Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) merupakan kemampuan tanah untuk menyerap dan menukar kembali kation dari dan kedalam tanah. Peristiwa pertukaran terjadi karena koloid lempung tanah pada umumnya bermuatan negatif sehingga kation dapat terjerap atau tertukar oleh partikel lempung tersebut. Sedangkan KPA adalah kapasitas pertukaran anion. Nilai KPK dipengaruhi oleh jumlah lempung, jenis dan tipe mineral lempung dan jumlah-jenis bahan organik. Nilai KPK tanah dapat ditentukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Penentuan dengan cara kualitatif yaitu dengan menggunakan larutan eosin red (anion, ion-) dan gention violet (kation, ion +). Dan penetapan KPK secara kuantitatif menggunakan metode penjenuhan NH4OAc atau Back yang dilakukan melalui tahap ekstrasi, distilasi dan titrasi. Dalam bidang pertanian, apabila kita mengetahui dan memahami nilai KPK dari suatu tanah, maka dapat diketahui tingkat kesuburan tanah dan kandungan bahan organik di dalam tanah tersebut, sehingga dapat membantu dengan proses pertanian / bercocok tanam. Kemampuan tukar kation adalah kapasitas tanah menjerup dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut Kemampuan Tukar Kation (KTK) atau berupa anion dan besarnya disebut Kemampuan Tukar Anion (KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat dijerap tanah dinyatakan dengan (mol (+) kg dan (mol (-) kg-1. Daya serap tanah berada pada koloid tanah atau disebut juga komplek serapan yang terdiri atas mineral lempung, bahan humik, dan oksida serta hidroksida Fe dan Al. Muatan bersih kompleks serapan diimbangi oleh muatan ion berlawanan yang terserap sehingga sistem terpertahankan pada keadaan elektronetral (Notohadiprawiro, 1998). KPK mempunyai hubungan dengan tekstur dan bahan organik. Jika tekstur makin halus, maka KPKnya akan makin besar. Tanah pasir dan geluhan pasir, kandungan lempung koloidnya rendah, juga kurang kandungan humusnya.Tanah yang lebih berat, jelas merupakan kebalikan, selalu mengandung lebih banayk dan juga bahan organiknya.Oleh karena itu, kemampuan mengarbsorbsi kation lebih besar. Kation valensi dua yang diikat lebih kuat daripada kation bervalensi satu dengan ukuran sama, memberikan sistem koloid kation dengan potensi zeta lebih rendah dibanding dengan kation bervalensi satu. Juga ion dengan hidratasi tinggi seperti natrium memberikan sistem koloid kation dengan potensi zeta lebih tinggi daripada ion dengan hidratasi rendah seperti kalium atau rubidium.Hidratasi air menghalangi kation diabsorbsi kuat.Kenyataan ini menentukan kecenderungan natrium untuk meningkatkan dispersi koloid tanah dan kalium untuk menggiatkan flokulasi (Brady, 2008). Tanah-tanah dengan neto muatan permukaan negatif yang tinggi akan mempunyai kapasitas tukar kution yang tinggi. Kapasitas tukar kution dapat ditentuakn melalui
jumlah kation yang dapat dipertukarkan atau kution yang dapat mengganti perunit masa tanah. Kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh jenis koloid dan jumlah koloid, jenis mineral liat, tekstur dan kadar bahan organik sangat menentukan nilai kapasitas tukar kation. Kapasitas tukar kation pada tanah-tanah tropika juga sering tergantung pada pH tanah, karena pada tanah-tanah ini mereka dapat terdiri dari muatan permanent dan muatan tergantung (Hartati dkk, 2012). Peningkatan ion H+ menyebabkan peningkatan muatan positif pada partikel liat dan menipisnya lapisan gandu yang mendorong terjadinya flokulasi. Suspensi yang keruh dapat menjadi jernih dengan adanya pengendapan. Fenomena ini disebut flokulasi, yaitu proses bersatunya partikel-partikel koloid menjadi unit yang lebih besar (Syaifuddin dan Buhmerah, 2010). Brady, N. C. and R. R. Weil. 2008. The nature and properties of soils 14th ed. Pearson prentice hall. New jersey. Donald. S. Raus Quirreme Kettering. http://extension.Usel.edu/latungarden/files/2012/10/CHAP9.Pdt. Recommended Method for Detemining Soil Cation Eachange Capacity. Diakses tanggal 25 Maret 2015. Hartuti, S. Minardi dan D.P. Ariyanto. 2012. Muatan titik nol berbagai bahan organik, pengaruhnya terhadap kapasitas tukar kation dilahan Tardeyradusi, : 3-4. Katterings, Quiriue, Show. R, and Renulee. R. 2007. Cation Exchange Capacity (CEC). http://www.CSS.Cornell.edu/soilfest. Diakses tanggal 25 Maret 2015. Mega, I Made, I Nyoman d., I.G.P. Ratna. A, Tati Budi. K, 2010. Buku Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas Uduyana, Bali. Notohadiprawito, T.1998. Tanah dan Lingkungan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutanto, Rachman, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) secara sederhana dapat didefenisikan sebagai ukuran kuantitatif kemampuan suatu tanah untuk memegang sejumlah kation tertukar. Ukuran ini menunjukkan jumlah muatan negatif tanah tidak bisa diukur langsung. Agar lebih mudah, diukur dengan menjumlahkan dari kation-kation yang dipegang oleh tanah yang diukur. Namun kation yang berbeda akan membawa muatan yang tidak sama. Contohnya, 1 mol Na+, NH4+, atau H+. Sedangkan 1 mol Ca2+, Mg2+, dan Fe2+ mempunyai muatan dua kalinya dan Al3+ mempunyai muatan tiga kalinya ion monovalen. Kemudian bila muatan negative pada 1 Kg tanah dapat diimbangi oleh 1 mol K+ maka tanah tersebut dapat diimbangi oleh 0,05 mol Ca2+ atau 0,033 mol Al3+. Akibat perbedaan-perbedaan muatan pada
kation tersebut, KPK biasanya dinyatakan dalam satuan miliequivalen (McLaren dan Cameron, 1996). Syaifuddin dan Buhaerah. 2010. Pengaruh urea terhadap dispersi tanah ulfisol pada regim air yang berbeda. Jurnal Agrisistem, 6(2) : 105-106. Pengaruh bahan induk dan perkembangan tanah terhadap kualitas lahan lebih kepada retensi hara dan bahaya keracunan, sedangkan ketersediaan hara lebih banyak dipengaruhi faktor pembelokan tanah. Retensi hara untuk keperluan evaluasi lahan biasanya diduga dari kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa (KB) dan pH tanah, sedangkan bahaya keracunan alumunium diduga dari kejenuhan aluminum (Anonim, 2007). Kemangkasan pertukaran kation-kation sangat dipengaruhi oleh kepekatan ion atau hukum aksi massa, aktifitas ion dan jenis dari icceo. Besarnya KTK dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah serta bahan organik. Humus adalah koloid yang bermuatan negatif sehingga dapat mengabsorbsikan kation pada permukaan humus tersebut. Hal ini akan mereduksi peristiwa pencarian unsur hara di dalam tanah. Kapasitas tukar kation sangat dipengaruhi oleh muatan negatif pada permukaan jerapan. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan muatan negatif tanah. Sehinga semakin tinggi kadar bahan organik semakin tinggi pula kapasitas tukar kationnya (Mutcahy and Churchward, 1973). Anonim. 2007. Pengaruh Kualitas Lahan Terhadap Produktifitas Jagung pada Tanah Vulkanik dan Batuan Sedimen di Daerah Bogor.. Diakses tanggal 23 Maret 2011. Mulcahy, M.J. and Churchward. H. M. 1973. Querternary environment and soil in Australia. Soil Science 116 (3): 140-145. Mclare,R.G dan K.C.Cameron.1990.Soil Science an Introduction to the Properties and Management of New Zealand Soils.Oxford University Press.Melbourne. Pertukaran kation merupakan pertukaran antara satu kation dalam suatu larutan dan kation lain dalam permukaan dari setiap permukaan bahan yang aktif. Semua komponen tanah mendukung untuk perluasan tempat pertukaran kation, tetapi pertukaran kation pada sebagaian besar tanah dipusatkan pada liat dan bahan organic. Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama di dekat permukaan liat yang berukuran seperti klorida dan partikel-partikel humus yang disebut misel. Setiap misel dapat memiliki beribu-ribu muatan negative yang dinetralisir oleh kation yang diabsorby (Soares et al., 2005). Soares, M. R., R. F. A. Luis, P. V. Torrado, M. Cooper. 2005. Mineralogy ion exchange properties of the partide size fractions of some brazilian soils in tropical humid areas. Goderma 125 : 355-367
Dalam kondisi tertentu kation teradsorpsi terikat secara kuat oleh lempung sehingga tidak dapat dilepaskan kembali oleh reaksi pertukaran, kation ini disebut kation terfiksasi. Mineral lempung yang banyak menyumbang fiksasi K + dan NH4+ antara lain : zeolit, mika, dan ilit. Fiksasi K penting didalam tanah pasiran untuk mencegah dari pelindian dan pemupukan K + dan NH4+yang terus menerus yang dapat menurunkan fiksasi K (Aragno dan Michel, 2005). Aragno, M dan J. Michel. 2005. The Living Soil. Science Publishers. Inc, New Jersey.
KPK tanah merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah.Hal ini dapat terjadi karena koloid lempung tanah pada umumnya bermuatan negatif sehingga kation dapat terjerap dan tertukar kembali oleh partikel lempung tersebut.Kapasitas pertukaran kation tanah berbeda-beda jenisnya.Tanah dengan kapasitas pertukaran kation tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KPK rendah. Selain KPK, juga terdapat KPA tanah yang merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali anion dari dan ke dalam larutan tanah. KPA dan KPK merupakan salah satu sifat kimia tanah yang memiliki sifat berlawanan.Nilai KPK dipengaruhi oleh jumlah mineral lempung, jumlah dan tipe mineral lempung, dan jumlah jenis bahan organik. Suatu jenis tanah yang mempunyai nilai KPK tertentu dapat diubah
(dinaikkan atau diturunkan) dengan cara dicampur dengan bahan-bahan lain yang nilai KPK-nya berbeda. Untuk membuktikan muatan zarah-zarah tanah digunakan dua macam zat warna yaitu gentian violet (+) untuk menunjukkan tanah yang bermuatan negatif dan eosin red (-) untuk menunjukkan tanah yang bermuatan positif. Pada kesempatan kali ini, dilakukan praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara VII berjudul Muatan Tanah (KPK dan KPA Tanah Kualitatif) yang bertujuan untuk membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan dua macam warna (gentian violet dan eosin red) serta untuk membuktikan pengaruh luar permuakaan zarah terhadap KPK. Kapasitas Pertukaran Kation atau Cation Exchange Capacity (CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaaan koloid yang bermuatan negatif. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan
negatif, KPK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a) KPK koloid anorganik atau KPK liat yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif, b) KPK koloid organik yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan negatif, dan c) KPK total atau KPK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah baik kation pada permukaan koloid organik (humus) maupun kation pada permukaan koloid anorganik (liat) (Madjid, 2007). Sifat pertukaran ini berperan dalam penilaian tingkat kesuburan tanah. Koloid tanah yang berperan dalam proses pertukaran dan jerapan ion adalah koloid anorganik (mineral lempung) dan koloid organik (humus). Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifik tinggi. Proses pertukaran dalam fraksi debu kemungkinan sangat rendah, sedangkan pada fraksi pasir tidak terlihat sama sekali. Kapasitas Pertuakaran Kation diartikan sebagai kemampuan koloid tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation yang bermuatan negatif.Koloid tanah yang bermuatan negatif adalah mineral lempung dan senyawa organik. Kation yang tertukarkan paling penting adalah Ca, Mg, K, Na, H, Al, yang relatif lebih rendah adalah NH₄ dan Fe dan dalam jumlah sedikit Mn, Cu, Zu (Sutanto, 2005). Selain itu juga ada faktor-faktor yang mempengaruhi KPK tanah, yaitu: (Muklis, 2007) 1.
Tekstur tanah Semakin halus tekstur pada tanah maka akan meningkatkan KPK, karena tanah lebih mampu dalam menahan air dan unsur hara. Semakin halus tekstur, maka hara akan tertahan dan terjerap dalam koloid tanah, serta unsur hara tidak mudah mengalami pencucian. Hal tersebut dapat memudahkan dalam pertukaran kation di dalam tanah.
2.
Kandungan humus dan bahan organic Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga terbentuk agregat tanah yang mengurangi terjadinya erosi. Selain itu, dengan adanya C organik yang tinggi, hal ini berkolerasi positif terhadap KPK karena lambat laun hara akan tersedia dari dekomposisi bahan organik dan juga tanah akan lebih kuat menahan unsur hara.
3.
pH tanah Keadaan tanah yang sangat masam menyebabkan tanah kehilangan KPK. Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama di dekat permukaan lempung yang berukuran seperti koloida dan partikel-partikel humus yang disebut misel.Setiap misel dapat mempunyai beribu-ribu muatan negatif yang dinetralisir oleh kation yang diarbsorbsi.Pertukaran misel yang bermuatan negatif membentuk satu ikatan selama muatan negatif ada dan dimana terdapat satu kekuatan tarik menarik yang kuat terhadap kation.Kation menetralkan permukaan muatan negatif.Kation dapat ditukar, dihidrasi atau ditarik selain molekul dan air hidrasi berpindah (Buringh, 1983). Besarnya jerapan kation-kation atau anion oleh koloid tanah tergantung dari luas permukaan koloid tanah.Luas permukaan mineral lempung tipe 2:1 sekitar 700-
800 m (Nursyamsi dan Suprihati, 2005). Contohnya, 1 mol ion K akan mempunyai ion positif yang sama dengan 1 mol Na⁺, NH₄⁺, atau H⁺, sedangkan 1 mol Ca²⁺, Mg²⁺, atau Fe²⁺ mempunyai muatan dua kalinya dan Al³⁺ mempunyai muatan tiga kali ion monovalent. Kemudian, bila muatan negatif pada 1 kg tanah dapat diimbangi oleh 1 mol K⁺ maka tanah tersebut dapat diimbangi oleh 0,05 mol Ca²⁺ atau 0,033 mol Al³⁺. Akibat perbedaan-perbedaan muatan pada kation-kation tersebut, KPK biasanya dinyatakan dalam satuan milliequivalen (Mc. Laren dan Cameron, 1990).
METODOLOGI Praktikum muatan tanah (KPK dan KPA tanah kualitatif) dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 24 Maret 2014 yang bertempat di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah berdiameter 0,5 mm (Entisol, Alfisol, Mollisol, Vertisol, dan Ultisol) serta tabung reaksi sebanyak 10 buah, larutan eosin red dan gentian violet. Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah pertama tanah berdiameter 0,5 mm diambil, ditimbang seberat 2 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan larutan gentian violet setinggi 5 cm dari alas tabung. Lalu dikocok selama dua menit, kemudian tanah dibiarkan mengendap sehingga akan terpisah tanah dan sifatnya. Warna filtrat diperhatikan dan dibandingkan dengan blangko.Langkah diatas diulangi dengan menggunakan larutan eosin red.Kemudian dibandingkan intensitas warna filtrat antar jenis tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 7.1 KPK dan KPA Tanah Golongan A1 Jenis Tanah
Gentian Violet
Eosin Red
Alfisol
++
++
Entisol
+++++
+
Vertisol
+++
+++
Ultisol
++++
++++ +
Mollisol
+
++++
KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah.Hal ini terjadi karena koloid lempung tanah pada umumnya bermuatan negatif sehingga kation dapat terjerap dan tertukar oleh partikel-partikel tersebut.Kation-kation ini terjerap pada permukaan koloid mineral dan organik oleh ikatan elektrostatik secara lemah sehingga dapat dilepaskan atau dipertukarkan kembali. Untuk melakukan pertukaran atau pergantian kation dalam tanah, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut apabila tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka akan menurunkan kapasitas tukar kation dalam tanah, akan tetapi sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut terpenuhi, kapasitas tukar kation akan mengalami kenaikan yang tentunya sangat baik untuk tanah dan juga tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi KPK adalah tekstur tanah, kandungan humus dan bahan organik, jenis liat dan kandungan liat serta pH.Tekstur tanah dapat mempengaruhi karena tekstur digunakan untuk mengetahui fraksi pokok penyusun tanah.Tanah bertekstur lempung mempunyai nilai KPK yang jauh lebih tinggi dari tanah bertekstur debuan maupun pasiran.Hal ini dikarenakan sebagian besar partikel liat mempunyai muatan negatif yang dipenuhi oleh kation-kation yang diarbsorbsi (ion-ion positif), yang menetralisir muatan negatif dari liat. Beberapa kation ini (contoh: Ca⁺⁺, Mg⁺⁺, dan K⁺) merupakan elemen-elemen esensial. Kation-kation yang diadsorbsi bergerak dekat permukaan liat dan bertukar tempat satu dengan lainnya, dan dengan kationkation dalam larutan tanah.Kapasitas tanah untuk mengadsorbsi kation-kation dapat ditukar, disebut kapasitas tukar kation.Kation-kation dapat ditukar yang diadsorbsi tidak dapat tercuci dari tanah, dan sedikit tersedia untuk dapat digunakan tanaman.Kandungan bahan organik sangat berpengaruh karena dalam kandungan bahan organik yang tersusun dari bahan humus berfungsi untuk meningkatkan KPK.Semakin banyak kandungan bahan organik yang telah terdekomposisi matang, semakin besar pula nilai KPK-nya.pH tanah berpengaruh terhadap KPK karena pada tanah terubahkan yang mengakibatkan semakin tinggi pH tanah maka KPK tanah semakin besar. Alfisol apabila dicampur dengan eosin red akan menghasilkan warna yang menjauhi blangko yang berarti mempunyai muatan positif agak banyak, maka KPKnya agak kecil karena muatan negatif dari zarah-zarah tanah agak sedikit. Sedangkan apabila dicampur dengan gentian violet juga menghasilkan warna yang mendekati kontrol.Oleh karena itu, Alfisol mempunyai muatan negatif sedikit sehingga mempunya kandungan lempung yang sedikit juga, maka KPK-nya kecil.Karena muatan negatif zarah-zarah tanah sedikit dan berkaitan ion positif gentian violet.Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin.Alfisol memiliki bahan organik yang rendah.Jeluk tanah dangkal hingga dalam dan bertekstur sedang hingga halus.Alfisol memiliki horizon Argilik.Pada pembentukan tanah ini terjadi pencucian besi, pembentukan epipedon ochric (horizon Ai), dan pembentukan horizon albik dan penengendapan Argilan. Entisol apabila dicampur dengan eosin red menghasilkan warna yang paling mendekati kontrol dibandingkan dengan keempat jenis tanah lainnya yang berarti paling menjauhi kontrol.Oleh karena itu, Entisol mempunyai muatan positif paling banyak (paling bereaksi), maka KPK-nya kecil karena muatan negatif zarah-zarah
tanah sedikit.Sedangkan apabila dicampur dengan gentian violet menghasilkan warna yang mendekati kontrol.Oleh karena itu, Entisol mempunyai muatan negatif sedikit sehingga mempunyai kandungan lempung yang sedikit juga, maka KPK-nya kecil karena muatan negatif zarah-zarah tanah sedikit dan berikatan dengan ion positif gentian violet.Karena Entisol pasiran cukup renggang yang mengakibatkan kemampuan untuk menjerap atau menukar kation kecil, sehingga Entisol mempunyai KPK paling kecil. Vertisol pada saat penambahan gentian violet tingkat kejernihannya pada urutan ketiga.Sedangkan pada saat penambahan eosin red tingkat kejernihannya pada urutan ketiga pula.Ini berarti Vertisol memiliki muatan positif dan negatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Alfisol.Oleh karena itu, nilai KPK Vertisol lebih kecil dari Alfisol. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa Ultisol menghasilkan warna yang paling mendekati kontrol apabila dicampur dengan eosin red.Oleh karena itu, Ultisol mempunyai muatan positif yang sangat sedikit, maka KPK-nya besar karena muatan negatif di zarah-zarah tanah cukup banyak.Sedangkan apabila dicampur dengan gentian violet menghasilkan warna yang agak hampir mendekati kontrol.Menurut (Foth, 1998), seharusnya pada penambahan gentian violet warnanya menjauhi kontrol.Karena itu Ultisol mempunyai muatan negatif banyak sehingga mempunyai kandungan lempung yang banyak pula,maka KPK-nya besar karena muatan zarahzarah tanah banyak dan berikatan dengan ion positif gentian violet. Mollisol apabila dicampur dengan gentian violet tingkat kejernihannya menjauhi kontrol.Jika dicampur dengan eosin red tingkat warnanya hampir mendekati kontrol.Mollisol mengandung CaCO₃, sehingga pH-nya 7,8 - 8,4 , tanah ion mengandung bahan organik yang berasal dari vegetasi rumput. Adanya Ca dalam tanah akan mengakibatkan KPK yang sedang tetapi karena kandungan bahan organiknya mengakibatkan KPK menjadi agak tinggi. Pada percobaan ini digunakan metode kualitatif, yaitu dengan penambahan larutan eosin red dan gentian violet pada tanah.Digunakannya metode ini dikarenakan mudah dalam percobaan dan mudah pula dalam pengamatan.Akan tetapi, metode ini memiliki kekurangan yaitu perbedaan warna yang tidak terlalu kontras antara tanah yang satu dengan yang lainnya sehingga sulit diamati, dan resiko kesalahan karena kekurangtelitian cukup besar. Sifat-sifat pertukaran kation dalam tanah manfaatnya menyangkut kesuburan dalam tanah yaitu digunakan dalam menilai tingkat kesuburan tanah dan klasifikasi tanah. Dalam hal ini KPK/KTK berhubungan dengan kapasitas penyedia Ca, Mg, dan K ; efisiensi pemupukan dan pengapuran pada lapisan olah tanah sehingga KPK dapat digunakan sebagai penciri untuk menentukan klasifikasi tanah. Tanah yang subur adalah tanah yang nilai KPK-nya tinggi.
KESIMPULAN
Setelah praktikum dilakukan sesuai metode, kami dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu: 1.
Muatan tanah dipengaruhi oleh mineral lempung dan bahan organik
2.
Urutan tanah yang paling banyak mengandung kation: Ultisol, Mollisol, Vertisol, Alfisol, dan Entisol
3.
Urutan tanah yang paling banyak mengandung anion: Entisol, Ultisol, Vertisol, Alfisol, dan Mollisol
4.
Semakin besar kadar lempung suatu tanah dan semakin besar kandungan bahan organiknya, maka kapasitas pertukaran kation akan semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Buringh. 1983. Introduction to The Study of Soil In Tropical and Subtropical Regions.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation . Diakses tanggal 28 Maret 2014
Mc.Laren, R. G., dan K. C. Cameron. 1990. Soil Science and Introduction to the Properties and Management of New Zealand Soils.Oxford University Press. Melbourne.
Muklis.2007. Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press. Medan
Nursyamsyi, Dedi dan Suprihati. 2005. Soil Chemical and Mineralogical Characteristics and It’s Relationship with The Fertilizers Requirentment For Rice (Oryza sativa), Maize (Zea mays), and Soybean (Glycine max)
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.Kasinus. Yogyakarta
LAMPIRAN VII Tabel 7.2 KPK dan KPA Tanah Golongan A1
Jenis Tanah
Gentian Violet
Eosin Red
Alfisol
++
++
Entisol
+++++
+
Vertisol
+++
+++
Ultisol
++++
+++++
Mollisol
+
++++
Gambar 7.1 Hasil Reaksi Suspensi Tanah dengan Gentian Violet dan Eosin Red
Diposkan 28th April 2014 oleh Mochammad Deni Saputra Label: Catatan Kuliah