Kakap merah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Gambar 1.1 Ikan Kakap Merah Latjanus erythropterus Ikan kakap merah (Latjanus erythropterus) adalah salah jenis ikan demers al yang hidup di dasar perairan laut yang bernilai ekonomis penting. Ikan kakap merah juga dikenal se bagai ikan merah, ikan bambangan dan red snapper. Ikan kakap merah pada saat muda hidup di daerah pantai dengan dasar berpasir sedangkan pada saat dewasa hidup di perairan sekitar terumbu karang. Kakap merah dapat mencapai berat sampai 7 kg/ekor , tetapi ukuran umumnya 2,5-4 kg/ekor (Kordi, 2015) Upaya produksi benih ikan kakap merah, di hatchery melalui berbagai penelitian sudah berhasil dilakukan bahkan teknologinya teknologinya sudah mulai diadopsi masyarakat untuk produksi produksi benih di hatcheryskala rumah tangga/HSRT. Perbaikan Perbaikan manajemen pemeliharaan larva masih terus dilakukan guna menenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat baik dari segi ukuran, kontinyuitas dan kualitasnya. Spesies-spesies kakap merah merupakan ikan yang berkualitas tinggi dan bernilai ekonomis tinggi, baik pasar domestik maupun ekspor sehingga s ehingga kakap merah indonesia di anggap a nggap sebagai yang terbaik di dunia. Oleh karena itu, kakap merah merupakan salah satu komoditas yang prospektif untuk bisnis dan investasi. Namun karena permintaan yang cukup tinggi dan pasokan yang terbatas, permintaan tersebut tidak bisa terpenuhi apalagi produksi produksi kakap merah bergantung pada penangkapan di alam yang produksinya terus menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan budidaya secara penuh mulai dari benih sampai panen. Kakap merah dapat dibudidayakan di karamba jaring j aring apung (KJA) yang ditempatkan di perairan dalam, jaring kurung dasar dan hampang hampang yang ditempatkan di perairan dangkal. dangkal. Alasan sederhana memilih lokasi budidaya di KJA yaitu lebih e fisien dalam penggunaan lahan daratan dibandingkan dengan dengan di tambak; tidak memerlukan memerlukan pematang, saluran air dan pengelolaan tanah; pengelolaan kualitas air lebih mudah karena adanya adanya gerakan pasang surut sehingga kualitas air stabil. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada makalah ini adalah: Bagaimana cara metode budidaya budidaya ikan kakap merah dengan menggunakan keramba jaring apung? Apa saja aktivitas rutin budidaya ikan kakap merah? Bagaimana cara merawat wadah budidaya ikan kakap merah? Bagaimana cara monitoring kualitas air pada budidaya ikan kakap merah? Apa saja masalah yang dihadapi dalam perawatan ikan kakap merah baik se cara faktor internal dan eksternal? Apa saja penyakit yang menyerang pada ikan kakap merah? Bagaimana cara penanggulangan hama dan penyakit pada ikan kakap merah? Bagaimana cara penebaran dan padat penebaran ikan kakap merah 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah ini adalah: Mengetahui cara metode budidaya ikan kakap merah dengan menggunakan keramba jaring apung Mengetahui aktivitas rutin budidaya budidaya ikan kakap merah Mengetahui cara merawat wadah budidaya ikan kakap merah
Mengetahui cara monitoring kualitas air pada budidaya ikan kakap merah Mengetahui masalah yang dihadapi dalam perawatan ikan kakap merah baik secara faktor internal dan eksternal Mengetahui penyakit yang menyerang ikan kakap merah Mengetahui cara penanggulangan hama dan penyakit pada ikan kakap merah Mengetahui cara penebaran dan padat penebaran ikan kakap merah Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada makalah ini adalah kajian pustaka, yaitu mengumpulkan data-data dari sumber atau literatur yang terkait dengan topik permasalah yang dibahas. Sumber-sumber tersebut diperoleh dari buku dan sumber internet. Sistematika Penulisan Pembahasan mengenai gas di dalam air laut pada makalah ini disusun dengan metode umum ke khusus. Adapun urut-urutan pembahasan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan; Bab II Pembahasan, yang memuat; cara metode budidaya ikan kakap merah dengan menggunakan keramba jaring apung, aktivitas rutin ikan kakap merah, cara merawat wadah budidaya ikan kakap merah, cara monitoring kualitas air pada budidaya ikan kakap merah, masalah yang dihadapi dalam perawatan ikan kakap merah baik secara faktor internal dan eksternal, penyakit yang menyerang pada ikan kakap merah, cara penanggulangan hama dan penyakit pada ikan kakap merah, cara penebaran dan padat penebaram ikan kakap merah, serta cara pembagian pemberian pakan pada ikan kakap merah; Bab III yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB II PEMBAHASAN Metode Budidaya
Gambar 2.1 Keramba Jaring Apung (KJA) Metode budidaya ikan kakap merah menggunakan karamba ja ring apung (KJA) berbentuk segiempat dengan berbagai ukuran misalnya 3 x 3 x 3 m atau 5 x 5 x 3 m. Syarat membuat KJA yaitu : Rakit KJA dibuat dari bambu, kayu atau bahan HDPE, sejenis plastik Pelampung dibuat dari bambu bulat,balok kayu, drum, ban bekas dan busa plastik atau Styrofoam. Jangkar dibuat dari kantong yang disi pasir, batu yang dibungkus, besi, kayu, beton ceta k atau logam. Bobot jangkar yang digunakan ditentukan oleh arus dan angin, bentuk dasar perairan,
dan tekstur tanah dasar perairan. Tali jangkar yang digunakan berdiameter 3-5 cm, dengan panjang 3 kali kedalaman perairan. Bahan untuk pembuatan karamba harus bersifat tahan dalam air dan dapat menahan beban, terutama pada saat panen. Penempatan KJA mempertimbangkan kondisi perairan, terutama arus air. Pembesaran kakap merah di KJA dapat dilakukan secara semi-intensif dan intensif. Padat penebaran untuk pembesaran semi-intensif 10-20 ekor/m3 untuk benih berukuran 200-250 g/ekor, sedangkan bila benih berukuran 80-100 g/ekor ditebar 20-30 ekor/m3. Padat pembesaran intensif 40-50 ekor/m3 untuk benih berukuran 200-250 g/ekor. Bila benih kakap merah yang ditebar berukuran 80-100 g/ekor, maka padat penebaran ditingkatkan menjadi 60-70 ekor/m3. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan kakap harus sesuai dengan kebutuhan benih yang dipelihara, baik dari segi jumlah, waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk) serta kandungan nutrisi, agar pemberian pakan buatan (pellet) ini tepat sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kualitas nutrisi yang baik untuk hidup benih ikan (jaya et al, 2013). Pakan yang diberikan berupa ikan runcah segar atau pellet. Dosis pakan hanya 4-10 % dari total bobot ikan perhari, yang diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari, juga dapat ditambahkan vitamin yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicampurkan pada pakan. Beberapa sifat kimia-fisika yang harus diketahui untuk mendukung pertumbuhan ikan yaitu kedalaman perairan, kecerahan, oksigen terlarut, suhu, salinitas dan PH. kedalaman optimal saat surut antara dasar keramba dengan dasar perairan adalah 4 – 5 m. Kecerahan menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya kedalam perairan. kecerahan untuk kegiatan budidaya perikanan sebaiknya lebih dari 3 m. Untuk kepentingan budidaya ikan, oksigen terlarut yang optimal berkisar 5 – 8 mg/l . Suhu optimum untuk budidaya ikan adalah 27 – 32 oC. Salinitas optimal untuk budidaya kisaran 30 – 35 ppt. pH optimal untuk budidaya ikan 6,5 – 9,0 (Affan, 2012). Salah satu masalah yang menjadi penghambat dalam budidaya adalah gangguan hama dan penyakit. Penyakit yang dialami ikan dapat berasal dari kualitas air yang tidak memenuhi syarat, pakan yang diberikan jamur, virus, ataupun bakteri pathogen. Aktivitas Rutin Budidaya Ikan Kakap Merah Aktivitas rutin yang harus dilakukan dalam membudidayakan ikan kakap merah adalah Pembenihan ikan kakap merah: Pengadaan dan pemeliharaan induk Pemijahan secara alami maupun buatan yaitu dengan metode stripping atau metode stripping Penetasan telur Pemeliharaan larva-benih Pendederan benih ikan kakap merah: Pendederan pertama Pendederan kedua Pembesaran kakap merah di keramba jaring apung (KJA) Penabaran dan padat penebaran Pemberian pakan Mengelola kualitas air Penanggulangan hama dan penyakit Panen Cara Merawat Wadah Budidaya Ikan Kakap Merah
Suatu unit hatcheri atau balai benih harus mempunyai fasilitas yang lengkap termasuk peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pengoperasiaannya. Sebelum menentukan fasilitas yang diperlukan dalam pengoperasian suatu unit usaha pembenihan ikan laut, hendaknya memerhatikan spesies ikan yang akan dibenihkan, sistem produksi, skala usaha, target produksi, dan strategi pemasaran. Faslitas yang diperlukan dalam suatu unit pembenihan ikan laut adalah seluruh sar ana berupa bangunan, perkakas, dan peralatan yang digunakan untuk pengoperasian secara efektif dan efisien. Berdasarkan operasionalnya, fasilitas balai benih ikan laut terdiri atas srana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok Sebuah hatcry skala lengkap (HSL) idealnya memiliki sarana-sarana pokok, antara lain: (1) KJA bagi anak-anak ikan dan penampungan/pemeliharaan calon-calon induk; (2) bak-bak pemijahan; (3) bak-bak pemeliharaan benih; (4) laboratorium basah bagi pemeliharaan telur dan larva; (5) laboratorium kering bagi keperluan pengamatan; (6) ruang plankton/pengembangan jasad pakan; (7) ruang mesin; (8) ruang cold storage bagi penyimpanan pakan; (9) bak-bak reservior dan filter air; (10) kantor; (11) gudang; (12) dermaga; dan (13) tambak. Sedangkan hatcry skala rumah tangga (HSRT), yang hanya melakukan sebagian kegiatan pembenihan saja, misalnya memulai kegiatan usaha dari penetasan telur, maka sarana yang perlu dimilikinya pun cukup untuk kegiatan tersebut. Sebuah HSRT cukup memiliki saranasarana pokok sebagai berikut: (1) bak penetasan telur; (2) bak pemeliharaan larva; (3) bak pemeliharaan pakan alami dan (4) sarana-sarana penunjang, misalnya thermometer, saringan, refraktometer, Do meter, PH meter, dan wadah penetasan artemia ukuran kecil.
Sarana Penunjang Apabila sarana pokok di atas tersedia, maka sebua h HSL sudah dapat beroperasi, namun hendaknya perlu dilengkapi dengan sarana penunjang, misalnya l aboratorium pengamtan, tambak, gudang, kantor, jembatan, dan lain-lain. Cara Monitoring Kualitas Air pada Budidaya Ikan Kakap Merah Perairan yang dipilih untuk menempatkan KJA dan sumber air untuk tambak harus jernih dan bebas dari bahan pencemaran. Beberapa sifat fisika-kimia yang harus diketahui untuk mendukung pertumbuhan ikan, yaitu suhu, salinitas (kadar garam), kandungan oksigen terlarut, kedalaman perairan, dan pH (derajat keasaman) air. Secara alami, kakap merah hidp di terumbu karang, padang lamun, ekosistem mangrove, laguna, daerah estuarin, dan muara sungai. Daerah tersebut bersalinitas cukup tinggi, antara 25-35 ppt (part per thousand), kecuali daerah eksoistem mangrove, estuarin, dan muara sungai, biasanya terjadi perubahan salinitas karena pasokan air dari darat sehingga salinitas menurun < 20 ppt. Kakap merah spesies Lutjanus argentimaculatus dan Lutjanus johnii hidup di kawasan yang salinitasnya sering mengalami perubahan tersebut. Oleh karena itu, kedua kakakp merah tersebut toleran pada kisaran salinitas yang cukup luas (euryhaline), antara 1035 ppt. Dengan begitu, untuk pemeliharaanya, sal initas yang dibutuhkan adalah antara 15-35 ppt. Kakap merah dapat dipelihara di tambak bersalinitas tinggi (salinitas >25 ppt), kecuali spesies Lutjanus argentimaculatus dan Lutjanus johnii dapat dipelihara di tambak air payau (salinitas < 20 ppt) Suhu yang cocok adalah antara 24-320 C. Di daerah tropik seperti Indonesia, suhu perairan tidak menjadi masalah, karena perubahan suhu relatif sangat kecil, yaitu sekitar antara 27-32 0C. Kandungan oksigen terlarut yang ideal, yaitu minimal 3 ppm dan optimum 4-7 ppm. Ada
pun derajat keasama air laut atau pH air tanpa pencemaran 7-9. Air laut mempunyai daya penyangga (buffer) yang besar terhadap perubahan Ph. Namun, pH air laut yang optimal itu akan mengalami penurunan bila dimasukkan ke dalam tambak yang bertanah asam (pH tanah rendah). Masalah yang Dihadapi dalam Perawatan Ikan Kakap Merah Baik Internal dan Eksternal Secara internal dan eksternal masalah yang muncul seperti pertumbuhan pada ikan kakap merah, kualitas/ketersediaan benih ikan kakap merah, pakan ikan kakap merah, wadah pada ikan kakap merah, keadaan air pada wadah ikan kakap merah, kompetitor ikan kakap merah, serta hama dan penyakit yang menyerang ikan kakap merah seperti masalah penyakit noninfektif dan infektif. Penyakit yang Menyerang Ikan Kakap Merah Penyakit non-infektif (non parasiter) disebabkan oleh bukan organisme penyebab infeksi, sehingga penyakit ini tidak menular. Berbeda dengan penyakit infektif yang menyebabkan infeksi dan dapat menular seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit. Walupun tidak menyebakan infeksi dan tidak menular, penyakit non-infeksi tetap merupakan masalah penting, karena penyakit non-infeksi dapat membuka peluang besar terjadinya perkembangan penyakit infeksi. Sebagai contoh penurunan kualitas, misalnya meningkatnya suhu secara drastis. Peristiwa ini adalah penyakit non-infeksi bila tidak segera ditanggulangi, maka akan menyebabkan ikan stres. Ikan yang stres mulai mengalami penurunan daya tahan tubuh (ketebalan ikan menurun), sehingga mudah diserang penyakit infeksi, terutama bakteri. Wadah pemeliharaan Kakap merah dapat dipelihara di tambak, keramba jaring apung (KJA), bak, akuarium dan sebagainya. Pemeliharaan kakap merah di bak biasanya hanya dimaksudkan untuk pematangan induk atau pemeliharaan benih. Penggunaan bak perlu diperhatikan. Bak yang digunakan harus sesuai dengan ukuran ikan. Jangan sampai ukuran bak terlalu kecil untuk induk ikan, sehingga menyulitkan ikan dalam bergerak. Wal aupun belum ada bukti ilmiah, bahwa ikan yang ditempatkan pada bak yang terlalu sempit akan menderita penyakit tertentu, tetapi ada dugaan ikan dapat menderita penyakit insang terbuka atau disebut dengan melinting. Bak yang ukurannya terlalu kecil menyebabkan ikan tidak leluasa bergwrak. Selain itu, wadah yang sempit juga membuat frekuensi gerak mondar-mandir ikan jadi terla lu sering. Akibatnya pernapasan ikan terpacu hebat, sehingga pernapasan ikan terganggu dan menyebabkan kelainan pada saat pernapasan seperti penyakit insang terbuka atau melinting. Pada tahap awal, karena terganggunya proses oernapasan menyebakan bagian tepi insang yang lunak akan terbuka. Lama kelamaan bagian lunak kedua tutup insang itu akan melengkung ke luar. Pada keadaan yang lebih parah, ikan akan sulit bernapas. Hal ini ditandai ikan terlihat lemas,selalu berasda di oermukaan air, napasnya tersenggal-senggal dan ikan kehilangan nafsu makan. Akibat lebih lanjut ikan mudah terserang parasit insang dan bila tidak segera ditanggulangi akan mati. Penanggulangan dilakukan dengan menggunakan wadah pemeliharaan yang sesuai dengan ukuran ikan. Ikan-ikan berukuran besar hendaknya tidak ditempatkan di bak sempit. Kualitas air Kakap merah yang dipelihara pada bak atau tambak yang airnya memenuhi syarat pertumbuhan ikan, akan sangat membhayakan ikan tersebut. Oleh karena itu, selain harus memilih lokasi yang airnya sesuai dengan kebutuhan kakap merah, juga harus menjaga kondisi kalitas air yang optimal bagi ikan peliharaan, naik di tambak, KJA maupun di bak. Ikan akan stres bila terjadi perubahan kualitas air atau keracunan. Oleh karena itu, seorang pembudidaya ikan harus menjaga kualitas air tetap pada kondisi optimal sesuai kebutuhan peliharaannya. Perlu dipilih lokasi yang sesuai agar perubahan kualitas air tidak ampai
membahayakan kakap merah budidatya, Wadah pemeliharaan yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pakan Ikan budidaya harus diberikan pakanyang bergizi (mengandung gizi l engkap), cukup, waktu yang tepat, dan tidak kadaluwarsa atau mengandung bahan pakan yang beracun. Apabila kandungan gizi dalam pakan kurang atau gizinya tidak seimbang maka ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat atau tidak sempurna Turunan penyakit noninfeksi ini adalah kondisi fisik yang tidak sempurna, seperti tulang kepala dan tulang belakanh yang membengkok atau mata juling akibat penyakit bawaan. Ikan yang tidak sehat secara fisik akan mengalami kekerdilan karena pertumbuhannya lambat karena kesulitan dalam hal berebut makanan. Oleh karena itu pemelihara kakap merah harus menhyeleksi telur-telur ikan yang segera ditetaskan dan seleksi terhadap benih ikan. Penanganan Ikan yang stress, memar atau luka karena penanganan yang tidak baik, mudah di serang berbagai penyakit infeksi. Oleh karena itu dalam penanganan ikan termasuk dalam transportasi harus dilakukan dengan baik, hati-hati untuk mencegah ikan stress, memar dan luka. Penyakit infektif sering disebut penyakit parasiter merupakan gangguan terhadap ikan budidaya yang disebabkan oleh organisme penyebab infeksi (organisme parasit), sehingga dapat menginfeksi ikan yang menular. Penyakit infektif ini disebabkan oleh patogen (organisme penyebab penyakit), baik yang dilihat kasat mata ataupun yang berukuran mikroskopis. Jenis penyakit yang menyerang ikan-ikan laut budidaya, termasuk kakap merah antara lain yaitu: Bintik putih Gatal Brooklynelliasis Diplectanumiosis Nerociliasis Benedeniasis Neobenededeneasis Haliotremiosis Lepepeoptheirusis Parasit Pseudorhabdosynochus Bakteri perusak sirip Pendrahan pada mata Vibriosis Mata menonjol Jamur Virus Cara Penanggulangan Hama dan Penyakit pada Ikan Kakap Merah Dalam penanggulangan penyakit, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain pengobatan tidak bisa menjamin penyembuhan 100%, pengobatan juga memerlukan biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Beberapa pencegahan yang dianjurkan: 1. Untuk menghasilkan benih yang bebas penyakit, maka hendaknya digunakan induk yang
sehat 2. Penggunaan air bersih, dalam arti tidak mengandung zat/bahan yang dapat membahayakan ikan, serta bebas dari hama dan penyakit ikan. Sebaiknya digunakan air yang telah difiltrasi melalui sinar ultraviolet (UV) 3. Bila pemeliharaan induk dilakukan di KJA, maka perlu dilakukan penggantian dan pencucian jaring keramba 2 minggu sekali bagi jaring yang bermata (mezh size) 1 inci dan 34 minggu sekali bagi jaring yang bermata 2 inci. Hal ini untuk mengantisipasi timbulnya penyakit akibat penimbunan lumpur dan organisme yang menempel di jaring keramba. Begitu juga dengan drum atau tangki pengapungnya, secara rutin didesinfeksi dengan formalin 30 ppm selama 12-24 jam 4. Pencegahan ikan dari perlakuan yang dapat menyebabkan stres, memar, atau luka. 5. Dalam pemeliharaan di bak, penebaran ikan tidak terlalu padat 6. Untuk benih dan induk dari hasil penangkapan, pencegahan dilakukan dengan tidak mencampurkan ikan yang baru ditangkap dengan ikan yang sudah lama. Ikan yang baru ditangkap sebaiknya di-prophylaxis terlebih dahulu dengan merendamnya dalam larutan formalin 10 ppm dalam 1 ja, atau albaju 50 ppm selama 2 jam. 7. Pemisahan/ penggolongan ikan berdasarkan ukuran (grading) untuk mrncegah kanibal (saling memangsa) 8. Untuk pendederan, baik do tambak maupun KJA, s ebelum benih ditebar perlu divaksinasi terlebih dahulu untuk meningkatkan daya tahan tubuh i kan 9. Pemberian pakan secara teratur dengan porsi ya ng memadai, baik jumlah maupun kandungan gizinya (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin) Cara Penebaran dan Padat Penebaran Ikan Kakap Merah Benih yang digunakan untuk pembesran biasanya berukuran 80-100 g/ekor atau 200-250 g/ekor. Benih yang telah melalui tahap pendederan dan penggelondongan akan mencapai ukuran 200-250 g/ekor. Jika benih yang ditebar berukuran 200-250 g/ekor, setelah dipelihara 4-5 bulan dapat mencapai ukuran >800 g/ekor. Perlu waktu pemeliharaan 6-7 bulan untuk menghasilkan kakap merah ukuran >1000 g/ekor. Jika benih kakap merah yang ditebar berukuran 80-100 g/ekor, maka untuk mencapai >800 g/ekor butuh waktu pemeliharaan 7-8 bulan. Pembesaran kakap merah di KJA dapat dilakukan secara semi-intensif dan intensif. Untuk semi-intensif, kakap merah dapat dipelihara secara monokultur dan polikultur. Padat penebaran untuk pembesaran semi-intensif 10-20 ekor/m3 . Jika dipolikultur, maka ke dalam KJA ditebari 50-100 ekor ikan beronang (Siganus sp.) atau bandeng (Chanos-chanos) yang ukurannya sama dengan kakap merah. Di dalam KJA ditebari bintang laut 10-20 ekor per karamba. Beronang dan bandengdapat berfungsi sebagai biokontrol perkembangan lumut dan rumput laut, sementara bintang laut dapat mencegah perkembangan populasi kekerangan (teritip, Balanus sp., tiram, Crassostrea sp., mabe, Pinctada sp. Pteria sp., dan japing-japing) dan bahan organik yang menempel di dinding jaring. Beronang atau bandeng dan bintang laut berfungsi sebagai biokontrol, dapat mengurangi frekuensi pergantian keramba dan mengurangi aktivitas pembersihan yang justru dapat menganggu kehidupan kakap merah. Kedua hal tersebut berdampak terhadap efektivitas kerja dan efisiensi biaya operasional. Keberadaan beronang/bandeng dan bintang laut dalam keramba kakp merah tidak memunculkan kompetisi karena masing-masing memiliki relung ekologi yang berbeda. Kebutuhan pakan beronang dan bandeng dapat dipasok dari perkembangan populasi tanaman air yang menempel di dinding jaring dan plankton akibat populasi beronang/bandeng relatif sedikit. Budidaya kakap merah menggunakan pakan berupa ikan rucah dan pel et yang mengandung
protein tinggi, sehingga sisa pakan dan kotoran ikan menimbulkan penyuburan perairan (eutrofikasi). Eutrofikasi menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, defisiensi oksigen terlarut pada malam hari, kematian massal fitoplankton yang penguraian bangkainya dapat menyebabkan defisiensi oksigen terlarut pula. Dampak lebih lanjut adalah terja dinya hipernutrifikasi yang diikuti oleh perubahan-perubahan ekologi seperti peningkatan sedimentasi, siltasi, hypoxia, perubahan produktivitas fitoplankton dan struktur komunitas bentos. Penebaran bandeng atau beronang yang dipolikultur dengan kakap merah dapat mengontrol fitoplankton. Pada pembesaran kakap merah di KJA secara intensif, padat penebaran berkisar antara 40-50 ekor/m3 untuk benih berukuran 200-250 g/ekor. Bila benih kakap merah yang ditebar berukuran 80-100 g/ekor, maka padat penebaran ditingkatkan menjadi 60-70 ekor/m3. Penebaran benih di KJA harus melalui proses aklimatis asi yang dilakukan dengan cara membuka kemasan berisi benih dan ditempatkan di sisi keramba selama 0,5-1 jam, agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Selanjutnya, kantong dibuka dan posisi kantong dimiringkan dengan mulut kantong diturunkan ke arah permukaan air pada keramba, sehingga air di keramba pembesaran sedikit demi sedikit masuk ke kantong. Dengan demikian, benh kakap merah dapat keluar dari kantong dan dengan sendirinya masuk ke keramba pembesaran.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Budidaya ikan kakap merah merupakan prospek bisnis yang sangat menjanjikan karena bernilai ekonomis penting dan permintaan pasar yang sangat tinggi. Keberhasilan dalam budidaya ikan kakap merah di karamba jaring apung (KJA) sangat ditentukan oleh pemeliharaan yang benar mulai dari pembenihan, pendederan, pembesaran, penanggulangan hama dan penyakit sampai panen serta dilengkapi fasilitas yang memadai seperti bak pemeliharaan larva, bak pemeliharaan benih, labolatorium, dan lain-lain. Dalam memelihara ikan kakap merah juga perlu dilakukan pemantauan (monitoring) seperti kualitas air, kondisi bak, dan lain-lain. 3.2 Saran Saran yang dapat diperoleh dalam makalah ini adalah : Pemilihan lokasi budidaya ikan di karamba jaring apung terletak pada daerah yang bebas dari ombak dan pasang laut yang tinggi. Sebaiknya perlu dilakukan monitoring karena kondisi laut dapat berubah secara drastis. Sebaiknya dalam pembenihan kakap merah air laut harus bersih dan jernih dengan perubahan salinitas yang relative kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Affan, D. M. 2012.Identifikasi Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Keramba J aring Apung (KJA) berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah.Jurnal Depik.1(1) : 78-85 Jaya, Berian, Fitri, Agustina, dan Isnaini.2013.Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda.Journal Maspari.5(1) : 56-63 Kodi, M. Ghufran H. 2015. Panen Untung dari Akuabisnis Kakap Merah.Yogyakarta:Andi