BAB I PENDAHULUAN
Setiap manusia mampu menggerakkan anggota tubuhnya untuk beraktifitas. Hal ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem- sistem lain tidak mengalami gangguan atau kelainan pada persendian di mana terjadi pergeseran letak sendi ataupun terjadi pemantapan tulang maka akan timbul masalah yang dapat menyebabkan seseorang terganggu aktivitasnya. Kapsulitis adhesiva adalah gangguan pada permukaan gelang bahu di mana jaringan lunak di sekitar sendi – sendi sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi dan kekakuan yang lama kelamaan berkembang menjadi perlengketan sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri yang kronis.1 Namun hingga hingga saat ini penyebabnya penyebabnya belum belum diketahui secara pasti dan kebanyakan terjadi pada orang tua, khususnya wanita berusia antara 40 – 60 tahun. Keluhan kapsulitis adhesiva yaitu tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok punggung waktu mandi atau mengambil sesuatu dari saku belakang, dan keluhan lain yang pada dasarnya berupa gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, dan eksternal rotasi. Hal ini disebabkan karena penderita merasakan nyeri hebat sewaktu melakukan kegiatan tersebut. 2,3 Dalam kasus ini
rehabilitasi medik mempunyai peran
untuk mengurangi nyeri,
meningkatkan luas gerak sendi (LGS), mencegah kekakuan sendi lebih lanjut dan mengembalikan kekuatan otot serta meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Kapsulitis adeshiva adalah gangguan pada permukaan gelang bahu di mana jaringan lunak di sekitar sendi – sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi dan kekakuan yang lama kelamaan berkembang menjadi perlengketan sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri yang kronis. 1
B.
ANATOMI FUNGSIONAL
Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari sendi yang
terpisah:
glenohumeral,
skapulothorakal,
sternoklavikular,
suprahumeral,
akromioklavikular, costosternal, costovertebral . Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu: fleksi (180 o), ekstensi (60o), abduksi (180o), adduksi (75 o), endorotasi (90o), eksorotasi (90o).2-4 Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas di antara sendi-sendi lain. Gerakan abduksi bisa sampai 180 o. Dua pertiga bagian gerak ini dilakukan oleh sendi glenohumeral dan sepertiga lainnya oleh skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai di atas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan. 2-4 Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi eksternal. Gerakan rotasi internal dan eksternal merupakan gerakan gelang bahu di mana tangan
2
dapat mencapai bagian punggung/ belakang kepala. Kedua gerakan ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai baju, dan menyisir. 2-4 C.
ETIOLOGI
Hingga saat ini penyebab kapsulitis adhesiva belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan merupakan akibat dari proses immobilisasi yang lama sehingga terbentuk jaringan fibrous yang memicu terjadinya perlengketan pada daerah bahu. Faktor kemungkinan lain adalah suatu reaksi radang dan trauma yang terjadi di sekitar sendi bahu, seperti tendonitis supraspinatus, tendonitis bicipitalis, bursitis subacromialis, ruptur rotator cuff .5
D.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kapsulitis adhesiva masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang immobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi dan akhirnya reaksi fibrous. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstra artikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan biseps, perlekatan kapsul sendi (disebut kapsulitis adhesiva).2
3
E.
GAMBARAN KLINIS
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas ke segala arah, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 612 bulan, di mana lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. 2 Menurut Kisner (1996) kapsulitis adhesiva dibagi dalam 3 tahapan, yaitu : 6 a. Pain ( freezing ) Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36 minggu. b. Stiffness ( frozen ) Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan. c. Recovery (thawing) Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
4
F.
DIAGNOSIS 1. ANAMNESIS
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut :
Lokasi dari nyeri bahu yang dirasakan
Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan
Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu dan yang dapat menguranginya
Ada tidaknya aktivitas berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya
Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu.
Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang sering dilakukan pasien.
5
2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi
Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu.
Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang canggung dan posisi terpaksa.
Selain itu perhatikan:
Posisi leher dan punggung apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal.
Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan.
Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal : o
Adanya hipotrofi atau atrofi otot
o
Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan
b) Palpasi Palpasi sebaiknya dilakukan dengan posisi pemeriksa di belakang pasien :
Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral.
Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.
Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi
terlebih
dahulu
harus
dirotasikan
keluar
dengan
cara
mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehimgga kaput humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion.
Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis subakromial.
6
Pada kapsulitis adhesiva terdapat gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi internal lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan. 2 Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff . Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya. 2
Gambar 1: Tes Appley scracth
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai 7
dengan penyakit. Pada penyakit kapsulitis adhesive pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi ( x-ray untuk menyingkirkan arthritis , tumor dan deporit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau arthrogram ( dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).7
G.
PENATALAKSANAAN 1. MEDIKAMENTOSA
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun.
2. REHABILITASI MEDIK
Rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim rehabilitasi medik yang terdiri dari berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya, yang terdiri dari dokter rehabilitasi medik, fisioterapi, terapi okupasi, ortotis prostetis, pekerja sosial medik, psikologi, ahli bina bicara, perawat rehabilitasi. Tujuan dilakukannya rehabilitasi medik pada pasien dengan kapsulitis adhesiva adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan luas gerak
8
sendi (LGS), mencegah kekakuan lebih lanjut dan mengembalikan kekuatan otot serta meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
H.
PENUTUP
Diagnosis kapsulitis adhesiva dapat dilakukan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri
pada bahu dan
keterbatasan lingkup gerak sendi dari pasien ketika melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Penatalaksaan pada kapsulitis adhesiva ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meminimalisasi terjadinya keterbatasan lingkup gerak sendi yang terjadi. Pilihan pertama adalah medikamentosa dan rehabilitasi medik (fisoterapi, terapi okupasi, sosial medik, psikologi dan home program). Prognosis umumnya bervariasi, tergantung dari penatalaksanaan yang tepat dan komplikasi yang ditimbulkan. Prognosis baik bila diterapi dengan tepat, di mana lingkup gerak sendi (LGS) yang normal atau mencapai normal dijumpai pada 60-90 % dengan penanganan multidisipliner. Prognosis buruk bila tidak diterapi karena akan menimbulkan sakit yang berkepanjangan, kehilangan fungsi ekstremitas, bahkan dapat terjadi disabilitas yang permanen. Berikut ini dilaporkan contoh kasus pasien kapsulitis adhesiva yang terdapat Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
9
di
BAB III LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. AT
Umur
: 70 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
: Bahu
Tanggal Periksa
: 18 Februari 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama Nyeri pada bahu kiri dan kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri pada bahu kiri dan kanan mulai dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, hilang timbul dan makin lama dirasakan semakin menghebat, kiri lebih dulu. Nyeri tidak menjalar. Tidak ada keluhan lain di leher. Tidak ada kelemahan pada lengan. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri berkurang pada saat istirahat. Penderita mengalami kesulitan dalam menyisir rambut, menyikat gigi, mengganti pakaian, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat sehingga harus dibantu. Kesulitan dalam beraktivitas ini mulai dirasakan sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu. Penderita belum pernah minum obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Riwayat trauma kurang lebih 10 tahun yang lalu tertimpa batu bangunan kurang lebih 5 kg di bahu kiri tapi tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+) terkontrol
Diabetes Melitus (+) terkontrol
Riwayat keluaga : Hanya penderita yang sakit seperti ini
Riwayat kebiasaan 10
Pernah bekerja sebagai kuli bangunan, berhenti bekerja sejak 10 tahun yang lalu
Sering mengangkat dan memikul barang berat
Riwayat Sosial Penderita tidak lagi bekerja. Mempunyai 1 istri dan 3 orang anak. Ketiga anaknya sudah berkeluarga. Saat ini penderita tinggal di rumah 1 lantai semi permanen bersama istri dan 1 anak. Water closet (WC) jongkok. Sumber air minum sumur. Sumber penerangan listrik. Biaya pengobatan ditanggung Jaminan Kesehatan Daserah (Jamkesda).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Keadaan umum
: Cukup
Derajat kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 72 x/menit, regular, isi cukup.
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,3 °C
Mata
: conjungtiva anemis tidak ada, sclera ikterik tidak ada
Kepala
Leher Pembesaran KGB leher tidak ada Thorax Bentuk
: normal, retraksi tidak ada
Cor
: BJ I-II intensitas normal, regular, bising tidak ada
Pulmo
: Rhonki tidak ada , Wheezing tidak ada
Abdomen Inspeksi
: Dinding perut datar 11
Palpasi
: Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Peristaltik positif normal
Ekstremitas Akral hangat, edema tidak ada Status Lokalis Bahu dekstra Inspeksi
: rubor (-), edema (-), deformitas (-), simetris
Palpasi
: kalor (-), nyeri tekan glenohumeral (+), nyeri gerak (+) pada fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, dan eksternal rotasi
Bahu sinistra Inspeksi
: rubor (-), edema (-), deformitas (-), simetris
Palpasi
: kalor (-), nyeri tekan glenohumeral (+), nyeri gerak (+) pada fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, dan eksternal rotasi
Lingkup Gerak Sendi (LGS) bahu : Dekstra
Aktif
Pasif
Sinistra
Aktif
Pasif
Nilai normal
Flexi
0o -30o
0o -40o
Fleksi
0o -70o
0o -90o 0o -180o
Ekstensi
0o -20o
0o -30o
Ekstensi
0o -20o
0o -30o
Abduksi
0o -30o
0o -40o
Abduksi
0o -50o
0o -60o 0o -170o
Adduksi
0 -30
0 -40
Adduksi
0 -30
0 -40
0 -60
Internal rotasi
0o -30o
0o -40o
Internal rotasi
0o -45o
0o -55o
0o -90o
Eksternal rotasi
0o -45o
0o -55o
Eksternal rotasi
0o -50o
0o -60o
0o -90o
o
o
o
o
12
o
o
o
o
0o -45o
o
o
Tes Provokasi Dextra
Sinistra
Appley scarf test
Sulit dievaluasi (sde)
Sulit dievaluasi (sde)
Appley scratch test
Sulit dievaluasi (sde)
Sulit dievaluasi (sde)
Lift off test
Sulit dievaluasi (sde)
Sulit dievaluasi (sde)
Yergason test
_
-
Empty can test
_
-
Status Motorik Dextra
Sinistra
↓
↓
Sulit dievaluasi/5/5/5
Sulit dievaluasi/5/5/5
Tonus Otot
(+) Normal
(+) Normal
Refleks Fisiologis
(+) Normal
(+) Normal
Refleks Patologis
-
-
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Gerakan Kekuatan otot
Sensibilitas
Nilai Visual Analogue Scale (VAS) bahu dekstra & sinistra 0
7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen shoulder AP/Lateral tidak dilakukan karena keterbatasan biaya
13
10
RESUME
Dilaporkan pasien laki-laki, 70 tahun dengan keluhan utama nyeri pada bahu kiri dan kanan. Dari anamnesis ditemukan nyeri pada bahu kiri dan kanan dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu, hilang timbul dan makin lama dirasakan semakin menghebat. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri berkurang pada saat istirahat. Dari pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal, status lokalis bahu kiri dan kanan terdapat nyeri gerak pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, dan eksternal rotasi. Ada keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada sendi bahu. Visual Analogue Score (VAS ) bahu kiri dan kanan 7.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
: kapsulitis adhesiva dekstra et sinistra
Diagnosis topis
: sendi glenohumeral dekstra et sinistra
Diagnosius Etiologi
: idiopatik
Diagnosis fungsional
: gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, mengangkat benda berat
PENATALAKSANAAN
1.
Medikamentosa : Analgetik
2.
Rehabilitasi Medik
PROBLEM REHABILITASI MEDIK o
o
Nyeri pada bahu kiri dan kanan. Keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu kiri dan kanan pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, eksternal rotasi.
o
Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat.
Fisioterapi
Evaluasi:
Nyeri pada bahu kiri dan kanan. Keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu kiri dan kanan pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, eksternal rotasi. 14
Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat.
Program :
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) regio shoulder
Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif sendi bahu kiri kanan
Coddman pendulum exercise
Wall climbing exercise
Finger ladder exercise
Okupasi Terapi
Evaluasi:
Nyeri pada bahu kiri dan kanan. Keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu kiri dan kanan pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, eksternal rotasi.
Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat.
Program:
Latihan peningkatan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan ketrampilan mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat
Coddman pendulum exercise
Wall climbing exercise
Finger ladder exercise
Psikologis
Evaluasi:
Perasaan cemas karena penyakit (kecemasan penyakit tidak sembuh dan bertambah parah) yang dialami penderita dan keluarga.
Program :
Memberikan support mental kepada penderita dan keluarga, agar tidak merasa cemas dan tetap rajin melakukan terapi. 15
Memberi bimbingan konseling kepada keluarga dan penderita.
Sosial medik
Evaluasi:
Penderita tidak lagi bekerja
Biaya pengobatan ditanggung Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)
Biaya hidup sehari-hari cukup
Program: Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit penderita dan memberikan dukungan agar penderita tetap rajin melakukan terapi, serta menghindari hal-hal yang memperberat penyakit penderita.
Ortotis prostetis
Evaluasi:
Nyeri pada bahu kiri dan kanan. Keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu kiri dan kanan pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal rotasi, eksternal rotasi.
Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, menyikat gigi, mengambil benda di atas, dan mengangkat benda berat.
Program: Saat ini belum diperlukan
H ome program
- Wall climbing exercise - Coddman pendulum exercise - Finger ladder exercise
PROGNOSIS
Qua Ad Vitam
: Bonam
Qua Ad Sanationam : Bonam Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison’s manual of medicine 15th ed . Boston: McGraw-Hill, 2003.p. 748-49 2. Hidayat SN. 2010. Nyeri bahu / frozen shoulder . [online]. Available from: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1991481-nyeri-bahu-frozenshoulder/ 3. Priguna Sidharta. Sakit neuromuskuloskeletal dal praktek umum. Pustaka Universitas UI, Jakarta. 1999 4. Irmayanti . 2010. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Kapsulitis Adhesiva Sinistra Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 5. Mancini RM.. Muskuloskeletal Pain in : Halstead LS. Grabois M eds. Medical Rehabilitation. New York. Raven Press. 1995. 6. Angliadi LS. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT Manado : 2006 7. Kisner C.. Thrapeutic Exercize Foundations and Technique. third e dition. F.A. Davis company. Philadelphia. 1990 8. Kuntono H.P.. Managemen Nyeri Muskuloskeletal. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XV. Semarang. 2000. 9. Thomson, Ann M., Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 1991. hal: 71
17