Kaidah I’lal Ke 1 Wawu/Ya’ diganti Alif
ُ ي َكِلَمَتْيِهَما ُأْبِدَلَتا آِلًفثثا ِمْث ث ل ْ صَلٍة ِف ِ حٍة ُمّت َ ت اْلَواُو َواْلَياُء َبْعَد َفْت ِ حّرَك َ إَذا َت .صُلُه َبَيَع ْ ع َأ َ ن َوَبا َ صَو َ صُلُه ْ ن َأ َ صا َ Apabilah ada Wawu atau ya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah, maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh ن َ صا َ asalnya ن َ صَو َ , dan ع َ َباasalnya َبَيَع. Praktek I’lal : 1.
َصان َ
asalnya ن َ ص ثَو َ ikut pada wazan ََفَعثثل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ن َ صا َ .
2. َ َببباعasalnya َبَيبَعikut pada wazan ل َ َفَعب. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ع َ َبا. 3. غَزا َ asalnya غَزَو َ ikut pada wazan ل َ َفَع. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا. 4. ى ْ َرَمasalnya ي َ َرَمikut pada wazan ل َ َفَع. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi ي َ َرَم. (*Alif pada lafazh ى ْ َرَم dinamakan Alif Layyinah). Perhatian: (tambahan pada kaidah 15) 1. Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh عُوااْلَقْوَم َ َد. 2. Apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb: o
Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh diI’lal, karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: ق ٌ خَوْرَن َ ,ل ٌ طِوْي َ ,ن ٌ َبَيا.
o
Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini. Contoh ن َ شْو َخ ْ َيasalnya ن َ شُيْو َخ ْ َي. Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: ,ي ّ عَلِو َ ,َرَمَيا غَزَوا َ.
Kaidah I’lal ke 2 Huruf Wau/Ya’ Bina’ Ajwaf, dipindah pada huruf sebelumnya.
سثثاِكًنا َ ن َما َقْبَلُهَما َ ف َوَكا ٍ جَو ْ ن َأ ْ حّرَكًة ِم َ عْيًنا ُمَت َ ت اْلَواُو َواْلَياُء ِ ِإَذا َوَقَع َيِبْيثُع,صثُلُه َيْقثُوُم ْ حثُو َيُقثْوُم َأ ْ َن,ى َمثثا َقْبَلَهثثا َ حْرَكُتُهَما إلث َ ت ْ حا ُنِقَل ً حْي ِ َص .صُلُه َيْبِيُع ْ َأ Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il Bina’ Ajwaf dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya’ tsb harus dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: َيُقْوُمasalnya َيْقُوُمdan َيِبْيُعasalnya َي ْبِيُع.
1
Praktek I’lal: ُ َيُقْومasalnya َيْقُوُمikut pada wazan ل ُ َيْفُعب. harkah wawu dipindah pada huruf sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi َيُقْوُم ُ َيِبْيعasalnya َيْبِيُعikut pada wazan ل ُ َيْفِعharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya, karena Ya’-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi َيِبْيُع Perhatian: Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya’ tersebut dalam Kaidah ini, tidak berlaku apabila setelah Wawu atau Ya’ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan. Contoh: سَوّد ْ َي
Kaidah I’lal Ke 3
ن َتُكْوَنثثا ْ ط َأ ِ ش ثْر َ ف َزاِئَدٍة ُأْب ثِدَلَتا َهْم ثَزًة ِب ٍ ت اْلَواُو َواْلَياُء َبْع ثَد آِل ث ِ ِإَذا َوَقَع ,ن ٌ صثثاِو َ ص ثُلُه ْ ن َأ ٌ صثثاِئ َ ح ثُو ْ َن,صَدٍر ْ ي َم ْ طَرًفا ِف َ ل َو ِع ِ سِم اْلَفا ْيا ْ عَْيًنا ِف .ي ٌ صُلُه ِلَقا ْ ِلَقاٌء َأ,ساِيٌر َ صُلُه ْ ساِئٌر َأ َ Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: ن ٌ صاِئ َ asalnya ن ٌ صاِو َ dan ساِئٌر َ asalnya ساِيٌر َ dan ِلَقاٌءasalnya ي ٌ ِلَقا Praktek I’lal: 1. ن ٌ صاِئ َ asalnya ن ٌ صبباِو َ ikut pada wazan ل ٌ عب ِ َفا. wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi ن ٌ صاِئ َ 2. ٌساِئر َ asalnya ساِيٌر َ ikut pada wazan ل ٌع ِ َفا. Ya’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi ساِئٌر َ 3. ٌطاء َع َ asalnya طاٌو َع َ ikut pada wazan ل ٌ َفَعاwawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi طاٌء َع َ . 4. ٌ ِلَقاءasalnya ي ٌ ِلَقاikut pada wazan ل ٌ ِفَعاYa’ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi ِلَقاٌء. Kaidah I’lal ke 4
ِس ثُكْون ّ ح ثَداُهَما ِبال ْ ت ِا ْ س ثَبَق َ ح ثَدٍة َو ِ ي َكِلَم ثٍة َوا ْ ت اْلَواُو َواْلَياُء ِف ِ جَتَمَع ْ ِإَذا ا ص ثُلُه ْ ت َأ ٌ ح ثُو َمّي ث ْ لْوَلثثى ِفثثي الّثاِنّي ثِة َن ُ ت اْلَيثثاُء ْا ِ غَم ِ ت اْلَواُو َياًء َوُاْد ِ ُاْبدَِل .ي ٌ صُلُه َمْرُمْو ْ ي َأ ّ ت َوَمْرِم ٌ َمْيِو 2
Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang kedua. Contoh lafadz ت ٌ َمّيasalnya adalah ت ٌ َمْيِوdan ي ّ َمْرِمasalanya adalah ي ٌ َمْرُمْو Praktek I’lal: 1. ت ٌ َمّيasalnya ت ٌ َمْيِوmengikuti wazan ل ٌ َفْيِع. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ت ٌ َمْيِي ب. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ت ٌ َمّي 2. ي ّ َمْرِمasalnya ي ٌ َمْرُمْوmengikuti wazan ل ٌ َمْفُعبْو. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ي ٌ َمْرُمْي. Kemudian ya’ yang pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ي ّ َمْرِم Kaidah I’lal ke 5
ص ثُلُه ْ ح ثُو َيْغ ثُزْوا َأ ْ س ثِكَنَتا َن ْ ض ثُمْوَمًة ُا ْ ت اْلَواُو َواْلَياُء َوَكاَنَتثثا َم ِ طّرَف َ ِإَذا َت ُ صُلُه َيْرِم ي ْ ي َأ ْ َيْغُزُو َوَيْرِم Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka disukunkan. Contoh: َيْغُزْواasalnya َيْغُزُوdan ي ْ َيْرِمasalnya ي ُ َيْرِم Praktek I’lal: 1. ْ َيْغُزوasalnya َيْغُزُوmengikuti wazan ل ُ َيْفُع. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah, maka disukunkan menjadi َيْغُزْو. 2. ي ْ َيْرِمasalnya ي ُ َيْرِمmengikuti wazan ل ُ َيْفُع. Ya’ di ujung akhir kalimah ber-harkah dhammah, maka disukunkan menjadi ي ْ َيْرِم. Perhatian: 1. ٍغاز َ asalnya غاِزٌو َ mengikuti wazan ل ٌع ِ َفا. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah kasrah, maka menjadi ي ٌ غاِز َ , kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ْ غبباٍز َ , kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi غاٍز َ 2. ٍسار َ asalnya ي ٌ ساِر َ mengikuti wazan ل ٌع ِ َفا. Ya’ disukunkan karena beratnya harakah dhammah atas Ya’ maka menjadi ي ْ ساٍر َ , kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya’ dan Tanwin, maka menjadi ساٍر َ 3. ق ٍ َاَواasalnya ي ُ َوَواِقmengikuti wazan ل ُع ِ َفَواwau pada fa’ fi’il diganti Hamzah, karena kedua wau berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi ي ْ َاَواِق. Kemudian Ya’ dibuang untuk meringankannya, maka menjadi ق ِ َاَوا. Dan didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya’ yang dibuang, maka menjadi ق ٍ َاَوا. Kaidah I’lal ke 6
ن َما َقْبَلَها َمضُْمْوًما ْ ف َوَلْم َيُك ِ طْر ّ عًدا ِفي ال ِ صا َ ت اْلَواوُ َراِبَعًة َف ِ ِاَذا َوَقَع طُو ِ صُلُه ُيَعا ْ ي َأ ْ ط ِ صُلُه ُيَزّكُو َو ُيَعا ْ ي َأ ْ حُو ُيَزّك ْ ت اْلَواُو َياًء َن ِ ُأْبدَِل Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum 3
wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya’. Contoh: ي ْ ُيَزّك asalnya ُيَزّكُوdan ي ْ ط ِ ُيَعاasalnya طُو ِ ُيَعا. Praktek I’lal: 1. ي ْ ُيَزّكasalnya ُيَزّكُوmengikuti wazan ل ُ ُيَفّعwau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ي ْ ُيَزّك 2. ي ْ ط ِ ُيَعاasalnya طُو ِ ُيَعاmengikuti wazan ل ُع ِ ُيَفاwau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ي ْ ط ِ ُيَعا Perhatian: طى ً َمْعasalnya طًوا َ ُمْعikut wazan ل ً ًمفَْع. wau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi طًيا َ ُمْعkemudian ya’ diganti alif karena berharkah jatuh sesudah harkah fathah, maka menjadi طىْا ً ُمْعkemudian alif dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi طى ً َمْع Kaidah I’lal ke 7
عِة َ ضثثاَر َ ف اْلُم ُ حْر َ حّقَقِة َوَقْبَلَها َ سَرِة اْلُم ْ حِة َواْلَك َ ن اْلَفْت َ ت اْلَواُو َبْي ِ ِاَذا َوَقَع صُلُه َيْوِئُد ْ عُد و َيِئُد َأ ِ صُلُه َيْو ْ حُو َيِعُد َأ ْ ف َن ْ حَذ ْ ُت Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: َيِع عُدasalnya ع عُد ِ َيْوdan َيِئُد asalnya َيْوِئُد Praktek I’lal: 1. ُ َيِعدasalnya عُد ِ َيْوmengikuti wazan ل ُ َيَفِع. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi َيِعُد 2. ُضع َ َيasalnya ضُع ِ َيْوmengikuti wazan ل ُ َيَفِع. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi ض بُع ِ َي. Kemudian Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu ‘Ain, maka menjadi ضُع َ َي Perhatian: •
Huruf Mudhara’ah : أ – ن – ي – ت
•
Huruf Halaq : أ – ح – خ – ع – غ – هب
•
Huruf Ithbaq : ص – ض – ط – ظ
Kaidah I’lal ke 8
ْ حثُو ُيَزّك ث ي ْ ت َيثثاًء َن ْ ل ُأْب ثِدَل ٍ سثٍم أْو ِفْع ث ْ س ثَرة ِفثيْ ا ْ ت اْلَواُو َبْعَد َك ِ إَذا َوَقَع غاِزٌو َ صُلُه ْ غاٍز َأ َ صُلُه ُيَزّكُو َو ْ َأ Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah
4
Fi’il, maka Wau tersebut harus diganti Ya’. Contoh: ي ْ ُيَزّكasalnya ُيَزّكُوdan غاٍز َ asalnya غاِزٌو َ Praktek I’lal: 1. ي ْ ُيَزّكasalnya ُيَزّكُوikut wazan ل ُ ُيَفّع, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah kasrah, maka menjadi ي ْ ُيَزّك 2. غاِز َ asalnya غاِزٌو َ (praktek I’lalnya telah disebut pada Kaidah I’lal ke 5) Kaidah I’lal ke 9
ْ ن ُنِقَل ث ت ْ حِذَفَتا َبْعَد َا ُ خَر َنآ ٍ ساِك َ ف ٍ حْر َنب ِ ساِكَنَتا ّ ت اْلَواُو َواْلَياُء ال ِ إَذا َلِقَي .سِيْر ْ صُلُه ِا ْ سْر َأ ِ ن َو ْ صُو ْ صُلُه ُأ ْ ن َأ ْص ُ حُو ْ حْرَكُتُهَما ِاَلى َما َقْبَلُهَما َن َ Jika ada Wau atau Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau Ya’ tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya’) kepada huruf sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: ن ْص ُ asalnya ن ْ صُو ْ ُأdan سْر ِ asalnya سِيْر ْ ِا Praktek I’lal: 1. ن ْ صببب ُ asalnya ن ْ صبببُو ْ ُأmengikuti wazan ل ْ ُاْفُعببب, harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena Wau berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi ن ْ صببْو ُ ُا, maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, maka menjadi ن ْص ُ ُا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ن ْص ُ 2. ْسر ِ asalnya سِيْر ْ ِاmengikuti wazan ل ْ ِاْفِع, harkah Ya’ dipindah ke huruf sebelumnya, karena Ya’ berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi سْيْر ِ ِا, maka Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, maka menjadi سْر ِ ِا, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi سْر ِ Kaidah I’lal ke 10
ِخ ثَرج ْ ن ِفثثي اْلَم ِ حٍد َأْو ُمَتَقاِرَبثثا ِ س َوا ٍ جْن ِ ن ْ ن ِم ِ حْرَفا َ ي َكِلَمٍة ْ جَتَمَع ِف ْ ِِاَذا ا ل اْلُمَك ثّرِر ِ ي ِلَثْق ث ْ ل الّثثثاِن َ ل اْلُمَتَقاِرَبْين ِمْث ث ِ جْع َ ي َبْعَد ْ ل ِفي الّثاِن ُ لّو َ غم ْا ِ ُيْد َص ل َ صُلُه ِاْوَت ْ صلَ َأ َ صُلُه ُاْمُدْد َو اّت ْ صُلُه َمَدَد َو ُمّد َأ ْ حُو َمّد أ ْ َن Jika ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf yang kedua,–ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah i’lal ke 18 insyaallah)–, karena beratnya pengulangan/memilahmilahnya. contoh َمّدasalnya َمَدَدdan ُمّدasalnya ُاْمُدْد, dan صَل َ اّتasalnya صَل َ ِاْوَت.
Praktek I’lal:
5
ّ َمدasalnya َمَدَدikut pada wazan ل َ َفَع, huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi َمْدَد, kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka menjadi َمّد ُّمد/ُمّد/ ُمّدasalnya ُاْمُدْدmengikuti wazan ل ْ ُاْفُع, harkah Dal yang pertama dipindah pada huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi ُاُمْدْد, bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi harkah untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah kasrah karena kaidah; “apabilah ada huruf mati mau diberi harkah, berilah harkah kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya harkah. atau diberi harkah dhammah, karena mengikuti harkah ‘Ain fi’il pada fi’il mudhari’nya, maka menjadi ُُاُمْدد/ُاُمْدَد/ُاُمْدِد, kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal yg kedua maka menjadi ُّاُمد/ُاُمّد/ُاُمّد, kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi ُمّد/ُمّد/ُمّد. Praktek I’lal untuk lafazh ل َص َ اّتada pada Kaidah I’lal ke 18, InsyaAllah.
Kaidah I’lal ke 11 » Dua Hamzah berkumpul yang kedua diganti huruf yg sesuai dengan Harakah sebelumnya Tinggalkan komentar Go to comments
سبباِكَنٌة َ حبَدٍة َثاِنَيُتُهَمببا ِ ي َكِلَمبٍة َوا ْ ن ِاَذا اْلَتَقَتا ِفب ِ اْلَهْمَزَتا 6
ْلْوَل بى ُ حْرَك بِة ْا َ ب ِاَلى َ س َ ف َنا ٍ حْر َ ل الّثانَيِة ِب ُ ب ِاْبَدا َ ج َ َو ل َو ِاْيبِدْم ْ صبُلُه ُأْؤُمب ْ ل َا ْ ن َو ُأْوُمب َ صبُلُه َأْأَمب ْ ن َا َ َنحُْو آَمب .صُلُه ِإْئِدْم ْ َا Jika terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama. contoh آمنasalnya أأمنdan أوملasalnya أؤمل. Praktek I’lal:
َ آَم ن َ آَمنasalnya ن َ َأْأَمmengikuti wazan ل َ ;َأْفَعberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah fathah. maka menjadi ن َ آَم
ْ ُُأْوم ل ْ ُأْوُمasalnya ُأْؤُملmengikuti wazan ل ل ْ ;ُأْفُعberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi ُأْوُمل
ِاْيِدْم ْ ِاْيِدمasalnya إْئِدمmengikuti wazan ل ْ ِاْفِعberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya’, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah kasrah. maka menjadi ِاْيِدم.
خْذ ُ ْخذ ُ asalnya خذ ُ ُأْأmengikuti wazan ل ْ ;ُأْفُعberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi خذ ُ ُأْوkemudian wau-nya dibuang untuk meringankan ucapan, maka menjadai خذ ُ ُأselanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi خْذ ُ Perhatian : Wau pada lafazh خذ ُ ُأْوdibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh ُأْوُمبل cukup tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan dengan fi’il amar-nya lafazh ْ ل – ُم ل ُ ل – َيُمْو َ َما.
Kaidah I’lal ke 12 » Wau atau Ya sukun bukan asli jatuh setelah Fathah diganti Alif Tinggalkan komentar Go to comments
7
َل ِإَذا كَببان ّ ن آِلًفببا ِإ ِ َل ُتْب بَدل َ ن ِ ساِكَنَتْي ّ ن اْلَواَو َواْلَياَء ال ّ ِإ حْرَكُتُهُمببا ِاَلببى مَببا َ ت ْ ن ُنِقَلب ْ ي ِببَأ ّ صبِل ْ غْيبَر َأ َ سُكْوُنُهَما ُ .ن َ صُلُه َأْبَي ْ ن َأ َ ب َو َأَبا َ جَو ْ صُلُه َأ ْ ب َأ َ جا َ حُو َأ ْ َقْبَلُهَما َن Wau atau ya’ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya– (lihat kaidah ilal ke 2). Contoh: ب َ جا َ َأasalnya ب َ جَو ْ َأdan ن َ َأَباasalnya ن َ َأْبَي. Praktek I’lal:
َ جا ب َ َأ َجبباب َ َأasalnya ب َ جبَو ْ َأmengikuti wazan ل َ َأْفَعبharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka menjadi ب َ جْو َ ( َأlihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi ب َ جا َ َأ.
َ َأَبا ن َ َأَباasalnya ن ن َ َأْبَيmengikuti wazan ل َ َأْفَعharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka menjadi ن َ ( َأَبَْيبlihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian Ya’ diganti Alif, karena asalnya Ya’ berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi ن َ َأَبا.
Kaidah I’lal ke 13 » Wau akhir isim mutamakkin setelah dhammah diganti ya’ Tinggalkan komentar Go to comments
ن ِفببي ٍ س بٍم ُمَتَمّك ب ْ يا ْ ضّم ِف ب َ طْرًفا َبْعَد َ ت اْلَواُو ِ ِإَذا َوَقَع ِ سبَرًة َبْعبَد َتْببِدْي ل ْ ضبمُّة َك ّ ت ال ِ ت َيبباًء َفُقِلَبب ْ ل ُأْبِدَل ِص ْ ل َ ْا ص بُلُه ْ طًوا َو َتَع بّدًيا َأ ُ ص بُلُه َتَعببا ْ طًيا َأ ِ حُو َتَعا ْ اْلَواِو َياًء َن .َتَعّدًوا Jika ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya’, kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh: طًيا ِ َتَعاasalnya طًوا ُ َتَعا dan َتَعّدًياasalnya َتَعّدًوا. Praktek I’lal:
8
طًيا ِ َتَعا طًيا ِ َتَعاasalnya طًوا ُ َتَعاmengikuti wazan ل ًع ُ َتَفاwau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi طًيا ُ َتَعاkemudian huruf Tha’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’. Maka menjadi طًيا ِ َتَعا.
َتَعّدًيا َتَعّدًياasalnya َتَعّدًواmengikuti wazan ل ًع ُ َتَفاwau diganti ya’ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi َتَعّدًياkemudian huruf Dal’nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya’. Maka menjadi َتَعّدًيا.
Kaidah I’lal ke 14 » Ya’ sukun setelah dhammah harus diganti wau Tinggalkan komentar Go to comments
ْ ضُمْوًما ُأْبببِدَل ت ْ ن َما َقْبَلَها َم َ ساِكَنًة َوَكا َ ت اْلَياُء ِ ِإَذا َكاَن صُلُه ُمْيسٌِر ْ سٌر َأ ِ سُر َو ُمْو ِ صُلُه ُيْي ْ سُر َأ ِ حُو ُيْو ْ َواًوا َن Jika terdapat Ya’ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya’ tersebut harus diganti wau. contoh: سُر ِ ُيْوasalnya سُر ِ ُيْيdan سٌر ِ ُمْوasalnya سٌر ِ ُمْي Praktek I’lal:
سُر ِ ُيْو ُسر ِ ُيْوasalnya سُر ِ ُيْيmengikuti wazan ل ُ ُيْفِعya’ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi سُر ِ ُيْو.
سٌر ِ ُمْو ٌسر ِ ُمْوasalnya سٌر ِ ُمْيmengikuti wazan ل ٌ ُمْفِعya’ diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi سٌر ِ ُمْو.
Isim Maf’ul dari Fi’il Mu’tal ‘Ain, Wau Maf’ulnya dibuang menurut Imam Sibawaihi » Kaidah I’lal ke 15 Tinggalkan komentar Go to comments
ُحْذف َ ب َ ج َ ن َو ِ ل اْلَعْي ّ ن ُمْعَت ْ ن ِم َ ل إَذا َكا ِ سَم اْلَمْفُعْو ْ نا ّ ِإ صبُلُه ْ ن َأ ٌ صبْو ُ حبُو َم ْ سبْيَبَوْيِه َن ِ عْنبَد ِ ل ِمْنُه ِ َواٍو اْلَمْفُعْو سُيْوٌر ْ صُلُه َم ْ سْيٌر َأ ِ ن َو َم ٌ صُوْو ْ َم Sesungguhnya Isim Maf’ul jika ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf) maka 9
wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya). contoh: ن ٌ صْو ُ َمasalnya ن ٌ صُوْو ْ َمdan سْيٌر ِ َمasalnya سُيْوٌر ْ َم Praktek I’lal:
ٌ َمصُْو ن ٌصْون ُ َمasalnya ن ٌ صُوْو ْ َمmengikuti wazan ل ٌ َمْفُعْوharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi ٌ صبْوْو ن ُ ( َمlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi ن ٌ صْو ُ َم.
سْيٌر ِ َم ٌسْير ِ َمasalnya سُيْوٌر ْ َمmengikuti wazan ل ٌ َمْفُعْوharkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi سْيْوٌر ُ ( َمlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya’ dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi سْيٌر ِ َم.
Qawaidul I’lal ke 17 » Huruf Ta’ pada wazan افتعل diganti Dal Tinggalkan komentar Go to comments
ًت َتبباُؤُه َدال ْ ل أْو َزاًيا ُقِلَب ً ل أْو َذا ً ل َدا َ ن َفاُء ِاْفَتَع َ ِإَذا َكا ب الّتبباُء ُ ف َوإّنَمببا ُتْقَل ب ِ حُرْو ُ ق ِبَها َبْعَد َهِذِه اْل ِط ْ سِرالّن ْ ِلُع صُلُه ِاْدَتَرَأ َو ِاّذَكبَر ْ حُو ِاّدَرَأ َأ ْ جا َن ً خَر ْ ل ِلُقْرِبِهَما َم ِ ِبالّدا .جَر َ صُلُه ِاْزَت ْ جَر َأ َ صُلُه ِاْذَتَكَر َو ِاْزَد ْ َأ Jika Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’ (Ta’ zaidah wazan ) ِاْفَتَعَلyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: ِاّدَرَأasalnya ِادَْتَرَأdan ِاّذَكَرasalnya ِاْذَتَكَرdan جَر َ ِاْزَدasalnya جَر َ ِاْزَت. Praktek I’lal:
ِاّدَرَأ ِاّدَرَأasalnya ِاْدَتَرَأmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ِاْدَدَرَأ. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ِاّدَرَأ.
ِاّذكََر 10
َ ِاّذَكرasalnya ِاْذَتَكَرmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ِاْذَدَكَر. kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi ِاْذَذَكَرkemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ِاّذَكَر. (juga boleh dibaca Dal dengan di-i’lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi رررررkemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi رررر.)
جَر َ ِاْزَد َجببر َ ِاْزَدasalnya جببَر َ ِاْزَتmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعببTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi جَر َ ِاْزَد.
Kaidah I’lal ke 18 » Fa’ Fi’il pada wazan افتعلdiganti Ta’ Tinggalkan komentar Go to comments
ًت َفبباُؤُه َتبباء ْ ل َواًوا أْو َياًء أْو َثاًء ُقِلَب ب َ ن َفاُء ِاْفَتَع َ ِإَذا َكا ْ ن ِلَمببا َبْيَنُهَمببا ِم ب ن ِ سبباِك ّ ن ال ِ ف الّلْي ب ِ ح بْر َ ق ِب ِط ْ س بِرالّن ْ ِلُع ِ ف الّلْيب ن َ حبْر َ ن ّل َ ِف ِ صب ْ ج َوُمَناَفباِة اْلَو ِ خبَر ْ ُمَقاَرَبِة اْلَم َ صبب ل َ صُلُه ِاْوَت ْ ل َأ َص َ حُو ِاّت ْ سٌة َن َ جُهْوَرٌة َوالّتاُء َمْهُمْو ْ َم ( )ُمِهمَبٌة.صبُلُه ِاْثَتَغبَر ْ سَر َو ِاّتَغبَر َأ َ صُلُه ِاْوَت ْ سَر َأ َ َو ِاّت حاِدِهمَببا َ ل َثبباًءِلّت َ ب َتبباِء ِاْفتََعب ُ جْوُز ُقْل ُ ت َثاًء َي ْ ن َكاَن ْ َوإ .صُلُه ِاْثَتَغَر ْ حُو ِاّثَغَر َأ ْ سّيِة َن ِ ِفي اْلَمْهُمْو Jika Fa’ Fi’il wazan ِاْفَتَعَلberupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” ()َلْين sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( )و – يbersifat Jahr sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams. Contoh: صَل َ ِاّتasalnya صَل َ ِاْوَتdan سَر َ ِاّتasalnya سَر َ ِاْوَتdan ِاّتَغَرasalnya ِاْثَتَغعَر. (penting) dan apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’, boleh mengganti Ta’nya wazan ِاْفَتَعَلdengan Tsa’, karena keduanya sama-sama bersifat Hams. contoh: ِاّثَغَرasalnya ِاْثَتَغَر.
Praktek I’lal:
َص ل َ ِاّت َصل َ ِاّتasalnya ل َص َ ِاْوَتmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
11
karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi ل َ صب َ ِاْتَت kemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi ل َص َ ِاّت.
سَر َ ِاّت َسر َ ِاّتasalnya سَر َ ِاْوَتmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعWau diganti Ta’ untuk mudahnya mengucaplan huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi سَر َ ِاْتَتkemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi سَر َ ِاّت.
ِاّتغََر ِاّتَغَرasalnya ِاْثَتَغَرmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعhuruf Tsa’ diganti Ta’ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi ِاْتَتَغَرkemudian Ta’ pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi ِاّتَغَر Dan boleh juga dibaca Tsa’ ِاّثَغَرdengan Praktek I’lal sbb: ِاّثَغَرasalnya ِاْثَتَغَرmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi ِاْثَثَغَرkemudian Tsa’ pertama di-idghamkan pada Tsa’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi ِاّتَغَر
Penting untuk diketahui:
خَذ َ ِاّت خَذ َ ِاّتasalnya خَذ َ ِاْئَتmengikuti wazan ل َ ِاْفَتَعhuruf Hamzah yang kedua diganti Ya’ karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi خَذ َ ِاْيَتkemudian huruf Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*) maka menjadi خَذ َ ِاّت. * Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz.
Kaidah Ilal ke 19 » Huruf Ta’ wazan ل َ َتَفّعdan ل َع َ َتَفاdiganti dg huruf yang berdekatan makhrajnya Tinggalkan komentar Go to comments
َل أْو َذال ً ل َتبباًء َأْو َثبباًء أْو َدا َ عب َ ل َوَتَفا َ ن َفاُء َتَفّع َ إَذا َكا طاًء َأْو َ ضاًدا َأْو َ صاًدا َأْو َ شْيًنا َأْو ِ سْيًنا َأْو ِ َأْو َزاًيا أْو ج ُثبّم ِ خبَر ْ ب َتاِئِهَمببا ِبَمببا ُيَقبباِرُبُه ِفببي اْلَم ُ جْوُز َقْل ُ ظاًء َي َ ِ ل اْلُمَتَقببارَِبْي ن ِ ل َأّو ِ جْعب َ لْوَلى ِفي الّثاِنّيِة َبْعبَد ُ ت ْا ِ غَم ِ ُأْد ِ صب ل ْ ب َهْم بَزِة اْلَو ِ ل َ جِت ْ س بِة َم بَع ا َ جاَن َ ي ِلْلُم ْ ل الّثبباِن َ ِمْث ب 12
َصبُلُه َتَتبّرس ْ س ّأ ِ حبُو ِاتّبَر ْ ن َن ِ سبباِك ّ لْبِتبَداُء ِبال ِ ن ْا َ ِلُيْمِكب صببُلُه َتببَدّثَر وِاّذّكببَر ْ ل َوِاّدّثببَر ّأ َ صببُلُه َتَثاَقبب ْ ل ّأ َ َوِاّثاَقبب سّمَع َ صُلُه َت ْ سّمَع ّأ ّ جَر َوِا ّ صُلُه َتَز ْ جَر ّأ ّ صُلُه َتَذّكَر َوِاّز ْ ّأ َ ضّر ع ّ ق َوِا َ صّد َ صُلُه َت ْ ق ّأ َ صّد ّ ق َو ِا َ شّق َ ق أصله َت َ شّق ّ َوِا طببباَهَر ّ ظّهبببَر َوِا َ صبببُلُه َت ْ ظّهبببَر ّأ ّ ع َوِا َ ضبببّر َ صبببُلُه َت ْ ّأ .طاَهَر َ صُلُه َت ْ ّأ Jika Fa’ Fi’il wazan َتَفّعَلdan عَل َ َتَفاberupa huruf ظ, ط, ض، ص, ش, س، ز، ذ، د، ث،ت، maka boleh Ta’ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: س ِ ِاّت عَر asalnya س َ َتَتعّرdan ِاّثاَقعَلasalnya َتَثاَقعَلdan ِاّدّثعَرasalnya َتعَدّثَرdan ّذّكعَرasalnya َتعَذّكَرdan جعَر ّ ِاّزasalnya جعَر ّ َتَزdan سّمَع ّ ِاasalnya سّمَع َ َتdan ق َ شّق ّ ِاasalnya ق َ شّق َ َتdan ق َ صّد ّ ِاasalnya ق َ صّد َ َتdan ع َ ضّر ّ ِاasalnya ع َ ضعّر َ َتdan ظّهعَر ّ ِاasalnya ظّهَر َ َتdan طاَهَر ّ ِاasalnya طاَهَر َ َت.
Praktek I’lal :
َ ِاّتَر س َ ِاّتَرسasalnya س َ َتَتّرmengikuti wazan ل َ َتَفّعhuruf Ta’ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat idgham maka menjadi س َ ْتَتّرmaka Ta’ yang pertama di-idghamkan pada Ta’ yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi س َ ِاّتَر
َ ِاّثاَق ل َ ِاّثاَقببلasalnya ل َ َتَثاَقببmengikuti wazan ل َ عبب َ َتَفاhuruf Ta’ diganti Tsa’ karena berdekatan Makhrojnyamaka menjadi ل َ َثَثاَقبkemudian huruf Tsa’ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat idgham maka menjadi ل َ َثَثاَقmaka Tsa’ yang pertama di-idghamkan pada Tsa’ yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi ل َ ِاّثاَق Perhatian : I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti. Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan adalah berupa bentuk asalnya.
13