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dapat diformulasikan sebagai berikut berdasarkan analisa fungsi permasalahan klien melalui pendekatan RACS menurut Sundel & Sundel (2005):
Tabel 8. Analisis Formulasi Masalah Model RACS
Response
Antecendent
Consequence
Strength
Klien sering melamun ketika mengerjakan PR di rumah dan mudah terdistraksi
Saat mengerjakan PR di rumah
(+) Adik klien sering mengganggu ketika klien belajar
(+) Orang tua tidak mendampingi belajar di rumah
(+) Ayah dan ibu kurang memberikan penguatan terhadap perilaku baik klien
(+) ibu memeriksa tugas saat klien sudah tidur
(+) tablet dan play station mudah dijangkau klien
Frekuensi: Setiap mengerjakan PR di rumah
Durasi: perilaku fokus mengerjakan PR rata-rata 1-2 menit selama 30 menit
Perilaku eksesif :melamun, memainkan objek di atas meja dan memainkan tangan
Perilaku defisit :mengerjakan PR dalam waktu yang tepat
Evidence Based
Intervensi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan behavior. Menurut Blondis & Pfiffner (2005) menyatakan bahwa modifikasi perilaku dapat diaplikasikan kepada anak dengan gangguan atensi dengan cara mengidentifikasi perilaku anak yang ingin diubah oleh guru dan orang tua. Prinsip pembelajaran ini melibatkan modifikasi dari lingkungan dan konsekuensi dari target perilaku dengan cara berkelanjutan. Intervensi dapat meliputi dari orang tua dan intervensi perilaku di kelas yang dilakukan secara bersamaan.
Metode reinforcement terbukti efektif untuk meningkatkan perilaku on-task terhadap siswa dengan cara mengimplementasikan reinforcement terhadap waktu-waktu tertentu melalui penjadwalan (Long 2011). Austin & Soeda (2008) menyatakan penggunaan reinforcement dengan penjadwalan dalam waktu tertentu efektif untuk mengurangi perilaku off-task pada anak kelas 3 sekolah dasar.
Berdasarkan kebutuhan dari klien untuk mendapatkan dukungan emosional dari lingkungannya. Metode reinforcement efektif untuk menguatkan perilaku belajar klien yang berkualitas di rumah dengan melibatkan orang tua untuk memberikan pendampingan. Menurut Sundel & Sundel (2005) reinforcement dapat meningkatkan perilaku belajar klien melalui fixed duration reinforcement.
Hal senada disampaikan oleh Austin & Soeda (2008) pemberian reinforcement dalam waktu yang disepakati oleh orang tua maupun guru, sehingga ketika dalam pendampingan belajar anak mendapatkan reinforcement berupa pujian saat perilaku yang diinginkan muncul dan memberikan pengarahan ketika muncul perilaku off-task. Sehingga perlu dilakukan briefing terlebih dahulu terhadap orang tua untuk menyepakati jadwal tertentu sesuai kebutuhan anak. Pengkondisian reinforcement ini dapat dilakukan untuk perilaku di kelas dan perilaku di rumah.
Prosedur Intervensi
Psikoedukasi Guru
Waktu : 2 x 30 Menit
Tujuan :
Memberikan pemahaman kepada guru mengenai kondisi klien
Memberikan pemahaman kepada guru mengenai strategi menjaga rentang perhatian klien
Prosedur:
Praktikan mengapresiasi perhatian guru terhadap permasalahan yang klien hadapi
Praktikan melengkapi usaha yang telah dilakukan guru untuk mengoptimalkan pendampingan belajar klien selama di dalam kelas
Praktikan menjelaskan teknik reinforcement sederhana untuk diterapkan kepada klien selama pengerjaan tugas untuk mengurangi perilaku off-task klien
Praktikan meminta bantuan guru pendamping untuk memperhatikan perilaku on-task klien, jika klien mampu on task maka guru mengapresiasi klien dengan pujian dan mengarahkan ketika perilaku off task muncul.
Konseling Non direktif orang tua
Waktu : 2 x 60 menit
Tujuan :
Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai kondisi klien serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi klien
Memunculkan insight bahwa klien membutuhkan kualitas pendampingan belajar yang baik
Memunculkan insight bahwa pentingnya menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk belajar
Menyepakati program token ekonomi terhadap perilaku belajar anak
Prosedur :
Praktikan menginformasikan hasil asesmen untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan dari klien yang memungkinkan dioptimalkan dalam perkembangan klien. Praktikan menjelaskan temuan di lapangan mengenai kondisi dan penyebab dari permasalahan yang muncul.
Praktikan meminta kerjasama orang tua untuk menerapkan beberapa saran untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta jadwal belajar yang rutin. Praktikan menjelaskan aktivitas yang dapat dilakukan klien setiap malam hari untuk membangun kebiasaan belajar seperti mengerjakan PR atau mengulangi pelajaran.
Praktikan juga menjelaskan teknik mendukung klien melalui reward yang dapat diberikan oleh orang tua. Praktikan menjelaskan mengenai reward yang akan diberikan kepada klien apabila klien mampu melakukan proses belajar di malam hari dengan baik dengan syarat menyelesaikan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan bersama.
Praktikan mengajak orang tua terlibat untuk mendampingi klien belajar seminimalnya sejam saat mengerjakan tugas. Orang tua diajarkan untuk memberikan reinforcement (penguatan) verbal berupa pengapresiasi terhadap pekerjaan yang dilakukan anak dan mengarahkan anak ketika muncul perilaku off-task.
Praktikan mengajak orang tua untuk mengapresiasi perilaku belajar anak dengan memberikan hadiah yang dilakukan secara terencana melalui program token ekonomi.
Penerapan Reinforcement pada klien
Waktu : 4 x @90 menit
Tujuan :
Untuk mengoptimalkan perilaku belajar klien di rumah
Mengikutsertakan orang tua dalam mendampingi klien dalam belajar di rumah
Prosedur:
Praktikan membentuk kontrak dengan klien mengenai kesepakatan-kesepakatan jam belajar, waktu belajar, serta kegiatan yang akan dilakukan bersama dengan klien. Praktikan juga mengajak klien membuat kontrak bersama mengenai waktu yang perlu klien gunakan untuk mengerjakan suatu tugas.
Praktikan bersama dengan orang tua dan klien bersama-sama menentukan reward yang klien inginkan jika dapat mencapai suatu tugas yang telah disepakati secara bersama. Sehingga klien menyampaikan apa yang diinginkan dari tuntutan-tuntutan tugas yang dibuat.
Praktikan menemani klien saat pembelajaran di rumah sebanyak lima pertemuan seminggu sekali di akhir minggu. Praktikan mencontohkan kepada orang tua penerapan reinforcement. Jika anak melakukan perilaku off task pada waktu tersebut dapat langsung diarahkan dan jika anak berperilaku on task maka dapat diberikan pujian..
Praktikan mencontohkan dalam tiap pertemuan, sehingga orang tua (ibu) dapat menemani pendampingan belajar di rumah pada malam hari selama hari efektif sekolah.
Pelaksanaan Intervensi
Psikoedukasi Guru
Tabel 9. Pelaksanaan Intervensi Psikoedukasi Guru
No.
Sesi / Tanggal
Kegiatan
Uraian
1.
Sesi 1
15 Januari
Penjelasan Permasalahan klien
Tujuan
Memberikan pemahaman kepada guru mengenai kondisi klien
Deskripsi:
Praktikan menjelaskan hasil asesmen kepada guru bahwa klien memiliki potensi kecerdasan akademik yang baik, hanya saja terdapat kecenderungan klien kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya selama pembelajarannya.
Praktikan menjelaskan berbagai bentuk perilaku off-task klien selama pembelajaran berlangsung selama ini. Guru menyadari bahwa klien sangat sering melamun ketika belajar sehingga kerap menjadi yang terakhir selesai.
Guru menyadari bahwa meningkatkan klien dari anak yang terakhir selesai menjadi setidaknya 5 terakhir di kelas sudah merupakan pencapaian yang diharapkan
2.
Sesi 2
15 Januari
Psikoedukasi guru pendamping
Tujuan
Memberikan pemahaman kepada guru mengenai strategi menjaga rentang perhatian klien
Deskripsi
Praktikan menjelaskan teknik reinforcement yang meliputi apresiasi verbal terhadap kinerja klien yang mengerjakan tugas dengan baik (perilaku on task) dan bentuk pengarahan ketika klien berperilaku off-task dengan cara diingatkan.
Guru menentukan waktu sekitar 5 menit untuk bisa memberikan perhatian khusus terhadap klien selama sesi mengerjakan tugas.
Praktikan menjelaskan metode reinforcement fixed time, bahwa guru dapat memberikan reinforcement jenis apapun dalam rentang waktu 5 menit tergantung dengan perilaku yang muncul saat itu
Konseling Orang tua
Tabel 10 . Pelaksanaan Intervensi Konseling Orang Tua
No.
Tanggal
Kegiatan
Uraian
1.
16 Januari
2015
Konseling non direktif Ibu klien
Tujuan:
Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai kondisi klien serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi klien
Memunculkan insight bahwa klien membutuhkan kualitas pendampingan belajar yang baik
Memunculkan insight bahwa pentingnya menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk belajar
Deskripsi:
Praktikan menjelaskan hasil temuan klien yang menyatakan bahwa klien memiliki potensi akademik yang baik namun terdapat indikasi adanya kurang stimulasi dari lingkungan. Hal ini mengarah kepada kurangnya kualitas pendampingan klien selama belajar di rumah
Ibu menyadari kondisi pendampingan belajar di rumah selama ini dikarenakan sulitnya mengkonsistensikan pola asuh yang diterapkan ayah dan ibu di rumah. Sehingga anak tidak memiliki jadwal pembelajaran rutin.
Ibu paham mengenai beberapa teknik untuk menciptakan kondisi iyang kondusif untuk mendisiplinkan pembelajaran klien di rumah. Sehingga praktikan menambahkan saran untuk menyepakati membuat beberapa aturan tertentu untuk pembelajaran klien selama di rumah
2.
22 Januari 2015
Konseling non direktif ke ayah klien
Tujuan:
Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai kondisi klien serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi klien
Memunculkan insight bahwa klien membutuhkan kualitas pendampingan belajar yang baik
Deskripsi:
Praktikan menjelaskan hasil asesmen yang telah dilakukan kepada ayah. Sehingga ayah klien mendapat gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan klien serta kondisi-kondisi yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki klien.
Praktikan menyadarkan bahwa klien memerlukan pendampingan belajar yang berkualitas untuk mengoptimalkan potensi tersebut. Muncul kesadaran bahwa ayah perlu menyisihkan waktunya terhadap pembelajaran klien di rumah setelah kesibukkannya bekerja.
Praktikan menjelaskan bahwa ayah dan ibu perlu menjalin komunikasi untuk menyepakati bersama mengenai pembelajaran klien di rumah. Serta bentuk-bentuk perhatian yang bisa diberikan kepada klien untuk mendukung klien dalam belajar. sehingga klien tidak hanya belajar untuk mengerjakan tugas saja tetapi mengulang pelajaran yang telah diajarkan di sekolah
Praktikan menyarankan orang tua untuk menjalin komunikasi yang baik dengan guru di sekolah untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah sehingga dapat disesuaikan di rumah pula.
Penerapan Reinforcement
Intervensi yang dilakukan terhadap klien dilakukan di rumah pada akhir pekan sekolah setiap hari Sabtu. Intervensi berupa pendampingan belajar di rumah untuk mengoptimalkan pendampingan belajar klien dengan memberikan reinforcement baik positif dan negatif selama pendampingan. Hal ini dilakukan dengan memberikan contoh kepada ibu untuk memberikan reinforcement positif dengan memberikan apresiasi melalui pujian dan reward serta memberikan reinforcement negatif dengan pengarahan ketika klien melakukan perilaku off task dalam pengerjaan tugas, dengan mengarahkan klien mengingat aturan Give Me Five yakni
Telinga Mendengar (Ears are listening): klien mendengarkan ketika guru atau pembicara menjelaskan
Mata Melihat (Eyes are watchin) : klien melihat kearah guru atau orang yang sedang berbicara di depan kelas
Tangan tetap Tenang (Quite hand): klien diminta tidak memainkan alat-alat di atas meja yang tidak relevan selama pengerjaan tugas
Wajah Menghadap ke Depan (Face forward ): wajah menatap ke depan saat guru berbicara
Bibir tertutup (Lips are closed ): klien tidak berbicara saat guru menjelaskan
Intervensi yang diberikan secara bergantian oleh praktikan dan orang tua. Hal tersebut dilakukan supaya pada saat belajar malam di rumah tanpa pendampingan praktikan, intervensi ini tetap bisa dilakukan oleh ibu atau ayah di rumah.
Tabel 11. Pelaksaan Intervensi Reinforcement Pendampingan Belajar
Minggu
Hari/Tanggal
Pendamping
I
Sabtu/ 18-04-2015
Praktikan
Minggu/ 19-04-2015
Ayah
Selasa/ 21-04-2015
Ibu
II
Sabtu/ 25-04-2015
Praktikan
Senin/27-04-2015
Ibu
Rabu/29-04-2015
Ibu
III
Senin/ 04-05-2015
Ibu
Kamis/ 07-05-2015
Ibu
IV
Sabtu/ 09-05-2015
Praktikan
Selasa/12-05-2015
Ibu/ Ayah
V
Sabtu/16-05-2015
Praktikan
Selasa/ 19-05-2015
Ayah
Kamis/21-05-201
Ibu
Hasil Intervensi
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil berikut:
Perubahan RACS
Tabel 12. Perubahan RACS
Response
Antecendent
Consequence
Strength
Klien mengerjakan PR dengan pendampingan dari orang tua
Saat mengerjakan PR di rumah
(+) Ibu/Ayah mendampingi klien selama belajar
(+) adik ikut belajar
Frekuensi: Setiap mengerjakan PR di rumah
Durasi: Rata-rata seminggu 2 kali
Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku tampak pada perilaku nyata yang muncul sebagai berikut:
Grafik 1. Pendampingan Orang tua
= Intervensi
= Follow up
Pengukuran pendampingan belajar dilakukan melalui monitoring melalui buku pendampingan belajar klien. Adapun keterangan dari persentase pada bagan di atas dapat dilihat dari table berikut:
Tabel 13. Jumlah Pendampingan Orang tua
Minggu
Jumlah Pendampingan Orang Tua
Keterangan
I
2
Intervensi
II
2
Intervensi
III
2
Intervensi
IV
1
Intervensi
V
2
Intervensi
VI
2
Follow-up
VII
4
Follow-up
Perubahan pada diri target intervensi
Table 14. Perubahan pada diri target intervensi
Target
Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
Klien
Klien mudah terdistraksi karena diganggu adik klien
Saat pengerjaan tugas klien sering memainkan tangan
Perilaku belajar di rumah yang selalu sebentar dan bermain game
Klien sudah jarang diganggu adik ketika belajar
Kebiasaan klien memainkan tangan selama pengerjaan tugas mulai berkurang
Perilaku belajar dilakukan sejam
Orang tua
Kurangnya kualitas pendampingan belajar pada klien saat malam hari di rumah dalam mengerjakan PR
Lingkungan belajar klien yang selalu terdistraksi dengan televisi dan gadget yang mudah diraih anak
Kebiasaan ibu bermain handphone daripada mendampingi anak
Ayah berpandangan membebaskan klien ingin bermain saat ada PR yang harus dikerjakan
Orang tua menyadari bahwa klien membutuhkan perhatian dan dukungan emosional dalam belajar di rumah
Ibu menyadari pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang kondusif untuk klien belajar dengan menetapkan waktu untuk menonton televisi dan membatasi gadget anak
Ibu mau mendampingi anak saat mengerjakan tugas dengan membantu klien mencari jawaban dari tugas
Ayah menyadari bahwa klien setidaknya dibiasakan untuk belajar dengan kualitas pendampingan yang baik
Guru
Guru belum memahami penyebab dari permasalahan klien secara mendalam dan manifestasinya di kegiatan pembelajaran di sekolah
Guru mengetahui kelebihan dan kelemahan klien sehingga dapat menjadikan sebagai bahan untuk merancang model pengajaran di kelas
Evaluasi Proses Dan Dampak Intervensi
Tabel 15. Evaluasi Proses dan Dampak Intervensi
Target
Pendukung
Penghambat
Klien
Klien termasuk anak yang mudah diarahkan dan memahami instruksi dalam program intervensi
Klien akan antusias terhadap sesuatu yang menarik bagi dirinya termasuk puzzle yang disukai
Klien mudah lupa
Orangtua
Ibu dan ayah klien menyadari mengenai permasalahan yang dihadapi klien
Ibu klien paham dengan teori psikologi sehingga mudah memahami program intervensi
Ayah klien mau memfasilitasi dari keinginan klien untuk mendapatkan hadiah dari reward yang disepakati
Kesibukan ayah terhadap pekerjaan sehingga sulit mendampingi jadwal belajar bersama anak
Ibu mudah terdistraksi dengan handphone saat mendampingi anak dan terkesan tidak sabar menemani anak belajar
Keluarga sering berpergian di akhir minggu
Orang tua enggan mengizinkan praktikan datang malam hari ke rumah
Guru
Guru menyadari permasalahan klien sehingga bersedia untuk mendampingi klien di sekolah
Guru bersedia memperhatikan klien dengan lebih detail dan mengkondisikan tempat duduk klien sehingga jauh dari objek distraksi dan mempermudah guru memperhatikan
Guru utama tegas saat di kelas sehingga terkesan keras dalam belajar
Guru harus membagi perhatian terhadap lima anak yang memiliki permasalahan yang mirip dengan klien
REKOMENDASI
Guna mempertahankan dan meningkatkan kemajuan pada diri klien maka rekomendasi yang dapat dilakukan khususnya bagi orangtua, agar lebih meningkatkan interaksi antara orangtua dan anak dalam berbagai aktivitas bersama. Perlu memberikan apresiasi terhadap perilaku anak terhadap hal-hal yang dilakukan anak sehingga anak dapat lebih percaya diri dan antusias terhadap kegiatannya. Orang tua juga dapat menyepakati peran tegas agar tetap konsisten dalam pendampingan belajar anak di rumah. Selain itu perlu meningkatkan hubungan hangat dan peduli terhadap anak sehingga memunculkan perasaan dihargai pada diri anak. Orang tua juga perlu meningkatkan komunikasi antara rumah dan sekolah untuk melihat perkembangan pada diri anak dan memberikan apresiasi terhadap perilaku baik yang muncul di sekolah sehingga dapat diperkuat di rumah
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision. United States of America: America Psychiatric Publishing.
Austin, J.L., & Soeda, J.M. (2008). Fixed-Time Teacher Attention to Decrease Off-Task Behavior of Typically Developing Third Grades. Journal of Applied Behavior Analysis. Vol 41(2): 279-283
Blondis, T,A., & Pfiffner, L. 2005. Behavioral and Self-Regulatory Management of ADHD. Journal of Current Management in Child Neurology. Vol 3:198-2013
Eccles, J.S. (1999). The Development of Children Ages 6 to 14. The Future of Children When School is Out. Vol 9 (2): 30-44
Godwin, K.E., et al. (2013). Classroom activities and off-task behavior in elementary school children. Journal of Education Science.
Kerig, P.K., & Wenar, C. (2006). Developmental Psychology From Infancy Through Adolescence (Fifth Edition). New York: McGraw Hill.
Lefrancois, G.R. (2012). Theories of Human Learning: What the Professor Said (6th ed). United States of America: Wadsworth Cecage Learning.
Long, L. (2011). Self-Monitoring Using a MotivAider (R) During Independent Work Time to Increas On Task Behavior.
McDermott, D. (2008). Developing Caring Relationships Among Parents, Children, School, and Communities. United States of America: Sage Publication, Inc.
Miltenberger, R.C. (2004). Behavior Modification: Principles and Procedures (fourth edition). Belmont: Thomson Wadsworth.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2007). Human Development (10th ed). New York: McGraw Hill.
Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L. (2012). Motivasi dalam Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Sundel, M., & Sundel, S.S. (2005). Behavior Change in the Human Services: Behavioral and Cognitive Principles and Application. California: Sage Publication.