NAMA
: YOSUA WIBA AGUNTAR
NIM
: K5414056
MATA KULIAH/SMT
: GEOMORFOLOGI INDONESIA/5
DOSEN PENGAMPU
: Drs. Wakino, M.S
1. Jelaskan karakteristik geomorfologi Pulau Bali! (perhatikan: satuan bentang lahan, pola aliran sungai, dan jalur transportasi) 2. Jelaskan wilayah-wilayah di provinsi NTT yang termasuk jalur dalam vulkanis dan jalur luar non vulkanis! 3. Di provinsi papua bagian selatan merupakan wilayah potensial untuk pengembangan bidang pertanian. Berikan argumentasi anda! 4. Mengapa Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara transportasi sebagian besar mengikuti garis pantai? 5. Di pulau Kalimantan terdapat 3 sungai besar yakni: Sungai Kapuas, Sungai Barito dan Sungai Mahakan. Mengapa sungai-sungai tersebut sangat berperan dalam bidang transportasi? JAWAB: 1. Geomorfologi Pulau Bali SATUAN BENTANGLAHAN Geomorfologi berasal dari kata “geo” dan “morfologi”, geo artinya bumi dan morfologi artinya bentuk muka bumi. Jadi geomorfologi adalah bentuk muka bumi. Namun
dalam
penekananya
lebih
mengutamakan
pada
bentanglahan/landform/bentuklahan. Di Bali ada beberapa jenis bentanglahan, sebagai berikut: a. Bentuklahan asal vulkanis, adalah bentuklahan yang bersumber dari aktivitas gunung berapi, saat terjadi erupsi material-material yang muncul seperti lava, aglomerat, bom, lapili, pasir dan tuffa. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya.
b. Bentuklahan asal struktural, adalah bentuklahan yang terjadi karena adanya proses tektonik. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi, sehingga membentuk lipatan dan patahan. Selain itu ada pula struktur horizontal yang lazimnya merupakan stuktur asli sebelum mengalami perubahan. Perbedaan lapisan menyebabkan relief positif dan negative, yang positif menghasilkan bentuk gunung atau bukit sedangkan yang negative menghasilkan bentuk lembah atau cekungan. Di Bali daerah patahan yang berada di desa Angseri, Kabupaten Tabanan menyebabkan keluarnya sumber air panas, di Kabupaten buleleng yaitu di daerah Banjar juga terdapat air panas. Hal ini dikarenakan oleh batuan di bawah gunung Watukaru yang sifatnya impermeable atau batuan yang sulit ditembus magma, panas bumi keluar pada patahan di dua daerah tersebut. c. Bentuklahan asal proses denudasional, merupakan bentuklahan yang terbentuk dari proses pelapukan, erosi, dan gerak masa batuan, dan proses pengendapan. Pelapukan merupakan pecahnya batuan akibat kerjasama semua proses pada batuan baik secara mekanik, maupun kimia. Pelapukan yang terjadi ini belum menyebabkan perpindahan partikel batuan ke tempat lain, dengan terjadinya pelapukan tersebut maka merupakan awal terjadinya evolusi bentuklahan khususnya dimulai dari evolusi lereng yang membatasi bentuklahan tersebut. Ada 3 proses bentuklahan yaitu lereng utama mundur, lereng utama mengecil dan lereng utama menjadi pendek. Pada umunya keadaan seperti ini terjadi di Bali pada daerah yang memiliki kemiringan terjal, seperti daerah Kintamani dan Busungbiu. d. Bentuklahan asal proses fluvial, merupakan bentuklahan yang berasal dari terjadinya erosi, transportasi dan proses pengendapan. Pada umumnya di Bali Selatan daerah Kotamadya Denpasar dan Badung merupakan daerah dataran Banjir, karena ketinggian wilayah yang rendah dan pengendapan tanah alluvial yang dimanfaatkan untuk daerah persawahan. Di kabupaten Tabanan juga terdapat dataran aluvial dimana banyak terdapat endapan tanah vulkanik yang diakibatkan oleh adanya erosi di daerah hulu, daerah Tabanan terkenal dengan julukan lambung padi karena sebagian besar daerah persawahan berada pada kabupaten Tabanan dengan memanfaatkan dataran aluvial ini.
e. Bentuklahan asal proses marin, merupakan bentuklahan yang terjadi di daerah pesisir pantai akibat dari proses tektonik, hasil letusan gunung berapi, dan perubahan muka air laut. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam yaitu: (a)pesisir bertebing terjal(cliff). (b)pesisir bergisik. (c)pesisir berawa payau. (d)terumbu karang. Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang disebut dengan pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Daerah bandara Ngurah Rai sampai jimbaran, garis pantai yang terhubung dengan bukit badung merupakan daerah rawa-rawa atau payau dimana terdapat berbagai jenis hutan mangrove. Daerah seperti ini terbentuk oleh adanya sedimen material berbutir halus dan pantai yang relative dangkal. Di Bali bagian selatan memilki fenomena pantai yang sangat indah seperti di pantai Nusa Dua yang memiliki pasir putih, hal ini terjadi karena abrasi yang terjadi pada batuan karst di daerah tersebut. Beda halnya dengan pantai-pantai yang umumnya ada di daerah bali yang memiliki pantai berpasir hitam. seperti di pantai soka yang ada di Tabanan. f. Bentuklahan asal proses pelarutan, merupakan bentuklahan yang terbentuk di daerah kapur, karena batuan-batuan kapur yang mudah terlarut. Hidrogeologi Karst. Beberapa lokasi di Bali yang mempunyai kawasan karst yang berkembang antara lain: Pulau Bali bagian selatan seperti di Pecatu, Jimbaran. Di pulau Nusa Penida juga daerah karst karena memiliki batuan gamping yang melimpah. Bukit karst yang berbentuk: kerucut, kubah, dan ellipsoid. Pola Aliran Sungai Pegunungan di Pulau bali muncul karena suatu proses vulkanisme yang membentang dari ujung Pulau Sumatera sampai Indonesia Timur. Peristiwa ini dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, sehingga membentuk bentanglahan Vulkanis. Berhubungan dengan pegunungan yang membujur dari pantai barat ke pantai timur Pulau Bali, maka semua aliran sungai mengalir kearah utara atau kearah selatan. Dan karena adanya dataran yang sempit disebelah utara Pegunungan Buleleng, sehingga sungai yang berada di daerah tersebut kecil-kecil dan
merupakan sungai banjir yang berisi atau baru berisi air ketika musim hujan. Meskipun ada sungai yang besar dan ada sungai yang kecil teteapi sungai-sungai tersebut tidak dapat dipergunkan untuk pelayaran seperti di Kalimantan dan hanya memiliki fungsi hidrologis. Sedangkan sungai-sungai di bagian selatan banyak yang mengalir melalui jurang-jurang yang dalam, terlebih didaerah yang sungainya mengalir melalui batuan tuf yang berasal dari proses vulkanisme. Karena kondisi tuf ini sangat lunak sehingga jurang-jurang tersebut terkikis (tererosi) dan makin lama semakin dalam. Jaringan Jalan Gambar 1. Peta Jaringan Jalan Pulau Bali
Berdasarkan gambar 1. Jalan hijau merupakan jalan utama nasional. Jalan ini mengelilingi Pulau Bali. Ditinjau dari segi keruangan, jalan ini memanjang berdasarkan morfologi Pulau Bali. Terlihat bahwa jalan berada di kawasan pesisir atau dalam kawasan alluvial. Aksesibilitas dapat dengan mudah dibangun diatas permukaan bumi yang cenderung datar. Sehingga jalan nasional tidak dijumpai di pegunungan tengah Pulau Bali.
2. Jalur dalam vulkanis NTT
Gambar 2. Citra Ikonos Nusa Tenggara
BUSUR DALAM VULKANIS Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. busur dalam bersifat vulkanis, selain merupakan pegunungan lipatan, juga merupakan kenampakan dari kegunungapian. Bususr dalam di daerah Nusa Tengaaara Timur meliputi Pulau Flores, Pulau Solor, dan Pulau Wetar. Busur dalam ini terbentuk karena penunjaman lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia, lempeng indo-australia sebagai lempeng samudra akan mengalami pencairan karena menyentuh astenosfer dan membentuk bususr kepulauan vulkanis, yang idsebut dengan bususr dalam. BUSUR LUAR NON VULKANIS
Jalur pegunungan bususr luar bersifat nonvulkanis, artinya tidak menampakan sifat-sifat kegunungapian, tetapi hanya rangkaian pegunungan lipatan. Jalur pegunungan ini sebagian berada dibawah laut. Pada daerah Nusa Tenggara Timur yang merupakan busur luar non vulkanis adalah Pulau Sawu, Pulau Rote, Pulau Timor, Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram dan Pulau Buru. Busur luar ini terbentuk karena proses orogenesa negative. Yaitu naiknya suatu daerah yang sempit disertai dengan tanda-tanda turunnya permukaan air laut. Orogenesa negative ini timbul karena tumbukan lempeng Eurasia dan Australia, sehingga mengakibatkan pendangkalan zona sahul dan terbentuk lipatan pegunungan laut yang menjadi busur luar bersifat non vulkanis. 3. Penggunaan lahan untuk pertanian di Papua bagian Selatan Gambar 3. Peta Tanah Provinsi Papua
Dilihat dari morfologinya aliran sungai di Papua mengalir ke arah selatan dan utara. Yang mengarah ke selatan itu membentuk bentanglahan alluvial dan membentuk tanah jenis organosol alluvial. Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi di ferensiasi horizon secara jelas,
ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat agak lekat, kandungan organic lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu: Gambut ombrogen: Terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0,5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, dan bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua); Gambut topogen: Terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0,5 –6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah); dan 863. Gambut pegunungan: Terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng. Aluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). Seperti yang diketahui bahwa Papua bagian selatan adalah zona alluvial, sehingga tanah jenis organosol alluvial terkonsentrasi di wilayah ini, oleh karena itu wilayah Papua bagian selatan merupakan wilayah yang cocok untuk pertanian. Disamping itu, wilayah selatan Papua memiliki topografi yang datar dibanding dengan Papua tengah. 4. Jalur transportasi di Gorontalo dan Sulawesi Utara Gambar 4. Citra ikonos Gorontalo dan Sulawesi Utara
Secara umum Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Secara geologis, Pulau Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah kompleks. Kompleksitas ini disebabkan oleh konvergensi antara tiga lempeng litosfer: lempeng Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke arah barat-bergerak, dan lempeng Eurasia selatan-tenggara-bergerak. Sulawesi memiliki region lengan utara yang meliputi propinsi Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan sulawesi
Utara.
Karakteristiknya mempunyai bentuk berkelok-kelok, terdapat gunung api yang masih aktif (Gunung Colo), terdapat banyak patahan (Patahan Palu dan Patahan Gorontalo), dipisahkan dari lengan timur oleh Teluk Tomini, DAS sempit, sungai pendek dan morfologinya kasar serta banyak perbukitan dan pegunungan. Berdasarkan gambar 4. Sulawesi utara dan gorontalo memiliki morfologi yang bergelombang hingga berbukit-bukit pada bagian tengah lengan utara. Untuk itu, jalan dibangun pada kawasan pesisir lengan utara. Jalan raya ini memiliki pola yang
memanjang dan sejajar dengan garis pantai, pembangunan jalan raya disentralkan pada morfologi yang cenderung datar dan lokasi yang tepat untuk membangun jalan raya adalah kawasan pesisir lengan utara. Gambar 5. Peta Jalan Gorontalo dan Sulawesi Utara
5. Sungai besar di Kalimantan sebagai sarana transportasi Gambar 6. Peta jaringan sungai di Kalimantan
Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia dan mempunyai sungai-sungai yang terkenal karena lebar dan panjang yang berbeda dengan sungai di pulau lainnya. Kalimantan mempunyai tiga sungai besar yaitu Sungai Barito, Sungai Mahakam dan Sungai Kapuas. Sungai barito yang berhulu dari kaki pegunungan Muller hingga mencapai muaranya di Laut Jawa, panjang Sungai Barito mencapai 909 km, dengan lebar antara 650 m hingga mencapai 1000 m yang menjadikan Barito sebagai sungai terbesar di Indonesia. Sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan Selatan adalah Sungai Barito. Hulu sungai Barito berada di pegunungan Schwaner, membujur dari wilayah Kalimantan Tengah di bagian utara Pulau Kalimantan hingga bermuara di Laut Jawa, sepanjang kurang lebih 1.000 kilometer. Lebar Sungai Barito rata-rata antara 650 hingga 800 meter dengan kedalaman rata-rata 8 meter. Lebar sungai pada bagian muara yang berbentuk corong mencapai 1.000 meter, sehingga sungai Barito
merupakan sungai terlebar di Indonesia. Bagian terpanjang dari Sungai Barito mulai dari hulu sungai terletak di wilayah Kalimantan Tengah, sedangkan sisanya sampai ke muara sungai berada di wilayah Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan termasuk ke dalam wilayah kepulauan bercirikan sejumlah besar sistem sungai yang mengalir dari daerah pedalaman ke lautan. Menurut Hall, keadaan seperti itu merupakan sebuah keistimewaan yang membawa pengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan
sosial
dan
ekonomi
daerah
bersangkutan. Dari waktu ke waktu orang bermukim di antara berbagai sistem sungai itu, sehingga terjadi konsentrasi penduduk di daerah delta yang luas di mulut sungai. Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi. Sungai Kapuas yang lain juga terdapat di provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Kapuas. Sungai ini membentang sepanjang kurang lebih 610 km, dari kecamatan Kapuas Hulu sampai kecamatan Selat yang akhirnya bermuara dilaut Jawa. Ketiga sungai besar tersebut mempunyai manfaat penting bagi penduduk Kalimantan. Pulau Kalimantan mempunyai morfologi bagian tengah yang bergelombang. Dengan morfologi yang seperti ini, pembangunan jalan menjadi tidak maksimal. Sehingga sungai menjadi alternative masyarakat Kalimantan untuk transportasi. Sehingga masyarakat tidak perlu memutar ke wilayah pesisir jika ingin berpergian dari barat menuju timur. Melalui sungai, rute menjadi lebih efisien.