Pertambangan Berwawasan Lingkungan Mata kuliah Program MTA PPs UPNVY Dosen : Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc., IPM., Ir. Hasywir Thaib Siri, M.Sc., Dr. M.S c., Ir. Untung Sukamto, M.Sc.
KEY NOTE SPEECH Oleh : Untung Sukamto
KEY NOTE SPEECH Oleh : Untung Sukamto
LATAR BELAKANG K3 Di
Indonesia Pertambangan telah ada sejak 150 Tahun yll Industri dg resiko keselamatan tinggi Peraturan K3 pertama Tahun 1930 MPR (Mijn Politie Reglement) Sb. 1930 No 341 Sesuai perkembangan Iptek dari High Risk menjadi Calculated Risk Hazard bila Out of Control membahayakan : Produksi, Aset,
KARAKTER UMUM LINGKUNGAN KERJA (WORKING ENVIRONMENT)
Teknis Operasional Penambangan : Surface Mine Underground Mine
Isu K3 Di Tambang Terbuka
Isu Lalulintas di Tambang Terbuka vs. Arc de Triomphe
Isu K3 Di Tambang Bawah Tanah
1.
Spesifik Industri Pertambangan VS Idustri Lain Kerja (Work Organization) Pengorganisasian
2.
Kegiatan Luar Gedung (Out Door Activities)
3.
1.
4.
1.
Industri Lain (Tekstil, Farmasi, Mobil) Fixed, Industri Pertambangan Mobile
Selain Gudang, Bengkel, Pengolahan langsung terpengaruh cuaca : sengatan Matahari, Hujan, Petir, Angin Kegiatan Tersebar (Wide Spread Activities)
Umumnya di daerah Remote sehingga sarana Infrastruktur (Perumahan, Perkotaan, Pelabuhan, Pergudangan, Pembangkit Listrik) umumnya (PTFI, KPC, INCO) tersebar antara 50 – 100 km Berurusan Dengan Alam (Deal With Nature)
Bahan Baku Indusri lain Homogen Close Spesification, Industri Pertambangan Variatif Uncertain, di alam umumnya mengandung Geological Defects
KARAKTER KHUSUS LINGKUNGAN KERJA (WORKING ENVIRONMENT) 1. 2.
Iklim Tropis (Tropical Climate)
Ada 2 Musim. Curah Hujan antara 3000-5000 mm/tahun Skala Pengusahaan Sangat Beragam
Kecil – Besar sehingga Kondisi Lingkungan Kerja Beragam
3.
Semi Padat Karya
4.
Budaya Tani Tradisional (Traditional Agriculture Background)
1.
Secara Global Padat Modal (Manless Operation), tapi pada Negara Berkembang jadi Semi Padat Karya
Pertambangan berkembang 1975 dan Booming 1985, sebelum 1975 umumnya BUMN – Tenaga Kerja kurang – Ambil Tani – Tingkat Apresiasi K3 Modern rendah – perlu Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (P3) – Change of Attitude Toward Safety – Industrial Training
PENGELOLAAN K3 PU SECARA BERSISTEM
Karena Karakter Umum dan Khusus, maka Industri Pertambangan Tidak Mungkin Superficial – Kelola K3 Perlu Sistem Sistem Manajemen K3 (SMK3) : National
Occupational Safety Agency (NOSA) – Africa Selatan International Safety Rating (ISR), International Loss Control Institute (ILCI) – Amerika dan Australia
SISTEM MENEJEMEN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
Menurut PP Menteri Tenaga Kerja No:05/PERMEN/1996 Bab III Pasal 3 Kewajiban Penerapan SMK3
Setiap tempat kerja :
seratus orang atau lebih dan atau, mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi, dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian.
Tujuan SMK3
Tujuan penerapan SMK3 di tempat kerja :
Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
Pengalaman Statistik K3 Frank E Bird (1969) Cacat/cidera berat
Cidera/luka ringan
Kecelakaan dengan harta
Hampir celaka
Penyebab Kecelakaan Sebab Lain 10%
Tindakan Berbahaya 70%
Lingkungan Berbahaya 20%
Analogi Gunung Es Kecelakaan umumnya berasal dari perilaku beresiko Biaya sesungguhnya dari kecelakaan dapat dihitung & dikontrol
Biaya langsung Melihat melalui hasil kejadian
Biaya tak langsung Melihat melalui apa yang dikerjakan
$1 Biaya kecelakaan, sakit, pengobatan dan kompensasi
Fataliti Lost Time Injuries Pengobatan Tindakan First Aid Tindakan tak aman Perilaku beresiko Perilaku kurang aman Perilaku – budaya penyebab dasar kecelakaan
$5 - $50 Biaya kerusakan properti yang tidak diasuransikan Kerusakan pada bangunan, shaft & workshop Kerusakan pada peralatan kerja & peralatan berat Keruntuhan & atau ambrukan tambang bawah tanah, banjir & ledakan Interupsi pada produksi & operasi
$ >>>> Biaya lain-lain yang tidak
Lingkaran Tertutup Sistem Menejemen K3 VISION Membantu operasi tambang untuk mencapai pencegahan fataliti sekaligus mengelola dampak lingkungan yang dihasilkan dari operasi tambang yang efektif & efisien untuk meningkat kualitas hidup manusia yang terlibat dengan operasi
Total Commitment Top Management for Continual Improvement
Management Review
Policy SHLC
Planning
Monitoring & Corrective Action
Operational Implementatio
Jiwa manusia/pegawai adalah segala-galanya Patuh kepada semua peraturan terkait Mencegah dampak K3L Perbaikan berkesinambungan Lingkungan kerja yang aman
Perencanaan Strategi Program K3 Komponen VISI
Catatan Operasi tanpa kematian, cedera dan penyakit
OBYEKTIF & Nil kecelakaan kematian TARGET Kurangi kecelakaan potensi kematian (tentukan nilainya) Kurangi
LTI (tentukan nilainya)
PRIORITAS Tingkatkan kepemimpinan baris menejemen menengah & frontline Identifikasi Perbaiki
Sistem Menejemen K3, laksanakan Standard Perusahaan
Terapkan Cegah
resiko K3 di setiap aktivitas operasi yg mengarah ke kematian
Sistem Menejemen K3 kepada kontraktor
kematian dengan menerapkan praktek K3 terbaik
TINDAKAN Perbaiki kualitas proses identifikasi, menaksir dan menilai resiko YANG Perbaiki material pelatihan dari upaya pencegahan kematian DIPERLUKAN Berikan
dukungan & perkuat kepatuhan dengan contoh kepemimpinan
Sistem Kesehatan Keselamatan Kerja 1.
NOSA (National Occupational Safety Assosiation)
2.
ISRS (International Safety Rating System)
3.
OHSAS (Occupational Health Safety Assessment Series)
4.
A-SEP - Adaro Safety, Health, Environmental & Production
5.
Prima Nirbhaya Standar (KPC) & difokuskan terhadap pencegahan kecelakaan mematikan
NOSA Safety Element Checklist-1 1-00 Premises and housekeeping
2-00 Mechanical, electrical and personal safeguarding
1-11 Buildings, Floors and Mining Areas
2-11 Machine guarding
1-12 Lighting: natural and artificial
2-12 Isolation of Plant and Equipment
1-13 Ventilation: natural and artificial 1-14 Amenities and Sanitation
2-13 Labelling of switches, isolators and valves 2-14 Ladders, stairs, walkways and scaffolding 2-15 Lifting gear and machinery
1-15 Pollution: air, ground and water 1-21 Aisles, Storage In-Pit road & Section Demarcation 1-22 Good stacking and storage practices 1-23 Workshop, Yards, Storage and Mining Areas 1-24 Scrap and refuse bins: removal system 1-25 Colour coding
2-16 Compressed Gases and Pressure Vessels 2-17 Hazardous substances control 2-18 Mobile Equipment - Checklist and Licensing 2-21 Electric Equipment - Plug In 2-22 Electric Equipment - Earth Leakage Units (RCDs) 2-23 Electrical Eq, General Installation, Distribution Boards & Flameproof Eq 2-30 Hand tools 2-31 Ergonomics 2-41 Personal Protective Equipment - Head 2-42 Personal Protective Equipment - Eye and Face Protection 2-43 Personal Protective Equipment - Foot Protection 2-44 Personal Protective Equipment - Protective Clothing 2-45 Personal Protective Equipment - Respiratory Equipment 2-46 Personal Protective Equipment - Hearing Conservation 2-47 Personal Protective Equipment - Safety Harness
5-00 Health and safety organization
NOSA Safety Element Checklist-2
5,10 Chief Executive Officer responsible for health and safety 5-11 Person(s) made responsible for occupational health and safety co-ordination 5-12 Appointment of safety representatives 5-13 Health and Safety Committees 5-14 On-the-job health and safety communication 5-15 First-aider and facilities
3-00 Fire protection and prevention
3-01 Fire extinguishing equipment 3-02 Identification and Access
5-16 First-aid training 5-21 Posters, bulletins, newsletters, safety films & internal competition 5-22 Injury experience and star grading board
3-04 Maintenance of equipment
5-23 Suggestion scheme
3-05 Storage of flammable and explosive material
5-24 Health and safety reference library
3-06 Alarm system
5-25 Annual Report - Health and safety achievements
3-07 Fire fighting/Rescue - Drill and Instruction
5-30 Induction and job health and safety
3-08 Security system
5-31 Health and safety training courses
3-09 Emergency Preparation
5-32 Medical examinations
3-10 Fire and Rescue Supervision
5-33 Selection and placement 5-40 Premises inspections
4-00 Incident/accident recording and investigation
5-41 Bi-annual internal self audits
4-11 Injury/diseases record and dressing book
5-42 Health & safety design specifications
4-12 Internal incident reporting and investigation (injury/diseases)
5-50 Written safe working procedures: and used 5-51 Planned task observations
4-13 Injury/disease statistics
5-52 Work permits
4-14 Internal accident reporting and investigation
5-60 Off-the-job health and safety
ISRS - International Safety Rating System 1.
Kepemimpinan dan administrasi
11.
Peralatan pelindung diri
2.
Pelatihan Manajemen
12.
Pengendalian kesehatan
3.
Inspeksi terencana
13.
Sistem evaluasi program
4.
Prosedur dan analisis tugas
14.
Pengendalian keselamatan dibidang teknik
5.
Investigasi
15.
Komunikasi pribadi
kecelakaan/insiden
16.
Rapat Kelompok
6.
Observasi tugas
17.
7.
Kesiapan dalam keadaan
Kenaikan jabatan yang umum
18.
Pemakaian dan penempatan tenaga kerja
19.
Kontrol pembelian
darurat 8.
Peraturan-peraturan
OHSAS 18001: 2007 Summary
General requirement OH&S policy Planning
Hazard identification, risk assessment and determining control Legal and other requirement Objectives and program(s)
Implementation
Resources, roles, responsibility, accountability and authority Competence, training and awareness Communication, participation and consultation
Communication Participation and consultation
Documentation Control document Operational control Emergency preparedness and response
Checking
Performance measurement and monitoring Evaluation of compliance Incident investigation, non conformity, corrective action and preventive action
Incident investigation Nonconformity, corrective action and preventive action
Control of records
PROLOG
Karakteristik khusus Pertambangan : Padat Investasi Padat Teknologi Tingkat Resiko Kecelakaan Tinggi Akibat dari Kesadaran Karyawan
Efisiensi dan Produktifitas Kerja Meningkat Perlu : Jaminan / Kondisi K3 Karyawan dan Alat.
Tercapai, jika : • • •
Melaksanakan Program K3 Melakukan Pengawasan K3 Tugas IT Mentaati Peraturan-Perundangan K3
Kepala Inspektur Tambang (KAIT) Inspektur Tambang (IT) Kepala Teknik Tambang (KTT) Buku Tambang Organisasi K3 Program K3 Pengawas Teknis dan Pengawas Operasional Komite K3
External & Internal Audit
Komite K3
Kepala Teknik Tambang
Pengawas Teknis
Pengawas Operasional
Program K3
Manager K3
PELAKSANAAN PENGAWASAN K3 A. PENGAWASAN ADMINISTRATIF B. PENGAWASAN OPERASIONAL
PENGAWASAN BAHAN PELEDAK
PENGAWASAN BAHAN BAKAR CAIR
PENGAWASAN PERALATAN/PERMESINAN TAMBANG
PENGAWASAN KECELAKAAN
PENGAWASAN PERSETUJUAN
DAN LAIN-LAIN
IZIN OPERASI KK
SLAG DUMP
OPEN PIT PT FI
INSPEKSI KESELAMATAN KERJA
INSPEKSI KESEHATAN KERJA
PEMERIKSAAN/PENYELIDIKAN KECELAKAAN
PENYELIDIKAN KEJADIAN BERBAHAYA
PENGUJIAN PERALATAN
PENGUJIAN KONDISI TEMPAT KERJA
KECELAKAAN
KEJADIAN BERBAHAYA
DESENTRALISASI PENGAWASAN K3
Melaksanakan Pengawasan K3 sebagaimana kewenanganya sebagai daerah otonom Berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku dan Juklak/juknis yang ditetapkan oleh pusat
DEKONSENTRASI PENGELOLAAN K3 A.
Kewenangan Pengelolaan K3 Daerah Dalam Dekonsentrasi
B.
Kewenagan Pengelolaan K3 Pemerintah
C.
Pedoman – Pedoman
A. KEWENANGAN PENGELOLAAN K3 DAERAH DALAM DEKONSENTRASI 1. PENGANGKATAN
Pengangkatan KAPIT dan PIT
2. PERIZINAN
Operasi Kereta Gantung
Operasi Derek
Operasi Kapal Keruk (KK)
Balast Tetap dalam Kompartemen KK
Gudang Bahan Peledak
3. PERSETUJUAN PENGESAHAN, DAN REKOMENDASI
Undercutting front penambangan
Tinggi ponton KK di atas air
Lokasi gudang handak
Pembangunan gudang handak
Pemusnahan handak
Lokasi tangki Bahan Bakar Cair (BBC)
Pembangunan tangki BBC
Lampu pekerja tambang
Kepala Teknik Tambang
Ruang P3K
4. KEGIATAN RUTIN
Inspeksi K3
Pemeriksaan Kecelakaan Berat
Pengujian untuk Izin Operasi/Persetujuan
Pengujian Kondisi Tempat Kerja
Pembinaan Kepala Teknik Tambang (KTT)
Pembinaan PIT Kabupaten/Kota
B. KEWENANGAN PENGELOLAAN K3 PEMERINTAH 1. PERIZINAN
Izin Baru Kereta Gantung
Izin Baru Derek
Penutupan Tambang
2. PERSETUJUAN PENGESAHAN DAN REKOMENDASI
Jenjang Penambangan
Sudut Kemiringan Kritis Kapal Keruk
Perubahan Konstruksi Kapal Keruk
Rancang Bangun Kabin (Cage) Derek/Kereta Gantung
Modifikasi Alat Pemindah Tanah
3. PEMERIKSAAN / PENGUJIAN
Kecelakaan berakibat mati
Kejadian berbahaya
Dalam rangka Izin baru alat angkut orang
Dalam rangka penutupan tambang
4. LAIN – LAIN
Audit dan Penilaian K3 Nasional
Supervisi Daerah Otonom
Supervisi Daerah Provinsi Dalam Dekonsentrasi
Hal-hal lain yang berdampak Nasional
C. PEDOMAN – PEDOMAN
Inspeksi K3
Pemeriksaan Kecelakaan
Laporan Inspeksi K3 dan Pemeriksaan Kecelakaan
Pemeriksaan Kapal Keruk/Isap dan Tambang Semprot
Pemeriksaan Gudang Bahan Peledak
Pengangkatan Kepala Teknik Tambang dan PIT
Pengelolaan Administrasi Kecelakaan
Pengelolaan Salinan Buku Tambang
Bentuk Buku Tambang dan Kartu Izin Meledakkan
epu usan en er er am angan an nerg Nomor : 555.K/26/M.PE/1995, tanggal 22 Mei 1995. Segala aspek menyangkut K-3 Pertambangan Umum : Pihak-pihak Program
penanggung jawab
dan manajemen K-3
Kewajiban
melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja
tambang. Tatacara
inspeksi tambang oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dan Kepala Teknik Tambang. Kondisi
kerja, peralatan kerja, rambu-rambu/tanda-tanda peringatan.
Kewajiban
menyusun Standard Operation Procedure (SOP).
Tatacara
pencegahan dan penanggulangan kemungkinan terjadinya bahaya dan kecelakaan. Tatacara Dimensi
penanganan, penggunaan dan penyimpanan bahan peledak. tambang.
Kewajiban
pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja tambang.
Aturan-aturan Pengamanan
penggunaan alat angkut.
alat-alat berputar.
A-SEP - Adaro Safety, Health, Environmental & Production No
Elemen Utama A-SEP Adaro
1
Management, Involvement, Planning & Leadership
2
Recruitment, Selection, Placement & Training
3
Communication & Behavior Management
4
Inspection, Audits, Review, Evaluation & Remedial Action
5
Incident Reporting, Investigation & Analysis
6
Risk Management, Emergency, Crisis Preparedness & Contingency Planning
7
Management of Operational & SHEQ
8
CSR & Off The Job Safety
Fatality Prevention Elements (FPE) - KPC
Pada tahun 2002 KPC mengembangkan FPE yang menyatu dengan sistem K3 KPC Prima Nirbhaya dan intinya memfokuskan pada pencegahan kecelakaan mematikan yang terdiri atas 69 elemen dengan 11 Elemen pencegahan kecelakaan mematikan
Untuk mendukung fokus terhadap pencegahan kecelakaan mematikan, berberapa hal telah dikembangkan, diantaranya: 1. 11 Fatality Prevention Element (FPE) 2. Aturan Baku (Golden Rules) 3. Prosedure bekerja pada resiko tinggi 4. Codes of Practice 5. Induksi K3
Prima Nirbhaya Element (KPC) No
Element Utama Prima Nhirbaya
1
Premises and Mining Areas (kerapihan tempat kerja dan bagunan)
2
Mechanical, Electrical and Personal safe guarding (perlindungan diri serta pengamanan peralatan mekanis dan elektrik)
3
Fire Protection and Prevention (pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran)
4
Incident/accident recording and investigation (pendataan dan investigasi kecelakaan)
5
Health and Safety Organization (organisasi keselamatan & kesehatan kerja)
11 Fatality Prevention Elements KPC 1.
Road Design, Construction & Maintenance
2.
Mine Slope Safety
3.
Isolation & Tagging
4.
Working at Heights
5.
Lifting & Supporting Loads
6.
Vehicle & Mobile Equipment Operations
7.
Vehicle & Mobile Equipment Condition
8.
Electrical Safety
9.
Explosives Handling & Use
10.
Confined Spaces
11.
Working Near Water
1. Harus mampu identifikasi Hazard
Kebutuhan PPE
Representatif perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan setiap karyawan yang bekerja dengan resiko atau yang didaerah yang wajib dilindungi dengan PPE berhak memiliki Personal Protective Equipment (PPD) yang sesuai dan ketika anda memasuki yang memerlukannya pastikan anda menggunakannya.
Hal ini termasuk: Safety Hard
Glasses
Hat
Reflective Steel Ear
vest (rompi)
Capped Boots
plugs or muffs
Kebutuhan PPE
Jatuh dari Ketinggian
Contoh Prosedur LV
Nomor lambung kendaraan harus reflective.
Standard ukuran huruf & angka mengikuti standard Australia AS 1774 (min tinggi huruf 100 mm)
Memakai style huruf imperial atau aerial ditulis tegak lurus
Warna huruf, nomor & latar belakang harus kontras
Nomor lambung kendaraan harus dipasang di pintu depan, kanan, kiri, belakang kendaraan.
Perlengkapan K3 Pada Dump Truck
Seat belt Fatigue Warning Devices AC Pulley Guards Battery Isolation lock-out on front of truck near access point. 2 Wheel Chocks to be mounted on front of truck Fire Suppression System 2 X 9kg Fire Extinguishers Handrails to cover access points at top of entry ladder Compressed air lines in cabs for cleaning
Ukuran roda terbesar
½ Tinggi Roda
Isolasi & Lockout Terdapat berbagai energi berbahaya yang bila tidak dikendalikan dapat menjadi situasi berisiko cidera serius & kecelakaan mematikan. Pastikan bahwa karyawan tidak ditempatkan dalam situasi berisiko karena adanya energi-energi berbahaya yang lepas secara tidak terkendali.
Isolasi & Lockout berlaku untuk semua sumber energi berbahaya & meliputi:
Energi listrik> 32V; Energi yg tersimpan (pegas, baterai); Pneumatik (udara tekan); Energi hidrolik.
Energi potensial (karena sifatnya atau posisinya); Gravitasi ( Counter Weight dari Conveyor ).
Temperatur, yaitu panas (air panas dan uap); Energi kimia; Radiasi.
Untuk dapat bekerja pada daerah yg terisolasi maka personil tersebut merupakan orang yang dinilai kompeten dan telah mengikuti proses pelatihan tentang isolasi dan lockout.
Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa semua pekerjaan pemasangan, pembangunan, inspeksi yang dilakukan pada alat dan instalasi
Contoh Proses Isolasi Mekan ik
Contoh Proses Isolasi Penggunaan Bahan Peledak & Peledakan
Dimensi & Geometri Jalan
Super elevasi
ep en o. 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 241. Geometri Kemiringan tinggi & lebar& terasDimensi harus dibuat dengan Jenjang baik & aman untuk keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat, kerikil dan material lepas lainnya harus:
Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual;
Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik dan
Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan menggunakan clamshell, ragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Tinggi jenjang untuk pekerjaan yg dilakukan pada material kompak tidak boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual.
Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:
Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih dari 15 meter dan
Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau disesuaikan
Dimensi & Geometrik Lereng
Material Insitu
Ketidakstabilan Lereng
Material Promosi
Contoh Matriks Pelatihan Topik Pelatihan vs. Tingkat Karyawan
No
Div
1
A
Supervisor – Maintenance
2
A
Tradesperson Mechanical
3
A
Tradesperson – Mechanical
4
A
Welder
Tingkat
Tugas Umum G e n e r a l I n d u c t i o n
C h a n g e M a n a g e m e n t
D o c u m e n t & R e c o r d M a n a g e m e n t
S a f e t y M a n a g e m e n t A w a r e n e s s
D a t a b a s e S a f e t y S y s t e m F r e q u e n t
Praktek Umum K3 S a f e t y S y s t e m A d m i n i s t r a t o r
I n t e r n a l A u d i t o r C o u r s e
R i s k A s s e s s m e n t F a c i l i t a t o r
S a f e t y B e h a v i o r O b s e r v a t i o n A u d i t
I n t r o d u c t i o n t o A c c i d e n t I n v e s t i g a t i o n
A c c i d e n t / I n v e s t i g a t i o n T r a i n i n g
S a f e t y S t a n d a r d P r a c t i c e I n s p e c t i o n
J o b S a f e t y A n a l y s i s
M a n u a l L i f t i n g
Darurat C o n d u c t i n g S a f e t y T a l k s
H a z a r d I d e n t i f i c a t i o n
F i r s t A i d E s s e n t i a l s ( R e v i s e d )
F i r s t A i d ( R e f r e s h e r )
A d v a n c e F i r s t A i d
F i r e & R e s c u e
F i r e E x t i n g u i s h e r s
Tugas Khusus F i r e H o s e D r i l l C o u r s e
F i r e W a r d e n a n d D e p u t y F i r e W a r d e n
L i f t i n g & S u p p o r t i n g L o a d s A w a r e n e s s
Evaluasi K3
“Daily toolbox talk” untuk karyawan operasi
Rapat koordinasi mingguan untuk superintendent K3
Rapat K3 bulanan untuk non-operasi
Rapat bulanan untuk komite K3
Rapat quartalan dengan kontraktor
Tanggung Jawab Formal Implementasi Kesehatan & Keselamatan Kerja LEVEL
SAFETY MEETING
Stop
Safety Inspection
CPR
Daily Check
Safety Contact
1/month
Daily
-
Weekly
Monthly
Supervisor
3
1
8/month
4/month
Foreman & General Foreman
-
1
4/month
1/month
Superintendent & General Superintendent
-
1
4/month
1/Qtr
Review 1/Qtr
-
Review & Audit Accountability Performance every Quarter
Managers & Vice President /
-
1/Qtr
2/month
1/Qtr
-
-
Review Result of Audit In Every
Review and Review & Ensure One ensure The Program/mth check list/daily
-
Inspeksi K3 Inspkesi K3
Menugaskan inspektor yang terlatih
Definisikan formulir periksa untuk peralatan dan infrastruktur kritikal; seling-baja, scaffolding, pengelasan asetilin, tangga, aksesoris peralatan angkat (lifting hook, shackles)
Dokumen Laporan Inspeksi disimpan dan direkam di Sistem K3
Inspeksi House Keeping
Inspeksi House Keeping
OSI 15-09-05 Pk 09.00-11.45
Perbedaan Inspeksi & Audit Inspeksi K3
Audit K3
Identifikasi penyimpangan atau ketidak sesuaian
Identifikasi efektif system operasi daru suatu sistem K3
Jangan melihat suatu sistem K3 secara umum
Bandingkan deviasi fisik terhadap sistem K3 dan standard
Identifikasi hazard yang tampak
Cari tahu apakah sistem K3 ada dan bekerja baik
Bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan atau difokuskan Apakah tim manajemen mengacu pada sebuah sistem pada suatu aktivitas, misal: alat angkat atau peralatan listrik Biasanya dilalkukan setiap bulan oleh seorang representatif ke di tempat kerja tsb atau spesialist
Libatkan contoh sebuah inspkesi atau observasi fisik
Membuthkan waktu 1 – 5 jam tergantung luas daerah kerjanya
Memerlukan 1 – 5 hari tergantung kepada daerah cakupan
Dilakukan secara internal
Dilakukan: Eksternal: Pemerintah, & Badan Independent Internal: Tipe pekerjaan diaudit sebelum sebuah kontraktor diberi pekerjaan, Tindak lanjut audit harus dilakukan untuk
ANALISA TEMPAT KERJA JOB SAFETY ANALYSIS JSA
Job Safety Analysis JSA
JSA sistem perencanaan suatu pekerjaan dengan keselamatan kerja sebagai prioritas utama. Tidak setiap orang mengetahui dengan pasti cara melakukan pekerjaannya dengan benar dan aman.
Untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi suatu pekerjaan.
Dapat menghasilkan suatu cara yang lebih baik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Mempunyai hubungan erat dengan sistem K3, yaitu untuk memastikan perbaikan tata cara dan prosedur kerja dengan aman.
Harus dilakukan sebelum melakukan pekerjaan adalah keselamatan menjadi pertimbangan utama
Dilakukan dengan 3 cara:
Pengamatan langsung
Diskusi dalam suatu kelompok
Faktor Penentuan Pembuatan JSA 1.
Apa yang akan saya lakukan?
2.
Dengan bahan-bahan apa sajakah saya akan berkerja
3.
Peralatan dan perlengkapan apa yang saya gunakan?
4.
Kapan saya akan melakukan pekerjaan itu?
5.
Bagaimana pengaruh pekerjaan ini terhadap pekerjaan yang lain?
6.
Adakah pengaruh yang lain?
Langkah Pembuatan JSA
Step 1. Identifikasi dan katagorikan pekerjaan
Step 2. Pecah pekerjaan tersebut dalam langkah demi langkah
Step 3. Identifikasi bahaya yang muncul
Step 4. Menetapkan cara mengontrol bahaya
Step 5. Catat JSA di Form dan periksa ulang
JSA Worksheet Project:
Sign off:__________________ Date: ___________________ Accepted: Yes / No
Team: Task:
Task Steps
1.
Possible Hazards
Safety Controls
Job Safety Analysis - JSA Jenis Mesin milling dan copy mill APD No
Google, gloves, masker, safety shoes, safety helmet Tahapan pekerjaan
Potensial bahaya
Tindakan yang dianjurkan
1. Pasang benda yang Tangan terjepit akan di bentuk/dikikis (milling) di penjepit
Pemasangan dengan hatihati
2. Pasang mata pisau Tangan terkena (modul) sesuai mata mata pisau kebutuhan (modul)
Jangan memegang mata pisau (modul), gunakan sarung tangan
3. Nyalakan mesin, atur Tangan terkena kecepatan putaran mata pisau
Jaga jarak dengan mesin, jangan memegang mata pisau (modul), gunakan safety google
4. Matikan mesin setelah selesai me-
Tangan terkena Tunggu sampai modul mata pisau (modul) benar-benar berhenti
MENEJEMEN RESIKO
Definisi
Hazard adalah potensi untuk “harm”
Risk adalah peluang terjadinya “harm”:
Intrinsic risk: tingkat resiko yang berlaku tanpa adanya kontrol (prosedur & standard & PPE)
Current risk: tingkat resiko berdasarkan kontrol yang sedang berlaku
Residual risk: tingkat resiko sisa setelah ditambahkan kontrol baru
Risk terdiri dari dua komponen
Konsekuensi
Peluang kejadian (likelihood)
Definisi Menejemen Resiko
Menejemen Resiko: sebuah metodologi logika dan sistematik yang dapat membantu proses pembuatan keputusan dan merupakan sebuah budaya, proses dan struktur yang diarahkan terhadap menejemen efektif dari potensi peluang-peluang dan dampak buruk (grasping opportunities and minimizing losses)
Menejemen Resiko adalah sekumpulan proses berikut: identifikasi analisis evaluasi perlakuan pemantauan
dan mengkomunikasikan resiko
yang berkaitan dengan aktivitas, fungsi atau proses dalam bentuk
Resiko "Risk comes from not knowing what you're doing" (Warren Buffet) Seringkali resiko timbul dari adanya suatu bahaya
Resiko Bisnis Ancaman suatu peristiwa mempengaruhi kemampuan perusahaan secara negatif
Implikasi dari definisi resiko
Kerugian finansial: pencurian, penipuan, pergerakan nilai valuta dan suku bunga.
Kerugian non-finansial: publisitas buruk menurunkan
BHP - Gorontalo BHP - Meruwai BP & Rio Tinto – KPC PP Tambang Bawah Tanah
Proses Risk Assessment 1. Identifikasi Cakupan & Manfaat suatu Studi Risk Assessment 2. Membentuk Konteks 3. Identifikasi Hazard 4. Analisa Resiko & Evaluasi Resiko 5. Perlakuan Resiko
Mengukur - Menaksir Resiko Contoh Resiko ► Penurunan
harga komoditi
Apakah penyebabnya? ► Volatilitas
finansial akibat paper trading
► Volatilitas
harga minyak bumi
► Climate Change ► Significant
event in the world
► New Technology
Bagaimana melakukan pengukuran/menaksir resiko
Gunakan kriteria pengukuran yang dipakai Impact & Likelihood
Mengukur Resiko
Menilai konsekuensi potensial yang dapat muncul apabila resiko tersebut terjadi (impact )
Menilai frekuensi potensial dari kemungkinan terjadinya resiko tersebut (likelihood )
Kriteria pengukuran adalah sebuah aspek penting dalam mendapatkan common risk language
Mengukur resiko
Tingkat Resiko = Impact x Likelihood Sumber : Australian / NZ Risk Management Standard (AS/NZ4360)
IMPACT - KONSEKUENSI
Mengukur Resiko
► Besarnya kerugian
finansial/ non-finansial
► Berapa besar kerugiannya? ► Berapa besar kerusakan ► Berdasarkan pengalaman historis dan/
Peluang Kejadian
A (almost certain) The event is expected to occur in most circumstances
B (likely) The event will probably occur in most circumstances
C (moderate) The event should occur at some time
D (unlikely) The event could occur at some time
E (rare) The event may occur only in exceptional circumstances
yang ditimbulkan?
atau ekspektasi masa depan
Konsekuensi Insignificant 1
Minor 2
Moderate 3
Major Catastrophic 4 5
S
S
H
H
H
M
S
S
H
H
L
M
S
H
H
L
L
M
S
H
L
L
M
S
S
Parameter Kriteria “Company Risk Assessment”
Citra
Ekonomi Nasional dan Global
Gangguan Stop Operasional
Kesehatan & Keselamatan Kerja – kecelakaan tambang
Lingkungan Hidup – Ekosistem
Perencanaan short term vs. longterm
OB Management
Fleet Management
Teknologi
- teknikal
Rekrutmen vs. kompetensi
Sosial lokal & regional
Keamanan
Finansial
Matriks Konsekuensi & Peluang Peluang Kejadian 1. Fatal Probabilitas 2. Kerusakan Aset >
Konsekuensi
1. Serious injury – 1. Disabling Injury 1. Medical Treatment 1. Minor impact permanent 2. Kerusakan Aset > 2. Kerusakan Aset > 2. Kerusakan Aset USD 1 M 2. Kerusakan Aset > USD 50K USD 30K
1 mg 3. Penundaan produksi 1 hari produksi 1 shift produksi ½ shift produksi 2 hari
Harian
1
3
6
10
15
Bulanan
2
5
9
14
19
Tahunan
4
8
13
18
22
5 Tahunan
7
12
17
21
24
> 25 Thn LOM
11
16
20
23
25
Resiko kritikal
Resiko tinggi
Resiko menengah
Resiko rendah
Resiko kritikal 1-5: Hentikan aktivitas Lakukan tindakan koreksi & preventif
Resiko tinggi 6-12: Lakukan tindakan koreksi & preventif segera Tindakan kontrol dikaji atau ditentukan oleh
Daerah Kerja Beresiko Tinggi Tambang Terbuka Penunjang Tambang
Tambang Interaksi
AAB
Stabilitas
lereng
Penangangan
BP
Jalur
& pemakaian
angkutan
Peralatan
mudah bakar
Interaksi kendaraan kecil
Mesin bergerak
Peralatan angkat
Bekerja di ketinggian
Isolasi peralatan bergerak
Logistik BP
Pengangkutan pegawai
Pekerjaan dekat air
Pekerjaan listrik
Pekerjaan uap panas
Pekerjaan bertekanan tinggi
Pemilihan Teknologi Penggalian
Pemilihan Pemilihan Teknologi Teknologi Penambangan & Pengangkutan
Penanganan Resiko Menerima Resiko - Resiko tersebut diterima dan tidak ada rencana penanganan
Resiko lebih lanjut Mentransfer Resiko – Memindahkan resiko kepada pihak ketiga yang independen dan
memiliki kemampuan secara finansial (contoh: asuransi/outsourcing) Menghindari Resiko – Menghindari eksposur terhadap kejadian-kejadian yang dapat
memunculkan resiko tersebut Mengurangi Resiko – Mengurangi resiko dengan memfokuskan pada usaha-usaha pengurangan Impact dan Likelihood.
TRANSFER AVOID ACCEPT
REDUCE
LAPORAN INSIDEN
Statistik – Kecelakaan K3
5.21%
Statistik Insiden vs Usia
27.08%
19.79%
KPC
47.92% A<20
BASED ON AG
<=20
75 48 44 36-40
79 28
20
ADARO
19
26-30
0.00%
30
40
A>50
Statistik Kecelakaan Pertambangan di Indonesia 300
Ringan Berat
250
Mati Total
200 n a b 150 r o K
100
50
0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
Tahun
2004
2005
2006
2007
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Ketentuan Melapor - Pasal 41 Pekerja tambang yang cedera akibat kecelakaan tambang yang bagaimanapun ringannya harus dilaporkan ke ruang pertolongan pertama pada kecelakaan atau tempat perawatan kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan pekerjaan. Laporan kecelakaan dan pengobatannya sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) harus dicatat di dalam buku yang disediakan khusus untuk itu. Apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera atau mati, KTT harus sesegera mungkin memberitahukan
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Ketentuan Melapor - Pasal 42
Kecelakaan tambang harus di-investigasi oleh KTT atau orang yang ditunjuk dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam dan hasil investigasi tersebut dicatat dalam buku daftar kecelakaan.
Kecelakaan tambang harus dicatat dalam formulir dan dikrimkan kepada KAPIT
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Pemberitahuan Kejadian Berbahaya Pasal 43
Kejadian berbahaya yg dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya produksi harus diberitahukan dengan segera oleh KTT kepada KAPIT
KTT segera melakukan tindakan pengamanan terhadap kejadian berbahaya seperti dimaksud dalam Ayat (10) Pasal 43.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Penyelidikan Kecelakaan Tambang & Kejadian Berbahaya - Pasal 46
Untuk kepentingan penyelidikan KTT tidak boleh mengubah keadaan tempat dan atau kondisi perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya, kecuali untuk kepentingan pertolongan
Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan pekerjaan, keadaan ditempat kecelakaan atau kejadian berbahaya hanya dapat
Investigasi Insiden /Eksiden
Semua kejadian/kecelakaan harus segera dilaporkan dan diinvestigasi apakah hal kecil atau serius
Sistem K3 perusahaan harus mencamtumkan Standard Elements panduan tata cara investigasi
Investigasi harus melalui “Incident Cause Analysis Process” sebagai alat perusahaan untuk investigasi kecelakaan.
Semua investigasi kejadian/kecelakaan harus dilaporkan dalam Sistem Database Perusahaan.
Incident Recall Tanggal :
1 March 2005
Jam :
01.15 am
Lokasi :
Jalan angkut batubara
Departemen : Geologi Deskripsi:
Ketika sedang bergerak dari kantor tambang ke Pit Lombong, LU209 dengan dua penumpang dan pengemudi terguling setelah menabrak safety berm ketika hendak menghindari sebuah compactor Kejadian ini mengakibatkan dua orang mengalami injuries & masuk dalam kategori LTI
Incident Recall Tanggal:
15-Februari-2005
Jam:
12:59 pm
Lokasi:
Jln Layang Panel 8 Lombong
Perusahaan:
PT. Tambang Batubara
Departemen:
Coal Mining
Deskripsi:
603 sedang mengangkut batu-bara dari Lombong menuju ROM Area, ketika sampai di Jalan layang Panel 8 Lombong tiba-tiba 603 menabrak tanggul sebelah kiri di jalan tersebut. Kejadian tersebut mengakibatkan roda dump truck patah, tetapi tidak ada yang cedera.
Incident Notification Tanggal:
10 Nov 2005
Jam:
11 : 30 PM
Lokasi:
West Dump
Departemen:
Kontraktor
Deskripsi:
Operator HD-785 No. 3010 sedang dalam proses mundur untuk menumpahkan material di Waste Dump tetapi terjerambab. Material dimana truk parkir mundur mengalami subsiden sehingga truk mundur terjerembab hampir masuk kolam dibelakangnya. Tidak ada injury atau kerusakan pada alat
Incident Notification Tanggal :
Rabu 30 Mei 2007
Jam :
05.45am
Lokasi :
South Waste Dump 2
Deskripsi:
Hasil Investigasi:
Sebuah DT 777A masuk ke South Waste Dump 2 dan berencana menumpahkan material ke bagian South Eastern Tetapi operatornya kemudian mundur di tanggul sebelah timur dan menaikan baknya sekitar 2 meter dan ternyata material disitu lunak sehingga DT berguling ke lantai bawah daerah bantingan
Gagal melakukan barikade pada daerah yang dianggap tidak aman dan menumpahkan material bukan pada tempat yang diizinkan Gagal untuk patuh kepada peraturan yg berlaku utk tidak menumpahkan material pada sisi lereng yang tingginya >10 m Gagal mencatat instruksi verbal saat pengalihan shift kerja Melanggar Aturan Baku # 1-identify hazards & # 2-supervision of work
Incident Notification Tanggal
9 September, 2001
Jam Lokasi
Tambang Batubara
Deskripsi:
On Sunday morning, an incident occurred with a very high potential to cause fatal injuries to persons in a light vehicle. A Production Leading Hand pulled up directly in front of a CAT 777 D No. RDX 82. He then exited the parked vehicle and climbed on board the truck to check for an air pressure problem. In so checking, he ran over his own vehicle. The CAT 777 D was correctly parked for the Musang pit shift change along with other equipment. Investigation will determine why the Leading Hand did not park at the light tower not 30 metres away.
Incident Notificati on
Incident Notification Tanggal
28 June 2004
Jam
13:00 pm
Lokasi
Pit Keadilan
Departemen Kontraktor Dhinosaurus Deskripsi:
A mechanic of Dhinosaurus was releasing teeth bucket excavator Hitachi 2500/3013. Whilst the mechanic hit the pin punch by using hammer suddenly a crumb of metal from hammer/pin punch/bucket hit one of the mechanic where standing near the bucket. This accident incurred crumb inside of his left leg.
Historis Kecelakaan Tambang Batubara Bawah Tanah Ombilin Kecelakaan (ledakan) Selasa, 16 Juni 2009, 10.00 WIB
3 kemungkinan penyebab ledakan:
arus pendek pada generator listrik yang dibawa penambang:
penambang yg merokok;
gesekkan besi dari lori atau alat tambang yang memercikkan api
Percikan api ditangkap gas metana yang kadarnya besar lalu meledak
Ledakan ini terjadi di lubang tambang sedalam 100 m dan mengakibatkan adanya lemparan material hingga sejauh 150 meter dari mulut tambang, dan terlemparnya 14 orang yang berada pada jarak sekitar 50 meter dari mulut tambang
MENEJEMEN KELELAHAN
Kelelahan
Tidak ada definisi universal yang dapat diterima
Bukan semata-mata mengantuk tetapi lebih dari itu karena disebabkan oleh kombinasi dari karakteristik kerja dan kemampuan menanggungnya.
Menurunnya kemampuan untuk bertahan kerja secara fisik dan mental atau hilangnya kewaspadaan & bisa berakhir dengan mengantuk atau disebut juga sebagai kehilangan kewaspadaan dan bekerja dengan aman akibat buruknya kualitas tidur atau bekerja bukan pada waktu yang bukan bioritmiknya sehingga perlu energi fisik dan mental lebih.
Batas kemampuannya bervariasi untuk setiap orang sehingga merupakan isu kompleks.
Di lingkungan kerja pertambangan sering dijumpai seseorang mengoperasikan & mengendalikan sebuah alat dalam waktu yang sangat lama, isolasi dan rutin → bahaya serius Insiden apapun yang disebabkan oleh disfungsi sebuah alat atau
Masalah Kelelahan vs. Faktor Kontribusi Fatigue Related Problems In Coal & Metalliferrous Mines
The contributing factors causing fatigue Corporate Psychology Services (2004)
Operators falling asleep & disorders & driving off haul roads Individual characteristic, including age, fitness, chronic Illness, sleeping disorders Loss of situational awareness common among truck drivers Shift/Roster: night shift, hours worked, No consecutive night shift, rotation direction, breaks, cycle length Increased equipment damage towards the end of the shift
Type of work, including mental load, physical load
Lapses in concentration and increased errors especially at Work culture, including work pressure, support for self low circadian point in the early morning management, work practices (job rotation, napping) Impairment of secondary task functions and reduced critical Environment, including temperature, noise, light level, humidity, decision-making capacities dust, chemical exposure Poor performance - work is very repetitive, & boring
Commuting; daily, start/end cycle
Increased absenteeism as a result of excessive overtime
Sleeping environment, temperature, noise, light, inside toilet
Loss of experienced personnel and increased stress among Shift work, skill & knowledge, sleep habits, ability to nap, management alcohol & drug use, nutrition, stress management, & preparation for first night shift. Uncontrolled contractor hours
Private commitment, social activities, family, side jobs
Maenejemen Kelelahan
Kepedulian dimulai dengan meningkatnya kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan.
Isu ini berkembang desekitar operator dengan masalah yang tertidur pada saat gilir kerja malam
→ kelelahan
Selanjutnya diperkenalkan menejemen kelelahan
Kecelakaan Fatal Sebab Kelelahan - 1 Date : 23 Januari 2007 Time : 0525 am Location : Panel 2 Pit Lombong Dept/Cont. : Contractor
Sebuah DT 785 Komatsu menabrak bagian belakang DT 3008 ketika kedua trcuk sedang berjalan dari arah Shovel 305 jalan utama di daerah Panel 2.
Kejadian tersebut mengakibatkan kematian pada operator DT785
Kecelakaan Sebab Kelelahan - 2
Inisiatif Perbaikan Dalam Menejemen Kelelahan Jalankan pelatihan “menejemen gaya hidup” bagi para pasangan operator/karyawan dengan moto bahwa kebugaran untuk bekerja selalu datang dari rumah.
Terapkan tindakan disiplin serius bagi mereka yang yang terlibat dengan kecelakaan yang terbukti akibat kelelahan.
Terapkan prosedur kerja dimana karyawan yang letih harusberhenti bekerja mengoperasikan AAB atau alat lainnya.
Laksanakan kebijakan penggunaan obat dan konsumsi alkohol
Kunjungan kepada keluarga, tokoh masyarakat dan lingkungan disekitarnya untuk memberikan pemahaman untuk berperan serta dalam program kepedulian terhadap
Root Cause Analysis
Daftar Penyebab Komprehensif Alat Untuk Menganalisis Penyebab Dasar DESKRIPSI INSIDEN
• Mencatat jenis/tingkat bahaya suatu peristiwa • Meliputi siapa/apa/kapan/dimana/ bagaimana yang diketahui saat itu TAHAP PELAKSANAAN DAN RISET: PENGUMPULAN BUKTI-BUKTI
Mengumpulkan bukti-bukti yang relevan Tahap Pelaksanaan = bukti langsung (tempat kejadian dan saksi mata) Tahap Riset = bukti tidak langsung (sumber-sumber tertulis) Mempertimbangkan Orang-orang/Peran/Kedudukan/Catatan
TAHAP ANALISIS: IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING
Mengelola semua bukti Memetakan bukti-bukti
Kemungkinan Penyebab Langsung Tindakan
Kondisi
1. Mengikuti Prosedur
1. Sistem Pengaman
2. Penggunaan Perkakas
2. Perkakas, Peralatan &
atau Peralatan 3. Penggunaan Metode Perlindungan 4. Tidak Memperhatikan/ Tidak Menyadari
Kendaraan 3. Pengaruh yg Mengenai Pekerjaan 4. Bahaya Tempat Kerja
Kemungkinan Penyebab Sistem Faktor Manusia 1. Kemampuan Fisik 2. Kondisi Mental 3. Stres Mental 4. Perilaku
Faktor Pekerjaan 1. Pelatihan /Alih Pengetahuan 2. Kepemimpinan Manajemen / Supervisi / Karyawan 3. Seleksi dan Pengawasan Kontraktor 4. Rekayasa / Desain 5. Rencana Kerja
5. Tingkat Keterampilan
6. Pembelian, Penanganan Bahan & Kendali Bahan 7. Perkakas dan Peralatan 8. Peraturan/Kebijakan /
MENEJEMEN DARURAT
Klasifikasi Keadaan Darurat 1.
Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya relatif kecil maka insiden bisa ditanggap oleh ERT (Emergency Response Team).
2.
Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi serius dan tidak dapat ditanggap oleh ERT, dan bisa berdampak kepada komunitas tapi tidak berdampak kepada reputasi bisnis perusahaan maka ditangani oleh EMT (Emergency Management Team),
3.
Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi merusak reputasi bisnis perusahaan dan menghentikan operasi, masalahnya harus ditangani oleh CMT (Crisis Management Team) yang
Tanggap Darurat Keadaan darurat adalah situasi dimana ancaman serius kepada orang atau kerusakan besar kepada aset perusahaan
Dalam Keadaan Darurat: 1.
Telepone T elepone xxxx
2.
Radio Channel 1A Mining Mining & other other defined areas.
3.
Ketika darurat ucapkan “may day”,.. 3X untuk ancaman jiwa
4.
Ucapkan
Nama anda
Nomor telepon anda
Lokasi keadaan darurat
Tipe keadaan keadaan darurat darurat
Jenis keperluan keperluan bantuan bantuan
Konsep Menejemen Keadaan Darurat
1.
Pencegahan (prevention)
2.
Kesiapan (preparedness)
3. 4.
Tindakan (response) Pemulihan (recovery)
Perkiraan Kerusakan
Inspeksi & pengujian
Daftar peralatan yang harus diganti dan diperbaiki
Daftar persiapan material dan personil
Perkiraan kerugian
Kerugian produksi & pengaruhnya terhadap pencapaian target
Merencana Tanggap Darurat Efektif & Efisien
Skenario peluang kecelakaan 2. Kemampuan & kompetensi orang 3. Peralatan Handal 4. Prosedure 1.
Tempat Berkumpul Darurat Gedung
Keanekaragaman Hayati
TERIMAKASIH
Atas Perhatian