JURNAL INDUSTRI FARMASI BICOZOL® Bifonazole Krim 1%
Oleh: Rahima Syamun, S.Farm No. BP 1541012127 Apoteker Angkatan II Tahun 2015
Dosen Pembina: Dr. Muslim Suardi, MS, Apt
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016
BICOZOL
®
Bifonazole Krim 1%
I.
ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN
Bentuk sediaan obat yang dipilih adalah Cream bifonazole Pertimbangan farmasetika/biofarmasetika: a. Bufonazole bersifat praktis tidak larut dalam air, jadi dibuat dalam bentuk cream dengan menggunakan perpaduan minyak didalam air untuk mengurangi tegangan permukaan antara dua sifat yang tidak menyatu. b. Sediaan cream ini dibuat untuk semua kalangan pasien. c. Kenyamanan dan keefektivitas
dalam pemakaian atau penggunaan
dibanding bentuk sediaan lain. Misalnya bentuk salep yang kurang efektif dalam adsorbsi dibanding cream.
2
II. 2.1
TINJAUAN KIMIA FARMASI
Monografi
1 - [fenil-(4phenylphenyl) metil]1H-imidazol. C22H18N2 BM 310.39 1) Pemerian Serbuk kristal putih atau agak putih. 2) Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol. Menunjukkan polimorfisme. 3) Titik lebur 142OC 4) Susut pengeringan Tidak lebih dari 0.5 persen, ditentukan pada 1000 g dengan mengeringkan menggunakan oven pada suhu 100-105°C. 5) Kadar abu Tidak lebih dari 0.1 persen, ditentukan pada 1.0 gram. 6) Logam berat Larutkan 0.250 g dalam 80 mL asam asetat anhidrat R. Titrasikan dengan 0.1 M asam perklorat, tentukan end point secara potensiometri. 1 mL dari 0.1 M asam perklorat setara dengan 31.04 mg C22H18N2 . 7) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali. 2.2
Analisis
1)
Identifikasi
Spektrum Inframerah Pengujian
menggunakan
spektrofotometri
absorbsi
infrared,
membandingkan dengan spektrum yang diperoleh bifonazol CRS. Jika serapan diperoleh dengan solid state menunjukkan perbedaan, larutkan substans untuk
3
dianalisa dan senyawa pembanding secara terpisah pada volume minimum 2propanol R, uap keringkan dan rekam serapan baru menggunakan residu. 2)
UJI Rotasi Optik Larutkan 0,20 g dalam 20.0 mL metanol R. Sudut dari rotasi
optik adalah – 0.10° sampai +0.10°. Substansi Terkait. Uji dengan kromatografi cair (Liquid chromatography) Larutan Buffer pH 3.2. Campurkan 2.0 mL asam fosfat R dengan air R dan larutkan sampai 1000.0 mL dengan pelarut yang sama. Atur pH 3.2 (2.2.3) dengan trietilamin R. Larutan Uji. Larutkan 50.0 mg senyawa untuk diuji dalam 25 mL asetonitril R dan cukupkan sampai 50 mL dengan larutan buffer pH 3.2. Larutan pembanding (a). Larutkan 0.25 mL larutan uji sampai 50.0 mL dengan menggunakan larutan buffer pH 3.2. Larutan pembanding (b). Larutkan 25.0 mg imidazole R (impurity C) dalam asetonitril R dan larutkan sampau 25.0 mL dengan pelarut yang sama. Larutkan 0.25 mL dari larutan tersebut hingga 100.0 mL dengan larutan buffer pH 3.2. Larutan pembanding (c). Larutkan 34.2 mg dari 4-[(RS)-(bifenil-4yl)fenilmetil]-1H-imidazole trifluoroasetat CRS (corresponding to 25.0 mg impurity B base) dalam asetonitril R dan cukupkan sampai 25.0 mL dengan pelarut yang sama. Larutan pembanding (d). Encerkan 0.25 mL larutan pembanding (c) hingga 50.0 mL dengan larutan buffer pH 3.2. Larutan pembanding (e). Campurkan 0.25 mL larutan uji dan 0.25 larutan pembanding (c) kemudian encerkan hingga 50.0 mL dengan larutan buffer pH 3.2. Prosedur Kromatografi dilakukan dengan menggunakan: Kolom baja dengan memuat oktadesilsilil silica gel for chromatography R (5 µm), Ketika fase gerak pada flow rate 1 mL/min maka program gradien menggunakan kondisi sebagai berikut: Fase gerak A. Campuran 20 volume asetonitril R dan 80 volume larutan buffer pH 3.2,
4
Fase gerak B. Campuran 20 volume larutan buffer pH 3.2 dan 80 volume asetonitril R, Sebagai detektor digunakan spektrofotometer pada 210 nm, jaga suhu kolom pada 40°C. Atur sensitifitas sistem sehingga ketinggian dari puncak bifonazol pada kromatogram yang diperolehh dengan menggunakan 50 µL larutan pembanding (e) sekurang-kurangnya 50 persen dari skala penuh rekaman. Injeksikan 50 µL larutan pembanding (e). Ketika kromatogram direkam pada kondisi yang telah dijelaskan maka waktu retensi adalah : impurity B sekitar 4 menit dan bifonazole sekitar 4.5 menit. Pengujian tidak valid kecuali resolusi antara puncak yang cocok terhadap impurity B dan bifonazole adalah paling kurang 2.5. Injeksikan 50 µL larutan uji dan 50 µL dari setiap larutan pembanding (a), (b), dan (d). Pada kromatogram diperoleh dengan larutan uji : area dari puncak manapun korespon terhadap impurity C tidak besar dari puncak korespon pada kromatogram diperoleh dengan larutan pembanding (b) (0.25 persen); area dari puncak manapun yang korespon terhadap impurity B tidak lebih besar dibanding 3 kali area puncak korespon pada kromatogram yang diperoleh larutan pembanding (d) (1.5 persen); tidak ada puncak manapun, selain dari puncak kepala dan puncak yang korespon terhadap impurity B dan C memiliki wilayah yang lebih besar dibanding area puncak pada kromatogram yang diperoleh dengan larutan pembanding (a) (0.5 persen); jumlah dari area keseluruhan puncak, selain dari kepala puncak, tidak lebih besar dari 4 kali area kepala puncak pada kromatogram yang diperoleh dengan larutan pembanding (a) (2 persen). Abaikan area puncak yang kurang dari 0.1 kali area puncak kepala pada kromatogram yang diperolehh dengan larutan pembanding (a).
5
3.1
III. Farmakodinamik
TINJAUAN FARMAKOLOGI
Komposisi: 1 g cream mengandung 10 mg bifonazole dalam base (O/W) Inidikasi : krim antijamur topikal digunakan untuk mengobati infeksi kulit seperti tinea, kaki Atlet, atlet gatal, kurap infeksi tubuh dan kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur dan ragi. PO: sekali sehari pada malam hari. Oleskan tipis. Efek samping : Kadang, reaksi kulit seperti kemerahan, terbakar, gatal, iritasi dan mengelupas dapat terjadi. kehamilan dan menyusui : Data keamanan praklinis dan data farmakokinetik pada manusia tidak memberikan indikasi bahwa efek yang merugikan pada ibu dan anak harus diantisipasi ketika Bifonazole digunakan selama kehamilan. Namun, tidak ada data klinis yang tersedia. Dalam 3 bulan pertama kehamilan Bifonazole tidak boleh digunakan tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter. Penyerapan sistemik obat dari aplikasi topikal rendah tetapi merupakan potensi bahaya bagi janin. Tidak diketahui cuaca obat ini diekskresikan dalam air susu manusia. Perhatian harus dilakukan ketika Mycospor diberikan kepada seorang ibu breasfeeding. 3.2
Farmakokinetik a. Farmakokinetik Bifonazole, merupakan turunan imidazol dengan spektrum antimikotik
yang luas dari tindakan yang mencakup dermatofit, ragi, jamur dan jamur lain seperti Malassezia furfur. Hal ini juga efektif pada Corynebacterium minutissimum. Bifonazole menghambat biosintesis ergosterol pada dua tingkat
6
yang berbeda, membedakan bifonazole baik dari turunan azole lainnya dan dari antijamur lain yang bertindak hanya pada tingkat tunggal. Penghambatan sintesis ergosterol menyebabkan gangguan struktural dan fungsional dari membran sitoplasma. Penyerapan oral Bifonazole ditemukan 1,55% ± 0,95. dan metabolisme dilaporkan di hati. Plasma waktu paruh 1-2hrs. Selain itu, bifonazole ditandai dengan waktu retensi yang lama pada kulit, seperti yang ditunjukkan dengan model profilaksis infeksi, dan oleh aktivitas fungisida meningkat pada elemen jamur berfilamen, khususnya dermatofit, karena penghambatan ganda pada biosintesis ergosterol di jamur. Sel Penyerapan dari bifonazole ke dalam sel jamur mencapai maksimum setelah hanya 20-30 menit, dan obat tetap ada selama sekitar 120 jam, terus menghambat biosintesis ergosterol. Jadi dalam sel jamur bifonazole terkontaminasi
kerugian
diucapkan
virulensi
diamati,
yang
akhirnya
mempengaruhi berbagai langkah dari kontaminasi infeksi pada macroorganisms dan konversi dari saprophytic ke tahap parasit dalam jamur. Berdasarkan sifat eksperimental in vitro dan in vivo, bifonazole memungkinkan untuk aplikasi sekali sehari dan durasi pengobatan. Tingkat penyerapan adalah sekitar 0.008mg / 100cm2 per jam. Pada kulit yang meradang nilai-nilai ini lebih tinggi dengan faktor empat. Mirip hasil yang diperoleh setelah penerapan bifonazole sebagai solusi 1%. Kadar plasma hingga 16ng / ml diperoleh pada bayi dengan ruam popok setelah aplikasi 5g tunggal krim.
7
Bifonazole, bagaimanapun, dengan cepat dimetabolisme dengan hanya 30% dari dosis intravena tersisa berubah 30 menit pasca-dosis. Penghapusan metabolit adalah biphasic (T½ delapan dan 50 jam). Dalam waktu lima hari administrasi 45% dari dosis yang diberikan telah dikeluarkan melalui renal, dengan 40% yang dieliminasi melalui hati dan empedu (feses).
8
IV.
4.1
TINJAUAN FORMULASI
Preformulasi 1. Zat Aktif (Active Pharmaceutical Ingredient) Bifonazole 2. Zat Tambahan (Rowe, 2009) Asam stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2 (Ditjen POM, 1979). Asam lemak ini merupakan asam lemak jenuh, wujudnya padat pada suhu ruang. Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet (Anonima, 2010). Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin Titik lebur : 540 Titik didih : 3840 Kelarutan : sangat sedikit larut dalam air; larut dalam alkohol; benzena kloroform; aseton; karbon tetraklorida; karbon disulfida; amil asetat dan toluen (Merck, 1976 ).
9
Trietanolamin Trietanolamin (TEA) (Handbook of Excipients 6th edition hal. 663) Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental. Kelarutan : bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol. Konsentrasi : 2-4% Kegunaan: Zat pengemulsi OTT : akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya. Nipagin Nipagin / Methylis Parabenum (Excipient Hal 441) Rumus Molekul : C8H8O3 Berat Molekul : 152,15 Pemerian : hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas. Kelarutan : mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian air OTT : surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat Kegunaan : antifungi Konsentrasi : 0.02–0.3% untuk topikal Nipasol Nipasol / Propylis Parabenum ( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 411 ) Pemerian Kelarutan
: Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa. : sukar larut dalam etanol ( 95 % ), mudah larut
dalam air dan etanol 30 % Konsentrasi : 0,01-0,6 % OTT : surfaktan non-ionik Kegunaan : pengawet pH : stabil pada ph 3-6
10
Wadah &penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan 4.2
4.3
kering Formula Standar Tiap 1 gram krim megandung: bifonazole 10 mg Zat tambahan yang cocok secukupnya Sediaan yang Beredar
Mycospor : 1 gram krim mengandung 10 mg bifonazol, 1 ml cairan mengandung 10 mg bifonazol (mengadung alkohol). PT Bayer Indonesia Canesten : Bifonazole 1% w/w. BAYER AUSTRALIA LTD 4.4
4.5
Formula yang Direncanakan Tiap krim mengandung: Bifonazole Asam stearat Trietanolamin Polysorbat 60 Gliserin Nipagin Nipasol Air
: 10 mg : 10% : 3% : 10% : 5% : 0,15% : 0,03% : qs
Alasan Pemilihan Bahan No
Nama Zat
Jumlah
Alasan
1
Bifonazole
10
zat aktif yang digunakan sebagai anti jamur
mg/1
spektrum yang luas dalam pengobatan yang
gram
efektif untuk kondisi kulit jamur seperti cacing cincin, atlet gatal, ragi infeksi pada kulit, tinea dan kaki atlet dengan penggunaan satu hari.
2
Asam stearat
10%
Fase minyak
3
Trietanolamin
3%
agen buffer
4
Polysorbat 60
10%
Pengemulsi
5
Gliserin
5%
Humektan
6
Nigapgin
0,15%
antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%
7
Nipasol
0,03%
pengawet
8
Air suling
qs
Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non-parenteral.
11
4.6 4.7
Komposisi Bahan Baku Berat krim yang direncanakan : 10 gram Proses Produksi No
Nama Zat
kandungan
Jumlah 1 tube krim
1
Bifonazole
10 mg/ 1 gram
100 mg
2
Asam stearat
10%
990 mg
3
Trietanolamin
3%
297 mg
4
Polysorbat 60
10%
990 mg
5
Gliserin
5%
495 mg
6
Nigapgin
0,15%
14,85 mg
7
Nipasol
0,03%
2,97 mg
8
Air suling
qs
7110 ml
a. Penimbangan bahan baku Rencana produksi 1 bets adalah 10.000 tablet Jumlah Bahan Nama Bahan
1 tube
10.000 tube
(g)
(kg) 1 9,9
Bifonazole Asam stearat Trietanolamin
0,99 0,297
0,1
Polysorbat 60 Gliserin
0,99 0,495
Nigapgin
0,01485
0,1485
Nipasol
0,00297
0,0297
Air suling
7,110
71,10
Paraf Tanggal
2,97 9,9 4,95
12
Operator
Supervisor
b. Prosedur pengolahan 1. Baca hati-hati seluruh perintah kerja sebelum memulai proses pencampuran 2. Pastikan seluruh peralatan masih berlaku masa kalibrasinya 3. Pastikan seluruh peralatan, dan runagan yang digunakan dalam keadaan bersih dan memiliki label “BERSIH” 4. Pastikan tidak ada obat-obatan lain selain yang dikerjakan 5. Semua bahan yang diperlukan ditimbang. 6. Bahan-bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak (gliserin, polysorbat 60, asam stearat, nipasol) dan fase air (trietanolamin, nipagin). 7. Seiap fase dipanaskan pada suhu 60 C-70 C ditangas air. 8. Pindahkan fase minyak ke dalam lumpang panas dan tambahkan fase air aduk sampai dingin hingga terbentuk massa krim. 1) Pengemasan primer Kemasan yang digunakan Tube 1. Siapkan mesin Tube sebagai pengemas 2. Setting mesin tube 3. Lakukan proses pentubean 4. Lakukan IPC pemeriksaan kebocoran tube 5. Hasil pentubean di masukkan dalam kontainer dan berikan penandaan yang jelas. 2) Pengemasan sekunder dan tersier (master box) 1. Obat yang sudah ditube dimasukkan ke dalam plastik dan masukkan ke dalam kotak @ kotak 5 strip 2. Masukkan brosur obat 3. Tutup kotak dengan rapi 4. Masukkan dengan rapi, simpan diruang karantina sampai diluluskan oleh QA 2.3
Evaluasi Krim Bifonazole a. Pemeriksaan organoleptis meliputi: penampilan, warna dan bau. b. Pemeriksaan homogenitas
13
Pemeriksaan dilakukan setiap satu minggu selama delapan minggu. sediaan krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. c. Pemeriksaan pH krim Pemeriksaan dilakukan setiap satu minggu selama delapan minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter digital. Pertama alat ini dikalibrasi dengan menggunakan larutan pH 7 sehingga pada alat menunjukkan nilai pH 7 lalu nilai pH disimpan (pengaturan alat). Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dikeringkan dengan kertas tissue, dikalibrasi lagi dengan larutan pH 4 dan nilai pH 4 simpan (pada pengaturan alat), setelah itu dicuci kembali elektroda dan dikeringkan. Pengujian pH dilakukan dengan cara mengencerkan sediaan dengan air (1:10), kemudiaan elektroda celupkan kedalam larutan tersebut dan angka pada alat akan menunjukkan nilai pH sediaan. d. Uji stabilitas terhadap suhu (Jellinek, 1970; Martin et al, 1993) 1. Untuk suhu dibawah 0 C Caranya: sediaan ditimbang 20 gram dimasukkan kedalam wadah krim, kemudian krim diletakkan dalam lemari es dengan temperatur - 4 C, biarkan selama 24 jam lalu dikeluarkan dan amati ada atau tidak terjadi pemisahan. 2. Untuk suhu kamar. Caranya: sediaan ditimbang 20 gram, dimasukkan kedalam wadah krim, lalu dibiarkan selama 2-3 bulan pada suhu kamar. Setelah itu dikeluarkan dan amati ada atau tidak terjadi pemisahan. e. Pemeriksaan daya tercuci krim (Jellinek, 1970) Sediaan ditimbang 1 gram, oleskan pada telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dari buret dengan perlahan-lahan, amati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada telapak tangan, catat volume air yang terpakai.
14
f. Uji daya menyebar (Voigt, 1994) Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi kaca transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan dihitung luas daerah yang diberikan oleh sediaan, kemudian diberi beban tertentu (1g, 3g, 5g, 7g, 9g, 11g, 13g, 15g) dan dibiarkan selama 60 detik, lalu dihitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan. g. Uji iritasi kulit Ditimbang 0,1 gram krim, dioleskan 4 cm pada kulit lengan bagian dalam kemudian ditutupi dengan kain kasa dan diplaster, setelah itu dilihat gejala yang ditimbulkan setelah 24 jam pemakaian. Uji iritasi ini dilakukan untuk masing-masing formula pada 5 orang panelis selama 3 hari berturut-turut. BROSUR OBAT
BICOZOL® Bifonazole krim
Komposisi: 1 g krim mengandung 10 mg bifonazole. Inidikasi : krim antijamur topikal digunakan untuk mengobati infeksi kulit seperti tinea, kaki Atlet, atlet gatal, kurap infeksi tubuh dan kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur dan ragi. Dosis: sekali sehari pada malam hari. Oleskan tipis. Efek samping : Kadang, reaksi kulit seperti kemerahan, terbakar, gatal, iritasi dan mengelupas dapat terjadi. Kontra Indikasi : Hipersensiitif terhadap kandungan dalam obat ini. PeringatanTidak dianjurkan untuk digunakan pada bayi kecuali di bawah pengawasan medis. Untuk pemakaian luar. Jangan gunakan di mata. Tanyakan apoteker atau dokter sebelum mengobati jika Anda sedang hamil atau menyusui. Kemasan : Tube Netto: 10 gram krim PT. Manurung Medica Padang, Sumatera Barat Indonesia
15
KOTAK OBAT
BICOZOL® Bifonazole krim 1 % Netto: 10 gram
16
Registrasi obat 1. Pendaftaran oleh industri farmasi kepada kepala BPOM, sekaligus tahapan praregistrasi yaitu proses untuk melakukan jalur evaluasi dan kategori registrasi. Pada tahap praregistrasi juga disertai penyerahan dokumen praregistrasi. 2. Pemberitahuan praregistrasi tertulis 3. Pengajuan registrasi dengan menyerahkan berkas registrasi,mengisi formulir registrasi dan etiket, menyerahkan bukti pembayaran biaya evaluasi dan pendaftaran serta hasil registrasi 4. Evaluasi berkas registrasi obat oleh komnas penelaian obat jadi yang dibentuk BPOM 5. Komnas penilaian obat jadi memberitahukan hasil evaluasi secara tertulis kepada industri farmasi terdaftar dan memberikan rekomendasi kepada BPOM 6. Kepala BPOM memberikan keputusan berupa pemberitahuan izin edar atau penolakan izin edar. Keputusan ini diberikan selambat-lambatnya 4100 hari kerja setelah menerima berkas registrasi yang lengkap 7. Setelah mendapat izin edar, industri tersebut boleh memasarkan obatnya. 8. BPOM melaporkan pemberian izin edar obat jadi kepada menkes setahun sekali. No. Registrasi DKL 1630010029A1
17
V ASPEK KEFARMASIAN
5.1 Aspek Apotek a. Perencanaaan dibuat terlebih dahulu dengan melihat pola konsumsi dan pola penyakit. Pengadaan obat harus melalui jalur resmi, dilakukan melalui pemesanan ke PBF yang bersangkutan, surat pemesanan harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan no SIPA dan nama lengkap APA. Pemesanan dilakukan sesuai dengan surat pesanan disertai dengan faktornpembayaran dan faktur pajak dari pihak PBF. Penerimaan dilakukan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima b. Penyimpanan obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Obat disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanannya. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari cahaya matahari, kecuali dinyatakan lain. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan, dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis. c. Pendistribusian Obat didistribusikan pada pasien berdasarkan resep dari dokter, terdistribusi berdasarkan sistem FIFO dan FEFO d. Informasi obat dan konseling pada pasien pasien diberi informasi mengenai obat, mulai dari indikasi, aturan pakai, efek samping, cara penggunaan obat hingga apa yang dilakukan ketika obat lupa diminum. Hal ini dilakukan untuk mencapai outcome terapi maksimal yang diinginkan pasien.
18
5.2 Aspek rumah sakit a. Pengadaan obat Pengadaan obat di rumah sakit berdasarkan hasil pertimbangan dari pihak instalasi farmasi rumah sakit (ifrs) dan juga telah disetujui oleh direktur RS. Sistem pengadaan dilakukan oleh pejabat pengadaan yang dibantu oleh panitia pengadaan berdasarkan kebijakan pihak rumah sakit berupa pola konsumsi dan pola epidemiologi. b. Penyimpanan di gudang Obat yang diterima dari pemasok diterima oleh panitia penerimaan kemudian disimpan di gudang farmasi untuk selanjutnya didisttribusikan ke masingmasing unit pelayanan farmasi berdasarkan permintaan dari masing-masing UPF. Obat disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari sinar matahari. c. Pendistribusian Pendistribusian obat dilakukan oleh masingmasing upf dengan sistem FIFO dan FEFO d. Informasi obat Obat disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari sinar matahari, tidak direkomendasikan untuk pasien gagal jantung, hati-hati penggunaan pada anak <18 tahun, dan penurunan dosis pada pasien dengan gangguan hati. Digunakan pada penderita hipertensi ringan dan sedang, diminum setelah makan. 5.3 Aspek industri a. Sesuai dengan permintaan pasar dari data bagian pemasaran, PPIC akan merencanakan pembuatan obat dan mengeluarkan surat permintaan daftar bahan ke bagian gudang dan mengeluarkan surat untuk produksi obat ke bagian produksi b. Pengadaan bahan awal Pengadaan bahan awal berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa dicatat yang berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluarsa c. Penimbangan dan penyerahan Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara
19
dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum expire date yang boleh diserahkan. d. Produksi Bagian produksi akan memulai kerjanya apabila semua bahan yang dibutuhkan telah diperiksa bagian QC dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap tahap pembuatan dilakukan evaluasi baik oleh IPC maupun QC e. Pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas serta dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam dokumen pengemasan. f. Karantina Produk Jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasa yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan. g. Distribusi Distribusi dapat dilakukan melalui PBF, kemudian didistribusikan kembali ke Rumah Sakit, Apotek, dan sarana kesehatan lain.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nordlingen, Druckerei C. H. Beck, 2007. European Pharmacopoeia Sixth Edition Volume I. German: European Directorate for the Quality of Medicines & HealthCare SCBT, 2016. Bifonazole. http://www.scbt.com/datasheet-204652bifonazole.html ᄃ. Diakses tanggal 3 April 2016. Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, dan Marien E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: Pharmaceutical Press. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition. London: Pharmaceutical Press.
21