1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal memiliki peranan penting bagi sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya (Munawir, 2004:19). Modal memiliki keterkaitan dengan struktur modal. “Struktur modal adalah pembelanjaan permanen perusahaan yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang panjan g dengan modal sendiri” Riyanto (2013). Komposisi jumlah hutang jangka panjang maupun jumlah modal sendiri harus ditetapkan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan modal pendanaan jangka panjang yang diperlukan. Perusahaan yang menggunakan pendanaan jangka panjang, mengakibatkan hutang yang diperoleh perusahaan harus dapat memberikan cash flow yang mencukupi untuk membayar bunga hutang dan pokok pinjaman.Pendanaan yang efisien dapat terjadi ketika perusahaaan memiliki struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal ditentukan oleh beberapa indikator. Indikator yang pertama adalah biaya modal, apabila perusahaan mengeluarkan biaya modal yang tinggi maka mengindikasikan struktur modal yang kurang baik. Menurut Martono dan Harjito (2003:240) “Struktu r modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata rata- rata sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan”. Biaya modal mempunyai arti penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atas struktur modal. Perusahaan yang menggunakan beberapa sumber dana maka bia ya modal dapat dilakukan dengan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) dari semua modal yang digunakan. Besar kecilnya biaya modal rata-rata tertimbang akan mempengaruhi nilai perusahaan.Pencapaian tujuan tersebut perlu adanya keputusan keuangan yang penting, yaitu mengenai penentuan struktur modal bagi perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan penentuan stuktur modal terutama komposisi sumber pembelanjaan jangka panjang. Penentuan komposisi pembelanjaan perusahaan yang tepat akan membentuk struktur modal yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital) dan memaksimumkan nilai perusahaan 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menentukan besarnya modal? 2. Bagaimana cara menentukan arus investasi dan pemakaian modal? 3. Bagaimana cara menentukan sumber-sumber dan komposisi modal? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui cara menentukan besarnya modal 2. Untuk mengetahui cara menentukan arus investasi dan pemakaian modal 3. Untuk mengetahui cara menentukan sumber-sumber dan komposisi modal
1
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian 2.1.Pengertian Modal Modal merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, pengembangan usaha dan investasi. Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai modal dalam Riyanto (2010:18) sebagai berikut: (a) Ludge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital). (geldkapital). (b) Schwiedland memberikan memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas ,dimana modal itu meliputi dalam bentuk uang (geltkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. (c) Meij mengartikan modal seb agai “kolektivitas dari barang- barang barang modal” yang terdapat te rdapat dalam neraca sebelah debit, sedang yang dimaksudkan dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapat. Yang dimaksudkan dengan “kekayaan” ialah “daya beli” yang terdapat dalam barang-barang barang-barang modal. Dengan demikian maka kekayaan terdapat dalam neraca sebelah kredit. (d) Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal terdapat disebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barangbarang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit. (e) Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat disebelah kredit. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya pengertian modal adalah segala sesuatu yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan, baik itu uang maupun barang. 2.2.Struktur Modal Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan jangka panjang yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono, 2008:240). Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix) pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan kombinasi atau bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keungan perusahaan (sisi pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan (Warsono, 2003:235). Berdasarkan pendapat tersebut pada dasarnya struktur modal adalah pembelanjaan permanen di mana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur Modal Yang Optimal , Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan (Martono, 2008:240). Menurut Warsono (2003:242) struktur modal yang optimal dapat didefinisikan sebagai suatu struktur modal yang memaksimalkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan, dan meminimumkan biaya modalnya.Suatu perusahaan dalam pemenuhan kebutuhannya harus mengutamakan sumber internal perusahaan sehingga akan mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar. Namun apabila kebutuhan dana sudah meningkat dan tidak dapat
2
3 dipenuhi dari modal internal, maka tidak ada pilihan selain menggunakan dana dari luar baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing). Apabila dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal tersebut lebih mengutamakan pada hutang saja, maka ketergantungan pada perusahaan pada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansialnya akan semakin besar. Sebaliknya jika perusahaan hanya menggantungkan pada saham saja, karena biayanya akan semakin mahal. Untuk mengatisipasi hal tersebut, perusahaan perlu mengusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber pendanaan tersebut. Perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan struktur modal yang optimal. Perusahaan dalam keadaan apapun jangan sampai jumlah hutang lebih besar daripada jumlah modal sendiri atau dengan kata lain jangan sampai lebih besar dari 50% sehingga modal yang dijamin (hutang) ti dak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri). Berdasarkan konsep cost of capital, perusahaan berusaha memiliki struktur modal yang optimal dalam arti bahwa struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital) (Riyanto, 2013:294). Pada penghitungan cost of capital, besar kecilnya average cost of capital adalah ketergantungan pada proporsi masing-masing sumber dana beserta biaya dari masing-masing komponen sumber dana tersebut. Menurut Sartono (2012:254), struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimal atau struktur modal yang mengakibatkan biaya rata-rata tertimbang turun. 2.3. Nilai Perusahaan dan Leverage terhadap Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi, akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Bagi perusahaan yang sudah go public, maka nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang belum go public maka nilai perusahaan adalah nilai yang terjadi apabila perusahaan tersebut dijual (Martono, 2008:13). Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan nilai perusahaan yang meningkat berarti meningka pula kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan.Nilai perusahaan tercermin pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila sebuah perusahaan diperkirakan memiliki prospek di masa yang akan datang, maka nilai sahamnya akan menjadi tinggi. Sebaliknya apabila perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek di masa yang akan datang, maka harga sahamnya akan menjadi turun. Penilaian saham didasarkan atas present value aliran kas yang akan diterima pemegang saham di masa mendatang. Peningkatan terhadap nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan pula (Hanafi, 2008:124). Lebih jauh persepsi pasar terhadap nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh kebutuhan perusahan dalam penggunaan leverage. Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan di mana dalam penggunaan aset atau dana tersebut harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap (Martono, 2008:295).
Dampak Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Teori struktur modal menjelaskan apakah ada dampak perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, apabila keputusan-keputusan keuangan lainnya dianggap konstan. Pada keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak penghasilan, teori MM menunjukan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kondisi yang berbeda dengan adanya pajak penghasilan maka penggunaan leverage
4 dalam batas-batas tertentu akan menghasilkan struktur modal dengan nilai perusahaan yang maksimal. Penggunaan leverage oleh perusahaan yang semakin besar, pengaruhnya bagi nilai perusahaan di satu sisi akan meningkatkan nilai perusahaan karena adanya perlindungan pajak dan peningkatan return yang diharapkan. Pada sisi yang lain, penggunaan leverage dapat juga menurunkan nilai perusahaan karena tingginya biaya modal atas penggunaan hutang jangka panjang dan kemungkinan timbulnya biaya kepailitan. Penggunaan leverage akan berdampak pada naik turunnya nilai perusahaan, karena didalamnya terdapat suatu risiko yang akan dihadapi, yaitu biaya modal dan ketidakpastian return yang diharapkan sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan serta disisi lain adanya perlindungan pajak dan peningkatan return bagi pemilik perusahaan sehingga menaikkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada uraian sebelumnya, dapat diketahui struktur modal yang optimal dapat dicapai dengan menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak dan biaya modal sehingga akibat pengguanaan leverage dapat meningkatkan nilai perusahaan (Sartono, 2013:247).
Analisis Leverage Keuangan Menurut Sawir (2003:10) struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Leverage keuangan adalah penggunaan hutang. Leverage menurut Riyanto (2013:375) dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (EPS). Pendapat lain dikemukakan oleh Hanafi (2013:332), leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Leverage keuangan menunjukan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, akan semakin besar pula tingkat leverage dan semakin besar pula risiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang disebut sebagai solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan dapat dilihat melalui rasio leverage perusahaan tersebut.Rasio leverage yang umum digunakan adalah: (a) Debt Ratio (Rasio Hutang) Rasio hutang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki (Sawir, 2003:13). Semakin tinggi hasil presentasenya, cenderung semakin besar risiko keungannya bagi kreditur maupun pemegang saham (b) The Debt Equity Ratio Merupakan penghitungan perbandingan antara hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (Syamsuddin, 2007:71) (c) Time Interest Earned Time Interest Earned digunakan untuk menguur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditur jangka panjang, khususnya dalam pembayaran bunga digunakan (Sawir, 2003:14)
5 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Menentukan Besarnya Modal I. Memaksimalkan Laba a) Pengertian Memaksimalkan Keuntungan (Laba) Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah selisih antaratotal pendapatan dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total (TC), Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara sistematis laba dapat dirumuskan π=TR -TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila selisihnya bernilai positif (π>0) dimana TR harus lebih besar dari pada TC (TR-TC). b) Tujuan Perusahaan dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba) Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”.Berdasarkan kepada pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan.Ada perusahaan yang menekan kepada volume penjualan dan ada pula yang memasukkan pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang akan di capai.Ada pula perusahaan yang lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang mementingkan tujuan untuk mencari keuntungan yang maksimum. Memang beberapa tujuan yang di temui dalam praktek tersebut memberikan dalam menganalisis kegiatan perusahaan. Tetapi, di samping menyadari kenyataan tersebut, juga di ingat bahwa pada sebagian besar perusahaan, Intinya tujuan terpenting adalah memaksimumkan keuntungan.Telah terbukti bahwa yang telah diberikan kepada masyarakat telah memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu untuk memaksimalkan laba. Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan menghasilkan laba, perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain kerena laba tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya. Seperti halnya industri lain, tiap industry juga bertujuan untuk memperoleh laba guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laba yang
5
6
c)
dihasilkan tidak terlepas dari beberapa factor antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan total upah tenaga kerja. Pendekatan-pendekatan Dalam Memaksimalkan Keuntungan Di dalam memaksimalkan keuntungan oleh produsen terdapat tiga pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan Totalitas (Totality Approach) Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan pendapatan total(TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total(TC) adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit (P), maka TR = P.Q . Sedangkan biaya total (TC) adalah samadengan biaya tetap (FC) ditambah dengan biaya variable(VC), maka TC = FC + VC. Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan sehingga biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya variable per unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-(FC+v.Q). Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar penjualan semakin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Q
P
TR
TC
Keuntungan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
17 18,5 19,5 20,75 22,25 24,25 27,5 32,5 40,5 52,5
-12 -8,5 -4’5 -0,75 2,75 5,75 7,5 7,5 4,5 -2,5
Dari tabel tersebut produsen akan menjual produknya sebanyak 8 unit yaitu pada saat selisih antara TR dan TC adalah yang paling besar. Dengan tingkat harga yang terjadi di pasaran sebesar 5, maka produsen akan memperoleh keuntungan maksimum yaitu sebesar 7,5. 2) Pendekatan Marginal (Marginal Approach) Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah output yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut “Jika keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output harus ditambah dan apabila
7 keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0”. Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila menambah produksinya pada saat MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR
P=MR
MC
Keuntungan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1,5 1 1,25 1,5 2 3,25 5 8 12
-12 -8,5 -4,5 -0,75 2,75 5,75 7,5 7,5 4,5 2,5
Pada tabel di atas dicari kondisi pada saat MR=MC dimana pada kondisi tersebut jumlah output yang dihasilkan adalah 8 unit dan tingkat keuntungan yang diperoleh adalahsebesar 7,5. 3) Pendekatan Rata-rata Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) . Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. Dapat dijelaskan secara matematis π=(P-AC).Q. Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sama dengan AC. Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P=AC. Keputusan untuk memproduksi didasarkan pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC maka perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual sebanyak banyaknya(maximum Selling) Agar laba (π) makin besar.
8 II.
Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Menurun Berkurang (The Law of Diminishing Returns) Dalam ilmu ekonomi, diminishing returns (hasil yang semakin menurun) merupakan penyederhanaan dari diminishing marginal returns. Dalam sistem produksi, adanya input tetap dan input variabel, konstanta input tetap, sebanyak input variabel yang digunakan, tiap penambahan unit input semakin menurunkan/mengurangi penambahan output. Konsep ini dikenal dengan law of increasing opportunity cost (hukum peningkatan biaya kesempatan) atau hukum pengembalian semakin menurun. Berkaitan dengan fungsi produksi, terdapat tiga konsep produksi yang penting, yaitu sebagai berikut. 1) Produksi Total atau Total Product (TP), yaitu jumlah total output yang diproduksi selama waktu tertentu. Jika satu faktor produksi dijaga konstan, produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor produksi vari abel yang digunakan. 2) Produk Rata-Rata atau Average Product (AP), yaitu produk total di bagi dengan jumlah unit faktor produksi variabel yang digunakan. Jika labor (L) merupakan unit faktor produksi variabel, produk rata-rata dapat dirumuskan dalam persamaan matematis sebagai berikut:
3) Produk Marjinal atau Marginal Product (MP), adalah tambahan dalam produk total karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi variabel.
Tanda ∆ = delta atau perubahan. Contohnya, penambahan tenaga kerja dari 2 menjadi 4 unit, berarti ∆L = 4 - 2 = 2, telah menyebabkan bertambahnya produk total dari 40 menjadi 60 ( TP = 60 - 40 = 20). Jadi, MP = = 10. Jika input faktor produksi terus ditambah, tambahan produk total akan semakin berkurang. Bahkan pada satu titik tertentu, hasil produksi akan mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun. Setiap tambahan input tenaga kerja akan semakin mengurangi output. Kondisi tersebut merupakan Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Returns). Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa pertambahan unit faktor produksi variabel mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu, pertambahan faktor produksi variabel tersebut tidak lagi memberikan tambahan hasil yang sebanding dengan asumsi semua faktor produksi (input) lainnya konstan.
9 Misalnya, suatu perusahaan melakukan produksi dengan menggunakan dua input, yaitu modal (K) merupakan input tetap dan tenaga kerja (L) merupakan input variable. Tabel 1. menunjukkan perubahan output karena tambahan input variable (tenaga kerja). Tabel 1. Variasi Output antara Kapital (K) dengan Tenaga Kerja (L) Jumlah Tenaga Kerja (L)
Produk Total (TP)
Produk Rata-rata (AP)
Produk Marjinal (MP)
1
150
150
150
2
360
180
210
3
660
220
260
4
1000
250
340
5
1250
250
250
6
1380
230
130
7
1400
200
20
8
1400
175
0
9
1350
150
-50
Tabel 1. menunjukkan produk total (TP) pada awalnya meningkat dengan cepat sejalan dengan pertambahan tenaga kerja dan mencapai maksimum (TP = 1400 unit) pada saat tenaga kerja sebanyak 7 orang. Jika penambahan tenaga kerja terus dilakukan, produk total akan mengalami penurunan karena produksi marjinal sudah negatif. Data pada Tabel 1. dapat digambarkan pada Kurva 1. berikut.
Kurva 1. Produksi Total (TP), Produk Rata-Rata (AP), dan Produk Marjinal (MP).
10 Kurva AP dan MP menunjukkan hubungan yang searah (positif). Jika kurva produk rata-rata (AP) naik, kurva produk marjinal (MP) terletak di atasnya. Jika kurva AP mencapai maksimum, kurva MP sama dengan kurva AP (MP=AP). Jika kurva AP turun, kurva MP terletak di bawah kurva AP. Kurva 1. menunjukkan kurva produksi total (TP), produksi ratarata (AP), dan produksi marjinal (MP) dapat dijelaskan tentang hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing returns). Hukum ini menyatakan jika input dari salah satu faktor produksi ditambah dengan ukuran yang sama per unit waktu. Adapun input dari faktor produksi lainnya konstan, produk total akan naik, tetapi lewat titik tertentu, tambahan produk total tersebut semakin lama semakin kecil. Hukum ini pada hakikatnya menyatakan bahwa hubungan di antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga tahap produksi (the three stages of production), yaitu sebagai berikut. 1. Pada tahap I, penambahan faktor produksi variabel (L) akan meningkatkan produk rata-rata sehingga produk total juga naik. Jika Anda perhatikan, ternyata produksi rata-rata dari faktor produksi variabel meningkat seiring dengan bertambahnya faktor produksi variabel tersebut. Dengan naiknya produksi rata-rata dari faktor produksi variabel, berarti ongkos produksi per unit semakin menurun denganmenurunnya ongkos produksi per unit, perusahaan akan menambah jumlah unit yang diproduksi. Dengan terus melakukan perluasan produksi, perusahaan dapat menekan ongkos produksi per unit. Jika tingkat harga penjualan produksi adalah sama untuk per unitnya, perusahaan akan mendapat keuntungan yang lebih besar lagi. 2. Pada tahap II, AP dan MP mengalami penurunan, tetapi MP belum sampai negatif. Penambahan faktor produksi variabel (L) akan tetap menambah produk total sampai mencapai titik maksimum (TP = 1400). 3. Pada tahap III, perusahaan akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi variabel yang lebih banyak. Pada tahap ini, penambahan faktor produksi variabel (L) justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian. Dengan demikian, perusahaan tidak akan berproduksi pada tahap ini. Rasionalisasi dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan produktivitas maksimal, yaitu: 1. mekanisasi, adalah dilakukan dengan mengganti alat-alat produksi dengan mesinmesin atau alat-alat yang serba modern; 2. standarisasi, adalah dilakukan dengan membuat suatu standar atau ukuran dalam hal mutu, bentuk, ukuran dan lain-lain terhadap suatu produk tertentu; 3. spesialisasi atau pembagian kerja; 4. menempatkan pekerja pada tempat yang sebenarnya (the right man on the right place). 3.2. Menentukan Arus Investasi dan Pemakaian Modal A. Prinsip Ekonomi Pemakaian Modal Ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana dan kenapa setiap individu yang memainkan peranan dalam ekonomi (unit-unit ekonomi),
11 yang meliputi konsumen, para pekerja, investor, pemilik lahan, dan pengusaha membuat keputusan ekonomi. Dengan mempelajari perilaku dan interaksi dari individu perusahaan dan konsumen, ekonomi mikro menunjukkan bagaimana industri-industri dan pasar beroperasi dan berkembang, kenapa mereka berbeda satu sama lain dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah dan kondisi ekonomi global. Ekonomi mikro juga mempelajari cara pas ar individu bekerja dan cara peraturan dan pajak mempengaruhi alokasi tenaga kerja, barang, dan jas a. Manajer agribisnis harus memutuskan cara terbaik untuk menggunakan sumberdaya yang terbatas dalam memproduksi dan memasarkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, perangkat analisis ekonomi sangat penting bagi manajer yang harus membuat keputusan bisnis sehari-hari.
Prinsip Laba Laba adalah tujuan perusahaan. Oleh karena itu, keberhasilan dan kegagalan perusahaan akan diukur dengan laba yang diperoleh. Laba harus ada dengan alasan berikut: 1) Laba sebagai kompensasi (reward) karena seseorang berani mengambil risiko. Besar kecilnya risiko akan menentukan besar kecil nya laba yang diperoleh perusahaan. 2) Laba adalah kompensasi karena seseorang berhasil di dalam inovasi. Seseorang berani berperan dalam inovasi maka baginya ada kemungkinan memperoleh kompensasi. Apabila inovasi tersebut gagal, tentunya orang akan menderita rugi. Inovasi tidak harus dalam skala besar, bisa juga dalam skala kecil. Penemuan baru dalam metode produksi, memperbaiki saluran distribusi, mengadakan grading, mencari bentuk-bentuk dari barang yang sama jenisnya, dan sebagainya. 3) Laba adalah kompensasi adanya perubahan di bidang perekonomian. Tanpa perubahan tidak ada laba. Adanya perubahan di bidang ekonomi mengakibatkan perubahan permintaan selera konsumen, mode, persaingan, dan sebagainya. Semua perubahan itu akan mendatangkan laba dan kemungkinan juga kerugian, tergantung apakah perubahan itu dan bagaimana perubahan itu. a. Laba Akuntansi Akuntan menganggap laba sebagai saldo penghasilan setelah semua biaya aktual (out of pocket expenditure) yang dapat diukur dikurangkan. Sedangkan ekonom menentukan laba dengan menguji penggunaan alternatif (biaya oportunitas) untuk sumberdaya yang ada dalam badan usaha. Opportunity Cost (biaya oportunitas) adalah “penerimaan” yang tidak jadi diterima karena alternatif terbaik kedua tidak diterapkan dalam penggunaan sumber daya. Biaya tersebut merupakan jumlah penerimaan yang dikorbankan karena tidak jadi memilih alternatif tersebut (alternatif terbaik kedua). Dikarenakan biaya oportunitas sebenarnya tidak pernah terjadi,
12 akuntan tidak dapat mengukurnya secara tepat. Sedangkan ahli ekonomi melihat dari sudut pandang pengambilan keputusan ekonomi, dimana biaya yang menjadi dasar untuk memilih suatu alternatif harus mencakup jumlah penerimaan yang hilang karena tidak memilih alternatif terbaik kedua. b. Laba Ekonomi Economic Profits (laba ekonomi) didefenisikan sebagai laba akuntansi dikurangi dengan biaya oportunitas. Oleh karena itu, untuk mengetahui laba ekonomi dilakukan dengan menguji berbagai alternatif untuk menggunakan sumber daya. Analisis atas berbagai alternatif ekonomi akan menjadi mudah jika kita memusatkan perhatian pada biaya oportunitas. Sebelum menanamkan modalnya dalam suatu alternatif bisnis, para manajer harus dapat memperkirakan biaya oportunitas. Hal ini membantu untuk memutuskan apakah setiap penggunaan sumberdaya (uang dan waktu) merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan. Akan tetapi, konsep laba ekonomi mengandung beberapa kelemahan, antara lain: Banyak nilai yang terkandung ternyata sulit untuk diperhitungkan. kesalahan atas anggapan bahwa Kemungkinan lowongan kerja dalam industri selalu tersedia. Apalagi perubahan kerja dapat menimbulkan masalah pribadi dan/atau keluarga. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian kedalam nilai uang. Perbedaan tipe penanaman modal mungkin sulit untuk diperbandingkan secara langsung karena setiap tipe penanaman modal mengandung risiko yang berbeda. B. Prinsip Ekonomi Maksimisasi Laba Pada dasarnya ada beberapa prinsip dasar ekonomi mikro yang berkaitan dengan maksimisasi laba untuk setiap perusahaan, yaitu sebagai ber ikut : 1) Biaya Margi nal = Penerimaan Margi nal Biaya marginal (marginal cost-MC) adalah tambahan biaya untuk memproduksi tambahan satu unit produk. Biaya marginal menurun dengan semakin banyaknya produk yang dihasilkan. Jika sudah mencapai titik tertentu, biaya marginal mulai meningkat. Sedangkan penerimaan marginal (marginal revenue-MR) menunjukkan tambahan penghasilan yang diperoleh dari tambahan penjualan sebesar satu satuan. Laba maksimal akan diperoleh dengan meningkatkan produksi sampai batas biaya marginal sama dengan penerimaan marginal (MC = MR). Jika MC tidak sama persis dengan MR, paling tidak selisih MR dengan MC masih positif dan nilainya minimum (paling kecil).
13 Prinsip ini mengandung gagasan bahwa input boleh ditambahkan sepanjang biaya yang diperlukan lebih kecil daripada tambahan penerimaan yang dihasilkan. Berbagai pengertian biaya: a) Biaya Total (Total Cost-TC), yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Secara matematis biaya total dapat dirumuskan sbb: TC = TFC + TVC b) Biaya variabel total (Total Variable Cost-TVC ) , yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Berarti biaya variabel total sama dengan jumlah unit input (quantity-Q) dikalikan dengan biaya input variabel per unit ( Average Variable Cost-AVC). Secara matematis TVC adalah sbb: TVC = Q x AVC c) Biaya tetap total (Total Fixed Cost - TFC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapa t diubah jumlahnya. d) Biaya marginal ( Marginal Cost - MC) yaitu tambahan biaya (ΔTC) yang diperlukan untuk memproduksi tambahan satu unit produk (ΔQ). Secara matematis, rumus MC adalah sbb: MCn = TCn – TCn-i atau Qn – Qn-i MCn = ΔTC ΔQ e) Penerimaan Total (Total Revenue – TR), yaitu jumlah unit yang dijual (Q) dikalikan dengan harga jual (P). Secara matematis, rumus TR adalah sbb: TR = P x Q f) Penerimaan Marginal ( Marginal Revenue – MR), yaitu tambahan penghasilan (ΔTR) yang diperoleh dari tambahan penjualan sebesar satu satuan. Secara matematis rumus MR adalah sbb: MR = ΔTR ΔQ 2) Ti ngkat Substitusi Marginal = Rasio Kebalikan Harga Produsen yang akan memaksimumkan laba akan berusaha agar kombinasi input menggunakan biaya terendah untuk menghasilkan biaya keluaran yang sama.
14 Kombinasi input yang mempunyai biaya terendah terjadi jika tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution – MRS ), yaitu jumlah masukan X yang diperlukan untuk mensubstitusi Y, sama dengan rasio kebalikan harga (inverse price ratio – IPR). Secara matematis, MRS adalah sebagai berikut: MRSxy = Perubahan jumlah Y = ΔY Perubahan jumlah X Δ X Sedangkan rasio kebalikan harga secara matematis adalah sebagai berikut: IPR = Harga X Harga Y 3) Pengembalian Marginal yang Sama Keputusan berproduksi juga berhubungan dengan apa yang harus diproduksi. Sebagian besar perusahaan dapat memproduksi berbagai macam produk, tetapi karena keterbatasan input atau anggaran produksi maka hal tersebut menjadi halangan. Prinsip produksi ini mengatakan bahwa produksi berbagai produk perusahaan harus dilakukan sampai pengembalian marginal (marginal return – MR) dari produk-produk tersebut sama atau input variabel yang harus digunakan pada pemanfaatan marginal sampai tercapai pengembalian yang sama. 3.3. Menentukan Sumber-Sumber dan Komposisi Modal a. Sumber dan Biaya Modal - Sumber Modal Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan oleh manajemen keuangan. Untuk mendanai kebutuhan keuangan jangka pendek, maka manajemen keuangan dapat menggunakan dana dari perbankan, sedangkan kebutuhan dana jangka panjang dan jumlah yang besar dapat diperoleh dari pasar modal karena di pasar modal banyak investor (sumber dana), bahkan tidak terbatas. Pemenuhan kebutuhan dana dapat berasal dari sumber intern maupun ekstern perusahaan. Sumber dana intern berasal dari keuntungan yang tidak dibagi atau keuntungan yang ditahan dalam perusahaan ( retained earning). Sedangkan sumber dana ekstern yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi dan kredit dari bank, dikenal juga dengan sebutan pembelanjaan ekstern atau pendanaan ekstern (external dinancing) (Riyanto, 1995). - Biaya Modal Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Para manajer keuangan perusahaan harus mengetahui kapan dan
15 seberapa besar kebutuhan akan biaya modal yang diperlukan untuk pengambilan putusan dalam penganggaran modal, dan pemaksimalan struktur permodalan. Selain itu, biaya modal juga dapat dikatakan sebagai tingkat diskonto yang tepat yang dapat digunakan dalam penganggaran modal, namun biaya modal juga digunakan untuk tujuan lainnya. Sebagai contoh, biaya modal adalah faktor kunci dalam keputusan yang berhubungan dengan penggunaan modal utang atau modal ekuitas. Biaya modal juga penting untuk peraturan dalam perusahaan listrik, gas, dan telpon. Prasarana ini merupakan monopoli alami dalam arti bahwa satu perusahaan dapat memberikan jasa dengan biaya yang lebih rendah daripada perusahaan lainnya. Karena memiliki monopoli, maka perusahaan listrik atau telpon dapat mengekspolitasi anda jika tidak ada peraturan yang melarangnya. Hal ini dikarenakan sebagai berikut: 1. Menentukan biaya modal investor yang menyediakan utilitas. 2. Menetapkan tingkat harga yang dirancang kurang untuk memperbolehkan perusahaan menghasilkan biaya modalnya, tidak kurang dan tidak lebih. Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan: 1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengahruskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan. 2. Keputusan penggagaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal. 3. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal. Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukan tingkat minimum laba investasi yang harus diperoleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian yang harsu dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu. b. Penentuan Struktur Modal Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian terhadap
16 paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Kita dapat menyebut paduan sumber dana yang tepat ini struktur modal optimal. c. Menentukan Struktur Modal yang Optimal Leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan. Leverage perusahaan akan mempengaruhi laba perlembar saham, tingkat risiko, dan harga saham. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang untuk pertama kali akan naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal dipenuhioleh hutang dan nilai tersebut keemudian akan mencapai pucaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah hutang berlebihan. Jika demikian, untuk selanjutnya hutang akan digunakan untuk menggantikan ekuitas sampai berapa jumlahnya. Dalam keputusan semacam itu struktur modal yang dipilih haruslah yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dana dari dalam perusahaan, maka hal ini dapat mneyebabkan berkurangnya ketergantungan kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana dari perusahan, maka perusahaan harus menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan. Baik dari hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya. Apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut lebih mengutamakan hutang, maka ketergantungan kepada pihak luar akan semakin besar dan risiko financial juga semakin besar. Sebaliknya, apabila lebih mengutamakan pada saham, maka biayanya akan sangat mahal karena biaya pengunaan dana yang berasal dari saham baru akan lebih mahal dari sumber dana lainnya karena adanya flotation cost . Oleh karena itu, maka pola diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber tersebut. Dalam keadaan bagaimanapun perusahaan sebaiknya jangan memunyai hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, sehingga modal yang dijamin tidak lebih beasr dari modal yang menjadi jaminannya. Menurut konsep cost of capital , perusahaan harus mengusahakan agar dapat mencapai struktur modal yang optimal, yakni struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata dimana bearnya average cost of capital tergantunga pada proporsi masing-masing sumber dana tersebut. Van Horne menyatakan: kalau ingin meningkatkan harga persaham, maka terlebih dahulu harus mengusahakan biaya modal perusahaan menjadi seminium mungkin untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham perusahaan. Suatu struktur modalyang optimal sangat penting bagi suatu perusahaan dan ini menurut pendapat Weston dan Copeland (1992: 565) mengenai struktur modal, yaitu: “if there is an optimal capital sructure for a company it will minimize the opportunity cost of capital ”. Dari semua uraian diatas, dapat diketahui bahwa bila ingin memaksimumkan harga persaham maka harus mengoptimalkan struktur modal perusahaan tersebut
17 dengan berusaha keras supaya biaya modal menjadi seminimum mungkin jumlahnya. 3.4. Menentukan Nilai Waktu dari Uang (Time Value Of Money) Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang adalah merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu (Basri, 1989). Dalam memperhitungkan, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan datang maka kita harus mengikutkan panjangnya waktu dan tingkat pengembalian maka konsep time value of money sangat penting dalam masalah keuangan baik untuk perusahaan, lembaga maupun individu. Dalam perhitungan uang, nilai Rp. 1.000 yang diterima saat ini akan lebih bernilai atau lebih tinggi dibandingkan dengan Rp. 1.000 yang akan diterima dimasa akan datang. Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti.adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dll. Demikian pula halnya bila membahas tentang investasi, dimana dana investasi tersebut akan kembali melalui penerimaan-penerimaan keuntungan di masa yang akan datang. lni berarti pengeluaran investasi dilakukan saat ini sedang penerimaannya akan diperoleh pada tahun-tahun yang akan datang. Dengan demikian, kita tidak bisa langsung membandingkan nilai investasi saat ini dengan sejumlah penerimaan yang akan datang. oleh karena itu, penerimaan-penerimaan yang akan datang tersebut harus diperhitungkan menjadi nilai sekarang, agar bisa dikomparasikan dengan nilai invesatsi yang dikeluarkan saat ini. Hal ini berarti juga menggunakan konsep time value of money (Sutrisno, 2000). a) Konsep Time Value Of Money
Menurut Sutrisno (2000), dari dua konfigurasi di atas, maka konsep nilai waktu uang bisa dipisahkan menjadi dua, yaitu: Nilai
yang akan datang alau future value Nilai sekarang atau present value A. NILAI MASA DEPAN (FUTURE VALUE)
Merupakan nilai pada suatu waktu di masa datang dari sejumlah uang di masa sekarang atau serangkaian pembayaran yang dievaluasi dengan menggunakan tingkat bunga tertentu. Nilai uang di masa mendatang (future value) ditentukan oleh tingkat suku bunga tertentu yang berlaku di pasar keuangan. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi nilai uang dimasa mendatang. Oleh sebab itu, kaum pemilik uang (kaum Kapitalis) pola pikir dan perilakunya bertumpu
18 pada tingkat suku bunga. Jika tingkat bunga tinggi, ia akan membungakan uangnya atau mendepositokan uangnya, dan jika suku bunga rendah, ia akan meminjam uang untuk aktivitas bisnis. B. NILAI SEKARANG (PRE SENT VALUE )
Merupakan nilai saat ini pada proyeksi uang kas masuk bersih (net cash flow) di masa mendatang. Uang kas masuk bersih di masa mendatang adalah proyeksi hasil investasi. Nilai sekarang disebut juga “diskonto”. Tingkat diskonto (tingkat kapitalisasi) yaitu tingkat bunga yang digunakan yang digunakan untuk mengubah nilai masa depan menjadi nilai sekarang. Makin tinggi tingkat suku bunga, makin kecil nilai uang sekarang pada rencana penerimaan uang di masa depan. C. NET PRESENT VALUE
Suatu keputusan investasi membutuhkan dana yang cukup besar untuk ditanamkan pada proyek tersebut. Dana invesatsi tersebut akan kembali melalui penerimaan-peneriman berupa keuntungan di masa yang akan datang. Untuk menilai layak tidaknya suatu keputusan investasi, maka dana investasi harus bisa ditutup dengan penerimaan bersih yang sudah dipresent value-kan. Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari invesatsi disebut sebagai Net Present Value. Contoh: Suatu proyek investasi rnembutuhkan dana invesatsi sebesar Rp 600'000'000'- dan diharapkan mempunyai usia 4 tahun dengan penerimaan bersih selama usia investasi berturut-turut Rp. 150.000.000,- Rp. 250.000.0000,- Rp. 300.000.000,- dan Rp. 400.000.000,-.
Maka bila bunga 21% bisa kita hitung besarnya net present value sebagai berikut: NPV ={150/(1+0,21)1+250/(1+0,21)2+300(1+0,21)3+400/(1+0,21)4} – 600 =50,665 juta atau kalau menggunakan tabel discount factor bisa dihilung Net Present Valuenya sebagai berikut: Tabel 1. Perhitungan Net Present Value TAHUN
CASHFLOW
1 150.000.000,2 250.000.000,3 300.000.000,4 400.000.000,Total Present Value dari penerimaan Investasi Net Present Value
DISCOUNT FACTOR 21% 0,826 0,683 0,564 0,467
PRESENT VALUE OF CASHFLOW 123.900.000,170.750.000,169.200.000,186.800.000,650.650.000,600.000.000,50.650.000,-
19 Catatan: Perbedaan angka dengan perhitungan di atas karena pembulatan D.
INTERNAL RATE OF RETURN
Pada net present value akan diketahui selisih keuntungan absolut (dalam rupiah) antara nilai sekarang penerimaan dengan investasinya. Sedang internal rate of return (lRR) mencari besarnya tingkat keuntungan relatif atau dalam prosentase atas penerimaan investasi. Dengan demikian Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga yang bisa menyamakan antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Untuk menghitung besarnya IRR ini bisa menggunakan cara interpolasi, dengan menghitung NPV yang positif dan NPV yang negatif. Dari kedua NPV tersebut baru bisa dicari IRR dengan mengadakan interpolasi. Contoh: Sebuah proyek dengan investasi sebesar 500.000,- mempunyai usia ekonomis 3 tahun. Selama 3 tahun memperoleh penerimaan bersih sebesar Rp. 250.000,- per tahun. Berapa IRRnya?
Dari contoh tersebut, bisa kita cari NPV yang menghasilkan kutub positif dan negatif, misalnya dengan r sebesar 20% dan 24% Dengan r = 20% Total Present Value (TPV) penerimaan = 250.000 x 2,106 = 526.500 Investasi = 500.000 NPV = 26.500 Dengan r = 24% Total Present Value (TPV) penerimaan = 250.000 x 1,981 = 495.250 Investasi = 500.000 NPV = -4.750 Dari hasil perhitungan tersebut, bila kita sajikan dalam bentuk perbandingan akan nampak sebagai berikut: Selisih r = 4% r r = 20% = 24% T PV I NV N PV
5 26.500 5 00.000 2 6.500
4 95.250 5 00.000 4.750 Selisih NPV = 32.250
20 Dari sajian ilustrasi di atas terlihat bahwa selisih NPV sebesar 31.250 tersebut setara dengan bunga 4%. Oleh karena itu, untuk menjadikan NPV= 0, maka r dihitung dengan cara interpolasi yakni sebesar
= 20%
26.500
× 4% = 23,39%
31.250
Pada perhitungan tersebut ada dua suku bunga 20% dan 24%. Apabila suku bunga 20% dianggap r rendah (rr) dan suku bunga 24% sebagai r tinggi (rt), dan selisih NPV dapat juga dicari dengan cara = TPV rr – TPV rt, maka untuk menghitung IRR ini bisa dirumuskan sebagai berikut :
IRR = rr
NPV rr
× (rt rr) TPV rr TPV rt Dari contoh di atas bila dihitung dengan rumus ini akan didapatkan IRR dengan hasil yang sama sebagai berikut : IRR = 20%
26.500 526.500 495.750
× (24% 20%) = 23,39%
Perhitungan-Perhitungan Nilai Uang Dari Waktu A. Bunga tetap
Perhitungan Bunga ini sangat sederhana, yang diperhitungkan dengan besarnya pokok yang sama dan tingkat bunganya juga sama setiap waktu. Walaupun pokok pinjaman pada kenyataannya sudah berkurang sebesar angsuran pokok pinjaman namun dalam perhitungan ini tetap digunakan standar perhitungan yang sama. Contoh: Perusahaan akan meminjam uang ke Bank untuk membiayai proyek investasi sebesar Rp 10.000.000,00 dengan bunga 15% per tahun dalam waktu 4 tahun dan diangsur 4 kali. Maka bunga yang harus dibayar yaitu:
Th
1. 2. 3. 4.
Tabel 2. Pembayaran Bunga Pokok-Pokok Biaya Angsuran Pinjaman per Tahun Rp Rp
10.000.000,00 7.500.000,00 5.000.000,00 2.500.000,00
2.500.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00
Besarnya Bunga per Tahun Rp 1.500.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00
Jumlah Bunga Keseluruhan Rp 1.500.000,00 3.000.000,00 4.500.000,00 6.000.000,00
Jadi besarnya bunga pada setiap tahun, mulai tahun kedua tidak mendasarkan pada sisa pinjamannya. Apabila diformulasikan: I = P.n.i Dimana: I = Besarnya keseluruhan bunga P = Besarnya pinjaman
21 n = Jumlah tahun/bulan i = Tingkat bunga Sedangkan jumlah yang harus dibayarkan: F =P+I = P + P.n.i = P (1+ P.n.i) Dari contoh tersebut bila tanpa menggunakan tabel, maka bunga yang harus dibayarkan selama 4 tahun: I = P.n.i = Rp 10.000.000,00 . 4. 15% I = Rp 6.000.000,00 Oleh karena itu pemohon harus mengembalikan hutangnya: F = P (1 + n.i) = Rp 10.000.000,00 (1 + n.i) = Rp 10.000.000,00 x 160% = Rp 16.000.000,00 B. Nilai Majemuk
Nilai majemuk (compound value) adalah merupakan penjumlahan dari sejumlah uang permulaan/pokok dengan bunga yang diperolehnya selama periode tertentu, apabila bunga tidak diambil pada setiap saat. Seperti contoh tersebut di atas, apabila diperhitungkan dengan nilai majemuk (compound value) maka akan terlihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3. Nilai majemuk dari Pinjaman No
Th Ke
1. 2. 3. 4. 5.
1 2 3 4 5
Pokok Pinjaman
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000,00 11.500.000,00 13.225.000,00 15.208.750,00 17.490.062,50
Bunga Pada Akhir Tahun (15%)
Rp 1.500.000,00 Rp 1.725.000,00 Rp 1.983.750,00 Rp 2.281.312,50 Rp 2.623.509,00
Apabila dituliskan dalam bentuk formula sebagai berikut:
Pokok + Bunga
Rp Rp Rp Rp Rp
11.500.000,00 13.225.000,00 15.208.750,00 17.490.062,50 20.113.571,50
22 Tabel 4.Formulasi Compound Value No
1. 2. 3. 4. 5.
Th Ke 1 2 3 4 5
Pokok Pinjaman P P(1+i) P(1+i)2 P(1+i)3 P(1+i)4
Bunga pada Akhir Tahun P.I P(1+i)i P(1+i)2 i P(1+i)3 i P(1+i)4 i
Pokok + Bunga (F) P + Pi = P (1 + i) P(1+i)2 P(1+i)3 P(1+i)4 P(1+i)5
Jadi F (Future) untuk tahun ke-n Fn = P (1 + i) n Dimana : Fn = Besarnya pokok dan bunga pada tahun ke-n P = Besarnya pokok pinjaman i = Tingkat bunga n = Jumlah tahun Dalam praktek (1+i)n telah dituangkan dalam bentuk tabel yang diistilah dengan Interest Factor (IF) sehingga rumus tersebut akan menjadi : Fn = P (IF)n Besarnya Interest Factor (IF) juga telah disusun dalam tabel sehingga tidak perlu mencari perhitungan tersendiri tinggal mencari dalam tabel yang ada. Tabel 4. Nilai Majemuk Rp 1,00 Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Bunga 1% 1,010 1,020 1,030 1,041 1,051
2% 1,020 1,040 1,061 1,082 1,104
3% 1,030 1,161 1,093 1,126 1,159
4% 1,040 1,082 1,125 1,176 1,217
5% 1,050 1,102 1,158 1,216 1,276
10% 1,100 1,210 1,331 1,464 1,611
15% 1,150 1,322 1,521 1,749 2,011
Dari contoh tersebut, bila diperhitungkan dengan tabel maka: Fn F5
= P. (IF)n = Rp 10.000.000,00 x 2,011 = Rp 20.110.000,00 (Pembulatan tiga angka di belakang koma). Apabila digambarkan nilai majemuk dari Rp 10.000.000,00 dengan 15% per tahun selama 5 tahun terlihat sebagai berikut:
23
Rp. 20.113.571,50 15 % Rp. 20.000.000,00 Rp. 17.490.062,50 Rp. 15.000.000,00 g n a
Rp. 13.225.000,00 U i al i N
Rp. 11.500.000,00 Rp. 10.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 0 1
2
3
4
5 Tahun
Grafik 1. Nilai Majemuk Sejumlah Uang C. Nilai Sekarang (Present Value) Present value (nilai sekarang) merupakan kebalikan dari compound value (nilai majemuk) adalah besarnya jumlah uang, pada permulaan periode atas dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah uang yang baru akan diterima beberapa waktu atau periode yang akan datang. Jadi present value (nilai sekarang) menghitung nilai uang pada waktu sekarang bagi sejumlah uang yang baru akan kita miliki beberapa waktu kemudian. Formula dari compound value (nilai majemuk) adalah: Fn = P (1 + I) n Maka kebalikannya sebagai present value (nilai sekarang) sama dengan P =(
+)
= ( )− Dimana : P = Nilai sekarang/present value Fn = Nilai yang akan datang/future value tahun ke-n r = Tingkat bunga n = sejumlah tahun yang akan dating Contoh: Berapa nilai sekarang dari sejumlah uang sebesar Rp 10.000.000,00 yang baru akan diterima pada akhir tahun ke-5 bila didasarkan tingkat bunga 15% dengan bunga majemuk.
Maka besarnya adalah:
24
P=
(+)
= =
p..., (+,) p..., ,
= Rp 4.972.650,00 Atau: P= ( )− = Rp 10.000.000,00 x (1 + 0,15) -5 = Rp 10.000.000,00 x 0,497 (pembulatan tiga angka) = Rp 4.970.000,00 (hasil tersebut diakibatkan dari pembulatan) Faktor (1 + i)-n diistilahkan dengan Discount Factor dapat diperhitungkan dan disusun dalam bentuk tabel seperti contoh di bawah ini:
Tabel 4. Present Value/Discount Factor dari Rp 1,00 Tahun
1 2 3 4 5
1% 0,990 0,980 0,971 0,961 0,951
2% 0,980 0,961 0,942 0,942 0,906
3% 0,971 0,943 0,915 0,889 0,863
Tingkat Bunga 4% 0,962 0,925 0,889 0,855 0,822
5% 0,952 0,907 0,864 0,823 0,784
10% 0,909 0,826 0,826 0,683 0,621
15% 0,870 0,756 0,658 0,572 0,497
Dengan tabel tersebut maka perhiungan contoh tersebut di atas: P
= Fn (DF) = Rp 10.000.000,00 . 0,497 (pembulatan tiga angka)
= Rp 497.000,00
Apabila digambarkan dari perhitungan tersebut akan terlihat sebagai berikut: Nilai Uang Rp. 1.000.000,00 Rp 7.500.000,00 Rp 5.000.000,00 Rp 4.970.000,00 Rp 2.500.000,00 0
1
2
3 Tahun
4
5
25 D. Nilai Majemuk dari ”Annuity”
Annuity merupakan seri dari pembayaran sejumlah uang dengan sejumlah yang sama selama periode waktu tertentu pada tingkat bunga tertentu. Pembayaran ini dilakukan pada akhir tahun yang berjalan. Contoh: Perusahaan akan membayarkan pinjaman sebesar Rp. 2.000.000,00 dalam 5 tahun setiap akhir tahun berturut-turut dengan bunga 15%, tetapi pembayarannya akan dilakukan pada akhir tahun ke-5.
Jumlah majemuk dapat di gambarkan sebagai berikut : 0
1 2.000.000
2
3 2.000.000
4 2.000.000
5 2.000.000
2.000.000 3.498.000
Pembayaran pinjaman 3.042.000 2.644.000 2.300.000 2.000.000 13.484.00 Jumlah majemuk compound sum Apabila perhitungan itu dirumuskan : A (1 + i)n -`1 F = i Dimana : F A i n
= = = =
Nilai sejumlah uang pembayaran seri Besarnya pembayaran Tingkat bunga Jumlah tahun
Maka (1 + i)n -1
disebut sebagai equal series compound amount
I Faktor yang dapat diperhitungkan dan disusun dalam bentuk tabel seperti tersebut dalam contoh di bawah ini :
26 Tabel 5.Jumlah Nilai Majemuk dari Annuity dari Rp 1,00 Tingkat bunga
Tahun 1% 1,000 2,010 3,030 4,060 5,101
2% 1,000 2,020 3,060 4,122 5,204
3% 1,000 2,030 3,091 4,184 5,309
4% 1,000 2,040 3, 121 4,246 5,416
1 2 3 4 5 Oleh karena itu perhitungan tersebut dalam formula di atas : F = A ( IF ) F = Rp 2.000.000,00 . 6,742 = Rp 13.484.000,00
5% 1,000 2,050 3, 152 4,310 5,526
10% 1,000 2,100 3, 310 4,641 5,705
15% 1,000 2,150 3, 473 4,993 6,742
E. Nilai Sekarang dari Annuity
Perhitungan nilai sekarang (present value) dari suatu annuity adalah kebalikan dari perhitungan jumlah nilai majemuk dari suatu annuity. Contoh: Bank akan menawarkan kepada perusahaan uang sebesar Rp 2.000.000,00 per tahun selama 5 tahun yang diterima pada akhir tahun dengan bunga yang ditetapkan 15% per tahun. Maka berapa present value atau nilai sekarang dari sejumlah penerimaan selama 5 tahun? Berapa jumlah majemuk (compound sum) dari uang tersebut?
Present value
0
1
2 3 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 Penerimaan uang
4 2.000.000,00
5
Rp 1.740.000,00 Rp 1.512.000,00 Rp 1.316.000,00 Rp 1.144.000,00 Rp 994.000,00 Rp 6.704.000,00 ( jumlah ) Dari perhitungan tersebut dapat dicari juga dari formula kebalikan nilai majemuk dari alternatif : Fn
= A(
i
+i)n
Dimana : Fn = Jumlah semua penerimaan-penerimaan di nilai sekarang A = Penerimaan setiap saat i = Tingkat bunga n = Jumlah tahun
27
Dari faktor
i (+i)n
dapat diperhitungkan dan dibuat tabel present value dari annuity
sebagai berikut: Tabel 6. Present Value dari Annuity dari Rp 1,00 Tingkat Bunga 1% 2% 3% 4% Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
0,990 1,970 2,941 3,902 4,853
0,980 1,942 2,884 3,808 4,713
0,971 1,913 2,289 3,717 5,580
0,962 1,886 2,779 3,630 4,452
5%
10%
15%
0,952 1,859 2,723 3,546 4,452
0,909 1,736 2,487 3,179 4,791
0,870 1,626 2,283 3,855 4,352
Apabila sudah diperhitungkan tabel tersebut, maka perhitungannya menjadi lebih muda, tinggal mengalikan antara penerimaan setiap saat dengan interest factor tersebut dalam tabel. Fn = A (lF) Contoh tersebut di atas dapat diperhitungkan dengan rumus ini: F5 tahun = Rp 2.000.000,00 . 3,352 (tabel tahun ke-5 15%) = Rp 6.704.000,00 Perhitungan nilai dari uang ini sangat penting dalam perhitungan kriteria penilaian investasi karena investasi akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang. Hubungan Nilai Waktu dari Uang dan Kebijaksanaan Investasi
Kebijaksanaan investasi akan terkait masa yang akan datang, tetapi dalam penilaian menguntungkan tidaknya akan dilaksanakan pada saat sekarang. Dengan demikian terutama penerimaan bersih dari pelaksanaan investasi yang akan diterima pada waktu yang akan datang harus dinilai sekarang, apakah penerimaan sekali atau berangsur-angsur/seri dengan menggunakan perhitungan-perhitungan tersebut di atas (Basri, 1989). Penerimaan pada waktu yang akan datang pada dasarnya adalah net cash flow dari pelaksanaan investasi yang akan terdiri dari: Biaya proyek/investasi awal (initial outlays). Biaya ini meliputi biaya untuk
memperoleh investasi tersebut dan biaya-biaya investasinya serta modal kerja untuk membiayai operasi awal dari proyek investasi yang bersangkutan. Cash flow dan cash outflow selama proyek investasi berjalan. Nilai residu dari proyek investasi yang bersangkutan. Cash inflow dan cash outflow lain-lain di luar proses pelaksanaan proyek
investasi tersebut
28 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan 1. Perusahaan akan memperoleh keuntungan maksimum yang akan di capai jika MR=MC tercapai. 2. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa pertambahan unit faktor produksi variabel mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu, pertambahan faktor produksi variabel tersebut tidak lagi memberikan tambahan hasil yang sebanding dengan asumsi semua faktor produksi (input) lainnya konstan. 3. KetikaTingkat Substitusi Marginal = Rasio Kebalikan Harga, Produsen yang akan memaksimumkan laba akan berusaha agar kombinasi input menggunakan biaya terendah untuk menghasilkan biaya keluaran yang sama . 4. Dalam memperhitungkan, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan datang maka kita harus mengikutkan panjangnya waktu dan tingkat pengembalian maka konsep time value of money sangat penting dalam masalah keuangan baik untuk perusahaan, lembaga maupun individu. 4.2.Saran Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
28
29 DAFTAR PUSTAKA
Ahman, H., E., Rohmana, Y., 2007,”Ilmu Ekonomi Dalam PIPS”, Edisi Kedua, Cetakan Cetatakan Ke 26, Jakarta. Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Penerbit BPFE. Kadarsan, Halimah W. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Agribisnis. Gramedia: Jakarta. Martono dan Agus Harijanto. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Penerbit Liberty. Pertama, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta. Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta. Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Edisi Keempat, Yogyakarta: Penerbit BPFE. Sawir. Agnes. 2003. Analisis Kinerja Perusahaan dan Peerencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sukirno, S, 2011, “Mikroekonomi Teori Pengantar”, PT Raja Grafindo Pers ada, Edisi Ketiga, Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Rajawali Pers: Jakarta. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Malang: Penerbit Bayu Media.