LAPORAN KEGIATAN HARIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PT MAREL SURYA PRATAMA YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Masyarakat
Disusun Oleh:
RATU ZAHRA AZQIA NUR
12711072/16712068 12711072/16712068
PUTRI RIZKI ANANDA
12711052/16712062 12711052/16712062
WIRAWATI NIRWANI
12711074/16712069 12711074/16712069
RABKA ARIEFTA PUTRI
12711004/16712053 12711004/16712053
MOCH. ARIS SETIAWAN
10711189/16712045 10711189/16712045
Pembimbing: dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi telah sejak lama merambah dunia perindustrian. Dunia industri melakukan efisiensi dan efektifitas dengan bersaing ketat dalam proses produktivitas dengan teknologi yang terus berkembang. Lingkungan kerja yang semakin canggih menyebabkan tidak sedikit potensi bahaya yang mungkin terjadi dalam bekerja oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian dan penanganan sebaik mungkin untuk mencegah hal tersebut. Tempat kerja didefisnisikan sebagai setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka, bergerak atau menetap, dimana tenaga kerja itu bekarja untuk keperluan suatu usaha serta terdapat sumber piranti untuk bekerja (Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 1970). Tempat kerja yang aman dan sehat dapat menjadi salah satu faktor karyawan dapat berkerja lebih efektif dan efisien, selain itu juga dapat menurunkan kejadian kecelakaan akibat pekerjaan dan absen karyawan akibat sakit yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya produktivirtas dan pendapatan bagi perusahaan. Perencanaan dan aktualisasi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja tidak harus mahal dengan komitmen yang berkelanjutan terhadap program pencegahan dan penanganan keselamatan dan kesehatan kerja selain itu juga didukung dengan evaluasi terhadap program maka bukan hal yang mustahil bila sebuah perusahaan dapat menurunkan atau mengandaliakan potensi risiko bahaya yang diterima oleh karyawan. Potensi bahaya dan risiko terhadap keselamatan kerja hal perlu diidentifikasi dalam suatu lingkungan kerja. ILO tahun 2013 mengklasifikasikan potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan dampak pada korban, yaitu : a. Kategori A Potensi bahaya yang menimbulkan risiko dampak panjang pada kesehatan. Termasuk didalamnya bahaya faktor kimia,bahaya faktor fisik, bahaya faktor biologi, cara bekerja dan faktor bahaya ergonomis, dan potensi bahaya lingkungan yang disebabakan oleh polusi. Potensi ini dapat dilihat dari proses yang lama terkena pajanan faktor bahaya dan bisa juga dilihat dari banyaknya exposure atau jumlah paparan potensi bahya pada pekerja b. Kategori B Potensi bahaya yang menimbulkan risiko bahaya langsung keselamatan. Termasuk didalamnya kebakaran, listrik, potensi bahaya mekanikal (tidak adanya alat pelindung
dalam menggunakan mesin), dan perawatan buruk pada peralatan. Potensi ini bisa terjadi langsung mengancam keselamatan pekerja. c. Kategori C Risiko terhadap kesejahteraan dan kesehatan sehari-hari. Termasuk didalamnya pengelolaan air minum, toilet dan fasilitas mencuci, ruang makan atau kantin, P3K ditempat kerja dan transportasi. d. Kategori D Potensi bahaya yang menimbulkan risiko pribadi dan psikologis. Termasuk didalamnya pelecehan, termasuk intimidasi, pelecehan seksual, terinfeksi HIV/AIDS, kekerasan ditempat kerja, sterss, dan NAPZA.
Risiko terhadap kesejahteraan dan kenyamaan sering menjadi potensi bahaya yang dipandang sebelah mata karena dianggap memiliki dampak tidak langsung terhadap produktivitas. Pemeliharan kesehatan pekerja membutuhkan fasilitas ditempat kerja yang memadai seperti air minum yang bersih, toilet yang terstandar, sabun dan air untuk mencuci, tempat untuk makan dan istirahat. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan berdampak pada menurunya taraf kesehatan pekerja dan hal ini juga akan berdampak pada produktivitas yang memburuk. Dengan menyediakan fasilitas yang berkaitan dengan kesejahteraan dan pemeliharaan kesehatan maka perusahaan akan mendapatkan manfaat yang nyata terutama untuk bidang produktivitas. Salah satu fasilitas yang dinilai didalam risiko terhadap kesejahteraan dan kenyamanan adalah pemenuhan kebutuhan akan fasilitas toilet di tempat kerja. Toilet dan fasilitas cuci tangan sangat penting disediakan di tempat kerja karena merupakan salah satu kebutuhan dasar. Toilet dapat menjadi tempat risiko terjadinya persebaran penyakit menular, terutama untuk negara berkembang yang beriklim tropis seperti Indonesia. Untuk mengendalikan risiko tersebut toilet harus cukup terang dan berventilasi, jauh dari makanan dan tempat kerja serta dibersihkan secara teratur. Sabun harus disediakan dan perusahaan harus proaktif dalam mendorong kebersihan dasar. Berdasarkan hasil ulasan diatas kamipun tertarik untuk mengambil masalah kasus terkait perawatan dan penyediaan fasilitas toilet pada perusahaan Marel SP.
PENJELASAN KASUS
PT. Marel Sukses Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kaos kaki dan bordir. Perusahaan ini
beralamatkan di Jalan Baru Mulungan
Gondang Penen Sendangadi, Mlati, Sleman Rt 05/28 Yogyakarta. Luas bangunan perusahaan yaitu sebesar 1400 m 2. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2002 dengan jumlah karyawan sebanyak 176 orang yang terdiri atas 83 karyawan perempuan dan 83 karyawan laki-laki. Sistem kerja dalam perusahaan ini dibagi menjadi tiga shift yaitu shift pagi dimulai dari pukul 06.00-14.00 WIB, shift siang 14.00-22.00 WIB, dan shift malam dari pukul 22.00-06.00 WIB. Dengan waktu istirahat setiap shiftnya sebanyak 1 jam. Perusahaan ini memiliki 11 bagian ruangan yang terdiri atas : 1. Ruang bordir 2. Ruang kaos kaki 3. Ruang kepala shift 4. Ruang bahan kimia 5. Ruang P3K 6. Ruang HDR 7. Toilet 8. Gudang bahan baku 9. Eyewash 10. Mushola 11. Final inspection Saat ini PT. Marel SP memiliki 86 mesin. Gaji yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan UMR Kabupaten Sleman dan semua karyawan beserta keluarga karyawan akan mendapatkan jaminan BPJS dari perusahaan. Dari hasil observasi, kami menemukan beberapa permasalahan. Pertama, jarak antara mesin satu dengan yang lainnya teralu rapat dan penataan bahan-bahan produksi yang kurang teratur sehingga mengganggu akses untuk berjalan. Kedua, Lantai di perusahaan tersebut terlihat kotor hal ini berhubungan dengan jumlah cleaning servis diperusahaan tersebut yang sedikit yaitu berjumlah dua orang. Ketiga, perusahaaan ini tidak memiliki ruang laktasi sehingga ruangannya bergabung dengan ruang P3K , hal tersebut tentunya membuat ketidaknyamanan karyawan yang sedang menyusui. Keempat di perusahaan hanya terdapat 3 toilet untuk seluruh karyawannya dengan kondisi toilet yang kurang memadai, kotor, berbau tidak sedap, pencahayaan kurang, dan ventilasi kurang serta tidak terdapat sabun di dalam toilet. Berdasarkan prosedur seharusnya,
fasilitas yang ada dalam K3 selain harus tersedianya toilet, perusahaan juga harus menyediakan wastafel yang cukup untuk karyawan. Berdasarkan prosedur K3 yang ada di ILO tahun 2013 dengan jumlah 100 karyawan minimal terdapat 6 toilet di perusahaan tersebut dan berada terpisah dari ruangan kerja, karena berisiko menyebarkan penyakit menular. Dari beberapa permasalahan yang ditemukan, kelompok kami mengangkat permasalahan mengenai kebersihan lingkungan kerja di perusahaan tersebut.
PEMBAHASAN
Lingkungan pekerjaan yang sehat adalah sangat dibutuhkan oleh setiap karyawan perusahaan. Oleh sebab itu diperlukannya perhatian khusus terhadap lingkungan pekerjaan tersebut. Kondisi karyawan dipengaruhi oleh berbagai aspek baik dari kondisi tempat kerja itu sendiri yang meliputi ketersediaan sumber air bersih dan sanitasi yang sehat serta juga bisa dipengaruhi oleh gizi kerja dan beban kerja (Djatmiko Riswan Dwi, 2016). Setiap makhluk hidup memerlukan sumber air yang bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk memenuhi kebutuhan di bagian perindustrian. Sistem jaringan air bersih adalah sistem pemipaan yang telah disiapkan di dalam bangunan ataupun di luar bangunan yang diperlukan untuk mengalirkan air bersih dari sumbernya. Sumber air ini dapat berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah, air danau ataupun air sungai. Setelah itu air akan di olah terlebih dahulu di instalasi pengelolaan air sehingga bisa memenuhi standar air bersih yang telah dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan (Pynkyawati dan Wahadamaputera, 2015). Lingkungan kerja perkantoran yaitu lingkungan kerja yang meliputi semua ruangan dan area yang ada disekelilingnya yang merupakan bagian dari tempat kerja untuk menghasilkan barang hasil produksi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261 Tahun 1998 Tanggal 27 Februari 1998, ada beberapa persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terutama yang berhubungan dengan toilet dan air, yaitu sebagai berikut : 1. Penyehatan air Hal ini meliputi dua poin, pertama harus tersedianya ai yang bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas air minimal sebanyak 60 liter air/orang/hari. Kedua kualitas air harus memenuhi syarta yaitu dari aspek fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Toilet Hal ini meliputi dua poin, pertama setiap kantor atua perusahaan harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasanminimal yang tercantum pada tabel 1 di bawah ini. Kedua antara toilet karyawan Perempuan harus terpisah dengan toilet karyawan laki-laki.
Tabel 1. Jumlah wastafel, jamban dan peturasan untuk karyawan
No 1
2
3
Jumlah Karyawan
Jumlah Wastafel
Jumlah Jamban
Jumlah Peturasan
1-15
1
1
1
16-30
2
2
2
31-45
3
3
3
46-60
4
4
4
61-80
5
5
5
81-100
6
6
6
Setiap jumlah penambahan 100 karyawan harus ditambah 1 wastafel, 1 jamban dan 1 peturasan Sumber : Kemenkes RI No. 261 Tahun 1998
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002, ada beberapa persyaratan kesehatan lingkungan kerja terutama mengenai air bersih dan toilet, yaitu sebagai berikut : 1. Air bersih Persyaratan air bersih di lingkungan kerja yaitu harus memenuhi syrata kesehatan yang meliputi persyaratan dari aspek kimia, fisika, mikrobiologi dan radioaktif yang sesuai dengan peraturan dan perundanf-undangan yang berlaku. Air bersih yaitu air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitas air tersebut memnuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bisa diminum jika dimasak. Ada beberapa tata cara pelaksanaan air bersih tersebut, yaitu : 1. Air bersih yang digunakan untuk keperluan perkantoran bisa diperoleh dari Perusahaan Air minum, sumber air tanah atau dari sumber lain yang telah diolah sehingga telah memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Tersedianya air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan 3. Distribusi air bersih harus menggunakan sistem perpipaan 4. Sumber air bersih dan sarana distribusi air bersih harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis 5. Harus dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber air bersih, bak penampungan air bersih dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium
minimal 2 kali dalam setahun ayitu pada saat musim kemarau dan pada saat musim hujan.
2. Toilet Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : pertama toilet untuk karyawan perempuan harus terpisah dengan karywan laki-laki. Kedua setiap kantor harus mempunyai toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan sesuai dengan tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah wastafel, jamban dan peturasan untuk karyawan laki-laki
No
Jumlah
Jumlah Kamar
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Karyawan
Mandi
Jamban
Peturasan
Wastafel
1
s/d 25
1
1
2
2
2
26 s/d 50
2
2
3
3
3
51 s/d 100
3
3
5
5
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah 1 kamar mandi, 1 jamban dan 1 peturasan Sumber : Kemenkes RI No. 1405 Tahun 2002
Tabel 3. Jumlah wastafel, jamban dan peturasan untuk karyawan Perempuan
No
Jumlah
Jumlah Kamar Mandi
Jumlah Jamban
Jumlah Wastafel
Karyawan 1
s/d 20
1
1
2
2
21 s/d 40
2
2
3
3
41 s/d 70
3
3
5
4
71 s/d 100
4
4
6
5
101 s/d 140
5
5
7
6
141 s/d 180
6
6
8
Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah 1 kamar mandi, 1 jamban dan 1 peturasan Sumber : Kemenkes RI No. 1405 Tahun 2002
Menurut ILO tahun 2013, toilet dan fasilitas mencuci sangat penting disediakan di tempat kerja karena akses untuk pergi ke toilet adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang.
Dalam sebuah perusahaan atau tempat kerja dengan jumlah staf yang cukup besar harus memiliki beberapa toilet dan lokasinya harus terpisah antara pekerja Perempuan dan laki-laki. Lokasi toilet juga harus ditempat yang mudah dijangkau untuk menghindari berjalan jauh dan tidak menunggu lama untuk mendapatkan fasilitasnya. Toilet juga tidak boleh terhubung langsung dengan tempat kerja. Adapun jumlah toilet adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah toilet untuk karyawan Jumlah Pekerja
Jumlah Kakus/Toilet
1-15 orang
1 kakus
15-30 orang
2 kakus
31-45 orang
3 kakus
46-60 orang
4 kakus
61-80 orang
5 kakus
Selanjutnya untuk tiap 100 orang
6 kakus
Sumber : ILO Tahun 2013
Toilet adalah salah satu tempat yang menyebakan meningkatnya risikopenularan penyakit menular sehingga ntuk meminimalkas risiko tersebut harus dibutuhkan toilet yang memiliki ventilasi yang cukup dan pencahayaannya harus terang. Toilet juga harus berada jauh dari makanan dan area kerja dan harus dibersihkan secara teratur. Di dalam toliet juga harus tersedia sabun untuk mencuci tangan. Menurut ILO tahun 2003, kriteria toilet yang bersih yaitu harus memenuhi syarta sebagai berikut :
Tidak berbau dan tidak ada kotoran yg terlihat
Tidak ada lalat, nyamuk atau serangga yg lain
Harus selalu tersedia air bersih yang cukup
Harus dapat dibersihkan dengan mudah dan paling s edikit dibersihkan 2 – 3 kali sehari Menurut UU No. 36 tahun 2009, Upaya kesehatan kerja harus dilakukan untuk
melindungi pekerja dari dampak buruk akibat pekerjaan yang dijalani. Pada pasal 164 ayat 7 menyebutkan bahwa pemilik tempat kerja wajib bertanggung jawab terhadap kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja. Pada pasal 164 ayat 6, pemilik tempat kerja wajib mematuhi standar kerja yang dibuat oleh pemerintah, salah satunya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 8 tahun 2010 tentang alat perlindungan diri.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Penyehatan air di PT. Marel Sukses Pratama sudah sesuai dengan keputusan menteri kesehatan RI No. 261 tahun 1998, bahwa untuk s etiap karyawan sudah mendapatkan air mineral sebanyak 60 liter air/hari dan kualitas air dari aspek fisika, mikrobiologi sesuai ditandai dengan air yang jernih, tidak berbau.
Ketersediaan toilet dan air bersih di PT. Marel Sukses Pratama belum sesuai dengan Kemenkes RI No. 261 tahun 1998, karena di PT tersebut hanya memiliki 3 jamban, 1 wastafel, tidak memiliki peturasan. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena PT tersebut memiliki 176 karyawan, yang seharusnya dengan jumlah karwayan 81-100 jumlah wastafel, jamban dan peturasan masing-masing sebanyak 6 buah.
Untuk lokasi toilet di PT. Marel Sukses Pratama sendiri belum terpisah dengan area kerja, berbau, terdapat serangga, dan kurangnya pencahayaan. Hal ini tidak sesuai dengan ILO tahun 2003 mengenai kriteria toilet bersih antara lain tidak berbau, tidak ada serangga dan lalat, tersedia air bersih, dibersihkan paling sedikit 2-3 kali sehari.
2. Saran
Untuk PT Marel SP 1. Pihak perusahaan lebih memperhatikan peraturan fasilitas K3 dan memperbaiki sistem K3 yang ada di perusahaan 2. Perusahaan harus memenuhi semua peraturan K3 yang dibuat seperti pemenuhan toilet yang harus disesuaikan dengan jumlah karyawan
Untuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) 1. Pihak Disnakertrans melakukan penyuluhan lebih lanjut kepada pihak perusahaan mengenai fasilitas apa saja yang harus dipenuhi dalam K3 2. Melakukan evaluasi kepada perusahaan mengenai sistem K3 yang belum terpenuhi di PT Marel SP
DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko Riswan Dwi, 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Deepublish, Yogyakarta. International Labour Organization, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. ILO, Jakarta. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf yang
diunduh
pada
tanggal 19 Agustus 2016. Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia,
No.261/MENKES/SK/II/1998 Kerja.Jakarta
Tentang :
1998.
Keputusan
Persyaratan
Menteri
Kesehatan
Departemen
Kesehatan Lingkungan Kesehatan.
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_261_1998.pdf yang diunduh pada tanggal 21 Agustus 2016. Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2002.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.Jakarta : Departemen Kesehatan. http://betterwork.org/inlabourguide/wp-content/uploads/KMK-No.-1405-ttg-Persyaratan-KesehatanLingkungan-Kerja-Perkantoran-Dan-Industri.pdf yang diunduh pada tanggal 21 Agustus 2016. Pynkyawati Theresia dan Wahadamaputera Shirley, 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing . Griya Kreasi, Jakarta Timur.
LAMPIRAN
Ruang produksi kaos kaki
Ruang kesehatan di PT Marel SP
Ruang untuk mencuci tangan dan mata
Toilet di PT Marel SP
Petugas yang menggunakan APD
CATATAN HARIAN RINGKASAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN K3 DI PT. MAREL SP, YOGYAKARTA
No 1
Hari/ Tanggal Jumat, 19-8-2016
Jam
Kegiatan
08.20-08.30
1. Tiba di kantor DISNAKERTRANS Yogyakarta
WIB
2. Ramah tamah dengan karyawan 3. Berangkat menuju lokasi PT. Marel Sukses Pratama
2
Jumat, 19-08-2016
09.00-11.30 WIB
1. Tiba di lokasi PT. Marel Sukses Pratama 2. Melakukan ramah tamah dan sambung rasa dengan karyawan manager, perawat, karyawan K3 3. Penjelasan singkat mengenai PT. Marel Sukses Pratama 4. Penjelasan mengenai sistem K3 yang ada di PT. Marel Sukses Pratama. 5. Melakukan pengamatan aktivitas karyawan
3
Jumlah, 19-08-2016
11.30-12.30
ISHOMA
WIB 12.30-13.30 WIB
1. Berkunjung ke ruang P3K dan laktasi 2. Melakukan
pengamatan
fasilitas
di
ruang
tersebut 3. Diskusi dengan dokter perusahaan Hasil yang diperoleh: 1. Memperoleh data tentang profil PT. Marel SP 2. Mengetahui program yang dilakukan oleh PT. Marel SP dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja. 3. Mengetahui jam kerja dokter perusahaan yaitu 2 kali seminggu. 4. Mengetahui ADP yang digunakan di perusahaan tersebut. 5. Mengetahui cara pengolahan limbah perusahaan. 6. Mengetahui cara alur evakuasi gempa.
DESKRIPSI KEGIATAN HARIAN K3
Hari pertama magang di perusahaan untuk menilai proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2016. Pada pukul 08.20 kami tiba di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Lingkar Utara, tepat di sebelah Lotte Mart. Sesampainya kami di sana, kami disambut oleh Ibu Andi Budi, ST selaku petugas Disnakertrans yang membawahi bidang Kesehatan Lingkungan dan Manajemen K3. Oleh beliau, kami kemudian diarahkan untuk mengawasi perusahaan yang telah di tunjuk. Kami kelompok Puskesmas Ngluwar
mendapatkan perusahaan PT. Marel Sukses Pratama sebagai
perusahaan yang akan diamati. Bersama dengan pengawas dari Disnakertrans yang di pilih, kami kemudian berangkat ke PT. Marel Sukses Pratama yang beralamat di Jalan Baru Mulungan Gondang Penen Sendangadi, Mlati, Sleman Rt 05/28 Yogyakarta. Setibanya kami di lokasi perusahaan, kami disambut oleh Bapak Manager PT. Marel Sukses Pratama. Oleh beliau kami kemudian diberikan pengetahuan mengenai profil perusahaan. PT. Marel Sukses Pratama yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kaos kaki dan garmen yang berdiri sejak tahun 2002 dengan jumlah karyawan sebanyak 176 orang yang terdiri atas 83 karyawan perempuan dan 83 karyawan laki-laki. Perusahaan ini mengekspor hasil produksinya ke negara-negara di wilayah Asia khususnya Cina.. Untuk jam kerja dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi mulai jam 7.0015.00, shift sore mulai jam 15.00-23.00, dan shift malam pukul 23.00-07.00. Setiap shift kerja, karyawan diberi waktu untuk beristirahat sekitar 60 menit. PT. Marel Sukses Pratama mempekerjakan 1 (satu) orang dokter perusahaan yang bersifat part-time, yang memiliki jam kerja setiap hari Senin dan Jumat, mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00. Pada kegiatan magang kali ini, kami mengamati kegiatan yang ada pada ruang produksi kaos kaki, ruang praktik dokter yang merupakan ruang P3K dan laktasi. Setelah memberikan materi tentang profil perusahaan dan membuka sesi tanya jawab tentang program-program kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan, kami kemudian di ajak untuk berkeliling perusahaan. Kami melihat secara langsung proses produksi kaos kaki, proses pembuatannya dilakukan oleh mesin. Begitu mesin dijalankan dan benang sudah terpasang makan akan keluar produk berupa kaos kaki dengan berbagai motif. Kemudian untuk proses finishing seperti penyetrikaan juga
dilakukan oleh mesih secara otomatis dan tetap dalam pantauan karyawan sehingga dihasilnya produk yang rapi. Untuk proses pengemasan dilakukan langsung oleh para karyawan. Sembari berkeliling perusahaan, Manager perusahaan memberikan penjelasan lanjutan tentang alat perlindungan diri yang dikenakan karyawan di bidang produksi. Penggunaan pelindung telinga merupakan alat perlindungan diri utama yang dikenakan di bagian produksi. Fungsi dari penggunaan pelinsung telinga adalah untuk menghindari efek jangka panjang berupa kerusakan fungsi pendengaran bahkan sampai kehilangan fungsi pendengaran yang diakibatkan oleh suara mesin yang keras saat proses produksi berlangsung. Apalagi mesin dijalankan 24 jam nonstop. Untuk alat pelindung diri lainnya juga ditemukan di bagian gudang. Dimana di area tersebut para karyawan membutuhkan tenaga yang kuat dari bagian perut untuk mengangkat atau menurunkan barang-barang yang berat. Sehingga para karyawan di gudang menggunakan alat pelindung yang digunakan di daerah perut untuk mencegah terjadinya hernia oleh karena tekanan yang terus menerus. Perjalanan dilanjutkan menuju ruang praktik dokter sekali gus ruang P3K dan laktasi. Ruang tersebut berukurang sekitar 3 x 2 meter. Tidak cukup besar untuk digunakan sebagai ruang P3K yang juga dirangkap sebagai ruang laktasi. Didalamnya terdapar 1 bed, peralatan P3K, tandu, 1 kulkas kecil yang digunakan sebagai tempat penyimpangan ASI bagi para karyawan yang sedang menyusui. Sebagai perlengkapan untuk ibu menyusui, juga disediakan botol-botol kaca untuk menyimpan hasil perahan susu ibu. Selain dokter yang bertugas dalam bidang kesehatan di pabrik ini, ada juga perawat yang mendampingi. Biasanya perawat datang ke pabrik 3 kali dalam seminggu. Untuk para karyawan yang mengeluhkan sakit biasanya menunggu sampai dokter tiba atau bahkan diberikan obat langsung oleh perawat yang bertugas. Untuk sakit yang diderita oleh karyawan biasanya seperti sakit kepala, ISPA, sakit bagian perut. Sampai saat ini belum ada kejadian yang cukup mengkhawatirkan terkait dengan penyakit-penyakit yang ada di daftar kunjungan di ruang praktik dokter perusahaan. Selain itu, banyak karyawan yang hanya melakukan pemeriksaan tekanan darah atau berkonsultasi ke dokter perusahaan. Dalam pencatatan dokumen, kami tidak menemukan adanya kecelakaan kerja selama satu tahun belakangan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke bagian toilet karyawan. Lokasi toilet berada di sebelah ruang produksi. Untuk jumlahnya masih kurang dengan total karyawan yang cukup banyak. Kondisi toilet juga masih belum bersih. Didalamnya juga belum terdapat sabun yang seharusnya disediakan untuk menunjang kebersihan karyawan setelah buang
air kecil maupun buang air besar. Kemuadian dari kondisi lantai juga seperti jarang dibersihkan atau jarang disikat sehingga menimbulkan kerak berwarna hitam di lantai, bak, maupun kloset kamar mandi yang tentunya akan mempermudah bakteri untuk bersarang di kamar mandi tersebut. Setiap harinya, karyawan mendapatkan makan siang dari perusahaan di ruang ini. Tidak terdapat menu khusus untuk karyawan-karyawan yang memiliki kondisi khusus, seperti karyawan yang memiliki riwayat penyakit diabetes maupun penyakit-penyakit lainnya. Di perusahaan ini tidak terdapat kantin, jadi karyawan hanya mendapat nasi dus yang bisa dimakan saat jam istirahat. Makan siang pun dilakukan di dekat pos satpam karena perusahaan ini tidak memiliki ruang makan khusus untuk para karyawannya. Setelah selesai melakukan observasi klinik perusahaan, kami berpamitan untuk pulang. Dari hasil observasi kami selama satu hari, didapatkan beberapa temuan di PT. Marel Sukses Pratama, diantaranya : 1.
Kamar mandi yang di sediakan oleh pabrik tidak sesuai dengan jumlah karyawan yang ada.
2.
Kebersihan kamar mandi masih sangat kurang.
3.
Ruang praktik dokter perusahaan masih bergabung dengan ruang P3K dan laktasi, untuk ukuran ruangan masih terlalu kecil.
4.
Tidak adanya ruang khusus yang dapat digunakan untuk istirahat dan makan siang para karyawan.