HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK Anas Tamsuri*, Galih Ajeng WW** *) Dosen Akper Akper Pamenang Pamenang Pare
**) Perawat Puskesmas Kasembon Concentration means the condition of someone who can focus the mind to onething. The ability to concentrate will affect the speed in capturing the materials we need. A student who have good ability to concentrate will easier to capture the material he was supposed to absorb. The purpose of this study is to determine the relationship relationship between the breakfast habits and the level of concentration, concentration, in learning of children. Research design in this study was analytic crossectional. The population is all students in grade IV, V, VI. It's population in SDN Sukosari II was 76 children. Samples are most students in grade IV, V, VI in SDN Sukosari II amount to 64 children by using simple random sampling technique. Collection data for breakfast habits and the concentration level for learning in of student use questionnaires, then analyzed using cross tabulations and the correlation test used Spearman correlations. Results of research is obtained the better of breakfast habits, the better the level of concentration in children learning. From the research results from 64 respondents, only 9 children (14.1%) in the habit of breakfast is good category. category. And of those 8 of 9 children came in good categories categories and one child came in qiite categories. And And it is proven, indicates indicates that that there is relation of the breakfast breakfast habits with the level of concentration in children learn. It can be concluded that breakfast habits affect the concentration level in children study. So, get children to have breakfast before going to school is very important. Because breakfast can improve concentration children's learning.
Keyword : Breakfast, Concentration Concentration Learning Learning
LATAR BELAKANG Nutrisi Nutrisi adalah adalah zat gizi gizi yang dibutuh dibutuhkan kan oleh oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Pemberian nutrisi pada anak tidak hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologis anak tetapi juga berdampak pada aspek psikologisnya (Supartini, 2004). Untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahapan usia secara normal, anak memerlukan asupan nutrisi yang adekuat. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis anak akan mengalami gangguan dan hambatan (Sediaoetama, 2000:20). Dengan mengonsumsi makanan yang baik dan teratur juga akan berpengaruh terhadap fungsi dan kerja otak. Lebihlebih di pagi hari setelah semalaman manusia istirahat. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk
Pengaruh Pemberian Kunyit Asam Terhadap Dismenore ...
menyediakan makanan bagi otak kita, salah satunya melalui sarapan yang teratur dan bergizi. Namun, banyak orang yang tidak menyadari manfaat tersebut dan menganggap sarapan itu tidak penting. Sarapan kerap menjadi tugas berat di pagi hari. Di negara maju seperti Amerika Serikat, menurut American Dietetic Association, lebih dari 40% anak perempuan dan 32% anak laki-laki melewatkan sarapan setiap harinya (Gunawan,2008). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 di Kabupaten Majalengka, hanya 15,2% anak sekolah dasar yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi. Penelitian Sibuea tahun 2002 menemukan 57,5% anak sekolah dasar di Medan tidak pernah sarapan pagi. Sedangkan penelitian Kurniasari tahun 2005 2005 di Yogyakarta, menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar jarang melakukan sarapan pagi (Wiyono, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SDN Sukosari II dari 10 anak yang ditanya apakah mereka biasa sarapan pagi, ternyata didapatkan 5 orang tidak pernah sarapan pagi, 2 orang
34
jarang sarapan pagi, dan hanya 3 orang yang biasa melakukan sarapan pagi. Hasil tersebut berarti hanya 30% anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Penelitian di Singapura menunjukkan seorang anak di pagi hari sering tidak sarapan pagi, maka otak besarnya yang sedang tumbuh mungkin akan mengalami atrofi, sehingga mempengaruhi pertumbuhan intelegensia. Anak didik yang tidak sarapan selain konsentrasinya agak kurang juga lamban dalam merespon. Tidak biasa sarapan pagi juga akan meningkatkan resiko obesitas. Hal ini terjadi karena orang yang tidak sarapan di pagi hari akn sangat lapar di siang hari, sehimgga cenderung makan berlebihan. Selain itu sarapan juga bermanfaat terhadap fungsi kognitif, daya ingat, nilai akademis,fungsi psikososial, dan kondisi perasaan. Belajar merupakan rangkaian proses berpikir, mengingat, memecahkan masalah,dan sekaligus merupakan proses pengambilan keputusan (Skiner, 1999). Belajar adalah kunci dalam pembentukan tingkah laku. Perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman dan latihan ini bersifat relatif permanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah kondisi fisik dan mental, ingatan dan berpikir, intelegensia, cara belajar, sarana dan prasarana, efisiansi waktu, budaya, motivasi dan minat (Widayatun, 1999). Sedangkan dalam belajar membutuhkan konsentrasi. Konsentrasi bisa dimaksimalkan jika tubuh mempunyai pasokan energi yang cukup untuk otak. Salah satu pasokan energi yang baik bagi otak adalah nutrisi yang didapatkan saat sarapan. Karena Makanan yang diasup di pagi hari bertugas mendongkrak kadar gula darah. Sedangkan gula darah merupakan sumber utama energi otak dan sel darah. Oleh karena itu sarapan berfungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula darah. (Sukmaniah, 2008). Untuk itu sarapan yang memenuhi kriteria gizi yang baik adalah yang mengandung karbohidrat 55 – 65%, protein 12 – 15%, lemak 24 – 30% serta vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dari sayur dan buah. Maka membiasakan anak-anak untuk sarapan sebelum berangkat sekolah adalah sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan memotivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik, memotivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru, dan tidak membiasakan anak
Jurnal AKP
untuk tidak jajan sembarangan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam adakah hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak. METODE Desain penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak adalah Crossectional. Pelaks Pelaksana anaan an pene penelit litian ian pada pada 17 Apri Aprill 2010 2010 pada pada anak kelas IV, V, VI di SDN Sukosari II Kec. Kasembon. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi di SDN Sukosari II kelas IV, V, VI Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang sebanyak 76 siswa. Pada penelitian penelitian ini sampel sampel yang diambil adalah sebagian siswa – siswi di SDN Sukosari II Kelas IV, V, VI Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang sejumlah 64 anak; dengan kata lain digunakan teknik Simple Random Sampling Sampling dalam penelitian ini. Variabel penelitian ini dapat dikategorikan dalam variabel dependen dan variabel independent. Variabel Independe Independen n dalam dalam penelitian penelitian ini adalah adalah kebiasaan kebiasaan sarapan pagi pada anak usia sekolah; sementara variabel dependen pada pada penelitian ini adalah tingkat konsentrasi konsentrasi belajar belajar pada pada anak usia sekola sekolah. h. Untuk Untuk mengetah mengetahui ui kebiasaan sarapan pagi pada anak-anak, peneliti memberikan kuesioner. Sedangkan untuk mengetahui tingkat konsentrasi pada anak-anak, peneliti juga menggunakan kuesioer. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri, bentuk pertanyaan tertutup ( Closed Ended ) yaitu multiple choice. Setelah Data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu analisa data. Berikut ini merupakan langkah – langkah langkah analisa analisa data yang meliputi meliputi : editing, editing, coding, coding, scoring, tabulating yang selanjutnya dilakukan dilakukan tabulasi cross tabulation silang atau yaitu dengan menggabungkan hasil pengukuran tingkat kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak sekolah dasar. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak usia sekolah dasar dasar dengan analisis statistik statistik inferensial inferensial dan menggunakan tabulasi silang. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan korelasinya menggunakan Korelasi Spearman.
35
No. 5, 1 Janua Januari ri – 30 Juni Juni 2012 2012
3. Tabula Tabulasi si Silang Silang Antar Antaraa Kebiasa Kebiasaan an Sarapa Sarapan n Pagi Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Anak Di SDN Sukosari II Kec. Kasembon
HASIL 1. Kebi Kebias asaa aan n Sara Sarapa pan n Pagi Pagi
14%
Kebiasaan Sarapan Pagi
23%
Baik Cukup Kurang
63%
Ku ra ng
Cu kup
Ba ik
Total
Gambar Gambar diatas menunjuk menunjukkan kan bahwa kebiasa kebiasaan an sarapan pagi responden di SDN Sukosari II yang terbanyak adalah kebiasaan sarapan pagi kategori cukup baik, yaitu 40 anak (62,50%). Sedangkan yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik yaitu 9 anak (14,10%). Sisanya 15 anak (23,40%) mempunyai kebiasaan sarapan kategori kurang baik.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan kebiasaan sarapan pagi kategori baik yaitu yaitu 9 anak (14,1% (14,1%). ). Dari jumlah jumlah tersebu tersebutt responden yang memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori baik adalah 8 anak (12,5%), sedangkan 1 anak (1,60%) termasuk kategori cukup baik. Kemudian responden dengan kebiasaan sarapan pagi kategori kategori cukup cukup baik adalah adalah 40 anak (62,5%). (62,5%). Jumlah itu terdiri dari 15 anak (23,4%) memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori kategori baik, 24 anak (37,5%) memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori cukup cukup baik, dan dan 1 anak (1,6%) memiliki tingkat tingkat konsentras konsentrasii belajar belajar kategori kategori kurang kurang baik. Berikutnya responden dengan kebiasaan sarapan pagi kategori kurang baik adalah 15 anak anak (23,4%). Dari jumlah tersebut tersebut sebesar 3,1% responden responden atau 2 anak termasuk dalam tingkat konsentrasi belajar kategori baik, 7 anak (10,9%) (10,9%) termasuk kategori cukup baik. Dan sisanya 6 anak (9,4%) termasuk dalam tingkat konsentrasi belajar kategori kurang baik.
2. Ting Tingka katt Konse Konsent ntra rasi si Belaj Belajar ar
11% 39%
50%
Kurang
Cukup
Baik
Gamb Gambar ar diat diatas as menu menunj njuk ukka kan n bahw bahwaa ting tingka katt konsentrasi responden di SDN Sukosari II yang masuk dalam kategori baik sebesar 39,10%. Sedangkan yang termasuk ke dalam kategori cukup sebesar 50,00%. Sedangkan sisanya sebesar 10,90% termasuk dalam kategori kurang.
Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Anak...
Tingkat Konsentrasi Belajar Baik Cukup Kurang Total N (%) N (%) N (%) N (%) 8 1 0 9 (12,5) (1,6) (0) (14,1) 15 24 1 40 (23,4) (37,5) (1,6) (62,5) 2 7 6 15 (3,1) (10,9) (9,4) (23,4) 25 32 7 64 (39,1) (50) (10,9) (100)
Hasil analisis inferensial dengan menggunakan uji korelasi spearman didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,546 yang artinya tingkat hubungannya sedang dan menunjukkan angka positif. Artinya semakin baik kebiasaan sarapan semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak. Berdasarkan angka probabilitas dengan uji signifikan (p) = 0,546 dan taraf kesalahan 5% yaitu α = 5% = 0,05 didapatkan p < α maka hipotesa Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak.
36
PEMBAHASAN 1. Kebias Kebiasaan aan sarapa sarapan n pagi pagi pada pada anak anak Dari Dari Berd Berdas asar ark kan has hasil il pen peneeliti litian an didapa didapatka tkan n bahwa bahwa kebi kebiasa asaan an sarap sarapan an pagi pagi responden di SDN Sukosari II yang terbanyak adalah kebiasaan sarapan pagi kategori cukup baik, yaitu 40 responden (62,5%). Sedangkan yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik yaitu 9 responden (14,1%). Sisanya sebanyak 15 responden (23,4%) mempunyai kebiasaan sarapan kategori kurang. Sarapan pagi merupakan saat makan yang paling penting dalam sehari. Makanan yang diasup di pagi hari bertugas mensuplai kadar gula darah. Setelah melewatkan satu periode berjam-jam berjam-jam tanpa makan, makan, kadar gula darah dalam tubuh otomatis rendah. Padahal gula darah merupakan sumber utama energi otak dan sel darah. Oleh karena itu sarapan berfungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula darah. (Sukmaniah, 2008). Menurut Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan sarapan anak menjadi lebih bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Makanan yang dikonsumsi sewaktu sarapan bukan hanya mengenyangkan tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang. Sarapan yang baik dan memenuhi criteria gizi adalah dengan menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (1215%), lemak (24-30%) serta vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dari sayur dan buah (Gunawan, 2008). Kadar gula darah yang didapatkan dari sarapan akan dirubah menjadi energi melalui proses metabolisme. Hasil dari metabolisme ini akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk menjalankan fungsinya. Sehingga pada akhirnya tubuh bisa menjalankan berbagai macam aktifitas mulai dari berpikir, bekerja, berlari sampai mengerjakan aktifitas sehari-hari lainnya. Pada usia sekolah, anak-anak memerlukan banyak nutrisi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Nutrisi yang didapatk didapatkan an saat sarapan sarapan juga mempunyai mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan
Jurnal AKP
perkembangan anak. Gula darah yang dihasilkan juga akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi sarapan pagi adalah faktor kebiasaan. Hal ini akan menunjukkan bahwa anak yang terbiasa melakukan sarapan di pagi hari akan selalu menyempatkan waktu untuk melakukan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Dari hasil penelitian yang didapat diketahui bahwa kebiasaan sarapan pagi responden di SDN Sukosari II rata-rata dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar 62,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan pagi siswa-siswi di SDN Sukosari II tergolong cukup baik. 2. Tingk Tingkat at konse konsentr ntrasi asi belaja belajarr pada pada anak anak Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 25 responden (39,1 %) responden yang memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori baik. Sisanya sebanyak 32 responden (50%) memiliki tingkat konsentrasi cukup baik dan sebanyak 7 responden (10,9%) memiliki tingkat konsentrasi kurang baik. Konsentrasi adalah perhatian searah terhadap suatu hal. Konsentrasi berarti kondisi seseorang yang dapat memfokuskan pikiran kepada satu hal. Apapun aktifitasnya kriteria yang paling penting adalah untuk fokus, konsentrasi dan atentif kepada aktifitas yang sedang berlangsung. Konsentrasi akan menjadi tidak berarti apabila ada gangguan oleh beberapa hal lain pada saat yang bersamaan. Untuk dapat berkonsentrasi, kita harus berhenti mencoba melakukan beberapa hal pada saat yang sama. Apabila kita dapat fokus, kita akan biasa mendapatkan itensitas luar biasa (Dobelden, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi adalah faktor sosial yang meliputi guru, orang tua, teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah status gizi meliputi kebiasaan sarapan pagi, pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga, pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan (Dobelden, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa baiknya tingkat konsentrasi belajar pada anak tidak hanya
37
No. 5, 1 Janua Januari ri – 30 Juni Juni 2012 2012
dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi, tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Seseorang yang bisa berkonsentrasi dengan baik akan lebih mudah menyerap materi yang diterimanya. Hal ini dikarenakan konsentrasi merupakan suatu keadaan diri yang dapat memfokuskan pikiran kepada suatu hal. Dan kemampuan dalam berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang pelajar atau mahasiswa yang mempunyai kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan lebih cepat menangkap materi pelajaran yang seharusnya ia serap. Sehingga pada akhirnya akhirnya prestasi belajarnya pun pun cenderung meningkat. 3. Hubung Hubungan an Kebias Kebiasaan aan Sara Sarapan pan Pagi Pagi Deng Dengan an Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Anak Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentras konsentrasii belajar belajar anak anak tersebu tersebut. t. Dari tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan sarapan pagi kategori cukup baik yaitu sebanyak 40 responden (62,5%) dan sebagian besar responden memiliki tingkat konsentras konsentrasii kategori kategori cukup cukup baik sebanya sebanyak k 32 responden (50%). Dari hasil analisa data didapatkan korelasi yaitu 0,546. Hal ini menunjukkan angka positif yang artinya tingkat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak adalah adalah sedang sedang dengan uji sigfinika sigfinikan n (ρ) = 0,000 dengan taraf taraf kesalahan 5% (α = 0,05) menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif artinya semakin baik kebiasaan sarapan pagi semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak. Kebiasaan sarapan pagi dapat berkontribusi terhadap status gizi anak. Penelitian Irawati (2000) menemukan bahwa anak yang tidak biasa melakukan makan pagi akan beresiko terhadap status gizi kurang. Kekurangan gizi menyebabkan anak mudah lelah, tidak tidak kuat melakukan melakukan aktifitas aktifitas fisik yang lama, tidak mampu berpikir dan berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Resiko untuk menderita penyakit infeksi lebih besar pada anak yang kurang gizi, Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Anak...
sehingga tingkat kehadirannya rendah di sekolah. (Muhilal dan Damayanti, 2006). Seperti yang dikemukakan oleh Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. lingkungannya. Dengan sarapan, anak menjadi lebih le bih bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Selain itu, konsentrasi pada akhirnya membuat anak lebih percaya diri dan prestasi belajarnya pun cenderung akan meningkat. Hal ini menggambarkan bahwa kebiasaan sarapan pagi dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi belajar pada anak. Responden yang memiliki kebiasaan sarapan kategori baik akan mempunyai konsentrasi belajar yang baik pula. Sebaliknya bila kebiasaan sarapan pagi responden tergolong kategori kurang maka tingkat konsentrasinya pun akan tergolong kategori kurang pula. Namun ada juga responden yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik mempunyai tingkat konsentrasi kategori cukup yaitu sebanyak 1 responden (1,6%). Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor lain lain seperti faktor sosial sosial yang yang meliputi meliputi guru, guru, orang tua, teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah status gizi meliputi pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga, pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagi Sebagian an besar besar respond responden en mempun mempunyai yai kebia kebiasaa saan n sarapan pagi cukup baik yaitu 40 responden (62,5%). 2. Sebagi Sebagian an besar besar respond responden en mempun mempunyai yai tingk tingkat at konsentrasi kategori cukup cukup baik yaitu 32 responden (50%). Hal ini dikarenakan ada beberapa factorfaktor yang mempengaruhi yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. 3. Dari hasil hasil tabula tabulasi si silang silang menunjukk menunjukkan an bahwa bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi belajarnya. Datanya yaitu hasil korelasi 0,546 dengan uji signifikansi ( α)=0,000 dan taraf
38
kesalahan α =0,05 sehingga didapatkan ρ < α maka hipotesa H1 diterima. Sehingga didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak. SARAN 1. Bagi Bagi sisw siswaa siswi siswi perlu perlu membia membiasak sakan an diri diri untuk untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas sehari-hari karena sarapan pagi berguna sebagai sumber energi dan nutrisi otak sehingga otak akan lebih cerdas dan akan meningkatkan prestasi belajar. 2. Dihara Diharapka pkan n penelit penelitian ian ini ini dapat dapat dijad dijadika ikan n sebagai masukan dan tambahan informasi tentang pentingnya sarapan terhadap tingkat konsentrasi belajar pada anak. Sehingga pada akhi akhirn rnya ya nant nantii kita kita bisa bisa berb berbag agii info inform rmas asii kepada masyarakat akan pentingnya membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum memulai aktivitasnya seharihari. 3. Bagi Bagi pene peneli liti ti selan selanju jutn tnya ya hend hendak akny nyaa menel menelit itii juga tentang hasil belajar atau nilai yang didapatkan siswa-siswi pada akhir semester, dan diharapkan hasil penelitian bisa lebih valid dari sebelumnya.
Daftar Pustaka Ahmadi dan Widodo. (1998). Teori Belajar. www.blogs.unpad.ac.id. (Download: 5 Oktober 2009) Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Alimul, Aziz. (2007). Riset Keparawatan dan Teknik Teknik Penulisan Penulisan Ilmiah. Ilmiah. Jakarta: Jakarta: Salemba Salemba Medika Anonim.(2008).Teori Belajar.www.blogs.unpad.ac.id.(download tanggal 5 Oktober 2009) Arianto, Erwin .(2008). Konsentrasi Agar Kita Bisa Sukses. www.enlighment.multiply.com. www.enlighment.multiply.com. (download: 5 Oktober 2009)
Jurnal AKP
Desfita, Sri.(2008). Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar. www.wiyonosolution.blogspot.com.(download: solution.blogspot.com.(download: 5 Oktober 2009) Dobelden. (2008). Konsentrasi Dong. www.wikimu.com. (download: 5 Oktober 2009) Gunawan. (2008). Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Status Gizi Anak Sekolah Sekolah Dasar. Dasar. www.wiyonowww.wiyonosolution.blogspot.com.(download: solution.blogspot.com.(download: 5 Oktober 2009) Hamalik. (2000). Belajar adalah perubahan yang relatif permanen. www.blogs.unpad.ac.id. (download: 5 Oktober 2009) Imelda. (2009). Gizi Otak. www.p3gizi.litbang.depkes.go.id. www.p3gizi.litbang.depkes.go.id. (download: 4 Oktober 2009) Muhilal & Damayanti, D. (2006) Gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. www.wiyonosolution.blogspot.com.(download: solution.blogspot.com.(download: 5 Oktober 2009) Notoatmodjo, Sukidjo. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2006). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Skiner. (1999). Belajar adalah perubahan yang relatif permanen. www.blogs.unpad.ac.id. (download: 5 Oktober 2009) Soemanto. (2000). Teori Belajar. www.blogs.unpad.ac.id. (Download: 5 Oktober 2009) Sukmaniah. (2009). Gizi Otak. www.p3gizi.litbang.depkes.go.id. www.p3gizi.litbang.depkes.go.id. (download: 4 Oktober 2009) Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keparawatan Anak. Anak. Jakarta:EG Jakarta:EGC C Widayatun, Tri Rusmi. (1999). Ilmu Ilmu Perilaku. Jakarta: Jakarta: Rineka Cipta Wiyono .(2008). Kebiasaan Makan Pagi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar. www.wiyonosolution.blogspot.com.(download: solution.blogspot.com.(download: 5 Oktober 2009)
39
No. 5, 1 Janua Januari ri – 30 Juni Juni 2012 2012