BAB I PENDAHULUAN 1)A.
Latar Belakang Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis.
2)B.
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan :
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
a.1. Apa pengertian dari konjungtivitis? b.2.Bagaimana epidemiologi penyakit konjungtivitis? c.3. Apa etiologi dari konjungtivitis? d.4.Bagaimana patofisiologi dari penyakit konjungtivitis? e.5. Apa saja manifestasi klinisnya? f.6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan? g.7.Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan? h.8.Bagaimana prognosis dari penyakit konjungtivitis? i.9. Bagaimana asuhan keperawatannya?
3)C.
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Tujuan
1)1.
Tujuan Umum Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis.
1
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
2)2.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Tujuan Khusus a.1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.74" + Indent at: 0.99"
b.2.Menjelaskan tentang epidemiologi Konjungtivitis c.3. Menjelaskan tentang etiologi pada Konjungtivitis d.4.Menjelaskan tentang manifestasi klinis pada pederita Konjungtivitis e.5. Menjelaskan tentang patofisiologi Konjungtivitis f.6. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada penderita Konjungtivitis g.7.Menjelaskan tetang penatalaksanaan pada pasien penderita Konjungtivitis h.8.Menjelaskan tentang prognosis pada penderita Konjungtivitis i.9. Menjelaskan tetang asuhan keperawatan pada pasien penderita Konjungtivitis.
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
a.A.
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
KONSEP DASAR PENYAKIT
a.1. Definisi Konjungtivitis Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea. Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.
Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai mata merah atau “pink eye” sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996) Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001).
3
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008). Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin merupakan ganguan mata yang paling umum. b.2.Epidemiologi/Insiden kasus Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen. Di negara maju seperti Amerika (2005), insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan juga lansia (Smith dan Waycaster, 2009). Konjungtivitis juga salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan insidens rate yaitu 32,9% dari 949 kunjungan di Departemen Mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004 hingga 2006 (Amadi et al, 2009). Penelitian di Philadelphia, menunjukkan insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar 54% dari semua kasus di departemen mata pada tahun 2005 hingga tahun 2006 (Patel, 2007). Provinsi Yunnan, Cina, antara Agustus dan September tahun 2007 telah terjadi wabah konjungtivitis hemoragik akut (AHC). Sebanyak 3.597 kasus yang dilaporkan secara resmi dan tingkat kejadian penderita hingga mencapai 1391/100.000 penduduk (Yan et al, 2010). Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), pasien rawat inap konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis 12,6%, dan pasien rawat jalan konjungtivitis 28,3%. Indonesia pada tahun 2009 dari 135.749 kunjungan ke poli 4
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva 73% dan yang tersering diderita adalh konjungtivitis jenis kataralis epidemika 80%. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009 (KEMENKES RI, 2010).
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
c.3. Etiologi Beberapa Penyebab konjungtivitis yaitu sebagai berikut : 1.a. Konjungtivitis Bakteri Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi. 2.b.Konjungtivitis Viral Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
( yang
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti
mumps
dan
mononukleosis.
Biasanya
disertai
dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam. 3.c. Konjungtivitis Alergi Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”. 4.d.Konjungtivitis Gonore Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum. 5.e. Trachoma Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari ( 5 – 14 hari ). 5
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat pribadi.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
d.4.Manifestasi Klinis 1)a.
Tanda
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni : 1) Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
Formatted: Indent: Left: 0.75", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.23" + Indent at: 1.48"
2) Produksi air mata berlebihan (epifora). 3) Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup
akibat
pembengkakan
konjungtiva
dan
peradangan
sel-sel
konjungtiva bagian atas. 4) Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. 5) Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. 6) Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). 7) Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah). 2)b.
Gejala Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah : a.1)
Mata berair
b.2)
Mata terasa nyeri
c.3)
Mata terasa gatal
d.4)
Pandangan kabur
e.5)
Peka terhadap cahaya
Formatted: Indent: Left: 0.75", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
f.6) Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
6
e.5. Patofisiologi Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata dan forniks dan dan mengurang kea rah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores atau gatal. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen.Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan
rasa
gatal,
peningkatan
permeabilitas
vaskuler,
vasodilatasi,
kemerahan, dan injeksi konjungtiva
7
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
f.6. Pathway Mikroorganisme(bakte ri, virus,jamur)
Masuk kedalam mata
Kelopak mata terinfeksi
Tidak bisa menutup dan membuka dengan sempurna
Mata kering (iritasi)
Konjungtivitis Peradangan
Dilatasi pembuluh darah
Alergen terikat dengan sel mast
Menginfeksi kelenjar air mata Reaksi silang terhadap IgE Hipersekresi Degranulasi dari sel mast
Hiperemi Konjungtiva
Peningkatan tekanan intra okuler
Pembengkakan
Reaksi peradangan konjungtiva
Saluran mata tersumbat Pelepasan histamin dari sel mast Sensasi tergores
Nyeri Akut
Gatal
Iskemia syaraf optik Menstimulasi nosiseptor
Gangguan rasa nyaman
Ulkus kornea Gatal Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
vasodilatasi
Kemerahan
Nyeri
8
g.7.Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada
Formatted: Indent: Left: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan demam. b. Pemeriksaan laboratorium : 1.1)
Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada
kerikan konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus. 2.2)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Formatted: Indent: Left: 0.75", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis
disebabkan bakteri. 3.3)
Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme
bacterial yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotik yang tepat.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
h.8.Prognosis/Komplikasi 1.a. Prognosis Pada beberapa konjungtivitis, penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya berupa pengobatan simptomatik. Prognosis umumnya baik dan
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
pada kasus-kasus yang telah sembuh biasanya tidak di jumpai gangguan penglihatan dan gejala sisa. 2.b.Komplikasi Stafilokokus
dapat
menyebabkan
blefaro
konjungtivitis,
genokokus
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokokus dapat menyebabkan septikemia atau meningitis. Pada konjungtivitis mukopurulen penyakit yang dapat timbul adalah tukak kataral maginal pada kornea atau keratitis superficial. Infeksi bakteri tertentu dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut. Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki.
9
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
i.9. Pencegahan a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih. b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
sakit c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya. e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari. f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain. g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata. h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
j.10.
Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. 10
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.
b.B.
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian 1.a. Biodata. Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
jawab. 2.b.Riwayat Kesehatan Sekarang 1.1)
Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. 2.2)
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul. 3.3)
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus mata merah, gatal, panas
dan
sekret
banyak
keluar
terutama
pada
konjungtiva
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
atau
Gonoblenorroe. Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
3.c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu. 11
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata. Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
4.d.Riwayat Kesehatan Keluarga. Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
5.e. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TTV
:
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit Pemeriksaan Fisik : 1.1)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem pernafasan
Pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik. 2.2)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem kardiovaskular
Bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal. 3.3)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem pencernaan
Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal 4.4)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem perkemihan
BAK dan BAK dalam batas normal 5.5)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid 6.6)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem genetalia
Genetalia bersih, tidak terpasang kateter 7.7)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal 8.8)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem integument
Turgor kulit normal 9.9)
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"
Sistem persarafan
Dalam batas normal
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
6.f. Pemeriksaan Laboraturium 1.1)
Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
7.g.Pemeriksaan Visus 12
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45"
2. Analisa Data TGL/
Pengelompokan Data
Etiologi
Masalah
JAM 27-
DS: Pasien mengatakan Konjungtivitis
10-
nyeri
2011/
matanya
09.00
DO: mata klien tampak
wib
hiperemia, berair dan
pada
kotor. TD
Nyeri
kedua Peradangan Dilatasi pembuluh darah Nyeri
: 100/70
mmHg; Suhu : 370 C DS: ada purulen dan Konjungtivitis
Nyeri akut
edema Mikroorganisme
allergen,
DO: mata klien tampak iritatif hiperemia, berair dan kotor. TD
: 100/70
mmHg; Suhu : 370 C
Kelnjar air mata terinfeksi Fungsi sekresi terganggu Hipersekresi Resiko infeksi
DS: Pasien mengatakan Konjungtivitis
Gangguan
saat
persepsi
bangun
tidur
matanya lengket, dan
Pengeluaran cairan meningkat
sensori
pandangan klien sedikit kabur. Kanal schlemm tersumbat DO: Mata klien tampak hiperemia, berair dan Iskemia syaraf optic kotor.
Terdapat 13
purulent.
Ulkus kornea Gangguan persepsi sensori
DS : klien mengatakan Konjungtivitis
Gangguan
mata gatal dan mata
rasa nyaman
merah DO : mata merah
Peradangan Dilatasi pembuluh darah Granulasi
disertai
sensasi
benda asing
Tidak nyaman
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45"
3. Diagnosa Keperawatan 1.a. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera ditandai dengan sensasi tergores. 1.b.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai dengan rasa gatal. 1.c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori. 1.d.Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva.
14
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45"
4. Intervensi Keperawatan Tgl/ Jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/KH
27102011/ 09.00 wita
DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera ditandai dengan sensasi tergores.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat membaik dan nyeri berkurang atau hilang dengan : KH : 1. Menunjuka n tingkatan nyeri dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 3 2. Pasien tampak rileks
27102011/ 09.00 wita
27-
DX 2 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai dengan rasa gatal.
DX
3
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mempertahankan tingkat kenyamanan selama perawatan dengan : KH : 1. Klien tampak tenang 2. Gatal dan perihnya hilang
Intervensi
Rasional
Paraf
1. Kaji 1. Untuk membantu karakteristik mengkaji kebutuhan nyeri intervensi, dapat 1.2. Pantau mengidentifikasikan tanda-tanda terjadinya komplikasi vital 1.2. Perubahan 1.3. Ajarkan frekuensi jantung atau distraksi tekanan darah relaksasi menunjukan bahwa 1.4. Kompres pasien mengalami air hangat nyeri 1.5. Kolabora 1.3. Untuk si pemberian meningkatkan obat analgetik kemampuan koping pasien terhadap nyeri 1.4. Karena hangat dapat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi area hipoksia 1.5. Untuk mengurangi rasa nyeri 1. Kaji 1. Sebagai dasar dalam penyebab menyusun rencana gangguan intervensi keperawatan rasa nyaman 1.2. Rasa gatal dapat 1.2. Kendalik diperburuk oleh panas, an faktorkimia dan fisik faktor iritan 1.3. Kesejukan 1.3. Pertahan mengurangi gatal kan 1.4. Tindakan ini lingkungan dapat membantu yang dingin meredakan rasa gatal atau sejuk 1.4. Kolabora si dalam pemberian terapi topical seperti : yang diresepkan oleh dokter (antihistamin)
: Tujuan : Setelah 1. Kaji
Formatted: Indent: Left: 0.06", Hanging: 0.2", Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
Formatted: Indent: Left: -0.04", Hanging: 0.2", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.17", Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
Formatted: Indent: Left: -0.04", Hanging: 0.2", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
1. Untuk mengkaji sejauh 15
102011/ 09.00 wita
27102011/ 09.00 wita
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
DX 4 : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva.
dilakukan ketajaman mana pasien dapat tindakan penglihatan melihat keperawatan pasien 1.2. Mengawasi dan selama 3x24 jam, 1.2. Anjurka membimbing selama klien diharapkan n kepada pengobatan gangguan persepsi keluarga atau berlangsung sensori berkurang orang terdekat 1.3. Untuk atau hilang, klien untuk mempercepat dalam dengan : tinggal proses penyembuhan KH : bersama klien 2.3. Anjurka 1. Pasien n kepada dapat melihat pasien dan dengan baik, keluarga pasien tidak untuk mengalami mematuhi kesusahan program waktu melihat terapi yang atau berinteraksi telah dengan orang dilaksanakan lain Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien diharapkan nyeri dapat teratasi dengan : KH : 1. Nyeri berkurang atau terkontrol 2. Skala nyeri 0-1 3. Pasien tampak ceria 4. Klien dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang 5. Mengungk apkan peningkatan kenyamanan di daerah mata 6. Berkurang nya lecet karena
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien 1.2. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur 1.3. Kompres tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit 1.4. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.14", Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
1. Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat 1.2. Berguna dalam intervensi selanjutnya 1.3. Melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra 1.4. Membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme 1.5. Pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi lingkungan
Formatted: Indent: Left: -0.04", Hanging: 0.2", Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
16
garukan pengusap 1.6. Mempercepat hanya dipakai penyembuhan pada 7. Penyembu satu kali konjungtivitis infekstif han area mata Anjurka dan mencegah infeksi yang telah 1.5. n klien sekunder pada mengalami menggunakan konjungtivitis viral. iritasi kacamata Tetes mata diberikan 1. Berkurang (gelap) pada siang hari dan nya kemerahan 2.6. Kolabora salep mata diberikan si dalam pada malam hari untuk pemberian mengurangi Antibiotik lengketnya kelopak dan mata pada siang analgesik. hari.analgesik digunakan untuk mengurangi nyeri
5. Implementasi Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45"
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan criteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
6. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaika, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru. MASAKAH
TGL/JAM
CATATAN
KEPERAWATAN
PERKEMBANGAN
Nyeri berhubungan 27-10-
S: Pasien mengatakan nyeri pada
dengan peradangan 2011/ konjungtiva
09.00 wib
PARAF
kedua matanya O: mata klien tampak hiperemia, 17
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at: 0.45"
berair dan kotor. A: nyeri belum teratasi P : rencana 2-7 dilanjutkan
BAB III PENUTUP 1.A.
Kesimpulan Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at
mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
1.B.
Saran Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah dan dapat
dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik lagi.
18
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at
DAFTAR PUSTAKA Brooker et al,. 2001, Kamus Saku Keperawatan. Ed. 31, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 1.C.
Smeltzer Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8.Jakarta: EGC Corwin. E.J. 2009, Buku Saku Patofisiologi, Ed 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hedman T.H. 2013. Diagnosis Keperawatan; definisi dan klasifikasi 2012-2014, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. 2004. Ilmu Keperawatan Mata. Sagung Seto, Jakarta Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. 2004. Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia pustaka utama
19
Formatted: Indent: Left: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at