Laporan Akhir Penyusunan Rencana Aksi Pembangunan Infrastruktur Wilayah Dalam Mendukung Kebijakan Pengembangan Tol Laut & Sektor Kemaritiman
Isi I. II. III. IV. V. VI.
Jakarta, Desember 2015 Pendahuluan Analisis Kondisi Kemaritiman Analisis Kebutuhan Pengembangan Sektor Kemaritiman Analisis Wilayah Perumusan Konsep Rencana Aksi
I. PENDAHULUAN KEMARITIMAN meliputi : (dari tulisan Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan RI ke 2 )
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Potensi alur pelayaran Indonesia/ruang laut yang sangat luas Sektor perikanan Pertambangan dan energi kelautan Sumber daya manusia kelautan & kemaritiman Pariwisata bahari Bioteknologi kelautan
Total potensi diperkirakan sebesar 171 milyar USD, Potensi wilayah pesisir dan bioteknologi mencapai lebih dari 56 % ; perikanan 18,71 %, minyak bumi 12,28 %; selebihnya transportasi laut dan wisata bahari.
Indonesia sebagai negara kepulauan : sekitar 70% lautan, mempunyai potensi kelautan dan kemaritiman yang sangat besar; juga garis pantai terpanjang di dunia; Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang merupakan pertemuan arus panas dan dingin, menyebabkan sumberdaya hayati kelautan Indonesia begitu beraneka ragam, juga potensi sumber kekayaan non hayati, salah satunya seperti minyak dan gas alam. Posisi geografis yang terletak di antara samudera hindia dan pasifik menjadikan Indonesia sebagai jalur pelayaran internasional; Keseluruhan potensi ini masih belum tergali bahkan masih fokus pada sektor perikanan dan pariwisata.
PENDAHULUAN….
Kebijakan Tol Laut dan Sektor kemaritiman ditetapkan dengan beberapa sasaran , diantaranya membangun 24 pelabuhan laut, pengembangan 270 pelabuhan penyeberangan, pengembangan 24 pelabuhan perikanan, peningkatan produksi hasil perikanan sampai 4050 juta ton per tahun, pembangunan 104 unit kapal perintis; ( RPJMN 2015-2019 ) Menyangkut dimensi pembangunan manusia maka terkait dengan pengembangan infrastruktur dasar bagi masyarakat pesisir dan kawasan perkotaan di hinterland pelabuhan strategis. Pembangunan dengan dimensi sektor unggulan erat terkait dengan pengembangan infrastruktur pendukung pengembangan sektor perikanan dan kelautan juga sektor pariwisata bahari; disamping itu termasuk mendukung pusat-pusat produksi yang menjadi hinterland pelabuhan strategis. Memperhatikan dimensi kewilayahan maka terkait dengan prioritas pembangunan di wilayah luar Jawa / wilayah Indonesia timur serta perdesaan. 24 Pelabuhan Tol Laut adalah outlet atau pintu keluar masuk barang/orang yang memberikan nilai ekonomi bagi wilayah hinterlandnya sebagai pintu masuk bahan mentah/setengah jadi dan barang konsumsi ataupun pintu keluar hasil produksi wilayah.
PENDAHULUAN
Potensi Pelayaran Petikemas Domestik
Tol Laut, adalah konektivitas laut secara terjadwal dan frekuensi memadai dari barat hingga timur Indonesia.
Sumber: ITS, 2015
265 Ruas rute dilayani oleh Armada Petikemas Domestik dari wilayah barat hingga timur Indonesia.
Konsep jalur Tol Laut, memperpendek jarak tempuh untuk ekspor dari pusat-pusat di wilayah timur, terutama mendukung pengembangan sektor perikanan/ kelautan dan ekspor dari wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara.
Konsep dan Skenario Tol Laut : 1) menetapkan gerbang wilayah timur di Bitung, atau di Sorong; 2) membedakan ukuran kapal dan rute wilayah barat rute wilayah timur untuk mencari tarif terrendah; 3) usulan daerah mengembangkan jalur selatan; 4
PENDAHULUAN Salah satu keterpaduan Tol Laut dan pariwisata bahari seperti di Bitung. Melalui Bitung Propinsi Sulawesi Utara memberikan keindahan objek-objek lokasi wisata, baik wisata alam, keindahan bawah laut, budaya ,aneka kuliner dan souvenir khas sulawesi utara
Pelabuhan Bitung siap menunjang kegiatan pariwisata dengan selalu mengutamakan kenyamanan dan keamanan para wisatawan, dengan kesiapan fasilitas pendukung pelabuhan untuk kunjungan kapal-kapal pesiar ke daerah Sulawesi Utara.
TUJUAN DAN SASARAN TERSUSUNNYA RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR KEMARITIMAN
Teridentifikasinya isu strategis, peluang dan tantangan pengembangan sektor kemaritiman Tersusunnya rencana aksi pengembangan infrastruktur wilayah khususnya PUPR
II. ANALISIS KONDISI SEKTOR KEMARITIMAN ISU 1. Share PDB sektor kelautan hingga tahun 2014 masih rendah; dan sub sektor perikanan kontribusi urutan ke 2 setelah pertambangan minyak & gas; share angkutan laut dan ASDP paling rendah. 2. Pertumbuhan sektor perikanan dan angkutan laut /ASDP tinggi; 3. Nilai ICOR yang rendah dan pertumbuhan tinggi adalah sektor perikanan; (diperkirakan termasuk juga pariwisata bahari dengan pertumbuhan cukup tinggi ) RERATA KONTRIBUSI SEKTOR KELAUTAN TERHADAP PDB TAHUN 2004 - 2013
Investasi pada sektor perikanan potensi mendorong pertumbuhan perekonomian. Demikian juga dengan pariwisata bahari.
PERTUMBUHAN EKONOMI KELAUTAN MENURUT LAPANGAN USAHA ( % )
NILAI KOEFISIEN ICOR BIDANG KELAUTAN
No
Bidang Kelautan
ICOR
1
Perikanan
3,31
2
Pertambangan
3,71
3
Industri Maritim Pengilangan Minyak Bumi LNG Industri Maritim lainnya
3,39
4
Angkutan Laut
3,67
5
Pariwisata Bahari
3,02
6
Bangunan Kelautan
4,02
7
Jasa Kelautan Lainnya
3,34
Isu dan Tantangan Pengembangan sektor perikanan
Total potensi kemaritiman diperkirakan sebesar 171 milyar USD, Potensi wilayah pesisir dan bioteknologi mencapai lebih dari 56 % ; perikanan 18,71 %, minyak bumi 12,28 % selebihnya transportasi laut dan wisata bahari. 1. Jumlah produksi perikanan 20,72 juta ton, target tahun 2019 sebesar 40-50 juta ton Untuk mencapai target maka angka pertumbuhan harus ditingkatkan hingga > 10%
2. Dengan kebijakan Kementerian Kelautan Perikanan ( KepMen no. 4 Thn 2015 ) dan pelarangan bagi kapal asing, peluang peningkatan produksi cukup besar; perlu didukung prasarana sarana bagi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Isu dan Tantangan 1. Jumlah pelabuhan perikanan di Indonesia cukup banyak 669 yang sudah beroperasi, sehingga setiap jarak 142 km garis pantai terdapat 1 pelabuhan ikan; pelabuhan yang belum beroperasi ( PPI ) sejumlah 147; Pelabuhan PPS dan PPN saat ini ada 21; target 2019 sejumlah 24. Kondisi pelabuhan secara umum masih memerlukan kelengkapan sarana prasarana; seperti pengolahan limbah bahan baku dan industri; pabrik es; gudang pendingin; lab pengujian; bengkel; sarana pengolahan industri; 2. Permasalahan sektor perikanan : armada dan alat tangkap masih sangat sederhana ( sekitar 27%-80% dengan perahu ); pengetahuan dan keterampilan SDM terbatas; 3. Terkait dengan kebutuhan peningkatan angka pertumbuhan produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, maka diperlukan pengembangan pusatpusat utama bagi pengolahan ikan dan gudang pendingin atau pusat pengolahan dan ekspor; alternatif lokasi diantaranya kluster pelabuhan perikanan ekspor yang termasuk PPS dan PPN diantaranya : Belawan, MuaraBaru, Cilacap, Kendari, Bitung, Tantui Ambon, Pengambengan Bali, Brondong Jatim, Kejawanan Cirebon, Pelabuhan Ratu, Pekalongan, Tg Pandan, Ternate, Tual, dll.. PPS Aertembaga Bitung
KONDISI PERHUBUNGAN LAUT DI INDONESIA
Tabel
Sumber: Kemenhub, 2013
Kondisi Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan
Kunjungan kapal Kunjungan kapal th 2004
25 Pelabuhan strategis 204.623 unit
Total Pelabuhan 531.250 unit
Jumlah Pulau: 13.466 Luas daratan: 1,9 juta km2 Luas lautan: 5,8 juta km2
Kunjungan kapal th 2013
311.555 unit ( 37,4 % total ) 816.166 GT ( 52,6 % total )
832.559 unit
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km, dengan demikian rata-rata 1 pelabuhan setiap ± 44 km garis pantai.
Rata-rata pertumbuhan
8,21 % pertahun ( unit )
9,33 % pertahun ( GT )
Sumber : berbagai sumber, diolah
25 pelabuhan strategis perlu didukung terus perannya dengan pengembangan kapasitas dan kualitas pelayanan
Isu Perhubungan Laut 1. Kunjungan kapal dan bongkar muat barang masih terkonsentrasi di beberapa pelabuhan utama yaitu : Tg.Priok, Tg Perak, Tg Emas, Banjarmasin, Makasar, dengan bongkar muat peti kemas diatas 400.000 TEUs. 2. Perkembangan kunjungan kapal dan arus muat barang luar negeri juga bongkar muat barang dalam negeri cenderung meningkat, akan tetapi pelabuhan mempunyai kapasitas pelayanan dan fasilitas yang terbatas. 3. Isu kinerja pelabuhan adalah masalah dwelling time. Lamanya dwelling time di Indonesia merugikan Negara. Dwelling time di Indonesia 5,5 hari bahkan 8 hari, dibanding Singapura yaitu 1 hari. 4. Secara umum pengembangan pelabuhan menghadapi kendala lahan, atau kondisi kedalaman perairan. 5. Kemampuan armada nasional sekitar 54,5 %; 6. Alutsista sudah usia , sehingga banyak kelemahan;
Isu Strategis Waktu Dwelling/Dwelling Time (hari)
TRANSPORT COST ANGKUTAN LAUT
Tanjung Priok
8
Thailand
5
Malaysia (Port Klang)
Japan
4
UK, Los Angeles (USA)
4.88
4
Australia, NZ
Indonesia (Avg)
14.08
Makassar
3
France
3
Hong Kong
11.70
2
Singapore
15.61
Medan Surabaya
15.32
0.00
5.00
10.00
Jabotabek Surabaya Medan Makassar Logistics Costs
0
13.67
Jabotabek
15.32
13.67
15.61
15.00
20.00
Indonesia Japan (Avg)
11.70
14.08
2
4
6
8
10
Kinerja yang buruk dari sektor Pelabuhan • Kendala utama dari sektor pelabuhan adalah rendahnya waktu bongkar-muat selama 8 hari di pelabuhan Tanjung Priok. Waktu bongkar-muat ini lebih lama dibandingkan dengan pelabuhan di Thailand yaitu selama 5 hari dan di Singapura selama 1.1 hari.
4.88
Biaya logistik Indonesia sangat tinggi, ratarata 14,08% dari total penjualan. Peran armada pelayaran nasional rendah Angkutan LN: nasional 7,1%, asing 92,9%; Angkuan DN: nasional 79,4% , asing 20,6%. Sumber : Ka Dinas Perhubungan Jawa Timur, 2015
1.1
Biaya logistik terhadap PDB di Indonesia diperkirakan mencapai 25.1%, jauh melampaui standar negara tetangga seperti Thailand (20.4%), China (18.1%) dan jauh di bawah Jepang (11.4%)*. Hal ini disebabkan oleh besarnya backlog dalam waktu dwelling pelabuhan, kemacetan di jalan raya, dan kurangnya kapasitas perkeretaapian nasional.
Angkutan Penyeberangan Menurut BPS 51 kota dan 243 kabupaten di Indonesia termasuk di pesisir, dari total 440 kabupaten/kota tahun 2005 berarti sekitar 66,8 %.
1.
Pelayanan angkutan penyeberangan dengan lintasan perintis dan kapal perintis masih banyak terdapat di wilayah timur Indonesia. Total lintasan penyeberangan dilayani lintasan komersial sebanyak 42, dan lintasan perintis 178. Sebagian diantaranya 143 lintasan dilayani ASDP, termasuk juga lintasan perintis dan komersial.
2.
Kebutuhan pelabuhan feri penyeberangan di Maluku dari yang tersedia 21, masih kekurangan 28, tersebar di Waisela, Air Nanang, Gorom, Kesui, Kur, Toyandu, Danar, Batu Goyang, Tepa, Pilan, Kaiwatu, Leti, Adault, Elat, BandaNaera, Lamerang, Damer, Wamsisi, Danar, Ambalau, Namrole, Taberfane, Jerol, Seira, Wunlah, Weduar, Teor, Amahai. Kebutuhan sarana angkutan 7. Disamping itu kebutuhan pelabuhan laut sebanyak 50 tersebar di 10 wilayah kabupaten/kota.
Isu Perhubungan Laut 1.Kebijakan Tol Laut dilihat sebagai perkuatan jaringan perhubungan/akses laut antar kota-kota dari sisi barat dan timur. Hal ini penting untuk peningkatan sistem distribusi barang, yang mendukung aspek pemerataan, harga, dan produktivitas. Mengacu pada sasaran pembangunan sektor unggulan, khususnya kemaritiman, maka selain penyelesaian batas-batas maritim ada 2 sasaran yaitu membangun konektivitas nasional dan pengembangan ekonomi maritim. Membangun konektivitas termasuk 24 pelabuhan dan 270 pelabuhan penyeberangan. Bagi pengembangan ekonomi maritim maka sasarannya adalah pembangunan 24 pelabuhan perikanan, peningkatan produksi perikanan . Wilayah Timur Indonesia membutuhkan peningkatan konektivitas laut karena luasnya perairan dan jumlah pulau-pulau yang sulit pencapaiannya. Konektivitas ini dapat terwujud dengan pengembangan sistem penyeberangan antar pulau. 2. Pulau-pulau di wilayah Indonesia Timur masih belum terhubung dengan mudah, murah, lancar; masih banyak kekurangan layanan kapal, dan kendala alam yaitu musim gelombang tinggi; maka konektivitas laut yang terpadu dengan penyediaan transportasi udara sangat diperlukan untuk menjaga pelayanan wilayah. 3.Melihat perhubungan laut sebagai satu sektor kemaritiman, maka dapat dinilai bahwa perkembangannya belum meluas bila dikaitkan dengan potensi luasnya laut/perairan wilayah NKRI. Transportasi jarak jauh masih mengandalkan transport udara; Isu utama dalam hal ini diantaranya adalah armada yang memadai, dan kualitas pelayanan. .
Tantangan 1.Pembangunan pelabuhan yang handal baik pelabuhan utama ataupun pelabuhan Pengumpul juga pelabuhan penyeberangan sebagai kesatuan sistem yang terpadu. 2.Indonesia perlu mempersiapkan Industri kapal, Docking atau pemeliharaan kapal bagi berbagai ukuran dan jenis kapal; Hal tersebut berarti perlu pengembangan SDM dan pusatpusat pengembangan bidang perkapalan. 3.Meningkatkan ketersediaan prasarana sarana penyeberangan menghubungkan antar kota antar pulau sehingga konektivitas melalui Tol Laut dan sistem pendukungnya antara darat dan laut dapat mengakomodir kebutuhan aliran barang dan orang. Kebutuhan tersebut sangat mendesak adalah bagi wilayah kepulauan. ( termasuk pelabuhan penyeberangan, dermaga, jalan akses, angkutan kereta api, akses ke bandara, kapal berbagai jenis dan ukuran sesuai fungsi, dll)
Kondisi Sektor Pariwisata PERTUMBUHAN KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA ( Melalui Bandara Utama )
Soekarno Hatta
Ngurah Rai
Kualanamu
1997 - 2014 3.38%
11.78%
2.15%
Batam
lainnya
Total
1.87%
3.44%
5.12%
PERTUMBUHAN KEDATANGAN WISATAWAN Tahun 2004-2014 12.35% 14.45% 14.18%
-0.48%
5.17%
7.73%
PERTUMBUHAN KEDATANGAN WISATAWAN Tahun 2013-2014 0.26% 15.11% 4.07%
8.81%
0.61%
7.19%
Kunjungan wisatawan Mancanegara melalui udara dan laut ( BPS ) 2 014 6,155,553 2015* 6,322,592 (*data sementara) angka kenaikan sementara 2,71 %
KUNJUNGAN KAPAL WISATA di BITUNG
Sumber : Bappeda Provinsi Sulawesi Utara
KAPAL PESIAR SINGGAH PELABUHAN KOMODO - ( TAHUN 2011 - 2012 ) No
Ship’s Name
Flag
Start Port
Last Port
Next Port
Jumlh
1
MV. Vaandam
Netherland
Brome
Darwin
Padang Bay
828
2
MV. Seven Seas Vayoger
Bahamas
Darwin
Tanah Ampo Benoa
Darwin
558
3
MS. Pacific Venus
Japan
Frementle
Benoa
Australia
252
4
MV. Sea Bourn Legend
Bahamas
Darwin
Waingapu
Surabaya
175
5
MV. Colombus
Bahamas
Darwin
Larantuka
Benoa
187
6
MV. Sea Bourn Legend
Bahamas
Darwin
Waingapu
Surabaya
119
7
MV. Discovery
Bermuda
Darwin
Darwin
Benoa
165
8
MV. Silver Shadow
Bahamas
Exmouth
Exmouth
Benoa
300
9
MV. Amsterdam
Netherland
Darwin
Darwin
Lembar
508
10
MV. Seven Seas Voyager
Bahamas
Darwin
Darwin
Benoa
402
11
MV. Austral
French
Darwin
Baa-Rote
Benoa
146
12
MV. Roterdam
Netherland
Frementle
Perth
Benoa
200
13
Sea Frincess
French
Darwin
Singapore
Benoa
500
Rata–rata kapal singgah 2 – 3 kapal perbulan; Tertinggi jumlah kapal di bulan Maret; Lama singgah di TN Komodo sekitar 5 – 9 jam;
Sumber: Kantor UPP Labuan Bajo
III. ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN SEKTOR KEMARITIMAN Syarat perwujudan Tol Laut diantaranya adalah : a) kehandalan pelabuhan ( yang didalamnya termasuk infrastruktur, manajemen, dan kapal ) b) Inland Akses , c) kecukupan muatan ( Bappenas 2015 ). Pengembangan wilayah : Sentra –sentra prioritas; mengacu pada sasaran RPJMN dimensi kewilayahan yang memprioritaskan pengembangan wilayah timur Indonesia; Pembangunan Infrastruktur wilayah dalam mendukung kebijakan sektor kemaritiman dan Tol Laut memperhatikan : 1)kepentingan pelabuhan sebagai outlet bagi kawasan ekonomi yang tumbuh di sekitar pelabuhan; 2)Kepentingan kawasan hinterland pelabuhan yang tumbuh berbagai aktivitas sosial ekonomi, adanya sektor kemaritiman , dan adanya potensi ekspor;
Analisis prediksi kebutuhan pengembangan; Pertimbangan Perekonomian dan kewilayahan
Dimensi pembangunan kewilayahan RPJMN Pembangunan perekonomian dan produksi wilayah terutama di luar Jawa dan wilayah timur Indonesia; Mendorong berkembangnya potensi unggulan daerah dan ekspor;
Pertimbangan Perekonomian Seiring dengan terjadinya moderasi ekonomi nasional pada tahun 2014, ekonomi di seluruh kawasan juga mengalami pelambatan. Ekonomi kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2014 tumbuh sebesar 6,0%, angka ini turun dari tahun 2013 sebesar 7,9%. Ekonomi Jawa turun dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 5,5% pada tahun 2014. Ekonomi Sumatra melambat dari 5,3% pada tahun 2013 turun menjadi 4,7% pada tahun 2014. Sementara ekonomi Kalimantan yang pertumbuhannya paling rendah juga termoderasi dari 3,5% pada tahun 2013 menjadi 3,2% pada tahun 2014. PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH ( Atas Dasar PDRB tahun 2000 )
Peran Wilayah Dalam Pembentukan PDB Nasional 1978-2013 ( %) PULAU
1978
1983
1988
1993
1998
2003
2008
2013
Sumatera
27,6
28,7
24,9
22,8
22,0
22,4
22,9
23,8
Jawa
50,6
53,8
57,4
58,6
58,0
60,0
57,9
58,0
Kalimantan
10,2
8,7
8,9
9,2
9,9
8,9
10,4
8,7
Sulawesi
5,5
4,2
4,1
4,1
4,6
4,0
4,3
4,8
Bali dan Nusa Tenggara
3,1
2,8
3,0
3,3
2,9
2,8
2,5
2,5
Maluku dan Papua
2,9
1,8
1,7
2,0
2,5
1,8
2,0
2,2
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Total Sumber: BAPPENAS, 2015
Selama tiga dekade, kontribusi pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh wilayah Jawa dan Sumatera. Peran Sulawesi dan Maluku, Papua ada potensi meningkat dan perlu terus didorong maju;
POTENSI EKSPOR Pertumbuhan export Indonesia tahun 2014 termoderasi dari 4,2% pada tahun 2013 menjadi 1,0% pada tahun 2014. Dinamika ekonomi global yang kurang menguntungkan berdampak pada menurunnya kinerja export Indonesia, baik export migas maupun non migas. Komoditi utama ekspor yang masih memiliki prospek baik adalah: minyak kelapa sawit, makanan olahan, tekstil dan kayu olahan. Komoditas Utama Ekspor
Pangsa 2013
Pangsa 2014
Pertumbuhan 2013
Pertumbuhan 2014
1.Tekstil dan produk tekstil
15,0
15,4
3,9
2,4
↓
2.Batubara
12,2
10,6
11,6
(13,7)
↓
3.Peralatan Listrik
6,1
6,2
12,1
0,3
↓
4.Minyak kelapa sawit
5,3
5,8
6,3
8,4
↑
5.Barang dari logam dasar
4,6
4,8
(5,5)
4,1
↑
6.Karet Olahan
4,7
4,0
(2,7)
(15,7)
↓
7.Makanan Olahan
2,8
3,2
2,3
12,2
↑
8.Udang
2,1
2,2
8,9
0,5
↓
9.Kayu Olahan
1,9
2,1
13,1
10,6
↓
10.Produk kimia
1,7
1,9
(4,3)
11,5
↑
BAGAIMANA PERIKANAN ? Nilai ekspor perikanan meningkat 2012-2014 Meskipun kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih sangat rendah, yaitu 6,97% pada tahun 2014
Produksi Sektor Kelautan/Perikanan ( % Nasional ) Th 2013 Wilayah
Produksi Perikanan tangkap
Nilai Ekspor Perikanan
RT Perikanan Tangkap
Kapal Motor
Produksi Perikanan Budidaya
RT Perikanan Budidaya
Sumatera Utara
9,10 %
7,350 %
5,87 %
8,86 %
1,46 %
1,93 %
Sulawesi Utara
4,64
3,354
4,05
7,29
2,43
1,00
Jawa Timur
6,34
35,266
7,93
12,07
7,49
9,34
Sumatera Selatan
1,58
0,375
6,09
1,89
0,35
3,52
Kalimantan Tengah
1,67
0,000
2,24
1,14
0,41
1,22
Sulawesi Tengah
4,30
0,001
6,01
2,79
9,96
1,58
Maluku
9,04
2,983
5,14
2,19
4,45
0,98
NTT
1,70
0,036
2,58
2,35
13,09
2,22
Papua
4,69
0,525
3,30
0,50
0,07
0,29
Sumber Data : BPS; Catatan : 1. Produksi total perikanan tangkap = 6,1 juta ton; perikanan budidaya = 13,3 juta ton; 2. Rumah Tangga / RT Perikanan Budidaya terdapat di Jawa Barat ( 23,45 % ) dan Jawa Tengah ( 12,54 % ) selain juga di Jawa Timur ( 9,34 % ), Sulawesi Selatan ( 6,53 % ), Sumatera Barat ( 5,09 % ); 3. Jumlah total RT perikanan budidaya th 2013 = 1.667.428 RT Jumlah total RT perikanan tangkap th 2013 = 969.330 RT. 4. Dari total armada perikanan laut tahun 2013 sekitar 639.708 unit , 27,44 % adalah perahu tanpa motor ( di Maluku 79% , Sulteng, Papua 80% )
POTENSI PENGEMBANGAN SENTRA PERIKANAN Ekspor ke TIMUR TENGAH dan EROPA
Ekspor ke ASIA TIMUR dan BENUA AMERIKA
Ekspor ke ASIA TIMUR, EROPA, dan BENUA AMERIKA
Ekspor ke EROPA,
Ekspor ke ASIA TIMUR dan BENUA AMERIKA
Ekspor ke TIMUR TENGAH dan EROPA
Sumber Data : KKP, 2015
Sumber Data : berbagai sumber KOREKSI BERDASAR DATA POTENSI PERIKANAN TANGKAP TH 2013, ORIENTASI KE BITUNG
10 wilayah pengekspor perikanan tahun 2013 : 1. Jawa Timur 2. DKI Jakarta 3. Sumatera Utara 4. Lampung 5. Sulawesi Selatan 6. Sulawesi Utara 7. Maluku 8. Jawa Tengah 9. Bali 10. Kalimantan Timur
ISU STRATEGIS PEREKONOMIAN
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Regional pada Tahun 2014 mengalami “perlambatan” dibanding Tahun 2013 dan masih terus berlanjutan s/d Tri Wulan II Tahun 2015.
Neraca Perdagangan Indonesia pada Tahun 2014 “defisit” sebesar USD 10.532,44 Juta.
Expor Komoditas Utama Indonesia yaitu Batubara dan Karet Olahan pada Tahun 2014 pertumbuhannya “negatif” masing-masing sebesar 13,7% dan 15,7%, sementara expor minyak sawit, makanan olahan tumbuh “positif” masing-masing sebesar 8,4% ; 12,2% ; juga ekspor Barang dari Logam Dasar dan produk kimia walau masih fluktuatif tetapi tahun 2014 positif 4,1%; 11,5%. Ekspor barang dari kayu olahan masih positif cukup besar walau menurun.
Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia thd Produk Domestik Bruto pada tahun 2014 masih kecil sekitar 6,97%.
Index Daya Saing Produk Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Cina, Brasil, Korea dan India.
PELUANG DAN TANTANGAN Kecenderungan peningkatan pertumbuhan PDRB wilayah timur Indonesia PERTUMBUHAN EKONOMI TRI WULAN II TAHUN 2015
Perumusan Prediksi Kebutuhan Pengembangan Sektor Kemaritiman 1.Berdasarkan berbagai pertimbangan, diantaranya kondisi perekonomian nasional yang cenderung menurun, bahkan hampir di seluruh wilayah terjadi perlambatan, dan kondisi sektor perikanan kelautan yang menggambarkan potensi tumbuh positip serta mempertimbangkan potensi kelautan wilayah Indonesia yang demikian besar dan belum tergali, sehingga sektor perikanan dan kelautan sangat strategis untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian nasional. 2.Berdasarkan isu utama pengembangan kewilayahan Indonesia yaitu kesenjangan wilayah timur dan barat, dan telah sekian lama PDB Indonesia masih didominasi Jawa dan Sumatera, akan tetapi kondisi saat ini ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia timur yang lebih tinggi serta semakin besar peran wilayah Sulawesi dan Maluku, maka dapat dikatakan wilayah timur terutama Maluku dan Sulawesi dapat didorong menjadi pusat-pusat baru pertumbuhan ekonomi. 3.Gambaran tersebut diatas adalah potensi dan peluang pengembangan wilayah dan sangat strategis untuk meningkatkan perekonomian secara merata di wilayah timur serta meningkatkan ekonomi kemaritiman dalam arti sektor perikanan/ kelautan secara luas. Selain perikanan tangkap, diketahui bahwa perikanan budidaya sangat potensi dikembangkan dengan nilai produksi lebih tinggi. Seperti di NTT, Sulteng, Jatim, Maluku dan Sulut, Sumut. 4.Untuk mendukung kebijakan Tol Laut maka isu utama kecukupan muatan dapat diatasi dengan peningkatan produksi sektor perikanan dan industri pengolahan sebagai salah satu sektor unggulan; Disamping itu seiring dikembangkan pula sektor industri pengolahan berbasis keunggulan daerah lainnya mengacu pada rencana strategis.
Perumusan Prediksi Kebutuhan Pengembangan Sektor Kemaritiman….. 5.Menyangkut isu utama yang dirasakan masyarakat wilayah kepulauan di KTI, salah satu langkah strategis pembangunan wilayah timur adalah peningkatan konektivitas antar wilayah, antar pulau.
6. Sektor kemaritiman yang menjadi potensi utama KTI adalah pesisir, pulau-pulau kecil, pantai, perikanan, terumbu/taman laut, dan sejumlah objek bagi pengembangan pariwisata bahari
Peluang dan Tantangan : 1.Meningkatkan share PDB dari sektor kemaritiman, dengan meningkatkan produksi perikanan ( pengolahan, ekspor dan konsumsi dalam negeri ), serta meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara terutama ke destinasi wisata nasional di wilayah timur Indonesia.
2.Keterpaduan pengembangan sentra perikanan dengan pariwisata bahari sesuai destinasi nasional dan adanya simpul-simpul permukiman pesisir yang kaya dengan budaya lokal, dapat menjadi prioritas pengembangan. Antara lain di Alor, NTT, Wakatobi, Togean, Raja Ampat, Ambon-Banda, Sangir-Talaud. 3.Pengembangan sektor kemaritiman di sentra-sentra utama pengolahan dan ekspor seperti di Surabaya dan Bitung, serta potensi di Sorong;
PRIORITAS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 2015 – 2019 DUKUNGAN LANJUTAN DI 16 KSPN : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Danau Toba, dskt Kep. Seribu, dskt Kota Tua – Sunda Kelapa, dskt Borobudur, dskt Bromo – Tengger – Semeru, dskt Tanjung Puting, dskt Toraja, dskt Bunaken, dskt Wakatobi, dskt Kintamani-Danau Batur, dskt Menjangan-Pemuteran, dskt Kuta-Sanur-Nusa Dua, dskt Rinjani, dskt Pulau Komodo, dskt Ende-Kelimutu, dskt Raja Ampat, dskt
PETA 50 DESTINASI PARIWISATA NASIONAL
Pengembangan Sentra Kemaritiman
VII
IV
Jalur Wisata Bahari
Potensi perikanan/kelautan dan wisata bahari dikembangkan secara terpadu, saling mendukung sehingga dapat membentuk Sentra Kemaritiman, sebagai prioritas pembangunan. Prioritas lokasi : Manado-Bitung; dan Ambon dsk, tidak menutup juga potensi di Makasar, Kendari; Lombok.
IV. ANALISIS WILAYAH
Bitung - Provinsi Sulawesi Utara
Pelabuhan Bitung terletak di wilayah Kota Bitung Sulawesi Utara adalah pelabuhan Internasional yang direncanakan sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan di wilayah Asia Pasifik INFRASTRUKTUR STRATEGIS
DUA SUDARA GEOTHERMAL ELECTRICITY
JALAN TOL MANADOBITUNG Pelabuhan Internasional BITUNG WADUK KUWIL
KEK BITUNG
PELABUHAN 5.Bitung SULUT Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Utama dan Pintu Gerbang ekspor. Peran sebagai Pusat Logistik Nasional
Sektor unggulan : perkebunan kelapa di Minahasa Utara, minyak nabati, dan perikanan; (juga pariwisata ) Terkait Tol Laut, sudah ada industri kapal.
KEK / KI Sudah beroperasi cukup banyak industri disekitar pelabuhan; terutama pengolahan kelapa, ikan, dll KEK Bitung sebagai pusat pengolahan agro. Rencana Industri Galangan Kapal di Pulau Lembeh.
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
- Waduk Kuwil & Lolak - PLTA Duminanga, 1 Mw, Sawangan, 12 Mw
Bitung. Kluster Pelabuhan Ekspor
WISATA BAHARI
Jalur Wisata bahari: Pertemuan jalur wisata 5, 7 dan 8 : dari BaliProduksi perikanan Lombok-Wakatobi- Pembangunan Jalan Tol tangkap dan budidaya Banggai-TogeanManado-Bitung cukup besar; ekspor Bunaken, dan jalur - Pembangunan jalur KA antara Manado – Bitung - hasil perikanan potensi Derawan-Bunaken; Jalur Gorontalo – Palu - Makasar walau saat ini masih Manado-Ternate- Pengembangan Bandara dibawah Jatim, dan RajaAmpat-BiakSam Ratulangi Manado Sumut. Jayapura; Wilayah pemasok ikan cukup luas ( Sulawesi Destinasi Wisata tengah, Gorontalo, Nasional ManadoMaluku Utara ) Bunaken; GorontaloTogean; WakatobiKendari;
PENYEBERANGAN Jalur Sabuk Utara dengan rute BitungTernate, BitungPananru, Bitung-Siau, Bitung-Melanguane,
Isu : Pengembangan Sorong sebagai IHP di wilayah timur dan pusat pengolahan ikan; Pasokan Ikan Bitung harus ditingkatkan; Pengolahan perikanan masih kurang daya saing. Konektivitas Pulaupulau kecil masih kurang; Kota Bitung diperkirakan tumbuh semakin pesat sebagai kota maritim.
1.Potensi dan isu kemaritiman : Memiliki potensi yang strategis bagi pengembangan pusat kemaritiman; diantaranya pertemuan 3 jalur wisata bahari, dan pusat Kluster perikanan. Serta pulau-pulau Sangihe Talaud potensi mendukung pariwisata bahari, juga perikanan. Pengembangan pelabuhan sangat strategis menjadi pusat pertumbuhan baru bagi wilayah timur dengan sektor kemaritiman/kelautan didukung kesiapan daerah yang cukup maju; 2.Sektor perikanan : Wilayah Pemasok ikan cukup luas, dari Gorontalo, Halmahera, Papua dan Maluku sangat potensi mendukung industri pengolahan dan ekspor; Potensi WPP 716 masih sangat luas dan produksi perikanan masih dapat terus ditingkatkan. Pariwisata bahari Bitung dan Manado – Sangir Talaud sudah mendunia, juga dengan pulau-pulau dan pantai sekitar potensi sebagai salah satu sentra wisata bahari di KTI didukung infrastruktur yang memadai. 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : Pembangunan jalan koridor utama Manado-Bitung, Kesiapan pasokan listrik, sumber air bersih, untuk kebutuhan KEK Bitung dan permukiman sekitar; 4.Kebutuhan Program mendukung perwujudan Tol Laut : Peningkatan akses jalan di Kota Bitung, ruas jalan ke pelabuhan perikanan, ruas jalan ke pelabuhan penyeberangan; Pengembangan kawasan permukiman di Kota Bitung dan pembangunan prasarana permukiman; Pembangunan sistem pengelolaan limbah dan persampahan Kota Bitung dsk. Pelebaran jalan akses ke pelabuhan penyeberangan; peningkatan kondisi pelabuhan penyeberangan Bitung; Mendukung Sektor Perikanan : Penataan kawasan permukiman padat di pesisir; pelebaran jalan akses ke pelabuhan perikanan; pengembangan sistem pengelolaan limbah dan sampah di pelabuhan perikanan Bitung. Mendukung sektor pariwisata bahari : Pengembangan jalur wisata bahari mencakup pelabuhan wisata, pelabuhan rakyat yang ada. Pemeliharaan jalan dan jembatan penghubung Kota Manado- Bandara – pelabuhan wisata- pelabuhan penyeberangan ke pulau-pulau; Pengembangan sistem penyediaan air bersih dan sanitasi di pulau-pulau kecil dan pesisir ( Likupang, Pulau Lembeh.
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan dengan perencanaan termasuk kesiapan infrastruktur listrik & sumber air; Pembangunan jalan koridor ManadoBitung sudah proses tahun ini;
BITUNG DAN POTENSI HINTERLAND o Hinterland Pelabuhan Bitung mencapai wilayah : Gorontalo, Balikpapan, Samarinda, Ternate, Sorong, Biak, Manokwari, Jayapura, dan Merauke o Beberapa Daerah tersebut merupakan penghasil Komoditi : Ikan, Cengkeh, Kopra, Kayu Olahan, dan hasil Tambang. o Hinterland Pelabuhan Bitung di daerah-daerah di Provinsi Sulawesi Utara kaya akan komoditi sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan industri. o Beberapa produk utama Bitung ikan tuna segar, minyak kelapa, Bungkil, tepung, cengkeh, vanili, virgin coconut oil ( VCO), dan ikan olahan. o Ekspor utama hingga 2011 bungkil dan minyak kelapa ke Belanda, Vietnam, Thailand, dan Philipina.
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG 1.Nilai Proyek Rp 1,141 Trilyun 2.Pembangunan 3 dermaga Petikemas ( 2015-2017 ) 3.Reklamasi dan penahanan tanah ( 2015-2016 ) 4.Perkerasan Lapangan Penumpukan ( 2016-2017 ) 5.Pembuatan Trestle ( 2016 ) 6.Reklamasi dan Penahanan Tanah ( 2018-2019 ) 7.Perkerasan Lapangan Penumpukan ( 2018-2020 ) 8.Pembuatan jalur RTG dan pengadaan peralatan ( 2015 ) seperti forklift, headtruck, chassis, genset, container crane ) SUMBER DANA Campuran APBN, PMN, BUMN PELAKSANA : Kementerian Perhubngan dan Pelindi IV
5. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Bitung – Manado – Amurang – Kotamobagu o Hinterland Pelabuhan Bitung mencapai wilayah : Gorontalo, Balikpapan, Samarinda, Ternate, Sorong, Biak, Manokwari, Jayapura, dan Merauke o Hinterland Pelabuhan Bitung di Prov. Sulawesi Utara meliputi daerah-daerah yang kaya akan komoditi sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan industri.
Hinterland Pelabuhan Bitung Kota Bitung salah satu sentra penghasil perikanan yang besar ; Sulawesi Utara sebagai penghasil komoditas Kelapa, Cengkeh, Kopra, dll.
Kl
Pelabuhan Manado
G. Kelabat
Manado
Airmadidi
Bitung KEK Bitung
Tomohon
Pelabuhan Bitung
Tondano
G. Lokon
D. Tondano Amurang
Lolak Kota Mubagu
Kl
Simpul Perkebunan Kelapa
Simpul Perikanan
Kondisi • Kesiapan Sulawesi Utara dan Kota Bitung dalam mendukung kebijakan pengembangan sektor kemaritiman dan Tol Laut sangat besar, dan sejalan dengan visi pembangunan Sulawesi Utara sebagai wilayah terdepan dan gerbang wilyah timur Indonesia karena lokasi yang strategis berhubungan langsung dengan kawasan Asia Pasifik. Kesiapan diantaranya pembangunan pelabuhan, perencanaan kawasan KEK, pembangunan jalan koridor utama menghubungkan Manado-Bitung-pelabuhan-Bandara - dan ke pusat-pusat wilayah lain melalui jaringan transportasi jalan raya, Jalan Tol dan Kereta api. • Bitung dikenal pula dengan sebutan Kota Multifungsi dengan potensi kemaritiman yang cukup maju termasuk industri galangan kapal, ekspor ikan segar beku, dan pengolahan ikan, juga pariwisata bahari.
Pelabuhan Pantoloan dan pelabuhan lain disekitar
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah : a. Industri Pengolahan Kakao menjadi coklat bubuk, pasta, liquor, kue, Industri makanan dari coklat dan kembang gula. b. Industri Pengolahan Rumput Laut menjadi karagenan dan produk makanan olahan lainnya. c. Industri Pengolahan Ikan menjadi ikan kering, ikan asap, ikan beku, ikan kaleng, tepung ikan dan produk makanan olahan lainnya. ( Permen Perindustrian No.139/2009 )
PELABUHAN
KEK / KI
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
WISATA BAHARI
PENYEBERANG -AN
6.Pantoloan SULTENG
Kawasan Industri Palu sebagai pusat pengolahan kokoa, rotan, dan smelter.
- Rencana Pembangunan Jalan Baru Palu-Parigi untuk peningkatan akses ke Parigi – Bitung melalui Teluk Tomini.
Simpul perikanan/ Pusat Produksi;
Jalur 5 wisata bahari Bali LombokTakabonerateWakatobi – BanggaiTogean – Bunaken – Satal.
Jalur Sabuk Tengah dengan rute Karlangau-Taipa dan rute LuwukSalakan-BanggaiTaliabu.
Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul; Pusat Logistik Provinsi Sektor unggulan / komoditi : perkebunan coklat, karet; rotan; ikan, rumput laut; Potensi Minyak Bumi laut dalam di Selat Makasar. Isu : Kendala bagi investor antara lain pasokan energi listrik; Akses pantoloan ke Bitung relative memutar; Hinterland sebagai pemasok bahan baku tersebar, dan arus barang tersebar ke beberapa pelabuhan.
Kawasan Industri Morowali sebagai pusat industri smelter ferronikel dan steinless steel. Telah dilakukan kilang minyak bumi dan di ekspor sejak tahun 2015. Potensi LNG dan kilang Donggi-Senoro di Kabupaten Banggai.
-
Rencana : PLTU Palu PLTA Poso PLTMG Morowali PLTA/MH Morowali
Beberapa kluster rumput laut tersebar di Kep, Banggai, Teluk Tomini, dan Morowali, Selat makasar.
Destinasi Wisata : Kepulauan Togean dan Kepulauan Banggai.
- Pengembangan Bandara Mutiara Palu
1.Potensi dan isu kemaritiman Pantoloan dsk : Potensi kemaritiman yang menonjol adalah luasnya pantai, perairan dan pulau-pulau; sehingga mendukung ragam objek wisata, diantaranya kepulauan Togean dan Kepulauan Banggai. Pengembangan potensi sektor perhubungan laut terutama perdagangan antar pulau dan ekspor di pelabuhan Pantoloan, dan Luwuk. 2.Sektor perikanan : perikanan tangkap dan budidaya rumput laut potensi dikembangkan; Sektor wisata bahari : Potensi dikembangkan dalam kesatuan destinasi dengan Sulawesi Utara dan jalur 5 wisata bahari; 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : Dimulainya pembangunan jalur KA lintas Sulawesi sebagai solusi angkutan komoditi dan hasil industri ke Bitung; 4.Kebutuhan Dukungan Program perwujudan Tol Laut : Pembangunan jalan baru akses antara Palu-Parigi untuk integrasi fungsi pengumpulan, pengolahan dan ekspor produk ( disamping adanya rencana jalur KA); Dukungan Sektor Perikanan : Peningkatan akses antara simpul-simpul perikanan diTeluk Tomini, PPI OgotuaKab. Toli Toli dan PPI Donggala, ke rencana jalur KA. Pengembangan pusat pengolahan perikanan di PPI Pagimana-Banggai. Dukungan Sektor Pariwisata: Peningkatan akses Bandara ke pelabuhan penyeberangan
Kesiapan Kawasan Industri Palu masih tahap perencanaan terkait akses pelabuhan Pantoloan ke Bitung relative jauh;
7. WPS Pusat Pertumbuhan Baru Palu – Banggai
Hinterland Pelabuhan Pantoloan
Industri Perikanan Terpadu: - Kabupaten Toli Toli - PPI Ogotua - Pusat Kluster Rumput Laut zona 1 ( Selat Makasar )
Moutong
Kluster Rumput Laut zona 2 ( TelukTomini ) - Kabupaten Pari.Mo
Industri Perikanan Terpadu: - PPI Pagimana - Sub Kluster Rumput Laut zona 3 ( Teluk Tolo )
Industri Perikanan Tangkap - Kabupaten Donggala - PPI Donggala
Parigi
Ck
Ampana Sw
Kawasan Ekonomi 1.Kawasan Industri Palu 2.Kawasan perkebunan kakao 3. Kawasan Perkebunan sawit Kawasan Perkotaan 1. Palu 2. Poso 3. Parigi 4. Luwuk 5. Ampana
Ck
Simpul Perkebunan Cokelat
Sw
Simpul Perkebunan Sawit
Minapolitan - Kabupaten Morowali - Pusat kluster Rumput Laut zona 3
Termasuk Pelabuhan Pengumpul kelas II dengan jumlah kunjungan kapal 7.254.909 GT tahun 2014.
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Kondisi Pelabuhan Tenau Kupang • Pelabuhan Tenau Kupang dengan terminal petikemas, direncanakan melayani kawasan industri Bolok, juga rencana pengembangan ke Pulau Semau untuk mendukung Tenau. Rencana akan membangun galangan kapal; Industri semen di Kupang memanfaatkan gipsum impor, diusulkan menggunakan potensi yang ada di Alor; Selain industri semen direncanakan industri pengolahan yang masih belum beroperasi, dan kendala utama adalah kurangnya energi. • Jalur laut relatif agak memutar, dan diusulkan jalur melalui Larantuka untuk memotong jalur.
PELABUHAN
KEK / KI
7.Tenau-Kupang NTT
Sudah beroperasi industri semen;
Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul;
Rencana pengembangan Kawasan Industri Bolok sebagai pusat pengolahan.
Peran sebagai Pusat Logistik Nasional
Rencana Industri Galangan Kapal di P.Semau mendukung Tenau Kupang
Sektor unggulan : Peternakan; pertanian;
Isu : Kaws perbatasan dan Pelabuhan Wini, masih belum dibangun sebagai beranda depan Negara; Rencana Jalan Tol Kupang-Atambua; Kurangnya pasokan energi listrik; Tertinggal dan kemiskinan di pulaupulau kecil;
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
WISATA BAHARI
- Pengembangan Bandara Eltari Kupang - Pembangunan Jalan Lingkar Kupang - Pembangunan Pelabuhan Kupang - Waduk Raknamo, Kolhua, Rotiklod, Napunggete - PLTU NTT II ; - PLTA Maubesi 1 MW, Kudungawa 2 MW, Ubungawu III 0,2 MW
Simpul-Simpul Perikanan;
Jalur 4 Wisata bahari ( Bali-NTB-NTT-Wetar) Destinasi Wisata Nasional Kawasan Kupang-Rotendao, Destinasi wisata terdekat : TN Komodo ( pulaupulau kecil ); Kawasan Alor-Lembata;
1.Potensi dan isu kemaritiman : Transportasi laut berkembang terutama menghubungkan Kupang – Surabaya; antar pulau-pulau masih banyak dilayani dengan kapal perintis; Rencana pengembangan rute kapal Pelni antara Kupang-ke pulau-pulau di selatan Maluku; 2.Sektor perikanan : Pelabuhan Wini sebagai pelabuhan pengumpul dan sentra perikanan, belum berkembang. Perkembangan perikanan relatif kurang karena kendala sarana prasarana, terutama armada kapal. Sektor wisata bahari : Keindahan pantai dan alam masih belum diolah; Wisata pantai Wini dan Tanjung Bastian terintegrasi dengan atraksi pacuan kuda di Wini salah satu peluang yang belum dikembangkan; 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : Pembangunan pelabuhan sedang berjalan; 4.Kebutuhan Program Mendukung Tol Laut Peningkatan akses jalan penghubung kawasan produksi ke jalan nasional, mendukung pengembangan kawasan produksi tanaman pangan, peternakan dan agropolitan . Pengembangan jaringan irigasi sekunder dan tersier dari Waduk Raeknamo di Oesao. Pemeliharaan jalan nasional Kupang – Atambua, mendukung akses bagi angkutan hasil produksi ke Kupang. Program dukungan sektor perikanan : Pengadaan bantuan armada kapal perikanan;
PENYEBERANGAN Jalur Sabuk Selatan dengan rute SapeLabuhan Bajo; rute LarantukaWalwerangLewoleba-BaranusaKalabahi-IlwakiKisar
Pelabuhan Tenau – Kupang sedang dalam proses pembangunan Dermaga, Terminal dan perluasan CY. Pengembangan kawasan industri pengolahan belum ada.
8. WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua • Kawasan industri yang direncanakan di Bolok kurang berkembang karena masalah kurangnya energi. • Potensi perikanan dan wisata pantai kurang berkembang dapat disebabkan kurangnya dukungan sarana prasarana.
Hinterland Pelabuhan Tenau Wini, TTU, rencana dikembangkan pelabuhan pengumpul dan Pos Lintas Batas. Isu : Jalan antar Wini – Atapupu yang kurang bermanfaat bagi masyarakat.
• Rencana Jalan Tol Kupang – Atambua untuk meningkatkan akses antar pusat-pusat utama. Masih perlu didukung pengembangan akses sekunder ke simpul – simpul kegiatan potensial seperti pelabuhan pengumpul dan pos perbatasan di Wini, Kawasan Agropolitan, kawasan peternakan.
Kawasan Pertanian hortikultura dan palawija di Kab. Kupang, dan di TTU
Kawasan peternakan di Besipai dan Bena , TTS Kawasan Agropolitan Oesao, telah dibangun waduk Raeknamo, masih membutuhkan jaringan irigasi tersier.
v Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
PELABUHAN
8.Ambon MALUKU Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul; Pusat Logistik Provinsi Sektor unggulan : perikanan, perkebunan, perdagangan; Potensi Minyak Bumi Laut Dalam di Pulau Barbar Selatan Isu : konektivitas antar pulau; kendala alam/ gelombang laut pada bulan tertentu; Armada perikanan kurang; Kondisi jalan tidak mantap;
KEK / KI
Rencana KEK Pariwisata di Banda dan KEK Buru Selatan
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
WISATA BAHARI
PENYEBERANG AN
Proyek Strategis : PLTA Isal 3,4 Mw, Nua (Masohi) 6 Mw, Wai Tala 13.5 Mw, Wai Tala 40.5 Mw, Isal, 6 Mw, PLTA Tersebar Maluku 18.5 Mw
Sub kluster perikanan Ambon;
Jalur 6 Wisata bahari; dari Makasar – Wakatobi – Ambon – Banda – Kei – Tanimbar.
Jalur Sabuk Tengah dengan rute Sanana-NamleaHunimau-WaipiritAmahai
Pusat segitiga karang dunia;
Jalur Sabuk Selatan dengan rute LettiMoa-Lakor-TepaSaumlaki-LaratTual-Dobo
Ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional; Konservasi populasi ikan; Pelabuhan perikanan Tual dan Ambon;
Destinasi Wisata Nasional prioritas tahap 2 di Kawasan Ambon-Bandaneira;
1.Potensi dan Isu Kemaritiman : Potensi kemaritiman belum dikembangkan yaitu potensi perikanan, pariwisata pulau-pulau, pantai, bahari; Potensi pengembangan pulau-pulau sisi selatan sebagai satu kesatuan dari P.Wetar – P.Kisar- P.Moa- P.Yamdena- Kep. Kai, didukung adanya jalur sabuk selatan dan rencana pengembangan Rute kapal Pelni di Jalur selatan tsb. Potensi pengembangan pulau-pulau sisi utara dari Ambon – Seram sebagai sentra kemaritiman; 2.Sektor Perikanan : Potensi pengembangan dapat terus ditingkatkan terutama dengan kebijakan moratorium dari kementerian KKP; 3.Sektor Pariwisata Bahari : Peluang pengembangan kawasan wisata bahari dan pulau-pulau kecil masih besar;. 4.Dukungan Perwujudan Tol laut yang sedang berjalan : Rencana penambahan jalur kapal Pelni di sisi selatan Maluku. 5.Kebutuhan Program : Pembangunan pelabuhan penyeberangan antar pulau-pulau, dan Pembangunan dermaga kapal; pembangunan jalan akses penghubung pelabuhan penyeberangan; Pembangunan pelabuhan perikanan. Pengembangan angkutan udara seiring dengan pengembangan pariwisata.
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan masih tahap perencanaan.
6. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon – Seram
Hinterland Pelabuhan Ambon
Simpul Perikanan Ch
Ch Ch
Ch
Simpul Perkebunan Cengkeh ( tersebar )
PETA PELABUHAN PERIKANAN DI MALUKU 12 5
6 1 3
13
11
2 4
10
9
8
7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
PPN Tantui Ambon PPN Dumar/Tual PPI Eri/Ambon PPI Taar/Tual PPI Amahai/Malteng PPI Kayeli/Buru PPI Ukurlarang/MTB PPI Klishatu/Wetar PPI Kalar-kalar/Aru PPP Dobo PPP Tamher Tmr/SBT PPP Piru/SBB PPP Banda/Malteng
Pelabuhan Sedang Dibangun : PPP nomor 4,7, 8, 10, 11, 12 PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara PPP : Pelabuhan Perikanan Pantai PPI : Pangkalan Pendaratan Ikan
WPP LAUT SERAM
:
Airbuaya, Namlea, Taniwel, Wahai, Bula,
WPP LAUT BANDA
:
Ambon, Leksula, Piru, Banda, Geser, Tual, Wonreli, Ilwaki
WPP LAUT ARAFURA
:
Dobo Aru, Elat, Saumlaki
Transportasi Darat ( Jalan dan Penyeberangan ) Taniwel
Prov. Maluku Utara
Wahai Besi
Sp.Pelita
Pasahari
Saleman Samalagi
Air Buaya
Piru
Wailey
Waisala Namlea
Teluk Bara
Sp.Eti
P. B U R U P. B U R U
Leksula
Waipirit
Latu
Liang
P. HARUKU
Marloso
Waipia Masohi Amahai
Liang
Kairatu Waiselan
Loki
P. SERAM
Hunimua
Tehoru
Tamilou
Banggoi
Kobisonta
Bula
Werinama
Haya
Amahai
P. SAPARUA
Mako
Nanang AirAir Nanang
P. AMBON
KEP. GORONG
P. NUSALAUT Ambon
Ambalau
Wamsisi
Namrole
Geser
Nalahia Gorom
Umeputi
TRANS MALUKU
Keterangan :
KEP. BANDA
Wairiang
: JALAN NASIONAL (1.066,65 Km)
• Tulehu • Waai
: JALAN PROVINSI (1.297,4 Km)
Elat
KEP. KEI
Banda Naira
• Galala • Poka
: JALAN KABUPATEN (4.537 Km)
KEP. WATUBELA
Kesui
KEP. TAYANDU Tayandu Ngadi
Kur
: JALUR KAPAL FERI (SUDAH ADA)
Holat
Weduar
Tual Langgur
: JALUR KAPAL FERI (RENCANA)
Evu
KEP. A R U
Kei Besar
Ibra
Tetoat
Wokam
: DERMAGA FERI TERSEDIA (13 Buah) Teor
Wunlah
DILUAR TRANS MALUKU
Taberfane
: DERMAGA FERI TERSEDIA (8 Buah)
Larat P. LARAT
: DERMAGA FERI TDK TERSEDIA (14 Buah)
Seira
P. DAMAR P. ROMANG
P. WETAR
Siwahan Siwahan
P. YAMDENA
Lurang
Tepa
Kaiwatu
P. MOA
Ilwaki Wonreli
P. LETI
Prov. NTT
Saumlaki Saumlaki
Sila
Leti
Arma
Aruidas
SA
P. SERMATA
Pilan
Batu Goyang
KEP. BABAR Letwurung
P. KISAR
Dobo
Danar
: DERMAGA FERI TDK TERSEDIA (12 Buah)
P. SELARU
P. LAKOR Adaut
Lamerang Jerol
V. PERUMUSAN KEBUTUHAN DUKUNGAN Dalam waktu 5 tahun kedepan diprioritaskan pencapaian : percepatan pertumbuhan perekonomian wilayah timur Indonesia, dan peningkatan peran sektor kemaritiman. Langkah strategis bagi KTI sebagai wilayah kepulauan adalah : 1)peningkatan konektivitas antar pulau antar kota secara merata dan terintegrasi antar moda melalui laut, darat, udara. 2)Pengembangan kawasan utama sebagai pusat pertumbuhan /pusat strategis kemaritiman yang mengintegrasikan potensi strategis yang ada. Terdapat dua karakter pusat strategis kemaritiman, yaitu a) sebagai pusat industri pengolahan, pusat pengembangan inovasi, iptek, sosial –budaya kemaritiman dan juga potensi pengembangan wisata bahari. Lokasi yang strategis adalah Bitung, Surabaya, Sorong; Kebutuhan pengembangan meliputi Pengembangan infrastruktur perhubungan, yang memperlancar arus barang dan penumpang ke pelabuhan, ke bandara, dan ke kawasan produksi. Selain itu kebutuhan lain adalah pengembangan kawasan hinterland pelabuhan terutama kawasan permukiman, yang umumnya tumbuh berkembang sebagai kawasan pendukung pelabuhan, dan dibutuhkan pengembangan kualitas permukiman. Tipe b) sebagai pusat kemaritiman dengan potensi sentra perikanan yang terintegrasi dengan potensi sebagai destinasi wisata bahari. Lokasi prioritas di Ambon, Manado, Kupang, juga peluang di Kendari, Makasar, Lombok; Kebutuhan dukungan terutama pengembangan pelabuhan perikanan, dermaga wisata, keterhubungan dengan pusat sekitarnya, kehandalan infrastruktur jalan, akses ke bandara, penyediaan air baku, infrastruktur sanitasi lingkungan, energi, telekomunikasi, dan pengembangan pusat jasa pendukungnya; Infrastruktur tersebut berfungsi sekaligus bagi aktivitas perikanan dan juga pariwisata. Langkah 3) Pengembangan pusat perikanan lain yang termasuk sub kluster perikanan maupun simpul perikanan , baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, membutuhkan keterhubungan yang lebih baik ke pusat utama yang dikembangkan. Sebagai pusat pengumpul perikanan sangat membutuhkan peningkatan kondisi pelabuhan perikanan dan prasarana sarana sosial ekonomi masyarakat pesisir.
PERUMUSAN KEBUTUHAN DUKUNGAN Langkah 4) Pengembangan pusat-pusat kegiatan industri pengolahan termasuk kegiatan diluar sektor perikanan/kelautan , di seluruh wilayah, sesuai dengan program strategis nasional seperti kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri. KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 1.Pembangunan infrastruktur perhubungan laut, darat dan udara di wilayah kepulauan terutama di Provinsi Maluku, Sulawesi Utara, NTT sebagai langkah strategis membangun sosial ekonomi masyarakat. 2.Pembangunan infrastruktur pengembangan pusat strategis kemaritiman – pengolahan perikanan dan ekspor, di Bitung, Surabaya, Sorong. Termasuk pengembangan kawasan hinterland pelabuhan dan kawasan industri. 3.Pembangunan infrastruktur pengembangan pusat strategis kemaritiman – pusat wisata bahari dan perikanan yang terintegrasi, di Manado dsk, Ambon dsk, Kupang dsk, Kendari dsk, Makasar, dan Lombok; Termasuk penataan kawasan permukiman masyarakat pesisir, dan pengembangan destinasi wisata bahari lain. 4.Pembangunan infrastruktur pengembangan pusat produksi perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya, yang termasuk subkluster perikanan dan simpul perikanan untuk dapat meningkatkan aktivitas sosial ekonominya, termasuk pembangunan permukiman masyarakat pesisir, di Palu, Tual, Dobo, Merauke, dan pelabuhan perikanan pantai ( PPP) lain di KTI. 5.Pembangunan Infrastruktur pengembangan pusat kegiatan industri pengolahan dan kawasan pendukung di sekitarnya yang berfungsi sebagai hinterland pelabuhan strategis Tol Laut; kegiatan industri ini termasuk pengolahan selain perikanan, sesuai dengan program strategis nasional seperti KEK dan KI di seluruh wilayah Indonesia.
VI. KONSEP RENCANA AKSI Tujuan / Strategi
Kawasan
Sasaran pengembangan
Dukungan Infrastruktur
Lokasi / Prioritas
Konektivitas antar pusat, antar pulau;
Sistem transportasi darat, laut, udara
Wilayah Kepulauan : Maluku, NTT, Maluku Utara; juga wilayah lain dengan pelabuhan utama Tol Laut, dan adanya kawasan KEK dan KI Kawasan KEK dan KI
A.Mendukung Kebijakan Tol Laut 1. Percepatan pertumbuhan perekonomian wilayah timur Indonesia
Wilayah Kepulauan; KEK dan KI
2. Pembangunan Hinterland Pelabuhan Tol Laut
Kelancaran arus barang
KEK dan KI
Peningkatan Produksi
Permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan
Sistem Air Baku; Energi; Sistem jaringan jalan Sistem air bersih Sistem sanitasi.
Hinterland 24 pelabuhan Tol Laut/
B.Mendukung Kebijakan Pengembangan Sektor Kemaritiman 3. Peningkatan peran sektor kemaritiman
Pusat –pusat strategis kemaritiman
Pusat Produksi Perikanan
Destinasi Wisata Bahari
Pengembangan pusat pertumbuhan bidang kemaritiman: pusat industri, pusat inovasi, destinasi wisata. Masyarakat pesisir. Peningkatan Produksi perikanan
Sistem transportasi darat, laut dan udara. Prasarana dan sarana kawasan. Infrastruktur permukiman. Pelabuhan perikanan, Air Bersih, dan Prasarana sarana Industri & fasilitas
a)Bitung; Sorong; Surabaya; b)Ambon-Banda; Manado, Kupang, Kendari, Makasar, Lombok.
Peningkatan daya tarik kawasan, termasuk penataan kawasan permukiman pesisir
Sistem transportasi darat,laut dan udara. Prasarana sarana kawasan; Akomodasi wisata; Infrastruktur permukiman.
Kepulauan Togean Kepulauan Banggai Kepulauan Sangir Talaud Kepulauan Tanimbar Kepulauan Kai & Aru Pulau Wetar Alor; RajaAmpat; Morotai
Palu; Tual Dobo; Merauke; Wini, PPP lain
Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Prioritas Kawasan
Lokasi
Sasaran Pengembangan
Program
Pelaksana/ penanggung jawab
Sumber pendanaan
A.Mendukung Kebijakan Tol Laut Tujuan 1 : Percepatan perekonomian wilayah timur Indonesia Khusus wilayah kepulauan prioritas
Konektiivitas di wilayah kepulauan
Daerah
Maluku
Peningkatan status dan kapasitas jaringan jalan Strategis Nasional di Ruas Jalan akses pelabuhan di : Tual; Tayandu; dan di Kur. Jalan nasional trans Maluku Pulau Wetar (Ilwaki- Lirang)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa, dan Daerah
Jalan nasional trans Maluku Pulau Moa (Kalwalu -Pilan)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa, dan Daerah
Jalan nasional trans Maluku Pulau Babar (Tepa-Letwurung)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa dan Daerah
Jalan nasional trans Maluku Pulau Yamdena (Saumlaki-Larat)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa dan Daerah
Jalan nasional trans Maluku Kep Aru (Batu goyangan-Taberfane-Dobo-Wofam)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Daerah
Jalan nasional trans Maluku Pulau Seram (jalan lingkar selatan-timur-utara dari Masohi-Werinama-Bula-Wahai )
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Daerah
Jalan nasional trans Maluku Pulau Buru (lingkar timur-utara : Leksula-NamleaAirbuaya-Telukbara)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa dan Daerah
Jalan nasional trans Maluku Kep Kei (Danar-Langgur-Tual)
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Daerah
Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Pulau Ambon (Laha-AlangWukasibu-Asilulu-Kaitetu-Hitu-MorelaLiang
Maluku
Kementerian PUPR
APBN
Analisa, dan Daerah
dan dan
KEK dan KI
Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Barat Pulau Seram (Kairatu-PiruTraniwei-Lisabota-Saleman)
Analisa, dan Daerah
Kelancaran arus barang terkait adanya kawasan ekonomi
BM
Kementerian PUPR
APBN
Tahun Pelaksanaan 2016
2017
2018
2019
2020
Analisa Investasi Infrastruktur
Lampiran
Rangkuman Analisis Kondisi Sektor Kelautan/Perikanan ( 1 ) Wilayah
Kondisi dan Potensi Pengembangan
Potensi Sektor Kemaritiman
Sumut
Pertumbuhan ekonomi 2013-2014 menurun, 5,23 % dan 5,11% tahun 2015 Share thd PDB 2014 5,33% cukup baik; sektor utama pertanian-perkebunan dan industri pengolahan; Sumut adalah wilayah unggulan kelapa sawit dengan share 16,05 % di Indonesia, kedua setelah Riau. Kontribusi expor Sumatra Utara pada periode Januari s/d Agustus 2015 terhadap total expor nasional adalah 4,96 %. LQ : unggulan tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan; Komoditi utama perkebunan yaitu sawit dan karet;
1.Produksi perikanan tangkap dan ekspor hasil perikanan cukup tinggi di tingkat nasional. 2.RT perikanan cukup besar jumlahnya 7,8 % nasional . 3.Potensi sebagai produsen dan pengekspor hasil perikanan di pertahankan; 4.Bioteknologi perlu dikembangkan.
Sulut
Pertumbuhan ekonomi menurun hingga 6,31% tahun 2014 dan 5,27 % tahun 2015; share thd PDB relatif rendah 0,7 %; LQ : unggulan sektor angkutan, penggalian, tanaman perkebunan, hotel, perikanan. Tahun 2014, kontribusi kelapa terbesar Indonesia adalah Sulawesi Utara dengan andil 9,34%. Kelapa merupakan komoditas utama expor Sulawesi Utara; 65% ekspor dalam bentuk Lemak dan Minyak Nabati. Januari s/d Juli 2015 total expor Sulawesi Utara mencapai USD 722,8 juta , dan sekitar 20,7 % berasal dari provinsi lain. Ekspor terutama ke Amerika Serikat, Belanda dan Tiongkok.
1.Produksi perikanan tangkap dan budidaya cukup besar; ekspor hasil perikanan masih dibawah Jatim, dan Sumut. Wilayah pemasok ikanke Sulut cukup luas. 2.Telah mengembangkan extraksi Bioaktif : Omega3, Squalene, dan Polysaccharide. 3.Potensi pengolahan dan ekspor hasil perikanan/kelautan terus ditingkatkan sebagai andalan provinsi, lokasi di KEK Bitung.
Pertumbuhan ekonomi menurun dari 5,9 % tahun 2014 hingga 5,2% pada triwulan II 2015 walau masih diatas angka pertumbuhan nasional ( 4,67- 5%); Sektor pertanian, industri dan pertambangan cenderung tumbuh positif. Share SumberJatim : hasil analisis,PDB 2015tinggi, 14,99 %. terhadap LQ : unggulan sektor restoran/perdagangan, penggalian, peternakan, tanaman bahan pangan, hotel, dan industri non migas. Ekspor Jatim terutama barang perhiasan, minyak nabati, barang dari kayu, dan ikan/udang terutama ke Jepang, Amerika, Tiongkok, Taiwan, Malaysia;
1.Mendominasi nilai ekspor hasil perikanan nasional; Produksi perikanan tangkap dan budidaya tinggi. 2.RT perikanan cukup besar 17,2% nasional 3.Potensi pengolahan dan ekspor hasil perikanan dapat terus dipertahankan. 4.Budidaya perikanan dan bioteknologi kelautan perlu dikembangkan.
Jatim
Analisis Kondisi Sektor Kelautan/Perikanan ( 2 ) Wilayah
Kondisi dan Potensi Pengembangan
Potensi Sektor Kemaritiman
Sumsel
Pertumbuhan ekonomi menurun 5,6% thn 2013 menjadi 4,68% thn 2014 dan sedikit meningkat kwartal II th 2015 sebesar 4,87%; hingga kwartal II 2015 Sektor pertanian/perikanan menyumbang peningkatan cukup signifikan 9,9%; dari share PDRB provinsi terutama sektor industri pengolahan dan penggalian masing2 20 % dan pertanian 16%; Share PDB 3,05 %; Ekspor utama adalah karet melalui Boom Baru, Plaju. LQ : unggulan sektor tanaman perkebuhan ( karet dan sawit), pertambangan migas, kehutanan,penggalian(batubara), perikanan;
1.Produksi perikanan tangkap dan budidaya relatif rendah dibanding wilayah lain. 2.RT perikanan 9,6 % dan dapat dikatakan cukup besar dibanding wilayah lain; Armada kapal motor < 3%; masih relatif rendah. 3.Pengembangan perikanan / kelautan untuk kebutuhan lokal.
Kalteng
Pertumbuhan ekonomi fluktuatif 6- 7% pertahun; 6,98% pada kwartal II 2015 didorong oleh sektor industri pengolahan. Share PDB sebesar 1,10%. LQ : unggulan tanaman perkebunan, pertambangan non migas ( batubara ), karet, sawit; disusul perikanan; kehutanan dan peternakan; Expor Kalimantan Tengah tahun 2014 melalui : pelabuhan Sampit di Kab. Kotawaringin Timur (26,57%), Kumai di Kab. Kotawaringin Barat (9,18%), Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Barat (8,09%), Pulang Pisau (1,25%), dan Kuala Kapuas (0,18%), sisanya 54,73% melalui prov lain.
1.Produksi perikanan tangkap dan budidaya relatif rendah dibanding wilayah lain. 2.RT perikanan 4,46 %; 3.Pengembangan perikanan/kelautan untuk kebutuhan lokal.
Pertumbuhan ekonomi menurun th 2013-2014 karena sektor penggalian tumbuh negatif; dan ekspor menurun; Pertumbuhan ekonomi kwartal-2 2015 meningkat 15,72% didorong ekspor minyak mentah, lemak/minyak nabati, besi baja, juga ikan & udang; didorong pula oleh sektor industri pengolahan hasil budidaya kelautan. Share PDB 0,77% SumberLQ : hasil analisis,tanaman 2015 perkebunan ( sawit, kokoa ), kehutanan, : unggulan perikanan. Pelabuhan ekspor : Pantoloan dan Luwuk.
Sulteng
1.Produksi perikanan budidaya cukup mendominasi produksi perikanan budidaya nasional terutama rumput laut; 2.RT perikanan total 7,59 % nasional. 3.Armada kapal motor < 3%; masih membutuhkan dukungan armada kapal motor yang memadai; 4.Perikanan dan pengolahan hasil perikanan (aneka kripik ikan, terasi, dan tepung ikan) perlu ditingkatkan.
Analisis Kondisi Sektor Kelautan/Perikanan ( 3 ) Wilayah
Kondisi dan Potensi Pengembangan
Potensi Sektor Kemaritiman
Maluku
Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 turun menjadi 5,26% dan pada tahun 2014 kembali naik menjadi 6,68%. Memasuki Tri Wulan II tahun 2015 perekonomian Maluku kembali menurun sampai 5,8% Share PDB 0,17%; Struktur ekonomi Maluku didominasi sektor pertanian, perikanan, dan sektor perdagangan , hotel & restoran serta jasa; Komoditi ekspor utama adalah ikan sampai 52%, dan bahan bakar mineral, melalui pelabuhan Ambon dan Tual. LQ : unggulan perikanan, angkutan laut, perkebunan, perdagangan dan juga kehutanan;
1.Produksi perikanan tangkap tinggi setelah Sumut; juga perikanan budidaya urutan setelah NTT , Jatim dan Sulawesi Tengah. 2.RT perikanan 6,12 % nasional. 3.Armada kapal motor < 3%; sangat membutuhkan dukungan armada kapal motor. 4.Potensi perikanan/kelautan perlu terus dikembangkan;
NTT
Perekonomian NTT tahun 2014 melambat jika dibandingkan tahun 2013 (5.42% turun menjadi 5.04% pada tahun 2014 ), dan pada Tri Wulan II tahun 2015 melambat menjadi 5,03%. Struktur perekonomian wilayah didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan andil sebesar 30% terhadap PDRB provinsi, disusul berturut-turut sektor Perdagangan dan Konstruksi; Share PDB 0,53 %; Komoditi ekspor utama : hasil industri/mesin; belerang/kapur, dan ikan/udang, melalui Tenau, Atapupu dan Maumere. LQ : unggulan peternakan, tanaman pangan, angkutan, perkebunan, perikanan;
1.Produksi perikanan budidaya cukup mendominasi produksi secara nasional. Perikanan tangkap relatif kurang. 2.RT perikanan total sekitar 4,8 % nasional. 3.Armada kapal motor < 3%; 4.Perikanan tangkap dan budidaya perlu terus dikembangkan; juga pengolahan perlu dikembangkan kepada masyarakat
Perekonomian menurun hingga 3,25% th 2013-2014 dan meningkat kembali kwartal 2 th 2015 sebesar 12,77%, hal ini karena fluktuasi ekspor dan produksi berbagai sektor menurun di tahun 2014. Produksi wilayah didominasi oleh Sumbersektor : hasilPertambangan analisis, 2015 & Penggalian yang memberikan andil sebesar 29% disusul kemudian berturut-turut sektor Pertanian, Konstruksi, Perdagangan; LQ : unggulan sektor pertambangan/penggalian, kehutanan, perikanan; Ekspor Papua terutama bijih tembaga 89,99%, kayu dan barang dari kayu 7,56% dan jenis-jenis ikan 2,21%, melalui Pelabuhan Amamapare.
Papua
1.Produksi perikanan tangkap cukup memiliki potensi sedangkan perikanan budidaya belum dikembangkan; 2. RT perikanan sekitar 3,6% nasional. 3.Armada kapal motor < 1%; masih sangat membutuhkan dukungan armada kapal motor yang memadai; 4.Potensi perlu terus ditingkatkan.
STRUKTUR EXPOR 9 provinsi (%)
Sumatra Utara Sawit dan Turunannya 43%
Karet dan Turunannya 41%
Nusa Tenggara Timur Hasil Industri 58,48% Pertambangan 38,99% Ikan dan Udang 2,53%
Sulawesi Tengah Minyak Mentah 45,33%
Bijih, Kerak dan Abu Logam 25,04% Lemak dan Minyak Nabati 16,01% Ikan dan Udang 4,05% Sumber : analisis perekonomian
Sumatra Selatan Karet dan Turunannya 68% Sawit dan Turunannya 12% Batubara 10%
Kalimantan Tengah Batubara 44,18% Minyak Nabati 26,46%
Kayu dan Turunannya 13,64% Karet dan Olahannya 10,31%
Jawa Timur Perhiasan/Permata 22,77% Lemak & Minyak 7,30% Kayu dan Turunannya 5,90% Ikan dan Udang 5,83%
Maluku Ikan dan Udang 52% Bahan Bakar Mineral 47%
Papua Sulawesi Utara Lemak dan Minyak Nabati 65% Ikan, Daging dan Ikan Olahan 13%
Bijh Tembaga dan Konsentrat 89,99% Kayu dan Barang dari Kayu 7,56% Ikan dan Hewan Air Lainnya 2,21%
Tol laut, Pelabuhan dan Kawasan Ekonomi
Pelabuhan Utama Tol laut
IV. ANALISIS WILAYAH ( lanjutan )
PELABUHAN
KEK / KI
PROGRAM STRATEGIS
1. Kuala Tanjung SUMUT
Sudah beroperasi industri alumunium dan turunannya.
Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Utama dan Pintu Gerbang.
KEK Sei Mangke, komoditi CPO.
-
Peran sebagai Pusat Logistik Nasional Unggulan/ Komoditi
perkebunan sawit, karet, di Kab. Batubara, dan Kab. Simalungun. Isu : Perkembangan perkotaan baru; kepadatan lalu lintas; permukiman;
Kawasan Industri Kuala Tanjung sebagai pusat pengolahan karet, agro dan alumunium
-
-
Waduk Lausimeme PLTU Kuala Tanjung PLTA Wampu, 45 Mw, Asahan III (FTP 2) 174 Mw, Hasang (FTP 2), 40 Mw, Simonggo-2, 86 MW, Masang-2, 55 Mw Pembangunan jalur KA antara Sei MangkeBandar Tinggi-Kuala Tanjung ( 60 % ) Rencana Jalan Tol Medan-KualanamuTebing Tinggi
SENTRA PERIKANAN Belawan. Kluster Pelabuhan ekspor.
WISATA BAHARI Jalur 2 Wisata bahari; dari Sabang-MedanBatam-Babel;
Sub kluster : Lampulo (Aceh). Destinasi Wisata Bungus (Padang). Nasional terdekat di Sungai Liat (Bangka). Pekanbaru-Siak dan Batam-Bintan ( Dalam lingkup wisata pantai di Rupat, provinsi, produksi Jemur di Pekanbaruperikanan tangkap Siak; dan Batam, cukup tinggi namun Nongsa, Nagoya-Tg bukan di Kab. Uncang, dan Lagoi ) Batubara
1.Potensi dan Isu kemaritiman banyak terkait dengan perhubungan laut/ peran pelabuhan yang tinggi sebagai kesatuan dengan Belawan; Aktivitas pelabuhan dan lalu lintas kapal akan padat; Hal ini melihat pembangunan saat ini di terminal multipurpose, jalan KA, dan KEK Sei Mangkei; 2.Sektor perikanan dan wisata bahari kurang meningkat di Kuala Tanjung. 3.Dukungan perwujudan Tol Laut sedang dalam proses seperti pembangunan pelabuhan; Rel KA; akses Tol Kuala Namu-Tebing Tinggi, dan jalan nasional Belawan/Medan – Kuala Tanjung; pembangkit listrik; 4.Kebutuhan Dukungan Program : peningkatan jalan nasional Tebing Tinggi-Kuala Tanjung; Program Penyediaan Air Baku bagi kawasan pelabuhan dan hinterland; Pengembangan permukiman dan prasarana lingkungan permukiman di kabupaten Batubara; Peningkatan akses di kawasan hinterland, ruas jalan di persimpangan, ruas jalan antar pusat kecamatan;
PENYEBERANGAN Tidak ada jalur penyeberangan di sekitar Kuala Tanjung.
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten batubara dinilai masih terus ditingkatkan;
PELABUHAN 2.Tanjung Carat/ TAA SUMSEL Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul; Peran sebagai Pusat Logistik Nasional Unggulan/ Komoditi : pertambangan batubara, perkebunan sawit, karet di sekitar Tanjung Api-Api. Isu : Pengembangan KEK TAA dan Pelabuhan TAA masih menghadapi banyak kendala, antara lain pasang surut dan sedimentasi sungai;
KEK / KI
PROGRAM STRATEGIS
Sebagian besar industri tumbuh di Kota Palembang, komoditi karet dan sawit, batubara.
Belum ada.
Rencana KEK Tanjung ApiApi
SENTRA PERIKANAN Tidak ada yang diunggulkan;
WISATA BAHARI Tidak masuk jalur wisata bahari; Destinasi Wisata Nasional prioritas tahap 2 di Palembang-Bangka Belitung ( wisata pantai di Pangkal Pinang dan Belinyu )
1.Potensi dan isu kemaritiman terkait dengan pelabuhan laut dan pemanfaatan perairan antara lain di Tanjung Api Api/ TAA dan Boom Baru Palembang; Alur kapal dari/ke pelabuhan TAA dan Boom Baru kurang lancar, banyak terkendala dengan pasang surut sungai Musi; Kawasan industri dan fasilitas pelabuhan direncanakan di kawasan reklamasi Tanjung Carat dan masih ada kendala karena akses dari sumber bahan baku akan melalui Hutan Lindung dan sungai. 2.Sektor perikanan kurang dikembangkan. wisata bahari : memanfaatkan alur sungai Musi dan berorientasi ke Belitung; 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : belum ada, atau masih rencana; Kegiatan lalu lintas barang masih berjalan seperti saat ini, dengan terpengaruh pasang surut dan pendangkalan sungai Musi. 4.Kebutuhan Dukungan Program : Persiapan dan FS antara pengerukan alur kapal, dan pembangunan Tg Carat ( Kementerian Perhubungan ) untuk memperlancar arus barang; Peningkatan hubugan antar daerah tetap ditingkatkan melalui pelabuhan penyeberangan, dukungan program yang diperlukan : peningkatan kondisi pelabuhan penyeberangan Tg. Kelian; Peningkatan jalan dan jembatan akses ke Pelabuhan Penyeberangan Tg. Kelian.
PENYEBERANGAN Jalur Sabuk Tengah: Pelabuhan Tanjung Kelian dengan rute Palembang(35 Ilir)Muntok dan SadaiTanjung Rhu
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan TAACarat masih dalam perencanaan terutama menyangkut HL dan memerlukan sumber pendanaan yang matang;
PELABUHAN 3.Tanjung Perak JATIM Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Utama. Peran sebagai Pusat Logistik Nasional
KEK / KI Sudah beroperasi banyak industri di kawasan pelabuhan.
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
Waduk Semantok, Waduk Bagong, Waduk Lesti, Waduk Wonodadi
Sub kluster perikanan Jalur wisata : Jalur 2; di : antara KarimunjawaBrondong (Jatim) Surabaya – Bali.
Rencana Kawasan Industri JIIPE dalam skala besar dan Kilang Minyak 300 ribu barel pengembangan teknologi tinggi, lengkap dengan Pelabuhan baru di Manyar. ( masih proses awal )
WISATA BAHARI
Destinasi Wisata Nas. Prioritas tahap 2 di Surabaya- Madura;
Destinasi terdekat di Kawasan Lombok dsk. Sektor unggulan : (destinasi kawasan Perdagangan; jasa, Gili-Gili, kawasan penggalian; Industri di Pantai Barat dan Kota Surabaya. pantai Selatan) Isu : Perkembangan 1.Potensi dan isu kemaritiman terkait dengan pengembangan pelabuhan memanfaatkan peran sebagai aktivitas di pelabuhan gerbang Indonesia barat dan timur; perkembangan arus kapal dan muatan barang memerlukan peningkatan yang pesat dan pelayanan di pelabuhan TG Perak dengan pembangunan bebrapa terminal dan pelabuhan lain sebagai kebutuhan ruang bagi pendukung; kondisi alur pelayaran memerlukan penanganan dengan program pengerukan,pelebaran dan pengembangan rencana pemindahan pipa di bawah laut yang ada disana. pelabuhan; 2.Sektor perikanan dan wisata bahari : potensi dikembangkan yaitu perikanan di pelabuhan nusantara Masalah akses Brondong di kabupaten Lamongan; dan wisata bahari terkait dengan Karimunjawa di Jawa Tengah dan pulaupelabuhan terkait lalu pulau di sekitar Madura; lintas kota. 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : pembangunan beberapa terminal di Tanjung Perak; Alur kapal sempit dan dan rencana pengoperasian kembali beberapa jalur KA; pembangunan jalan Tol untuk mengurangi kemacetan dangkal; dalam kota; Pembangunan Teluk Lamong untuk meningkatkan kapasitas pelayanan peti kemas/ekspor. 4.Kebutuhan Dukungan Program Mendukung Pelabuhan Tol Laut : Peningkatan ruas jalan mendukung kelancaran lalu lintas sekitar Tg. PerakTg. Lamong, dan ruas jalan ke Tol. Peningkatan Industri kapal dan kerjasama antar Galangan Kapal. Mendukung sektor Perikanan : Peningkatan pelabuhan nusantara Brondong; Jalan akses ke pelabuhan Brondong; Fasilitas penunjang perikanan; Penyediaan pasokan listrik; Penyediaan Air Baku Pelab.Brondong. Mendukung Pariwisata Bahari : penyediaan terminal khusus pariwisata; Akses ke Bandara;
PENYEBERANGAN Jalur Sabuk Selatan dengan rute : Ujung – Kamal (Surabaya) dan Ketapang-Gilimanuk ( Bali )
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan Tg. Perak dalam kesatuan dengan pelabuhan lain sudah direncanakan secara terintegrasi dan cukup matang;
PELABUHAN 4.Sampit KALTENG Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul; disamping beberapa pelabuhan lain berdekatan;
KEK / KI Belum ada.
PROGRAM STRATEGIS
SENTRA PERIKANAN
WISATA BAHARI
Jaringan perkeretaapian Pulau Kalimantan
Belum ada.
Tidak masuk jalur wisata bahari.
PENYEBERANGAN Tidak ada jalur penyeberangan yang terhubung
Destinasi Wisata Nasional terdekat di Lhoksado Kalsel; dan Tanjung Putting.
Sektor unggulan : perkebunan ( karet, sawit ) dan pertambangan non migas ( batubara) Isu : pengembangan Pelabuhan terkendala pengendapan sungai, dan akses jalan dari Sampit-Bagendang yang rusak; Pelabuhan Sampit dikhususkan bagi angkutan penumpang.
1.Potensi dan isu kemaritiman : memanfaatkan alur sungai sebagai penghubung ke wilayah lain/pulau Jawa; sehingga muncul beberapa pelabuhan sungai di Kalimantan Tengah, yang umumnya berperan sebagai pelabuhan pengumpul hasil-hasil perkebunan, kehutanan dan pertambangan dari wilayah pedalaman, seperti juga pelabuhan sampit. Pelabuhan Sampit adalah pelabuhan sungai dan terkendala dengan kondisi pengendapan sungai sehingga mengganggu kelancaran pergerakan kapal. Berperan sebagai pengumpul hasil perkebunan dan pertambangan untuk dibawa ke Surabaya; 2.Sektor perikanan dan wisata bahari : kurang dikembangkan. 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : belum ada; angkutan lalu lintas barang di Sampit masih berjalan seperti saat ini dan melayani hanya sekitar 24 % muatan, sedang selebihnya melalui pelabuhan lain di sekitar. 4.Kebutuhan Dukungan Program : Program mendukung Tol Laut : pengerukan alur sungai untuk memperlancar arus muatan barang dan penumpang keluar/masuk; Program mendukung Sektor Perikanan : belum ada Program mendukung Pariwisata bahari : belum ada
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan Sampit dalam mendukung Tol laut belum ada.
PELABUHAN
9.Merauke PAPUA Peran dalam Tol Laut sebagai Pelabuhan Pengumpul; Pusat Logistik Provinsi
KEK / KI
Rencana KEK Merauke (Food and Energy Industries) (Sudah terbangun industri semen di Merauke, terkendala lahan sengketa untuk pembangkit listrik )
PROGRAM STRATEGIS Proyek Strategis : PLTA Orya 2,10 Mw, Kalibumi-2, 5 Mw, Mariarotu II 1.3 Mw, Baliem 10 Mw, Kalibumi III Cascade 5 Mw, Baliem 40 Mw, Tatui 4 Mw, Amai, 1.4 Mw
SENTRA PERIKANAN
WISATA BAHARI
Merauke. Sebagai Jalur wisata bahari Sub kluster perikanan tidak ada.
Jalur Sabuk Selatan dengan rute Pomako-Merauke
Destinasi Wisata Nasional Merauke:
- KPPN Wazur– Merauke - KPPN Danau Bian - KPPN Kimaan
Unggulan : sektor penggalian, kehutanan, perikanan dan pertanian padi
Food estate baru ada 1 investor garap 200 ha lebih;
Isu : Akses dan pelayanan transportasi darat, sungai, masih jauh dari teratur;
1.Potensi dan isu kemaritiman : pengembangan transportasi sungai, penyeberangan, sangat diperlukan sebagai hubungan interaksi sosial ekonomi antar wilayah; 2.Sektor perikanan dapat ditingkatkan sebagai pemasok/produksi. 3.Dukungan perwujudan Tol Laut yang sedang berjalan : belum ada. 4.Kebutuhan Dukungan Program : Dalam rangka peningkatan produktivitas wilayah Merauke, dan ekspor komoditi unggulan diperlukan Program Peningkatan kehandalan pelabuhan Merauke dan akses jalan ke Pelabuhan; Pengembangan pelabuhan perikanan; Percepatan pengembangan pasokan listrik; Pengembangan prasarana penyimpanan / pendingin Penyediaan bantuan armada kapal perikanan. Pengembangan kawasan permukiman dan prasarana sarana permukiman;
Rencana Kawasan Ha Anim belum ada industri beroperasi;
PENYEBERANGAN
Kesiapan Kawasan Hinterland dan Pelabuhan masih dalam tahap perencanaan.
PROFIL WILAYAH
Pelabuhan Kuala Tanjung KUALA TANJUNG
SEI MANGKEI
Pelabuhan Kuala Tanjung terletak di wilayah Kabupaten Batubara Sumatera Utara, direncanakan sebagai pelabuhan Internasional dan pintu gerbang lalu lintas perdagangan di wilayah Asia Pasifik
Rencana infrastruktur pendukung klaster industri kelapa sawit Sei Mangke : Jalan Negara • Pembangunan Jalan Tol Kuala Namu – Tebing tinggi 60 Km Peningkatan kapasitas Ruas Lima puluh– Indrapura– Sp. Kuala Tanjung 27,5 Km Tanjung Tiram • • Pembangunan Fly Over Sp. Kuala Tanjung Jalan Provinsi • Peningkatan kapasitas Ruas Lima puluh - Perdagangan 11 Km (Pembangunan Jalan Perdagangan – Batas Asahan di Kabupaten Simalungun) Jalan Kabupaten • Peningkatan kapasitas ruas Sp. Mayang – Kecamatan Bosar Maligas 14 Km • Peningkatan kapasitas ruas Sp. Mayang ke Kawasan Industri Sei Mangke sepanjang 2.5 Km Jalur Kereta Api • Pembangunan jalur rel KA dari Bandar Tinggi – St. Pelabuhan Kuala Tanjung
Jalur KA yg sedang dibangun
Jalan Masuk Terminal Multipurpose
Jalan Masuk Terminal Baru
Sp Inalum ke Kuala Tanjung
1. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru Kawasan Ekonomi 1.KEK Sei Mangke 2.Kawasan perkebunan sawit 3.Kawasan Industri
Pelabuhan Kuala Tanjung KSPN Tangkahan dsk
KK G. Sinabung 2.451 m dpl
T
SS
KotaBaru BaruSei SeiMankei Mankei Kota
G. Sihabuhabu 2.300 m dpl
Akses ke Pelabuhan Kuala Tanjung Sei Mangke – Simpang Mayang 5,72 km
Jalan kabupaten
Perdagangan -Batas Asahan 5,3 km
Jalan Provinsi
Batas Simalungun- Lima Puluh 5,75 km
K S Jalan Provinsi T
Lima Puluh – Sp. Inalum 27,5 km
Jalan Nasional
Sp.Inalum – Kuala Tanjung 16,02 km
Jalan Provinsi
Mantap 100%
Simpul Karet
Simpul Sawit
Kawasan Perkotaan 1.Kota Perdagangan Gerbang PT Inalum 2.Kota Inderapura 3.Pusat Kecamatan Seisuka 4.Pusat Kecamatan Medangderas
KEK Sei Mangke
KK
SS
SS
Simpul Tembakau Mantap
100% Mantap 100%
KK
KI Tanjung Buton
K
Catatan : Rencana Induk Pelabuhan Kuala Tanjung sedang proses revisi
LINTAS SEI MANGKEI 1. Track existing sepur Gunung Bayu Km. 0+000 s/d Km.2+637 2. Pembangunan Jalur KA Baru Km.2+637 (0+000) s/d Km.3+225 3. Track existing sepur Gunung Bayu Km.2+637 s/d Km.4+150 LINTAS BANDAR TINGGI 1. Track existing Lintas Tebing Tinggi-Kisaran Km. 98+291 s/d Km.114+053 LINTAS BANDAR TINGGI – KUALA TANJUNG sepanjang 21, 5 Km
Selain untuk mendukung klaster industri Sei Mangkei, pembangunan Pelabuhan CPO di Kuala Tanjung juga sebagai komplementer bagi Pelabuhan Belawan yang diperkirakan bakal over capacity memasuki tahun 2013.
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Kuala Tanjung
Pelabuhan Kuala Tanjung
KEK Sei Mangke
Bitung - Provinsi Sulawesi Utara
Pelabuhan Bitung terletak di wilayah Kota Bitung Sulawesi Utara adalah pelabuhan Internasional yang direncanakan sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan di wilayah Asia Pasifik INFRASTRUKTUR STRATEGIS
DUA SUDARA GEOTHERMAL ELECTRICITY
JALAN TOL MANADOBITUNG Pelabuhan Internasional BITUNG WADUK KUWIL
KEK BITUNG
BITUNG DAN POTENSI HINTERLAND o Hinterland Pelabuhan Bitung mencapai wilayah : Gorontalo, Balikpapan, Samarinda, Ternate, Sorong, Biak, Manokwari, Jayapura, dan Merauke o Beberapa Daerah tersebut merupakan penghasil Komoditi : Ikan, Cengkeh, Kopra, Kayu Olahan, dan hasil Tambang. o Hinterland Pelabuhan Bitung di daerah-daerah di Provinsi Sulawesi Utara kaya akan komoditi sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan industri. o Beberapa produk utama Bitung ikan tuna segar, minyak kelapa, Bungkil, tepung, cengkeh, vanili, virgin coconut oil ( VCO), dan ikan olahan. o Ekspor utama hingga 2011 bungkil dan minyak kelapa ke Belanda, Vietnam, Thailand, dan Philipina.
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG 1.Nilai Proyek Rp 1,141 Trilyun 2.Pembangunan 3 dermaga Petikemas ( 2015-2017 ) 3.Reklamasi dan penahanan tanah ( 2015-2016 ) 4.Perkerasan Lapangan Penumpukan ( 2016-2017 ) 5.Pembuatan Trestle ( 2016 ) 6.Reklamasi dan Penahanan Tanah ( 2018-2019 ) 7.Perkerasan Lapangan Penumpukan ( 2018-2020 ) 8.Pembuatan jalur RTG dan pengadaan peralatan ( 2015 ) seperti forklift, headtruck, chassis, genset, container crane ) SUMBER DANA Campuran APBN, PMN, BUMN PELAKSANA : Kementerian Perhubngan dan Pelindi IV
5. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Bitung – Manado – Amurang – Kotamobagu o Hinterland Pelabuhan Bitung mencapai wilayah : Gorontalo, Balikpapan, Samarinda, Ternate, Sorong, Biak, Manokwari, Jayapura, dan Merauke o Hinterland Pelabuhan Bitung di Prov. Sulawesi Utara meliputi daerah-daerah yang kaya akan komoditi sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan industri.
Hinterland Pelabuhan Bitung Kota Bitung salah satu sentra penghasil perikanan yang besar ; Sulawesi Utara sebagai penghasil komoditas Kelapa, Cengkeh, Kopra, dll.
Kl
Pelabuhan Manado
G. Kelabat
Manado
Airmadidi
Bitung KEK Bitung
Tomohon
Pelabuhan Bitung
Tondano
G. Lokon
D. Tondano Amurang
Lolak Kota Mubagu
Kl
Simpul Perkebunan Kelapa
Simpul Perikanan
Kondisi • Kesiapan Sulawesi Utara dan Kota Bitung dalam mendukung kebijakan pengembangan sektor kemaritiman dan Tol Laut sangat besar, dan sejalan dengan visi pembangunan Sulawesi Utara sebagai wilayah terdepan dan gerbang wilyah timur Indonesia karena lokasi yang strategis berhubungan langsung dengan kawasan Asia Pasifik. Kesiapan diantaranya pembangunan pelabuhan, perencanaan kawasan KEK, pembangunan jalan koridor utama menghubungkan Manado-Bitung-pelabuhan-Bandara- dan ke pusat-pusat wilayah lain melalui jaringan transportasi jalan raya, Jalan Tol dan Kereta api. • Bitung dikenal pula dengan sebutan Kota Multifungsi dengan potensi kemaritiman yang cukup maju termasuk industri galangan kapal, ekspor ikan segar beku, dan pengolahan ikan, juga pariwisata bahari.
Kesiapan KEK Bitung • •
• •
• •
Dewan Kawasan KEK Bitung diketuai Gubernur Sulut dan Wakil Walikota Bitung; dengan sekretriat KEK adalah Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Provinsi Sulut. Tahap pertama dikembangkan lahan seluas 114,96 Ha, dan tahun 2015 bantuan perencanaan infrastruktur dari Kementerian Perindustrian juga pembangunan dan pembebasan lahan jalan masuk KEK sepanjang 450 meter dan lebar 70 meter; pembangunan Gapura, pagar masuk/sayap, taman dan Pos Jaga depan, kantor administrator KEK. Berdasarkan Keppres RI Nomor 34 Tahun 2014 KEK Bitung terletak di Kecamatan Matuari seluas 534 Ha, dibagi dalam3 Zona utama yaitu zona Industri, Zona Logistik, Zona Pengolahan Ekspor. Pembiayaan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di dalam KEK dapat berasal dari: Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; swasta; kerja sama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta; atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kendala : masih belum selesai pendataan pemilikan lahan di lokasi KEK. Pembangunan Jalan Tol dan Bendungan multifungsi Kuwil dan DED jalur KA pada tahun 2016
Kesiapan Daerah Mendukung Tol Laut
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Bitung
KEK Bitung
Rencana pembangunan pelabuhan samudera dengan lahan reklamasi di Carat, dan pembangunan KEK Tanjung Api Api, menghadapi kendala pembangunan karena pengembangan lahan melalui hutan lindung dan potensi mengganggu ekosistem hutan lindung Air Telang dan sungai Telang.
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
2. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api KEK Tanjung Api Api : industri pengolahan
Kota baru Tanjung Api-Api
Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Carat sebagai pelabuhan Khusus.
Kota Palembang dengan Pelabuhan Boom Baru K S
Way Kambas dsk Way Rarem
Way Jepara G. Tanggamus
S Kota baru Bandar Negara Kota baru ITERA
Krakatau dsk KEK Tanjung Lesung
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Tanjung Api-Api
Kendala pengembangan : 1.Pendangkalan alur sungai Mentaya 2.Kerusakan jalan akses ruas Sampit- Bagendang (di selatan)
4. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin
Jalan Nasional Kalimantan Tengah (Palangkaraya-Kualakapuas) Kondisi: Mantap
PALANGKARAYA
SAMPIT Pelabuhan Batulicin Kelas : Pelabuhan Pengumpul
Jalan Provinsi Sampit Bagendang rusak berat
BB BANJARMASIN
B
Pelabuhan Trisakti Banjarmasin Kelas : Pelabuhan Utama Internasional Luas : ± 100 ribu m2 Kapasitas Kargo: 413.737 TEUs (tahun 2014)
B
= Simpul Batubara
= Kotamadya
BB
= Simpul Besi Baja
= Ibukota Kabupaten
= Simpul Sawit dan Karet
= Waduk
PAGATAN
= Jalan Nasional
KI Batulicin Luas: 530 Ha Jenis Industri: Industri Besi Baja
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Sampit
PELABUHAN TANJUNG PERAK
Arus kapal 2014 : 75.559.177 GT; Arus barang : 13.043.548 ton; Peti kemas : 601.915 TEUs; Penumpang : 740.093 orang Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
GREATER SURABAYA METROPOLITAN PORT (GSMP)
Kawasan Port Estate Manyar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
PT Siam Maspion Terminal PT Smelting Co PT Petro Kimia Gresik PT Petro Kimia Gresik Pertamina Asphalt Gresik PLTU Gresik PT Semen Gresik PT Wilmar Nabati Indonesia PT Sumber Mas Indah Plywood Terminal Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak Dermaga Kapal Negara Terminal Socah Terminal Tanjung Bulupandan PT Karya Indah Alam Sejahtera Pelabuhan Manyar PT Petro Kimia Gresik
Keterangan: Terminal yang ada Tahap Konstruksi Tahap Perencanaan
PERAN JAWA TIMUR Tanjung Perak berperan sebagai pintu perdagangan antara barat dan timur dan sebagai pusat pertumbuhan melayani sekitar 36,62 % penduduk Indonesia Pelayanan Tanjung Perak ditingkatkan dengan terminal baru di Lamong, Manyar.
8,52 %
4,90 %
2,44 %
Hinterland Ekonomi Jatim 15,02 %
2,54 %
Kendala utama : pembebasan lahan.
Penduduk Indonesia
Pengelolaan Kemitraan
JATIM - IBT
berpengaruh terhadap Pengurangan : Kemiskinan Daya Beli Disparitas antar wilayah di IBT
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan
Pelabuhan Tg. Perak berperan sebagai Pelabuhan Utama dan Gerbang antara Barat dan Timur Indonesia dalam mendukung Tol Laut; Gas KI Bangkalan
KI Lamongan KI Gresik
Kawasan Industri berlokasi di sekitar Kabupaten Lamongan/Gresik, Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Bangkalan.
KI Maspion Prijetan
Gondang
Tanjung Perak KI SIER KI Berbrek
Akses/Pencapaian pelabuhan sudah sangat berkembang dengan Jalan Tol Surabaya – Gempol dan KA.
Kawasan pelabuhan Tg Perak dan pelabuhan/ terminal lain di sekitarnya membutuhkan dukungan peningkatan akses melalui jalan raya dan KA.
KI Ngoro
Dukungan PUPR terkait Pengembangan Tol Laut ditujukan untuk : 1.meningkatkan inland akses; Akses Bandara, Akses Pelabuhan; 2.Sumber Air Baku 3.Infrastruktur dasar terutama di kawasan pesisir 4. Permukiman.
Gn. Arjuna
Selorejo
KI Arjowinangun Lahor
Waduk
KI Tlogowaru
Sengguruh Sutami Gengteng I
Jt
Gas Jt
Simpul Gas Simpul Perkayuan Jati
WPS Malang-SurabayaBangkalan meningkatkan keterpaduan pembangunan kawasan ekonomi dengan infrastruktur ;
Kendala utama pembebasan lahan.
Akses Pencapaian Pelabuhan Tg Perak
RENCANA PENGEMBANGAN JALAN AKSES PELABUHAN TELUK LAMONG
KETERANGAN : TITIK BOTLE-NECK PERSIMPANGAN Problem : 1. Pembebasan lahan • Permintaan warga : 15 juta/m2 • Balai Besar PU: 5 juta/m2 2. Belum dialokasikan anggaran pembebasan lahan pada tahun 2015
TAHAP 1 (pelebaran dan connecting arteri dgn tol)
1. 2.
Pelebaran Jl. Kalianak – Tb. Osowilangun dr 2Jalur-2Lajur menjadi 2Jalur-4/6 lajur (3 titik bottleneck di Jembatan Branjangan, Jembatan Greges dan Jembatan Kalianak); Dihubungkan ke Jl. Tol Surabaya-Gresik melalui : • Jl. Margomulyo. • Jl. Osowilangun – Simpang Romokalisari
GRESIK
TAHAP 2
SIMPANG ROMOKALISARI
Rencana pembangunan jalan akses Pelabuhan Teluk Lamong
STATION GAS PGN
J. OSOWILANGUN
AKSES ROMOKALISARI 2 SEGMEN 2
TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG
GATE
J. BRANJANGAN
SEGMEN I
SIMPANG MARGOMULYO
J. GREGES
DALAM PELAKSANAANNYA DIBAGI MENJADI 2 (DUA) SEGMEN : 1. Segmen I : Fly Over dan Conecting akses ke Romokalisari oleh Konsorsium Pelindo III & BUMN lain (2,4 Km) 2. Segmen II : Jalan sepanjang 2 Km – Urgent Development oleh Pemkot Surabaya Segmen I : SUDAH MENDAPATwww.pp3.co.id PERSETUJUAN/PERIJINAN dari Kementerian Pekerjaan Umum: surat nomor JL.03.03-Mn/765 tanggal 12 Desember 2013 perihal Persetujuan Prinsip Pembangunan Simpang Susun dan Jalan Penghubung dari dan menuju Terminal Teluk Lamong dengan Tol Surabaya-Gresik. Pemkot Surabaya menganggarkan pembebasan lahan dan pembangunan fisik (akses WORR) pada TA.2014 dan saat ini dalam proses pemetaan lahan oleh BPN Dilaksanakan seminar Rencana Kawasan Strategis Ekonomi Teluk Lamong yang diadakan oleh Bappeko Surabaya dimana konsep pembangunan fly over sudah tertampung di dalamnya 93
RENCANA KONEKSITAS
Rencana Pengembangan
Pelabuhan Pantoloan dan pelabuhan lain disekitar
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah : a. Industri Pengolahan Kakao menjadi coklat bubuk, pasta, liquor, kue, Industri makanan dari coklat dan kembang gula. b. Industri Pengolahan Rumput Laut menjadi karagenan dan produk makanan olahan lainnya. c. Industri Pengolahan Ikan menjadi ikan kering, ikan asap, ikan beku, ikan kaleng, tepung ikan dan produk makanan olahan lainnya. ( Permen Perindustrian No.139/2009 )
7. WPS Pusat Pertumbuhan Baru Palu – Banggai
Hinterland Pelabuhan Pantoloan
Industri Perikanan Terpadu: - Kabupaten Toli Toli - PPI Ogotua - Pusat Kluster Rumput Laut zona 1 ( Selat Makasar )
Moutong
Kluster Rumput Laut zona 2 ( TelukTomini ) - Kabupaten Pari.Mo
Industri Perikanan Terpadu: - PPI Pagimana - Sub Kluster Rumput Laut zona 3 ( Teluk Tolo )
Industri Perikanan Tangkap - Kabupaten Donggala - PPI Donggala
Parigi
Ampana Sw
Ck
Kawasan Ekonomi 1.Kawasan Industri Palu 2.Kawasan perkebunan kakao 3. Kawasan Perkebunan sawit Kawasan Perkotaan 1. Donggala 2. Banggai 3. Parigi 4. Ampana
Ck
Simpul Perkebunan Cokelat
Sw
Simpul Perkebunan Sawit
Minapolitan - Kabupaten Morowali - Pusat kluster Rumput Laut zona 3
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Pantoloan
Nama Jalan
Status
Kondisi
Jalan Yos Sudarso 2 km
Jalan Nasional
Mantap 100%
Jalan Sam Ratulangi 1,5 km
Jalan Nasional
Mantap 100%
Jalan Wolter Monginsidi 0,89 km km
Jalan Nasional
Mantap 100%
Jalan Parigi- Palu
Jalan Provinsi
Mantap 80 %
Hinterland Pelabuhan Pantoloan
Kawasan Industri Palu
Kawasan Permukiman
Akses Jalan Menuju Pantoloan
v Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
6. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon – Seram
Hinterland Pelabuhan Ambon
Simpul Perikanan Ch
Ch Ch
Ch
Simpul Perkebunan Cengkeh ( tersebar )
PETA PELABUHAN PERIKANAN DI MALUKU 12 5
6 1 3
13
11
2 4
10
9
8
7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
PPN Tantui Ambon PPN Dumar/Tual PPI Eri/Ambon PPI Taar/Tual PPI Amahai/Malteng PPI Kayeli/Buru PPI Ukurlarang/MTB PPI Klishatu/Wetar PPI Kalar-kalar/Aru PPP Dobo PPP Tamher Tmr/SBT PPP Piru/SBB PPP Banda/Malteng
Pelabuhan Sedang Dibangun : PPP nomor 4,7, 8, 10, 11, 12 PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara PPP : Pelabuhan Perikanan Pantai PPI : Pangkalan Pendaratan Ikan
WPP LAUT SERAM
:
Airbuaya, Namlea, Taniwel, Wahai, Bula,
WPP LAUT BANDA
:
Ambon, Leksula, Piru, Banda, Geser, Tual, Wonreli, Ilwaki
WPP LAUT ARAFURA
:
Dobo Aru, Elat, Saumlaki
Transportasi Darat ( Jalan dan Penyeberangan ) Taniwel
Prov. Maluku Utara
Wahai Besi
Sp.Pelita
Pasahari
Saleman Samalagi
Air Buaya
Piru
Wailey
Waisala Namlea
Teluk Bara
Sp.Eti
P. B U R U P. B U R U
Leksula
Waipirit
Latu
Liang
P. HARUKU
Marloso
Waipia Masohi Amahai
Liang
Kairatu Waiselan
Loki
P. SERAM
Hunimua
Tehoru
Tamilou
Banggoi
Kobisonta
Bula
Werinama
Haya
Amahai
P. SAPARUA
Mako
Nanang AirAir Nanang
P. AMBON
KEP. GORONG
P. NUSALAUT Ambon
Ambalau
Wamsisi
Namrole
Geser
Nalahia Gorom
Umeputi
TRANS MALUKU
Keterangan :
KEP. BANDA
Wairiang
: JALAN NASIONAL (1.066,65 Km)
• Tulehu • Waai
: JALAN PROVINSI (1.297,4 Km)
Elat
KEP. KEI
Banda Naira
• Galala • Poka
: JALAN KABUPATEN (4.537 Km)
KEP. WATUBELA
Kesui
KEP. TAYANDU Tayandu Ngadi
Kur
: JALUR KAPAL FERI (SUDAH ADA)
Holat
Weduar
Tual Langgur
: JALUR KAPAL FERI (RENCANA)
Evu
KEP. A R U
Kei Besar
Ibra
Tetoat
Wokam
: DERMAGA FERI TERSEDIA (13 Buah) Teor
Wunlah
DILUAR TRANS MALUKU
Taberfane
: DERMAGA FERI TERSEDIA (8 Buah)
Larat P. LARAT
: DERMAGA FERI TDK TERSEDIA (14 Buah)
Seira
P. DAMAR P. ROMANG
P. WETAR
Siwahan Siwahan
P. YAMDENA
Lurang
Tepa
Kaiwatu
P. MOA
Ilwaki Wonreli
P. LETI
Prov. NTT
Saumlaki Saumlaki
Sila
Leti
Arma
Aruidas
SA
P. SERMATA
Pilan
Batu Goyang
KEP. BABAR Letwurung
P. KISAR
Dobo
Danar
: DERMAGA FERI TDK TERSEDIA (12 Buah)
P. SELARU
P. LAKOR Adaut
Lamerang Jerol
Peta Rute Penerbangan Komersil & Perintis Provinsi Maluku
Infrastruktur Pendukung Hinterland Pelabuhan Ambon
Wilayah kepulauan Maluku memerlukan banyak pelabuhan; Pelabuhan laut untuk perdagangan antar wilayah, pelabuhan penumpang dan juga pelabuhan perikanan.
Termasuk Pelabuhan Pengumpul kelas II dengan jumlah kunjungan kapal 7.254.909 GT tahun 2014.
Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015
Kondisi Pelabuhan Tenau Kupang • Pelabuhan Tenau Kupang dengan terminal petikemas, direncanakan melayani kawasan industri Bolok, juga rencana pengembangan ke Pulau Semau untuk mendukung Tenau. Rencana akan membangun galangan kapal; Industri semen di Kupang memanfaatkan gipsum impor, diusulkan menggunakan potensi yang ada di Alor; Selain industri semen direncanakan industri pengolahan yang masih belum beroperasi, dan kendala utama adalah kurangnya energi. • Jalur laut relatif agak memutar, dan diusulkan jalur melalui Larantuka untuk memotong jalur.
PELAYARAN REGIONAL NTT
PELAYARAN NASIONAL & INTERNASIONAL
PELAYARAN ASDP NTT
8. WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan Kupang-Atambua • Kawasan industri yang direncanakan di Bolok kurang berkembang karena masalah kurangnya energi. • Potensi perikanan dan wisata pantai kurang berkembang dapat disebabkan kurangnya dukungan sarana prasarana.
Hinterland Pelabuhan Tenau Wini, TTU, rencana dikembangkan pelabuhan pengumpul dan Pos Lintas Batas. Isu : Jalan antar Wini – Atapupu yang kurang bermanfaat bagi masyarakat.
• Rencana Jalan Tol Kupang – Atambua untuk meningkatkan akses antar pusat-pusat utama. Masih perlu didukung pengembangan akses sekunder ke simpul – simpul kegiatan potensial seperti pelabuhan pengumpul dan pos perbatasan di Wini, Kawasan Agropolitan, kawasan peternakan.
Kawasan Pertanian hortikultura dan palawija di Kab. Kupang, dan di TTU
Kawasan peternakan di Besipai dan Bena , TTS Kawasan Agropolitan Oesao, telah dibangun waduk Raeknamo, masih membutuhkan jaringan irigasi tersier.
RENCANA-PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 2010-2030 PELABUHAN PENGUMPUL WINI
Kota Kupang sebagai simpul Jalan Negara terintegrasi dengan jalan TOL ujung Barat
TERMINAL TIPE A
BANDARA PENGUMPUL TERSIER
Rencana Jalan TOL Atambua Kupang
PELABUHAN UTAMA
PELABUHAN PENGUMPAN ATAPUPU
Atambua sebagai simpul Jalan Negara terintegrasi dengan jalan TOL ujung Timur Kefamenanu sebagai simpul Jalan Negara terintegrasi dengan jalan TOL
TERMINAL TIPE A
Ibukota TTS sebagai
BANDARA PENGUMPUL SEKUNDER
TERMINAL TIPE B
TERMINAL TIPE B
simpul Jalan Negara terintegrasi dengan jalan TOL
Jalan Negara Atambua Kupang
Peta Infrastruktur Hinterland Pelabuhan Tenau
PRIORITAS PARIWISATA DAN INDUSTRI DI NUSA TENGGARA TIMUR
Kawasan Strategis NTT
Provinsi
NUSA TENGGARA TIMUR
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2.
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
KPPN Komodo dan sekitarnya DPN KOMODO–RUTENG KPPN Labuhan Bajo dan sekitarnya dan sekitarnya KPPN Ruteng dan sekitarnya KPPN Bajawa dan sekitarnya DPN KELIMUTU– KPPN Ende–Kelimutu dan sekitarnya MEUMERE dan sekitarnya KPPN Meumere–Sikka dan sekitarnya KPPN Waingapu–Laiwangi Wanggameti dan DPN SUMBA – sekitarnya WAIKABUBAK dan KPPN Waikabubak–Manupeh Tanah Daru dan sekitarnya sekitarnya KPPN Larantuka dan sekitarnya DPN ALOR–LEMBATA dan KPPN Lamalera–Lembata dan sekitarnya sekitarnya KPPN Alor–Kalabahi dan sekitarnya KPPN Nemberala–Rotendao dan sekitarnya DPN KUPANG–ROTENDAO dan sekitarnya KPPN Kupang–Soe dan sekitarnya
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) KSPN Komodo dan sekitarnya
KSPN Ende – Kelimutu dan sekitarnya
KSPN Waikabubak – Manupeh Tanah Daru dan sekitarnya
KSPN Alor – Kalabahi dan sekitarnya KSPN Nemberala – Rotendao dan sekitarnya
Provinsi PAPUA Gerbang Pelabuhan Merauke
Kondisi umum Pelabuhan
PETAJayapura-Merauke KETERPADUAN INFRASTRUKTUR 9. WPS
WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterlan dan Perbatasan
WPS JAYAPURA-MERAUKE Hinterland Pelabuhan Merauke
Jaringan pelayanan transportasi sungai
Distrik terluas di Merauke : 1. Distrik Kimaam 2. Distrik Tabonji
TPI
SPDN
Kolam Pelabuhan
Dermaga
Kondisi dan Potensi Papua Kondisi, Isu dan Potensi Tantangan terkait pengembangan sektor kemaritiman dan Tol laut : • Dari sektor unggulan wilayah, diketahui bahwa perikanan dan kelautan belum banyak berperan. Akan tetapi pelabuhan perikanan Merauke direncanakan menjadi PPP di thn 2019 berdasarkan KepMen Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tahun 2014 • Saat ini peran ekspor hasil perikanan dari Papua masih kecil (2,5%); Kawasan Pengembangan Ekonomi Provinsi berbasis wilayah adat: 1. KPE Saereri ( Biak ) • Peningkatan produktivitas di hulu : perikanan laut. • Percepatan industrialisasi/hilirisasi, meliputi: Industri Pengalengan, Industri Perikanan Laut, Industri Pariwisata/MICE. 2. KPE Mamta ( Jayapura ): • Peningkatan produktivitas di hulu, meliputi: kelapa sawit, cokelat. • Percepatan industrialisasi/hilirisasi, meliputi: Industri Kelapa Sawit, Industri Cokelat, dan Industri Pariwisata Danau Sentani. 3. KPE Me pago ( Timika ) : • Peningkatan produktivitas di hulu, meliputi: Kopi, Buah Merah, Ubi jalar dan Sayur/buah organik • Percepatan industrialisasi/hilirisasi, meliputi: Industri kopi, Industri Buah Merah, Industri Ubi jalar, Industri sayur/buah organik, dan Industri Pariwisata. 4. KPE La pago ( Wamena ) : • Peningkatan produktivitas di hulu, meliputi: Kopi, Buah Merah, Ubi Jalar dan sayuran organik. • Percepatan industrialisasi/hilirisasi, meliputi: Industri Kopi, Industri Buah Merah, Industri Ubi Jalar, Industri Sayuran organik dan Industri Pariwisata. 5. KPE Ha’anim ( di Merauke ) : • Peningkatan produktivitas di hulu, meliputi: Sagu, Karet, Tebu, Kelapa Sawit, Padi, Perikanan, Peternakan. • Percepatan industrialisasi/hilirisasi, meliputi: Industri Sagu, Industri Tebu, Industri Kelapa Sawit, Industri Pengalengan Ikan, Industri Pangan, Industri Peternakan.
Kondisi dan Isu Umum Papua Kabupaten Merauke terdiri dari 20 Distrik dengan total luas wilayah 46.175,18 km2. Distrik terluas adalah Distrik Kimaam dan Tabonji yang saling berbatasan satu sama lain. Distrik dengan luas terkecil adalah Distrik Malind dan Distrik Kurik yang juga saling berbatasan. Transportasi antar kecamatan masih banyak melalui sungai;
Isu 1. 2. 3. 4. 4.
Kabupaten Merauke termasuk dalam Kawasan Andalan di Provinsi Papua yang pengembangannya diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah pada bagian selatan Papua sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional.
Umum : Jayapura dan Merauke hanya terhubung melalui udara; Kawasan Ekonomi di Merauke, KPE Ha Anim, belum ada industri pengolahan Pembangunan Food and energy estate Pusat permukiman lain adalah : Tanah Merah , Okaba, Erambu, Sata Interaksi antar kabupaten berupa jaringan pelayanan transportasi jalan, sungai dan danau, penyeberangan, laut, dan udara relatif masih jauh dari teratur yang menyangkut aspek frekuensi, kapasitas, keterpaduan dan keterjangkauan tarif.
Peta Infrastruktur Hinterland Pelabuhan Merauke
Program Pusat dan Program Daerah
SASARAN PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA 2015-2019 •
•
Kawasan Strategis: •
1 KEK (Mandalika),
•
2 KPE (KAPET Bima, KAPET Mbay)
Pembangunan Daerah Tertinggal: •
20 Kabupaten tertinggal
•
Meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diperkuat 5 (lima) pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal atau Pusat Kegiatan Wilayah;
•
Mengembangkan 3 (tiga) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wini, Motain dan Motamasin;
Penanganan Jalan di Kawasan Perbatasan NTT
44
3
RENSTRA INFRASTRUKTUR PADA DAERAH PERBATASAN DAN TERDEPAN/TERLUAR KONDISI SNR LINTAS SELATAN P. TIMOR Batu Putih – Panite – Kolbano – Boking – Wanibesak – Webua – Motamasin •Total Panjang 209.89 Km •Kondisi Mantap 181.89 Km (86.7%)
RENCANA RENSTRA 2015 - 2019 Penyelesaian Peningkatan Ruas Batu Putih – Panite – Kolbano – Boking – Wanibesak – Webua – Motamasin sepanjang 28 Km menjadi MANTAP
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembangunan Ruas Kupang – Tablolong – Sumlili – Oepaha – Burean – Teres – Oemoro – Panite sepanjang 130 Km, dalam fungsi sebagai HAMKAMNAS Kawasan Terdepan.
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembangunan Ruas Sp. Nurobo – Umasukaer sepanjang 34 Km, sebagai Penghubung Ruas Nasional dan Lintas Selatan RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembangunan Ruas Sp. Niki Niki – Oenlasi – Boking sepanjang 46 Km, sebagai Penghubung Ruas Nasional dan Lintas Selatan
3
RENSTRA INFRASTRUKTUR PADA DAERAH PERBATASAN DAN TERDEPAN/TERLUAR
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan Ruas Atambua – Lalu – Weluli – Sp. Fulur – Henes & Lalu – Haikesak – Turiskain sepanjang 72 Km, dalam fungsi sebagai Akses dan Palalel Perbatasan.
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan Ruas Lakafehan – Keliting – Wini – Sakato & Sp. Amol – Manamas – Wini sepanjang 107 Km, dalam fungsi sebagai Akses dan Paralel Perbatasan. RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembangunan Ruas Soe – Kapan – Nenas – Sutual – Noelelo – Oepoli sepanjang 108 Km, dalam fungsi sebagai Akses Perbatasan.
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembangunan Ruas Poros Tengah Kab. Kupang sepanjang 138 Km, dalam fungsi sebagai Akses Perbatasan.
RENCANA RENSTRA 2015 – 2019 Peningkatan dan Pembanguan Ruas Halilulik – Laktutus – Motamasin sepanjang 48 Km, dalam fungsi sebagai Akses dan Paralel Perbatasan.
Matriks Proyek Strategis Provinsi Papua 2015 - 2019 Perhubungan Udara Pembangunan Bandara Taria* Pembangunan Bandara Keenyam* Pembangunan Bandara Aboy* Pembangunan Bandara Koroway Batu* Pengembangan Bandara Sentani (Swasta) Perpanjangan Bandara Mopah Merauke Perhubungan Laut Pengembangan Pelabuhan Jayapura* Pengembangan Pelabuhan Pomako Pengembangan Pelabuhan Serui Pembangunan Dermaga Terminal Penumpang dan Peti Kemas Pelabuhan Depapre Pembangunan terminal agribisnis, pergudangan, dan pelabuhan ekspor di Serapuh & Wogikel Pengembangan Pelabuhan Merauke* Ketenagalistrikan PLTA Orya/Genyem (On Going) 20 MW PLTU Jayapura - Holtekamp 50 MW PLTU Timika 14 MW PLTMG Mobile PP (Jayapura) 50 MW PLTMG Serui 10 MW
Jalan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan
Jalan Sumohai - Dekai – Oksibil – Iwur - Waropko Jalan Sarmi – Ampawar – Barapasi – Sumiangga - Kimibay Jalan Merauke - Okaba - Buraka - Wanam - Bian - Wogikel Jalan Ring Road Kota Jayapura Jalan Timika – Potowaiburu – Wagete - Nabire Jalan Lingkar Numfor Jembatan Holtekam Jalan Yetti - Ubrub
Perumahan, Air Minum, dan Sanitasi Pembangunan rumah khusus perbatasan di Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel dan Kab.Merauke, serta di pulau terluar Sumber Daya Air Pembangunan/Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Bonggo Pembangunan Bendung Wanggar Pengendalian Banjir Kabupaten Keerom Pembangunan Embung di Kabupaten Merauke Pembangunan jaringan dan intake Danau Sentani untuk kota Jayapura dan Kota Sentani tahap III (lanjutan) ASDP Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Waren di Kabupaten Waropen * Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaonda Kabupaten di Kep. Yapen * Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Numfor di Kabupaten Biak Numfor * Kapal Motor Sungai 200 GT Untuk Kab Mimika * Kapal Motor Sungai 200 GT Untuk Kab Mappi * Telekomunikasi dan Informatika Pembangunan Backbone Palapa Ring, Telekomunikasi Informatika Pembangunan Serat Optik antar seluruh kabupaten/kota Pengembangan transmisi penyiaran TVRI
12 7
12 8
Penanganan Jalan Koridor Ekonomi Papua
7 (TUJUH) RUAS STRATEGIS DI PAPUA
- JAYAPURA - WAMENA - MULIA - JAYAPURA - SARMI - NABIRE - WAGETE - ENAROTALI
- MERAUKE - WAROPKO - JAYAPURA - HAMADI - HOLTEKAMP - KOYA/SKOW - BATAS
PNG - TIMIKA - MAPURUJAYA - POMAKO - SERUI - MENAWI - SAUBEBA 4 (EMPAT) RUAS STRATEGIS DI PAPUA BARAT - MANOKWARI - SORONG - MANOKWARI - BINTUNI - FAK FAK - HURIMBER - BOMBERAY - SORONG - MAKBON MEGA 6 (ENAM) RUAS STRATEGIS TAMBAHAN • RING ROAD JAYAPURA SENTANI • DEPAPRE - BONGKRANG • WAMENA - HABEMA -KENYEM • TIMIKA - POTOWAIBULA - ENAROTALI • FAK FAK – KAIMANA – MANOKWARI • SUSUMUK - BINTUNI
Program Peningkatan Akses Jalan Peningkatan Kapasitas Struktur/Geometrik Jalan Penanganan Jalan 11 (sebelas) ruas strategis diPulau Papua antara lain 7 (tujuh) ruas strategis di Papua dan 4 (empat) ruas strategis di Papua Barat, serta 6 (enam) ruas strategis tambahan; Pemenuhan Standar Lebar 6 Jalan Lintas Perbatasan, Lintas Menuju Perbatasan, Lintas Tengah Lintas Utara serta ruas strategis lainnya sepanjang 2.282 KM Desain struktur Perkerasan jalan memperhatikan permintaan lalu lintas dan efektivitas penganggaran Pembangunan Jalan Baru (tiga tahun pertama menyiapkan dokumen perencanaan dan pengadaan tanah) : Akses menuju Pelabuhan/Bandara, KPI dan KSN lainnya;; Penanganan dan Pengembangan jalan di Pegunungan Tengah untuk membuka keterisolasian daerah (Enaratoli-Tiom, Mameh-Windesi, Windesi-Ambuni, Tandia-Yahour IdorBourof; Dukungan penanganan jalan pada Kawasan Strategis Nasional Biak dan Perbatasan Negara di Papua; Penyelesaian pembangunan Jembatan Hotekam. Preservasi Jalan Nasional
Kebijakan Terkait Pengembangan Wilayah Papua
PP 94 2010. fasilitas insentif fiskal untuk industri antara lain tax holiday untuk industri yang dpt menciptakan lapangan kerja dlm jumlah besar, membawa teknolog baru, masuk ke daerah terbelakang dan memberi nilai tambah bagi industri lain dan perekonomian secara luas. PT Telkom Tbk berencana membangun tol kabel optik dari Sabang sampai Merauke untuk menjadikan Indonesia lebih terintegrasi dengan catatan walau ada jalur yang tidak layak secara bisnis, akan tetapi ini visi yang jauh kedepan memberi nilai untuk daerah daerah. ( berita april 2015). Infrastruktur ini bisa membantu terwujudnya kota cerdas lalu menjadi katalisator pembangunan desa, kabupaten dan komunitas cerdas termasuk sistem kelautan yang cerdas. Panjang kabel laut 5.444 km dan darat 655 km. Kawasan Ekonomi Berbasis Wilayah Adat di Papua ( Berita Juli 2015 ) untuk mendukung sentra-sentra produksi di sektor pangan, peternakan, industri dan kawasan wisata. Kelima kawasan tersebut adalah : Saereri di Teluk Cendrawasih; Mamta di Kabupaten Mamberamo; Me Pago di Pegunungan Tengah sisi barat; La Pago di Pegunungan Tengah sisi timur; dan Ha’anim di Merauke, Asmat, Mappi dan Boven Digul. Kemen PUPR mendukung reklamasi rawa di Kurik, pembangunan embung dan irigasi mendukung Merauke sebagai lumbung pangan nasional.
Laut Flores
1 3
2
3 4
1
8
1 71 8 1 6
9
7
1 5
6
5
1 0
1 4
1 2
1 1
2 3
2 4
Laut Sawu 2 22 1 1 9
Saudera Hindia
2 0
Laut Timor Keterangan : Rencana PP 2015 2019 : PPS
: PPN : PPP : PPI
NO NAMA PELABUHAN
PROPINSI
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 10 KOTA/KABUPATEN 20 TAHUN TAHUN TAHUN 2015- 2020- 2025- 20302019 2024 2029 2034
1 PP. Labuhan Bajo
Nusa Tenggara Timur
Kab. Manggarai Barat
PPI
PPI
PPI
PPI
2 PP. Reo
Nusa Tenggara Timur
Kab. Manggarai
PPI
PPI
PPI
PPI
3 PP. Nangamese
Nusa Tenggara Timur
Kab. Ngada
PPI
PPI
PPI
PPI
4 PP. Konge
Nusa Tenggara Timur
Kab. Nagekeo
PPI
PPI
PPI
PPI
5 PP. Nangadhero
Nusa Tenggara Timur
Kab. Nagekeo
PPI
PPI
PPI
PPI
6 PP. Alok
Nusa Tenggara Timur
Kab. Sikka
PPI
PPI
PPI
PPI
7 PP. Amagarapati
Nusa Tenggara Timur
Kab. Flores Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
8 PP. Borong
Nusa Tenggara Timur
Kab. Manggarai Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
9 PP. Aimere
Nusa Tenggara Timur
Kab. Ngada
PPI
PPI
PPI
PPI
10 PP. Ende
Nusa Tenggara Timur
Kab. Ende
PPI
PPI
PPI
PPI
11 PP. Paupanda
Nusa Tenggara Timur
Kab. Ende
PPI
PPI
PPI
PPI
12 PP. Retaebang
Nusa Tenggara Timur
Kab. Flores Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
13 PP. Amakole Jaya
Nusa Tenggara Timur
Kab. Flores Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
14 PP. Hukung Lewoleba Nusa Tenggara Timur
Kab. Lembata
PPI
PPI
PPI
PPI
15 PP. Kenarilang
Kab. Alor
PPI
PPI
PPI
PPI
Nusa Tenggara Timur
WPP
WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 573 WPP-RI 573 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 573 WPP-RI 713
3 8 3 6 3 3 4 3
Keterangan : Rencana PP 2015 -2019 : PPS
3 35 2
3 1 3 0
: PPN
2 29 8
2 7
: PPP : PPI
3 7
Laut Sulawesi 1 1
8 7 5
1
2
3
9
6
1 4 1 5
4 2 2 0 21 2
2 2 3 2 2 4 5 6
Teluk Tomini
1 2
1 0
1 1 6 1 178 9
1 3
Laut Maluku
NO
NAMA PELABUHAN
PROPINSI
KOTA/KABUPATEN
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 TAHUN 10 TAHUN 20 TAHUN
WPP
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034 1
PP. Boroko
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
2
PP. Bolangitang
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
3
PP. Labuan Uki
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
4
PP. Inobonto
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
5
PP. Amurang
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Selatan
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
6
PP. Rap Rap
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Selatan
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
7
PP. Baroko Tanjung Sidupa
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
8
PP. Calaca
Sulawesi Utara
Kota Manado
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
9
PP. Tumumpa
Sulawesi Utara
Kota Manado
PPP
PPP
PPP
PPP
WPP-RI 716
10 PP. Wori
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
11 PP. Bahoi
Sulawesi Utara
Kab. Kep. Sitaro
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
12 PP. Likupang
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
13 PP. Bitung
Sulawesi Utara
Kota Bitung
PPS
PPS
PPS
PPS
WPP-RI 716
14 PP. Kema
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Utara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
15 PP. Atep Oki
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
16 PP. Bentenan
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Tenggara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 715
17 PP. Belang
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Tenggara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 715
18 PP. Ratatotok 19 PP. Kotabunan
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Tenggara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 715
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Timur
-
-
PPI
PPI
WPP-RI 715
20 PP. Loyouw 21 PP. Jiko
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Timur
-
-
PPI
PPI
WPP-RI 715
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Timur
-
-
PPI
PPI
WPP-RI 715
22 PP. Sidupa
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
23 PP. Popudu
Sulawesi Utara
Kab. Bolaangmongondow
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 716
NO
NAMA PELABUHAN
PROPINSI
KOTA/KABUPATEN
24 PP. Molibagu
Sulawesi Utara Kab. Bolaangmongondow Selatan
25 PP. Dodepo
Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Sulawesi Utara
26 PP. Bolang Uki 27 PP. Pehe 28 PP. Peta 29 PP. Ulu 30 PP. Dagho 31 PP. Tahuna 32 PP. Kabaruan 33 PP. Salibabu 34 PP. Lirung 35 PP. Melonguane 36 PP. Beo 37 PP. Rainis 38 PP. Esang 39 PP. Tanah Wangko
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 10 20 TAHUN TAHUN TAHUN 2015- 2020- 202520302019 2024 2029 2034 PPI PPI
Kab. Bolaangmongondow
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Bolaangmongondow
PPI
PPI
PPI
PPI
-
-
PPI
PPI
PPI
PPI
PPI
PPI
-
-
PPI
PPI
Kab. Sangihe Talaud
PPP
PPP
PPP
PPP
Kab. Sangihe Talaud
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
-
-
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
-
-
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
-
-
PPI
PPI
Kab. Kep. Talaud
-
-
PPI
PPI
PPI
PPI
PPI
PPI
Kab. Kep. Sitaro Kab. Sangihe Talaud Kab. Kep. Sitaro
Kab. Minahasa
WPP
WPP-RI 715 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716
4 6
5
Laut Sulawesi 3 2
1
7 8
9 1 10 1
1 5
1 61 71 8 1 2
Keterangan : Rencana PP 2015 -2019
1 1 4 3
: PPS
2 3
Teluk Tomini
2 4
2 2
1 2 9 0 2 1 3 4
3 3
2 6
2 5
2 2 39 8 0
3 3 1 2
3 5 3 6 3 7
: PPN
: PPP : PPI
2 7 3 8
Laut Maluku 3 9
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
NAMA PELABUHAN PP. Kuala Besar PP. Diapatih PP. Labuton PP. Kumalingon PP. Tandoleo PP. Ogotua PP. Ogoamas PP. Panggalasiang PP. Labean PP. Batusuya PP. Donggala PP. Taipa PP. Ongka PP. Ogotion PP. Sigenti PP. Paranggi PP. Petapa PP. Boyantongo PP. Gebang Rejo PP. Poso PP. Bahari PP. Ampana PP. Malenge PP. Bunta PP. Pagimana
PROPINSI Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
KOTA/KABUPATEN Kab. Buol Kab. Buol Kab. Buol Kab. Buol Kab. Toli-Toli Kab. Toli-Toli Kab. Donggala Kab. Donggala Kab. Donggala Kab. Donggala Kab. Donggala Kota Palu Kab. Parigi Mountong Kab. Parigi Mountong Kab. Parigi Mountong Kab. Parigi Mountong Kab. Parigi Mountong Kab. Parigi Mountong Kab. Poso Kab. Poso Kab. Tojo Una-Una Kab. Tojo Una-Una Kab. Tojo Una-Una Kab. Banggai Kab. Banggai
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 TAHUN 10 TAHUN 20 TAHUN 2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034 PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPP PPN PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI
WPP WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 716 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 713 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715
NO 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
NAMA PELABUHAN PP. Bualemo PP. Balantak PP. Bonebobakal PP. Kolonedale PP. Luwuk PP. Toili PP. Rata PP. Baturube PP. Kolodane PP. Bente PP. Sambalagi PP. Ulunambo PP. Mato PP. Montop
PROPINSI Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
KOTA/KABUPATEN Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Banggai Kab. Morowali Kab. Morowali Kab. Morowali Kab. Morowali Kab. Morowali Kab. Banggai Kepulauan Kab. Banggai Kepulauan
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 TAHUN 10 TAHUN 20 TAHUN 2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034 PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI PPI
WPP WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 715 WPP-RI 714 WPP-RI 714 WPP-RI 714 WPP-RI 714 WPP-RI 714 WPP-RI 714 WPP-RI 714
Laut Seram
2
1 1 90
1 1
8 7 6
1 3
1 2
1 4
3
4
1 9
2 0
5
Laut Banda
1 15
2 3
6 1 7
1 8
Keterangan : Rencana PP 2015 -2019 2 1
2 2
: : : :
PPS PPN PPP PPI
NO
NAMA PELABUHAN
PROPINSI
KOTA/KABUPATEN
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM 5 TAHUN 10 TAHUN 20 TAHUN 2015-2019
2020-2024
2025-2029
2030-2034
WPP
1
PP. Masarete
Maluku
Kab. Buru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
2
PP. Piru
Maluku
Kab. Seram Bagian Barat
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 715
3
PP. Leihitu
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
4
PP. Eri
Maluku
Kota Ambon
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
5 PP. Ambon
Maluku
Kota Ambon
PPN
PPN
PPN
PPN
WPP-RI 714
6
PP.Tulehu
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
7
PP. Salahutu
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
8
PP. Haria
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
9
PP. Amahai
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
10 PP. Masohi
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
11 PP. Tehoru
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
12 PP. Banda
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
13 PP. Tamher Timur
Maluku
Kab. Seram Bagian Timur
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
14 PP. Tual
Maluku
Kota Tual
PPN
PPN
PPN
PPN
WPP-RI 714
15 PP. Dobo
Maluku
Kab. Kep. Aru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
16 PP. Benjina
Maluku
Kab. Kepulauan Aru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
17 PP. Kalar Kalar
Maluku
Kab. Kep. Aru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
18 PP. Warabal
Maluku
Kab. Kepulauan Aru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
19 PP. Klishatu
Maluku
Kab. Maluku Barat Daya
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
20 PP.Wetar
Maluku
Kab. Maluku Barat Daya
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
21 PP. Penambungan
Maluku
Kab. Maluku Tenggara
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
22 PP. Ukularang
Maluku
Kab. Maluku Tenggara Barat
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
23 PP. Kelvik Taar
Maluku
Kota Tual
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
24 PP. Panambulai (Jambu Air)
Maluku
Kab. Kepulauan Aru
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
25 PP. Opin
Maluku
Kab. Maluku Tengah
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 714
26 PP. Lairngangas
Maluku
Kab. Maluku Tenggara
-
-
PPI
PPI
WPP-RI 714
3
76
Samudera Pasifik
Keterangan : Rencana PP 2015 -2019 : PPS : PPN
5
4
8
2 1
: PPP : PPI 1 2
Laut Arafuru
1 3
1 4
1 5 1 61 7
1 1 90 1
RENCANA PELABUHAN PERIKANAN DALAM NO
NAMA PELABUHAN
PROPINSI
KOTA/KABUPATEN
5 TAHUN
10 TAHUN
20 TAHUN
WPP
2015-2019
2020-2024
2025-2029
2030-2034
1 PP. Waharia
Papua
Kab. Nabire
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
2 PP. Waropen
Papua
Kab. Waropen
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
3 PP. Korem
Papua
Kab. Biak Numfor
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
4 PP. Sauribu
Papua
Kab. Biak Numfor
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
5 PP. Wadibu
Papua
Kab. Biak Numfor
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
6 PP. Fandoi
Papua
Kab. Biak Numfor
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
7 PP. Biak
Papua
Kab. Biak Numfor
PPI
PPP
PPN
PPS
WPP-RI 717
8 PP. Demta
Papua
Kab. Jayapura
-
-
PPI
PPI
WPP-RI 717
9 PP. Waiya Depapre
Papua
Kab. Jayapura
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
10 PP. Hamadi
Papua
Kota Jayapura
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
11 PP. Tanjung Ria
Papua
Kota Jayapura
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 717
12 PP. Poumako
Papua
Kab. Mimika
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
13 PP. Omor
Papua
Kab. Asmat
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
14 PP. Sumuraman
Papua
Kab. Mappi
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
15 PP. Wanam
Papua
Kab. Merauke
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
16 PP. Merauke
Papua
Kab. Merauke
PPI
PPP
PPN
PPS
WPP-RI 718
17 PP. Sungai Bian
Papua
Kab. Merauke
PPI
PPI
PPI
PPI
WPP-RI 718
Rangkuman Data dan Analisis Data dan Informasi
Analisis
Konsep Renaksi
Kurang data
Share PDB, ekspor, pertumbuhan ekonomi, produksi sektor perikanan; armada dan RT perikanan;
Kondisi, Isu, Potensi dan Tantangan sektor secara umum; Prediksi kebutuhan pengembangan sektor secara umum;
Percepatan peningkatan perekonomian wilayah timur dan peningkatan produksi kemaritiman;
Data pariwisata bahari; data industri pengolahan ikan;
Profil pelabuhan, data bongkar muat, proyeksi perkembangan volume barang komoditi utama tahun 2020 dan 2030; rencana pengembangan pelabuhan utama, pelabuhan pelayaran dan pelabuhan penyeberangan.
Kondisi, isu, potensi; Sentra-sentra pengembangan terkait dengan pelabuhan
Mendukung kehandalan pelabuhan dengan akses ke Bandara, pelabuhan, kota-kota;
Rencana Induk Pelabuhan masih revisi; data bongkar muat tidak lengkap;
Sebaran pelabuhan perikanan; Analisis klustering pelabuhan perikanan;
Pengembangan sentra perikanan terpadu dengan destinasi wisata.
Peta Infratruktur PU per provinsi th 2014
Ketersediaan infrastruktur
PDRB, pertumbuhan ekonomi, ekspor; Isu dan Potensi wilayah; tatrawil; profil wilayah; data umum wilayah;
LQ; pertumbuhan; isu; analisis kebutuhan pengembangan dan dukungan infrastruktur;
Rencana, program dan pembangunan sedang berjalan di daerah;
Penilaian kesiapan daerah
Kesinambungan program strategis;
Dokumen sektor : Destinasi Wisata Nasional prioritas; ; Rencana Induk Pelabuhan Nasional; Rute Angkutan Penyeberangan; Rencana Lintasan Penyeberangan; Sebaran KEK dan KI; Rencana Pembangunan Infrastruktur strategis; Peta proyek strategis: waduk, PLTA,
Integrasi Kebijakan Pengembangan Sektor, dan program strategis jangka menengah;
Prioritas pada kawasan pengembanganTerpadu dari beberapa kepentingan sektor dan sinkron dengan program strategis.
Kondisi infrastruktur wilayah ( kewenangan daerah ) tidak lengkap; Sasaran pembangunan destinasi wisata bahari 2015-2019
Rencana Jejaring Transportasi Antarmoda Terintegrasi Perpaduan jalur laut bebas hambatan, jejaring jalan, ferry penyeberangan, dan short sea shipping akan membentuk jaringan nautical freeway yang menjadi kunci konektivitas Indonesia.
Sumber: Kementerian Perhubungan
Analisis : Diperlukan penguatan dan pemeliharaan pelayanan penyeberangan; terutama antara pulau-pulau terluar /perbatasan dan prioritas di wilayah kepulauan seperti Kepri, Maluku, Maluku Utara, NTT 16
Pengembangan Poros Maritim Sebagai Backbone Transportasi Logistik Nasional RPJMN 2015 – 2019 & Perpres Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan SISLOGNAS menetapkan: Pelabuhan Kuala Tanjung – Sumut dan Bitung – Sulut sebagai Pelabuhan Hub Internasional dan Pusat Distribusi Nasional Pusat Distribusi Nasional yang saling terhubung : 1.Medan – Sumut 2.Palembang – Sumsel 3.Jakarta – DKI Jakarta 4.Surabaya – Jawa Timur 5.Banjarmasin – Kalimantan Selatan 6.Kupang –NTT : 7.Makasar – Sulawesi Selatan 8.Sorong -Papua Barat Konektivitas:
Legend: Pusat Distribusi Provinsi
By sea / by rail
By sea / by rail / by land
Pusat Distribusi Nasional Short Sea Shipping
Pelabuhan Hub Internasional di Kuala Tanjung untuk Wilayah Indonesia Barat dan Bitung Untuk Wilayah Indonesia Timur. Tol Laut sebagai basis utama arah pengembangan kemaritiman dan logistik nasional Short Sea Shipping sebagai backbone dari Transportasi Barang Nasional
By land / by rail / by sea
Peran Ambon - Maluku sebagai: Pusat Distribusi Provinsi Pelabuhan Primer Terhubung langsung ke 3 Pusat Distribusi Nasional Peran Palu – Sulawesi Tengah : Pusat Distribusi Provinsi Peran Merauke - Papua: Pusat Distribusi Provinsi 8
SEBARAN PELABUHAN PERIKANAN EKSISTING DI INDONESIA
0%
0%
KLAS
STATUS OPERASIONAL SUDAH
PENGELOLA
BELUM
PPS
6
-
PUSAT
PPN
15
-
PUSAT
PPP
46
-
1 PUSAT, 45 DAERAH
PPI
600
147
DAERAH
2
-
SWASTA
669
147
SWASTA TOTAL
Operasional : PP telah melakukan pelayanan untuk operasional kapal (tambat labuh, bongkar muat dan jasa lainnya) Belum Operasional : fasilitas belum memadai /SDM Terbatas/Kelembagaan belum terbentuk
Prediksi Angkutan Niaga •
Perkiraan terjadi perubahan penting terutama pada 4 komoditi perdagangan yaitu BBM, minyak sawit, angkutan peti kemas, dan batubara. 1. Komoditi BBM peningkatan skala besar; 2. CPO peningkatan 800 % 3. Angkutan peti kemas 500 % 4. Batubara peningkatan 300 % ; sejak 2015 cenderung menurun. (Kementerian Perhubungan, disalin dari Laporan INDEC 2015, halaman 66)
Hasil proyeksi lalu-lintas Angkutan Niaga melalui pelabuhan di Indonesia (Kementerian Perhubungan, 2015)
• Pada tahun 2020 lalu lintas peti kemas Indonesia akan meningkat lebih dari dua kali lipat volume tahun 2009 dan akan kembali meningkat dua kali lipat pada tahun 2030; Pengembangan terminal peti kemas sangat diperlukan di berbagai lokasi pelabuhan; • Peningkatan volume peti kemas juga akan menimbulkan kebutuhan pengembangan pelabuhan peti kemas sebagai pelabuhan hub baru, baik di bagian barat maupun di timur Indonesia, seperti Kuala Tanjung dan Bitung sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. • Pertumbuhan lalu lintas curah kering dan cair yang lebih rendah menunjukkan bahwa total tonase muatan hanya akan meningkat sampai dengan 50% pada tahun 2020 dan 50% lagi pada tahun 2030.
Prediksi Bangkitan lalu Lintas Perkiraan Volume Komoditas Menurut Wilayah Tahun 2030 ( dalam juta metrik ton ) Sumber : Kementerian Perhubungan, 2015 Wilayah
Peti kemas
BBM
Batuba ra
CPO
Beras
Kakao
Ikan
Sumatera bagian Utara
56,6
14,4
0
92,0
0,8
0
0
Kalimantan Barat
7,2
1,8
100,0
9,5
0,1
0
0
Sumatera bagian selatan
30,3
7,7
100,0
24,9
0,4
0
0
Jawa
227,7
58,0
0
0,4
3,3
0
0
Bali dan arah timur
21,8
5,6
0
0
0,3
0
0
Kalimantan
22,7
5,8
300,0
17,4
0,3
0
0
Sulawesi bagian barat
19,5
5,0
0
4,8
0,3
3,0
1,5
Indonesia Timur
34,0
8,7
0
1,1
0,5
0
2,0
Jumlah
420,0
107,0
500,0
150,0
6,0
3,0
3,5
Isu : Kebijakan pembangunan dengan mendorong perkembangan produksi di KTI dan membangun 1 pelabuhan ekspor impor, serta beberapa kawasan industri di KTI , dapat meningkatkan volume komoditas/ produk olahan dari KTI lebih besar , seperti pembangunan KEK di Bitung, dan Sorong; KI di Kupang, dan food estate di Merauke.