BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatn Pesatnya ya mobili mobilitas tas menyeb menyebabka abkan n keseha kesehatan tan menjad menjadii hal yang yang jarang jarang diperhatika diperhatikan n oleh kebanyakan orang. Tingkat Tingkat kesibukan kesibukan yang tinggi membuat membuat manusia seakan lupa akan kesehatan dirinya. Tanpa disadari segala hal yang dilakukan sangat jauh dari perilaku hidup sehat, mulai dari berjalan, berdiri bahkan duduk sekalipun. Dalam ilmu kesehatan segala aktifitas manusia sangat besar andilnya terhadap kesehatan pribadinya. Aktifi Aktifitas tas manusi manusiaa yang yang tidak tidak teratu teraturr dapat dapat mengaki mengakibat batkan kan timbul timbulnya nya gang ganggua guan n terh terhad adap ap keseha kesehata tan n manus manusia ia itu itu send sendir iri. i. Sala Salah h satu satuny nyaa adal adalah ah piriformis muscle muscle syndrome syndrome.. Piriformis Piriformis muscle muscle syndrome syndrome adalah adalah nyeri nyeri yang yang dirasakan pada daerah lumbal yang rasa nyerinya menjalar sampai pada paha bagian belakang, betis dan kaki. Nyeri ini disebabkan oleh penggunaan secara terus-menerus dan berlebihan pada otot tersebut (piriformis). Penyebab lain dari Piriformis muscle syndrome adalah adanya strain yang berulang dan trauma pada daerah pantat (buttock (buttock ). ).
1
BAB II ANATOMI FISIOLOGI
A. Pengertian Ischialgia
1. Definisi Ischialgia adalah nyeri yang berasal dari regio hip dan pantat (buttock ) sampai ke bawah pada tungkai. Kondisi ini sering kali disertai dengan Low Back Pain (LBP) yang terkadang bisa lebih keras atau kurang keras dari pada nyeri pada tungkai . Istilah ischialgia menunjukkan bahwa saraf ischiadicus yang berjalan dari lower back melalui buttock sampai ke tungkai mengalami gangguan. Pengertian lain, ischialgia merupakan nyeri yang terasa sampai ke tungkai, dengan kata lain merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan Nervus Ischiadicus. Oleh karana itu, ischialgia harus didefinisikan sebagai nyeri yang terasa disepanjang nervus ischiadicus dan lanjutannya di sepanjang tungkai. (Priguna Sidharta, 1999) Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut sensoris yang berasal dari radiks posterior L 4 sampai S3. Dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum ia muncul pada permukaan belakang tungkai, yaitu : a.
Pada tingkat discus intervertebralis antara L4 sampai S1.
pada lokasi tersebut bisa terjadi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang
2
dapat menekan radiks posterior L5, S1 dan S2 juga ada osteofit, herpes zoster dan tumor dapat menekan radiks posterior L5 – S1. b.
Di dalam foramen infrapiriformis nervus ischiadicus dapat
terjebak oleh kondisi bursitis muskulus piriformis, kontraktur muskulus piriformis dan spasme muskulus pirifomis. c.
Pada daerah sendi panggul, nervus ischiadicus dapat
teriritasi atau mengalami pada peradangan pada sendi panggul seperti kondisi coxitis, bursitis trochanterica dan bursitis tuberischii.
2.
Anatomi Terapan a. Lumbal dan Sacrum Region lumbal dibentuk oleh vertebra Th12 – L1 (thoraco lumbal) L1 –L5 (antar vertebra lumbal), sedangkan sacrum dibentuk oleh vertebra L5 –S1 (lumbo sacral). Secara anatomis regio lumbal mempunyai struktur yang sederhana sehingga menghasilkan mobilitas yang besar dan dapat menjadi pusat pergerakan pada punggung bawah, disamping itu region lumbal berfungsi menyangga tubuh bagian atas dan mentransfer berat badan ke tungkai. Sedangkan sacrum membentuk persendian dengan illium disebut sacro iliaca bentuk sandi huruf “L”.
3
Pada regio lumbal terdapat dua jenis otot, yaitu otot postural yang cenderung terulur dan melemah. Gangguan keseimbangan yang berkaitan dengan kerja otot membuatnya menjadi imbalance muscular. Salah satu otot yang paling berperan penting terhadap terjadinya ischialgia adalah m. piriformis. Otot ini merupakan otot tipe postural yang sifatnya cenderung spasme dan memendek.
b. Musculus Piriformis Musculus Piriformis berasal dari beberapa berkas permukaan pelvis os. sacrum lateral terhadap foramina sacralia dan dari pinggir incisura ischiadica major. Musculus piriformis melekat pada foramen ischiadica major dan berinsertio pada permukaan anteromedial ujung trochanter major. Otot ini berfungsi sebagai eksternal rotasi dan abductor pada gerakan hip, dan ia juga berperan sebagi gerakan ekstensi. Otot ini dipersarafi oleh pleksus sacralis (L5 – S1) dan dibawah otot ini lewat serabut saraf
yang terbesar didalam tubuh manusia yaitu nervus
ischiadicus.
c. Nervus Ischiadicus Nervus ischiadicus merupakan serabut saraf yang terbesar didalam tubuh manusia yang berasal dari pleksus sacralis. Pleksus sacralis dibentuk oleh anterior L5 – S1, yang kadang-kadang mendapat tambahan dari L4 – S4. pleksus sacralis berada disebelah ventral dari muskulus
4
piriformis. Dari sini pleksus sacralis akan bercabang menjadi nervus ischiadicus, nervus gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus cutaneus femoris posterior, dan nervus musculare.(Lumbantobing, ) Nervus ischiadicus meninggalkan pelvic lewat foramen ischiadica major, di bawah musculus piriformis dan berjalan ke distal diantara trochanter major os femur dan tuberositas ischiadica. Makin ke distal nervus ischiadicus berada di anterior muskulus biceps femoris dan muskulus semimembranosus dan berakhir pada percabangan nervus tibialis dan nervus peroneus communis.()
B. Patofisiologi
Definisi nyeri yang dianggap paling memadai dan paling banyak dialami diseluruh dunia adalah yang dikemukakan oleh “The International Association For Study of Paint ” (IASP)
yang menyebutkan nyeri adalah pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan. Pengertian lain bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan jaringan rusak
ataupun jaringan yang cenderung rusak atau yang
digambarkan dengan ciri-ciri kerusakan. Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel syaraf, yang meliputi reseptor nyeri eferen primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis dan batang otak, sel-sel traktus essenden, sel-sel
5
saraf di thalamus dan sel-sel saraf di korteks cerebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan persarafan di kulit, sendi-sendi, dan otot. Pengaktifan reseptor nyeri yang berbeda menghasilkan kualitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri medulla spinalis berperan pada refleks nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus essenden. Sel-sel saraf dari traktus spinotalamicus membantu memberi tanda rasa nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan sistem kontrol desenden atau pada timbulnya mekanisme motifasi efektif.
6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, bahwa dalam penatalaksanaan pada kasus ishialgia dextra diperoleh hasil terapi walaupun tidak ada peningkatan kondisi yang signifikan.
2. Saran
a.
Untuk pasien Pasien diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat dalam melakukan latihan
b.
Untuk keluarga Keluarga diberikan informasi tentang keadaan pasien setelah mengalami ishialgia dextra dan lebih memotivasi pasien dalam membantu penyembuhan serta memberikan pengetahuan tentang hal – hal yang harus dan tidak boleh dilakukan.
c.
Fisoterapi Diharapkan fisioterapi untuk lebih memahami kasus ishialgia dextra bukan hanya cara intervensinya saja
7
BAB IV STATUS KLINIK
A. Laporan Status Klinik
Tanggal
: Mei 2008
Kondisi
: FT. C
B. Keterangan Umum Penderita
Nama
: Muh. Irfan Fatah
Umur
: 44 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Hobby
: Pengantar Surat
Alamat
: Barombo
C. Segi Fisioterapi
Tanggal 13 Mei 2008 Anamnesis (Auto) a.
Keluhan utama
: Nyeri saat duduk lama dan
Lokasi keluhan
: Pinggang bawah bagian kanan
berjalan jauh b.
hingga ke tungkai c. Sifat keluhan
8
: Menjalar.
d.
Lama keluhan
: 1 minggu yang lalu.
e. RPS
: ± 3 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri dari pantat sampai ke tungkai bawah ketika melakukan aktifitas berjalan kaki dengan jarak yang jauh dan duduk dalam waktu yang lama.
f. RPD
: ± 4 tahun yang lalu pasien pernah mengalami rasa sakit yang sama setelah bermain bulutangkis.
g.
RPP
: Tidak ada riwayat penyakit penyerta yang bisa memprovokasi penyakit sekarang.
h.
Anamnesis sistem
1)
Kepala dan leher
: tidak ada gangguan
2)
Kardiovaskular
: tidak ada gangguan
3)
Respirasi
: tidak ada gangguan
4)
Gastrointestinal
: tidak ada gangguan
5)
Urogenitalis
: tidak ada gangguan
6)
Musculoskeletal
: spasme otot piriformis
7)
Nervorum
: terdapat nyeri radikuler sampai ke pangkal paha
2. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Fisik
9
1)
Tanda-Tanda Vital a) Tekanan darah
2)
: 120/80 mmHg
b) Denyut nadi
: 80 X/menit
c) Pernapasan
: 22 X/menit
d) Temperatur
: 36 ° C
Inspeksi Statis •
Saat duduk, pasien cenderung mengangkat bokong yang sakit.
•
Saat berbaring pasien cenderung memposisikan badan ke sisi yang sehat sedangkan tungkai yang sakit sedikit difleksikan.
Dinamis •
Pasien saat berjalan terkesan menumpukkan berat badan pada sisi yang sehat sehingga cara berjalannya sedikit pincang.
3) a)
Pemeriksaan Fungsional
Tes orientasi/ Quick test •
Pasien tidak kesulitan melakukan aktifitas jongkok –berdiri (squad and bounching)
•
Flexi trunk (gerakan membungkuk) pasien merasa sedikit nyeri
b) Pemeriksaan fungsi dasar
10
Regio Lumbal Nama gerakan
Aktif
Fleksi
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
Ekstensi
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
Rotasi sinistera
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Rotasi dextra
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
L. fleksi sinistra
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
L. fleksi dextra
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Regio HIP joint
11
Pasif
TIMT
Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal Tidak nyeri, hard end feel, ROM normal Tidak nyeri, soft end feel, ROM normal Tidak nyeri, soft end feel, ROM normal Tidak Nyeri, soft end feel, ROM normal Tidak nyeri, soft end feel, ROM normal
Tidak nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik
Nama gerakan Fleksi Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Internal rotasi
External rotasi
Aktif
TIMT
Tidak Nyeri, ROM Nyeri, elasitis end terbatas feel, ROM terbatas Tidak Nyeri, Tidak nyeri, elastis ROM terbatas end feel, ROM terbatas Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, elastis dalalm batas end feel, ROM normal normal Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, elastis dalam batas end feel, ROM normal normal Tidak Nyeri, ROM Tidak nyeri, elastis dalam batas end feel, ROM normal normal Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, elastis dalam batas end feel, ROM normal normal
4) a.
Pasif
Pemeriksaan Spesifik
Skala VAS
0 Hasilnya
b.
Tes SLR 12
2
6
: Positif
a)
Nyeri diam : tidak nyeri
b)
Nyeri gerak : nyeri sedang
c)
Nyeri tekan : sangat nyeri
9
10
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Tidak Nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik Tidak nyeri, kualitas saraf baik Nyeri, kualitas saraf baik
Hasilnya
: nyeri pada sudut 900
Interpretasi : Adanya penjepitan N. Ischiacikus c.
Test Bragard Hasilnya
: Nyeri menjalar sampai di bawah lutut
Interpretasi : ada penjepitan pada N Ischiadicus d.
Test Nerry Hasilnya
: Tidak nyeri
Interpretasi : Tiddak ada ganggauan pada duramater e.
Tes Patrick Hasilnya
: tidak ada nyeri
Interpretasi : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca anterior f.
Tes Antipatrik Hasilnya
: tidak nyeri
Interpretasi : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca posterior g.
Tes penguluran Hasil
: nyeri pada m. piriformis dextra
Interpretasi : ada spasme pada m. piriformis h.
Palpasi Hasil
: nyeri tekan pada m. piriformis
Interpretasi : ada spasme m. Pirifotmis
D.
Diagnosis Fisioterapi
13
Gangguan fungsional tungkai dextra akibat ischialgia bagian dextra akibat syndrome piriformis
E.
Problematik Fisiterapi
1.
Nyeri yang menjalar dari pantat sampai di bawah lutut
2.
Spasme m.piriformis
3.
Kontraktur m. hamstring
4.
Penjepitan pada N.Ischiadicus
F.
1.
Perencanaan Fisioterapi
Tujuan a.
Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berjalan pasien. b.
Jangka Pendek
Mengurangi nyeri Mengurangi spasme m.piriformis Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring Melepaskan penjepitan nervus ishiadicus 2.
Tindakan a. 1. Metodologi Ideal HFC
14
Metodogi Fisioterapi
TENS US Exercise terapi 2. Metodologi Alternatif MWD TENS Streatching. Friction. 3.
Edukasi a)
Pasien disarankan untuk tidak berdiri
dan duduk terlalu lama b)
Pasien
disarankan
untuk
tidak
mengangkat beban yang berat c)
Pasien
disarankan
untuk
kompres
dengan air hangat didaerah nyeri pada waktu pagi dan sore hari. d)
Pasien disarankan untuk mengulang
latihan- latihan yang telah diajarkan oleh Fisioterapis dirumah. G.
Pelaksanaan Fisioterapi
1.
Micro Wave Diathermy (MWD) Tujuan : melancarkan sirkulasi darah dan pre eliminary exercise
15
Teknik: posisi pasien prone lying dan serileks mungkin.Daerah yang akan di terapi bebas dari pakaian.kondensator diletakkan di daerah pantat dengan jarak antara kulit dan alat yaitu 2,5 inci/5 cm. Dosis: F
2.
: 3 X seminggu
I
: 60 Mhz
T
: Tidak Kontak Langsung
T
: 15 menit
TENS Tujuan : mengurangi nyeri Teknik : Posisi pasien prone lying serileks mungkin.Letakkan elektroda pada titik nyeri, kemudian atur waktu dan naikkan intensitas. Dosis: F: 3 X seminggu I: 45 Mhz T: Bracket T: 15 menit
3.
Massage(Friction) Tujuan : mengurangi spasme, melepaskan perlengketan otot Tehnik : Posisi pasien tidur miring dengan tungkai kanan fleksi. Kemudian friction pada bagian yang sakit/nyeri dengan menggunakan siku Dosis: F
: 3 X seminggu
I
: deep pressure
T
: elbow kneading
16
T
4.
: 8 putaran
Stretching Tujuan : mengurangi kontraktur M.Hamstring dextra dan spasme m. pirifomis dextra Tehnik : a. M. Hamstring : posisi pasien supine lying kemudian tungkai kanan di fleksikan
lalu cari keregangan maksimal. Turun
sekitar 5 derajat, kemudian instruksikan pasien untuk melawan tahanan terapis, lalu lakukan penguluran semaksimal mungkin. b. M. Piriformis : posisi pasien supine lying kemudian tungkai kanan dalam keadaan fleksi knee, eksorotasi dan adduksi. Kemudian cari keregangan maksimal turun sekitar 5 derajat kemudian instruksikan pasien untuk melawan tahanan terapis, lalu lakukan penguluran semaksimal mungkin. Dosis: F: 3 X seminggu I : 8 x hitungan T: konrtak relaks T: 3 x pengulangan
17
H.
I.
Prognosis
Quo ad vitam
: baik
Quo ad sanam
: baik
Quo ad fungsionam
: baik
Quo ad cosmeticam
: baik
Evaluasi
Setelah 3 kali diterapi, perkembangan keadaan pasien sebagai berikut : 1. Nyeri berkurang dengan skala 6 dari skala 8 sebelumya beberapa terapi. 2. Spasme m.piriformis berkurang. 3. kontraktur m. piriformis dan hamstring masih ada.
J.
Hasil Terapi Akhir
Pasien masih merasakan nyeri tekan pada daerah yang terganggu dan nyeri saat berdiri dan berjalan.
18