KANKER VESIKA URINARIA (BULI-BULI)
Tumor ganas vesika urinaria sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker vesika urinaria dapat kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar vesika urinaria. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi vesika urinaria. Adapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
1.1. DEFINISI Lansia /Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dan proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2000). Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal (Marilynn E. Doenges, Rencana Askep.) Kanker istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, Kamus Keperawatan). Dinding vesika urinaria dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional dan disebut karsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.
2.2. PENYEBAB Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko: · Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
· Merokok, merupakan faktor resiko yang utama. · Lingkungan pekerjaan. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit. · Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis). · Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya. · Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia. · Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar. · Riwayat keluarga Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
2.3. GEJALA Gejalanya bisa berupa: - hematuria (adanya darah dalam air kemih) - rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih - desakan untuk berkemih - sering berkemih. Gejala dari kanker vesika urinaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
2.4. FAKTOR RESIKO Faktor resiko untuk kanker kemih mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat. Factor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih dan kebiasan merokok. Ca kandung kemih dua kali lebih banyak
menyerang perokok daripada yang bukan perokok. Disamping itu, terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan Ca kandung kemih. Skistasambrosisi kronik (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih) juga merupakan factor resiko. Kanker yang tumbuh dari kelenjar prostate, kolon serta rectum pada laki-laki dan dari traktus ginkologis bawah pada wanita dapat bermetastase di kandung kemih.
2.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK · Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai. · Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker. · Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih. · USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung kemih. · Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. · Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
2.6. PENATALAKSANAAN Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan apparatus penampungan eksternal. Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
2.7. KOMPLIKASI Komplikasi pembedhan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
2.8 PENGOBATAN Kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama, tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat diangkat melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih (sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar atau belum. Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan kemoterapi kadang bisa mengobati kanker.
Jika kandung kemih diangkat seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih. Biasanya air kemih dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong. Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan ke dalam 2 kategori: 1. Orthotopic neobladder 2. Continent cutaneous diversion. Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus. Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra. Penderita diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra. Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut ke dalam penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati dengan kemoterapi.
DEFINISI Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker kandung kemih berasal dari sel transisional dan disebut karsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.
PENYEBAB Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko: · Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia. · Merokok, merupakan faktor resiko yang utama. · Lingkungan pekerjaan. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
· Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis). · Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya. · Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia. · Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar. · Riwayat keluarga, Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
GEJALA Gejalanya bisa berupa: - hematuria (adanya darah dalam air kemih) - rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih - desakan untuk berkemih - sering berkemih. Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,k gejalanya tidak menghilang.
DIAGNOSA Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker. Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung kemih. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
PENGOBATAN Kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama, tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat diangkat melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus dinding kandung kemih, tidak dapat
diangkat seluruhnya dengan sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih (sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar atau belum. Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung kemih diangkat seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih. Biasanya air kemih dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong. Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan ke dalam 2 kategori: 1. Orthotopic neobladder 2. Continent cutaneous diversion. Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus. Pada orthotopic neobladder,
penampung
ini
dihubungkan
dengan
uretra.
Penderita
diajarkan
untuk
mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra. Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut ke dalam penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati dengan kemoterapi.
KANKER KANDUNG KEMIH PENDAHULUAN Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
FAKTOR RESIKO Factor resiko untuk kanker kemih mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat. Factor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih dan kebiasan merokok. Ca kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang perokok daripada yang bukan perokok. Disamping itu, terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan Ca kandung kemih. Skistasambrosisi kronik (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih) juga merupakan factor resiko. Kanker yang tumbuh dari kelenjar prostate, kolon serta rectum pada laki-laki dan dari traktus ginkologis bawah pada wanita dapat bermetastase di kandung kemih.
MANIFESTASI KLINIS Tumor ini biasanya muncul dari basic vesica urinaria dan meliputi urivisium eretra serta kolumna vesica urinaria. Hematuria berat dan tanpa nyeri adalah gejala kandug kemih yang paling sering ditemukan. ISK merupakan komplikasi yang lazim terjadi dan menyebabkan gejala berkemih yang sering, urgensi dan disuria. Namun demikian, setiap perubahan pada urinasi didaerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker tersebut.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kmih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
PENATALAKSANAAN Factor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Tiopeta,
mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma. Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan apparatus penampungan eksternal. Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
KOMPLIKASI Komplikasi pembedhan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Manifestasi klinis Hematuria Frekuensi berkemih Disuria Pemeriksaan diagnostic Sitologi urine — sel kanker Cuci kandung kemih — sel kanker
Aliran sitometri urine — ploidi DNA Pielogram intravena (IVP) — evaluasi traktus urinarius atas & pengisian kandung kemih Sitoskopi — melihat bagiandalam organ Biopsy Ultrasound transurethral — luasnya penyakit CT-Scan — identifikasi nodus limfe regional dan metastase pulmonal MRI — luas tumor dan terkenanya nodus limfe
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI 1.Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit R/T pembuatan saluran luar abdominal untuk urine. Kriteria Evaluasi : berpartisipasi dalam aktivitas yang b/d perawatan ileostomi Intervensi perawatan Ostomi : Pasang alat ostomi yan tepat ukuran R/ mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar ostomi Bantu pasien melakukan perawatan ostomi secara mandiri R/ mengembangkan teknik yang benar Pantau proses penyembuhan luka insisi pada ostomi R/ mengembangkan intervensi dini terhadap kemungkinan komplikasi Anjurkan klien mengunjungi seseorang yang telah mengalami ostomi R/ menurunkan nasietas dan ketakutan thd kemampuan beradaptasi Ganti kantung ostomi sesuai kebutuhan R/ memberi kesempatan dan penguatan terhadap prosedur mengganti kantong & mengevaluasi stoma 2.Resiko infeksi R/T pembedahan unuk eliminasi urine Kriteria Evaluasi : tidak ada infeksi pada saluran kemih Intervensi : Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan R/ mencegah transmisi organisme Pertahankan intake cairan adekuat R/ meningkatkan aliran urine
Ajarkan klien cuci tangan R/ memberikan informai ttg personal hygiene Ajarkan klien ttg gejala dan tanda infeksi serta anjurkan untuk melaporkannya R/ memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks R/ dapat mencegah infeksi 3.Kurang pengetahuan R/T kemoterapi dan imunoterapi Kriteria Evaluasi : klien mengungkapkan jadwal pengobatan & tujuannya Intervensi : Ajarkan klien dan klg prosedur dan tujuan terapi R/ meningkatkan pemahaman dan menurunkan ansietas Gunakan teknik steril dalam kateterisasi R/ mencegah infeksi Instruksikan klien untuk berkemih sebelum obat dimasukkan R/ meningkatkan retensi obat Instruksikan untuk selalu mengubah posisi R/ meningkatkan lapisan bagian dalm k.kemih dengan obat-obatan Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa jam R/ memberikan kontak yang besar dari obat dgn permukan k.kemih Instruksikan klien untuk toileting dengan hati-hati R/ mencegah pemajanan pada kemoterapi &imunoterapi yg dikeluarkan Melalui urine 4.Gangguan citra tubuh R/Y diversi urinarius Kriteria Evaluasi : citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga Intervensi : Anjurkan klien utnuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi dan Ca kandung kemih dan dampak yg diharapkan pada gaya hidup R/ meningkatkan integrasi dari perubahan ke dalam gaya tubuh Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius & efeknya, identitas seksual, hubungan dan citra diri R/ sebagai data untuk merumuskan rencana askep
Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan R/ meningkatkan citra diri Berikan kesempatan untuk berduka atas kehilangan fx k.kemih R/ memberi waktu untuk mengatasi kehilangan Izinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah R/ meningkatkan koping Pantau apakah klien dapat melihat ostominya R/ ketidakmampuan memandang ostominya mengindikasikan kesulitan koping.
ASKEP KANKER KANDUNG KEMIH PENDAHULUAN Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
FAKTOR RESIKO Factor resiko untuk kanker kemih mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat. Factor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih dan kebiasan merokok. Ca kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang perokok daripada yang bukan perokok. Disamping itu, terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan Ca kandung kemih. Skistasambrosisi kronik (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih) juga merupakan factor resiko. Kanker yang tumbuh dari kelenjar prostate, kolon serta rectum pada laki-laki dan dari traktus ginkologis bawah pada wanita dapat bermetastase di kandung kemih.
MANIFESTASI KLINIS Tumor ini biasanya muncul dari basic vesica urinaria dan meliputi urivisium eretra serta kolumna vesica urinaria. Hematuria berat dan tanpa nyeri adalah gejala kandug kemih yang paling sering ditemukan. ISK merupakan komplikasi yang lazim terjadi dan menyebabkan gejala berkemih yang sering, urgensi dan disuria. Namun demikian, setiap perubahan pada urinasi didaerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker tersebut.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kmih dengan salin mungkin
akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
PENATALAKSANAAN Factor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma. Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan apparatus penampungan eksternal. Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
KOMPLIKASI Komplikasi pembedhan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Manifestasi klinis Hematuria Frekuensi berkemih Disuria Pemeriksaan diagnostic Sitologi urine — sel kanker Cuci kandung kemih — sel kanker Aliran sitometri urine — ploidi DNA Pielogram intravena (IVP) — evaluasi traktus urinarius atas & pengisian kandung kemih Sitoskopi — melihat bagiandalam organ Biopsy Ultrasound transurethral — luasnya penyakit CT-Scan — identifikasi nodus limfe regional dan metastase pulmonal MRI — luas tumor dan terkenanya nodus limfe
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI 1.Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit R/T pembuatan saluran luar abdominal untuk urine. Kriteria Evaluasi : berpartisipasi dalam aktivitas yang b/d perawatan ileostomi Intervensi perawatan Ostomi : Pasang alat ostomi yan tepat ukuran R/ mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar ostomi Bantu pasien melakukan perawatan ostomi secara mandiri R/ mengembangkan teknik yang benar Pantau proses penyembuhan luka insisi pada ostomi R/ mengembangkan intervensi dini terhadap kemungkinan komplikasi Anjurkan klien mengunjungi seseorang yang telah mengalami ostomi R/ menurunkan nasietas dan ketakutan thd kemampuan beradaptasi
Ganti kantung ostomi sesuai kebutuhan R/ memberi kesempatan dan penguatan terhadap prosedur mengganti kantong & mengevaluasi stoma 2.Resiko infeksi R/T pembedahan unuk eliminasi urine Kriteria Evaluasi : tidak ada infeksi pada saluran kemih Intervensi : Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan R/ mencegah transmisi organisme Pertahankan intake cairan adekuat R/ meningkatkan aliran urine Ajarkan klien cuci tangan R/ memberikan informai ttg personal hygiene Ajarkan klien ttg gejala dan tanda infeksi serta anjurkan untuk melaporkannya R/ memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks R/ dapat mencegah infeksi 3.Kurang pengetahuan R/T kemoterapi dan imunoterapi Kriteria Evaluasi : klien mengungkapkan jadwal pengobatan & tujuannya Intervensi : Ajarkan klien dan klg prosedur dan tujuan terapi R/ meningkatkan pemahaman dan menurunkan ansietas Gunakan teknik steril dalam kateterisasi R/ mencegah infeksi Instruksikan klien untuk berkemih sebelum obat dimasukkan R/ meningkatkan retensi obat Instruksikan untuk selalu mengubah posisi R/ meningkatkan lapisan bagian dalm k.kemih dengan obat-obatan Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa jam R/ memberikan kontak yang besar dari obat dgn permukan k.kemih Instruksikan klien untuk toileting dengan hati-hati R/ mencegah pemajanan pada kemoterapi &imunoterapi yg dikeluarkan
Melalui urine 4.Gangguan citra tubuh R/Y diversi urinarius Kriteria Evaluasi : citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga Intervensi : Anjurkan klien utnuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi dan Ca kandung kemih dan dampak yg diharapkan pada gaya hidup R/ meningkatkan integrasi dari perubahan ke dalam gaya tubuh Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius & efeknya, identitas seksual, hubungan dan citra diri R/ sebagai data untuk merumuskan rencana askep Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan R/ meningkatkan citra diri Berikan kesempatan untuk berduka atas kehilangan fx k.kemih R/ memberi waktu untuk mengatasi kehilangan Izinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah R/ meningkatkan koping Pantau apakah klien dapat melihat ostominya R/ ketidakmampuan memandang ostominya mengindikasikan kesulitan koping.