LABORATORIUM FARMASETIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
“VIAL”
Oleh : KELOMPOK IV / GOLONGAN JUMAT FITYATUN USMAN MIRANTI AZIS SUBAEDAH NOVIANTY YONATHAN DARMA DOGA EKA SUCININGSIH ARMINI SYAMSIDI RESKI SHERLING LISANGAN
(N111 06 001) (N111 06 002) (N111 06 005) (N111 06 006) (N111 06 012) (N111 06 043) (N111 06 050) (N111 06 070) (N111 06 073)
ASISTEN : DWI WAHYUNI B
MAKASSAR 2009
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui
beberapa
rute
pemberian
yaitu
intravena,
intraspinal,
intramuskuler, subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai untuk bahan obat , baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. bahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan pH larutan tersebut. (1) Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima (2). Ampul adalah wadah gelas yang tertutup rapat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui
beberapa
rute
pemberian
yaitu
intravena,
intraspinal,
intramuskuler, subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai untuk bahan obat , baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. bahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan pH larutan tersebut. (1) Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima (2). Ampul adalah wadah gelas yang tertutup rapat
biasanya dalam dosis tunggal padat atau larutan obat jernih atau suspense halus yang ditujukan untuk penggunaan parenteral.(3) Narium Fenobarbital diberikan dalam bentuk injeksi IV untuk mengobati sindrom konvulsi akut(4). Asam folat dapat diberikan secara Intramuscular, Intravena, atau Subkutan kedalam bentuk garam(5). Asam folat digunakan pada perawatan dari megaloblastik dan makrositik anemia dari wanita hamil dan anak-anak(6) I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara pembuatan injeksi ampul. I.2.2 Tujuan Percobaan Membuat injeksi ampul Asam folat. I.3 Prinsip Percobaan Pembuatan injeksi ampul Asam Folat dengan cara menimbang, mencampur, melarutkan bahan sesuai komposisinya dan menyaring, menggunakan alat dan bahan yang telah disterilkan dengan cara yang sesuai dan dilakukan dalam kondisi aseptik serta memerlukan sterilisasi akhir dalam pengerjaannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum Injeksi II.1.1 Defenisi sediaan parenteral 1. Farmakope Indonesia edisi III: 13 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan – jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit selaput lendir 2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics: 283 Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril yang diberikan dengan menembus satu atau lebih lapisan kulit 3. Scoville’s The Art Of Compounding : 124 Injeksi adalah larutan yang dimaksudkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik. 4. Parenteral Technology Manual : 3 Parenteral merupakan rute pemberian obat yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik. 5. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition : 1545 Parenteral merupakan rute pemberian obat melalui injeksi di bawah untuk menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.
6. Formularium nasional; 317 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan – jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. 7. Pharmaceutical practice: 247 Injeksi parenteral adalah langsung diberikan ke dalam darah secara bebas dan efek dikontrol atau ke bagian luar jaringan pembuluh darah untuk efek local atau sistemik. Sebuah injeksi dapat diberikan secara intravena untuk meningkatkan secara cepat konsentrasi obat dalam plasma darah, tetapi konsentrasi segera turun dari transfer reversible obat dari plasma darah ke dalam jaringan tubuh, sebuah proses yang diketahui sebagai distribusi 8. American pharmacy :224 Sediaan parenteral (juga disebut parenteral) adalah obat – obat steril, larutan atau suspensi yang dikemas dalam cara yang sesuai adalah pemberian melalui injeksi hipodermik tiap dari bentuk yang disiapkan atau setelah penambahan pelarut yang sesuai atau agen pensuspensi. 9. Dispending Of Medication by Martin: 968 Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa
10. Dispending Of Medication by King: 968 Pengobatan parenteral (injeksi) adalah bentuk sediaan steril yang dimasukkan untuk pemberian di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa 11. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 399 Obat suntik didefenisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan 12. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts:192 Parentral berasal dari kata yunani, para dan enteron berarti diluar usus. Deskripsi ini hanya melarang rute oral dan rektal, sebenarnya dalam penggunaannya berarti beberapa produk yang diinjeksi secara langsung dalam sistem cairan tubuh (darah, limfa, intra atau ekstra – cairan seluler). Karena produk parenteral diinjeksi secara langsung dalam cairan tubuh dan melewati banyak mekanisme pertahanan tubuh, sediaan ini harus memiliki sterilitas dan spesifikasi pirogen 13. Formulasi steril : 39 Injeksi adalah sediaan stril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
14. Textbook Of Pharmaceutic : 553 Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke daerah khusus tubuh 15. Dispending Of Medication by Hoover : 255 Obat parenteral adalah sediaan bentuk steril yang digunakan melalui injeksi di bawah atau melewati satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa 16. Farmakope Indonesia edisi IV:317 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan – jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir 17. Kamus saku kedokteran Dorland edisi 25 :830 Parenteral:
bukan
melalui
saluran
pencernaan
tetapi
dengan
penyuntikan lewat jalur lain, seperti subkutan, muscular,dll. 18. Drug Information;guide for pharmacist 3rd ; e- book Campuran parenteral : larutan yang mengandung produk – produk obat untuk penggunaan intravena 19. Med – Math; 75 Istilah parenteral tidak menunjukkan suatu cara spesifik itu adalah istilah umum yang berari melalui suntikan. Bentuk obat untuk pemberian secara parenteral termasuk larutan, suspensi dan serbuk. Bentuk obat
untuk penggunaan parenteral bersifat steril dan digunakan teknik steril untuk menyiapkan dan memberikannya. 20. www.formulasi steril.com Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender 21. Sterile Dosage Forms:1 Sediaan parenteral adalah sediaan yang disuntikkan pada satu atau lebih lapisan pada jaringan kulit. Kesimpulan : Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. II.1.2 Perbedaan parenteral volume besar dan volume kecil 1. Dispending of Medication by Martin : 970 dan 973 Parenteral volume kecil dapat diklasifikasin seperti yang lain karena volume material diinjeksikan ke dalam tubuh atau volume pengobatan dalam wadah. Faktor ini selalu berhubungan dekat sejak unit bungkus kecil biasanya cocok saat dosis kecil ditetapkan. Volume pengobatan dalam wadah saat penarikan berkali – kali dimaksudkn dari 1 unit bungkus dibatasi oleh USP sampai 30 ml.
Parenteral volume besar diklasifikasikan seperti itu karena volume cairan diinjeksikan dan volume cairan dalam tiap wadah. Volume wadah brkisar 50 – 200ml, meskipun yang tersedia biasanya 150, 250, 500, dan 1000 ml. 2. Scoville’s The Art Of Compounding : 191 Tiap larutan parenteral. Sebuah pengujian daftar obat yang tercakup dalam USP XV dalam bentuk sediaan injeksi memperlihatkan 2 tipe umum.: a. Yang diinjeksikan dalam volume yang relatif kecil untuk tujuan terapetik atau diagnositk. b. Yang
diinjeksikan
dalam
volume
yang
relatif
besar
untuk
mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh 3. Parenteral Technology Manual : 3 Penyuntikan adalah preparasi cairan obat yang disuntikkan ke dalam tubuh, ke dalam atau melewati kulit atau melewati mukus dan membrane serviks. Volume hingga 100 ml dikatakan volume parenteral kecil (SVPS). Produk injeksi lain yang diberikan secara langsung ke dalam sirkulasi darah vena disebut cairan infuse atau volume parenteral besar (LVPS) 4. Encyclopedia volume 11: 201 dan 207 Parenteral volume besar Larutan
volume
besar
intravena
ditujukan
untuk
injeksi
dan
dimaksudkan untuk penggunaan intravena sediaan ini dikemas dalam wadah berukuran 100 ml atau lebih. Larutan steril volume besar lain
meliputi penggunaan untuk irigasi atau dialisis. Sediaan ini dapat dikemas dalam wadah – wadah yang dirancang untuk untuk kosong dengan cepat, berisi volume lebih dari 1000 ml. Sediaan ini dikemas dalam unit dosis tunggal dalam wadah gelas atau plastic yang cocok, sebagai tambahan harus steril, non pirogenik dan bebas dari partikulat. Karena diberikan dalam volume besar, agen bakteriostatik tidak pernah digunakan. Sejak toksisitas
dihasilkan
dari
pemberian
dalam
jumlah
besar
agen
bakteriostatik. Parenteral volume kecil Produk ini dikemas dalam vial, ampul, alat suntik, cartrid, botol dan wadah lainnya dalam 100 ml atau kurang di bawah klasifikasi ini. Parenteral
volume
besar
(LVPS)
harus
disterilisasi
akhir,
sedangkan (SVPS) dapat disterilisasi akhir atau melalui proses dan filtrasi aseptic LVPS, biasanya meliputi intravena, dialysis, atau larutan irigasi yang mengandung eletrolit, gula, asam amino darah dan proein darah dan lemak – lemak. LVPS harus diberikan melalui rute intravena. Faktanya beberapa injeksi dengan volume lebih besar dari 10 ml harus diberikan melalui pemberian intravena. SVPS meliputi semua tipe lain dari produk parenteral untuk aplikasi topical optalmik atau injeksi melalui rute – rute yang bervariasi. Rute utama; intramuscular, intravena, subkutan. Rute kedua; hipodermolisis, intraabdominal(intraperitonial), intra arterial, intra artikular, intra kardial,
intra sistermal, intra dermal, intraksional, intra ocular, intra pleural, intra tekal, intra uterin, intra ventikular. 5. Sterile Dosage Forms : 163 Larutan intravena volume besar mengacu pada injeksi untuk pemberian intravena dan Larutan ini dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih. 6. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition: 157O Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infus I.V biasanya cairan intravena dan digolongkan kedalam kelompok produk steril yang disediakan sebagai parenteral volume besar. Terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai volume 100 ml atau lebih dari dalam pewadahan tidak ditambahkan bahan-bahan cairan intravena dikemas dalam wadah 100 sampai 1000 ml. Kesimpulan : Perbedaan Volume
Tujuan
Wadah Cara sterilisasi Rute pemberian
Parenteral Volume besar Diberikan pada volume besar, volume wadah berkisar 50 – 2000 ml Mengembalikan keseimbangan kalori atau elektrolit tubuh / cairan tubuh Dikemas dalam unit wadah dosis tunggal Sediaan harus disterilisasi akhir Intravena
Parenteral Volume Kecil Diberikan pada volume kecil, volume wadah dibatasi hingga 30 ml Diberikan untuk tujuan terapeutik atau diagnostic tertentu Dikemas dalam unit wadah dosis ganda Sediaan dapat disterilisasi akhir atau proses filtrasi maupun pengerjaan aseptis Bervariasi tergantung tujuan terapetik/ organ target, dapat berupa intravena, intramuscular, subkutan dan rute lainnya
II.1.3 Rute- rute Injeksi 1. Dispending of Medication by Martin : 970 1. Parenteral Volume Kecil a. Intradermal Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi
dengan
efek
sistemik
yang
dapat
dibandingkan
karena
absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme. b. Intramuskular Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan. c. Intravena Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.
d. Subkutan Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM. e.
Rute Injeksi Lain Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga digunakan
untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi lokal dari pada efek sistemik. a) Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh. b) Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung. c)
Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
d) Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia. e) Intraperitoneal dan intrapleural
2. Parenteral Volume Besar Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang secara normal digunakan. a) Intravena Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak
digunakan
IV
daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan. Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair. b) Subkutan Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil
(biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya. b. Parenteral Technology Manual : 6-11 1. Subkutan (s.c) Injeksi yang dimasukkan ke dalam jaringan lunak tepat di bawah permukaan kulit karena ketersediaan ruangan dalam jaringan terbatas, volume injeksi tidak lebih dari 1 ml. Perhatian diinginkan untuk membuat formulasi yang berhubungan dengan kondisi pH dan tonisitas. 2. Intramuskular (i.m) Injeksi yang secara langsung dimasukkan ke dalam otot, biasanya lengan atau daerah panggul. Rute ini juga digunakan jika obat mengiritasi atau tidak larut dalam air atau minyak sehingga obat tersebut harus digunakan dalam bentuk suspensi. Volume injeksi harus tetap kecil, umumnya tidak lebih dari 2 ml. 3. Intravena (i.v) Injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam aliran darah. Hal ini memungkinkan dengan hati-hati untuk memberikan volume kedil larutan pekat yang secara normal akan mengiritasi jaringan. Rute ini diberikan secara perlahan-lahan sehingga larutan diencerkan oleh darah mengalir melewati titik dimana jarum disuntikkan. Rute ini juga digunakan untuk pemberian volume besar dari penggantian dan larutan hiperalimentasi.
4. Intrakutan (i.c) Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin. 5. Intratekal Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien. 6. Intra-artikular Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi. 7. Intrakardial Secara langsung ke dalam jantung, merupakan suatu rute yang mana digunakan untuk menginjeksi ke dalam aliran darah volume besar dari larutan hipertonik atau larutan teriritasi seperti dekstrosa 70%. Proses ini membutuhkan bantuan kateter. Kateterisasi meliputi proses pembedahan dan secara umum hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu dari rumah sakit yang lebih besar.
8. Intraperitoneal (i.p) Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal. 9. Intrasisternal dan Peridural Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi. Gambar Rute Injeksi
c. Pharmaceutical Drug Formulation : 26-29 1. Hiperdermoklisis Deskripsi : kegunaan rute pemakaian subkutan untuk infus larutan volume besar ke dalam jaringan subkutan, disebut hipodermoklisis. Indikasi : Meskipun jarang digunakan sekarang, pemakaian cairan secara hiperdermoklisis dapat diindikasikan jika kecepatan absorpsi lambat diinginkan atau jika tidak ada vena yang cocok (misal untuk bayi atau lanjut usia). Cairan seperti Ringer Laktat; dektrosa 2,5% dalam 0,45% larutan garam, dan garam normal dapat diinjeksikan untuk mempertahankan atau pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit. Perhatian : Injeksi harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah pembengkakan jaringan. Larutan hipertonis, cairan bebas elektrolit, asam amino, emulsi lemak, dan lainnya berbeda dari pH tubuh secara signifikan tidak digunakan. Infeksi lokal adalah umum dan mungkin menjadi masalah. Bila larutan noneletrolit hipertonik disuntikkan, sejumlah besar cairan
dapat
dibawa
dari
kompartemen
vaskuler,
menghasilkan
penurunan volume plasma dan shok. 2. Intra-arterial Dekripsi : Injeksi atau infus ke dalam arteri yang membawa langsung pada organ target. Indikasi: Rute intra-arterial digunakan umumnya untuk tujuan diagnosis seperti menginjeksikan bahan-bahan radiopak untuk studi roentgenografik dari cadangan vaskuler pada berbagai organ atau jaringan (seperti
koroner, serebral, pulmonari, renal, enterik, atau arteri perifer). Hampir semua arteri dicapai dengan kateterisasi arterial. Penggunaan rute intra-arterial untuk tujuan pengobatan adalah jarang dan terbatas pada umumnya untuk kemoterapi organ tertentu, seperti mengobati kanker lokal tertentu (seperti melanoma malignant pada ekstremitis bawah), dimana perfusi regional dengan konsentrasi tinggi dari obat toksis (yang bila diberikan secara i.v dapat dihubungkan dengan reaksi sistemik serius) yang dapat tercapai. Perhatian: Rute ini sangat berbahaya karena produk-produk yang menggunakan rute ini tidak diencerkan secukupnya ataupun disaring untuk paru-paru, hati, ginjal sebelum kontak dengan jaringan perifer atau organ vital yang terlindung oleh arteri. Produk yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
endotoksin
dan
atau
bahan
partikulat
dapat
menyebabkan komplikasi serius atau reaksi, seperti infeksi (baik intraarterial
atau
ekstra-arterial)
atau
tromboembolisme
arteri
atau
vasospasme, yang dapat menyebabkan iskemia, infarksi, atau gangren pada jaringan atau organ. Sebagai tambahan, bila teknik pemasukannya salah, kerusakan pada intima arteri dan dinding pembuluh dapat terjadi, sehingga ekstravasi perdarahan serius ataupun aneurisme disserting dapat terjadi. Jika udara diinfuskan dengan tidak sengaja, embolisme udara dengan akibat iskemia dan atau infarksi jaringan dapat terjadi, dan keadaan yang biasanya tidak muncul apabila sejumlah kecil udara diinfuskan ke dalam sistem vena.
3. Intralesional Deskripsi: Injeksi bahan obat langsung ke dalam atau di sekitar luka, biasanya pada atau dalam kulit atau jaringan lembut, untuk mencapai efek terapetik. Indikasi : Injeksi bahan-bahan obat ke dalam atau sekitar luka umumnya telah berguna jika diinginkan untuk menetralkan berbagai toksin seperti tetanus dimana injeksi antitoksin ke dalam atau sekitar luka telah digunakan. Terapi serupa ditemukan tidak berguna pada rabies, dimana diinjeksikan
langsung
ke
dalam
atau
di
sekitar
tempat
gigitan.
Dermatologis umumnya menggunakan rute ini untuk mengobati psoriasis, lichen simpleks, sarkoid, lichen planus hipertropikus, herpes zoster (dan post-zoster neuralgia) dan jerawat sistik atau nedulus, dengan steroid lokal. Keloid juga telah sering ditangani dengan injeksi lokal seperti ini, tetapi biasanya dengan steroid berdosis tinggi. Perhatian : Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu infeksi, biasanya dari organisme yang baru masuk pada nasokamial. Meskipun mengalami kesulitan, tergantung pada tipe luka yang diinjeksikan, lingkungan steril harus
disiapkan
sebelum
diinjeksikan.
Dengan
penyakit
infeksi,
penyebaran lokal dari proses yang diobati dapat terjadi. 4. Intraokuler Deskripsi : Ada 4 tipe injeksi intraokuler yang digunakan : a.
Chamber arterior: injeksi atau irigasi langsung ke dalam chamber anterior mata.
b.
Intravitreal : injeksi langsung ke dalam lubang vitreous pada mata.
c.
Retrobulbar : injeksi di sekitar ( bukan ke dalam) bagian posterior bulat.
d.
Subkonjugtiva : meskipun termasuk di bawah intraokuler, injeksi subkonjungtiva (dan retrobulbar) bukanlah injeksi intraokuler. Injeksi semacam ini diberikan di bawah konjugtiva, sehingga obat-obat berdifusi melalui limbus dan sklera ke dalam mata. Indikasi : Setiap rute digunakan untuk pengobatan infeksi dan inflamasi
pada maya yang tidak diobati secara efektif oleh pengobatan secara topikal atau sistemik, untuk anestesi globe (retrobulbar) dan untuk dilatasi pupil dengan sikloplegik dan midriatik. Memasukkan obat ke dalam mata adalah mengalami kesulitan, sebagai transpor intraokuler dan difusi adalah miskin. Injeksi intraokuler adalah dilengkapi seringkali oleh infus intravena obat terapetik. Pemilihan tipe injeksi intraokuler tergantung pada penyakit yang ada dan lokasi yang tepat pada penyakit tersebut pada mata. Perhatian : Perhatian ekstra dan teknik tepat diinginkan untuk meminimalkan atau mencegah kerusakan pada mata, terutama pada endotelium kornea. Komplikasi yang dapat timbul tergantung pada seleksi rute, adalah kerusakan saraf mata, perdarahan, pelepasan retina, nekrosis retina, katarak dan injeksi obat langsung ke dalam sirkulasi dengan efek sistemik. Infeksi selalu berbahaya dan harus sedapat mungkin dicegah, sebab infeksi dapt menyebabkan kerusakan pada mata
yang cepat dan atau kebutaan. Volume larutan yang dapat diinjeksikan ke dalam mata biasanya terbatas, umumnya tidak lebih dari 0,1-0,2 ml. Oleh karena dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang anatomi dan fungsi mata maka ahli mata yang dapat melakukannya. 5. Intrapleural Deskripsi : Biasanya diinjeksikan tunggal ke dalam lubang pleura. Seringkali,
pipa
tidak
permanent
dimasukkan
ke
dada
melalui
pembedahan, rute ini dapat digunakan untuk tujuan irigasi atau untuk injeksi obat berulang. Indikasi : Seringkali, infeksi atau keganasan meliputi lubang pleura, umumnya bila proses penyakit adalah kerusakan fungsi pernafasan, maka digunakan rute ini. Enzim (seperti streptokinase dan streptodornase) dapat diinjeksikan pada empyemas cair tebal yang todak dapat dihilangkan oleh absorpsi atau repsorpsi secara alamiah. Bila bagian kiri tidak terobati, empyemas dapat menyebabkan fibrasis, adhesi, penebalan pleura dan restriksi pernafasan. Juga penyebaran karsinoma atau mesothelomas pleura dapat diobati dengan injeksi intrapleural lokal dan bahan-bahan antitumor atau sclerosis, terutama bila infus berulang menjadi masalah. Perhatian : Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh infeksi intrapleural
adalah
pneumothorax
(kolaps
paru-paru),
perdarahan
intrapleural dan atau infeksi superimposed. Hal yang terakhir lebih sering terjadi saat pipa dada berada di dalam dada untuk periode waktu yang panjang.
6. Intrauterin Deskripsi : Diinjeksikan atau diinfuskan melalui jarum yang dimasukkan secara perkutan ke dalam rahim yang hamil. Indikasi : Injeksi atau infus bahan-bahan tertentu seperti garam 20%, prostaglandin E atau urea ke dalam rahim yang hamil digunakan setelah 16 minggu kehamilan untuk menginduksi kerja dalam aborsi medik atau membawa fetus yang masih hidup. Meskipun kebanyakan aborsi dilakukan menggunakan terknik operasi, maka di tangan ahli yang kurang berpengalaman, aborsi medik melalui injeksi intrauterin ini berguna. Sebagai
tambahan,
bahan-bahan
yang
berbeda
untuk
studi
roentgenografik dapat diinjeksikan untuk studi anomaly kongental yang potensial. Perhatian : Infeksi (amnionitis dan myometritis) adalah komplikasi yang paling umum terjadi. Bila garam 20% tidak diinginkan untuk diinfuskan secara i.v pada pasien, kematian dapat terjadi. Untungnya hal ini jarang terjadi. Seringkali, sindrom koagulopati intravaskular terhambur dapat terjadi, yang diakibatkan oleh semua masalah yang disebabkan rute ini. Kemungkinan di tangan orang yang tidak berpengalaman, pembengkakan rahim atai saluran kemih dapat diinjeksikan. 7. Intraventrikuler Deskripsi : Diinjeksikan langsung ke dalam ventrikel lateral otak. Indikasi : Rute ini utamanya digunakan selama pengobatan infeksi (seperti meningitis bakteri atau fungi dan atau ventrikulitis) dan keganasan
(seperti infiltrasi leukemia dari meningitis atau karsinomatosa) melibatkan membran dan cairan serebrospinal yang meliputi SSP. Rute ini digunakan terutama dalam situasi dimana obat-obat yang digunakan berdifusi atau lewat dengan buruk dari kompartemen vaskuler ke dalam ventrikel dan ruang subarachnoid dan atau dimana efek samping sistemik dari bahan partikulat diinginkan (seperti dalam pengobatan meningitis fungi dengan amfoterisin β atau dalam terapi infiltrasi leukemia dengan methothexate). Perhatian : Oleh karena cairan serebrospinal adalah organ yang kritis sebagai otak dan cordspinal dank arena salah satu fungsinya dipercaya untuk menjaga atau melindungi cairan dari organ ini. Pemisahan cairan atau membran termasuk deleterius dan mungkin mati. Adanya bahan asing,
kimia,
dan
biologik,
jika
diinjeksikan
ke
sistem
dapat
mengendapkan inflamasi. d. Textbook of Pharmaceutics : 553 Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa ke dalam daerah khusus dari tubuh. Jenis-jenis berikut yang tersedia : 1. Intradermal atau injeksi intrakutan Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick test), tuberculosis (Old Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni). 2. Injeksi Subkutan atau Hipodermik Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkan untuk efek lokal, seperti anestesi lokal.
3. Injeksi Intramuskular Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspensi diberikan melalui rute intramuscular. 4. Intravena Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti Phytomenadion Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih diberikan dalam bentuk infus i.v untuk mengganti cairan darah yang hilang akibat shok, luka, operasi pembedahan, atau cairan tubuh hilang oleh diarrhoeia, seperti pada kolera. 5. Injeksi Intra-arterial Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer. 6. Injeksi Intrakardial Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk pengobatan darurat, bebas bahan partikulat. 7. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida. 8. Injeksi Intrasisternal Untuk pemberian antibiotik. 9. Injeksi Peridural Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.
e. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts : 193 Ada beberapa variasi tempat injeksi untuk produk parenteral. Beberapa yang umum adalah : 1. Intravena (IV) Diinjeksikan secara langsung dalam vena (produk biasanya larutan, jarang emulsi halus, tetapi tidak pernah suspensi dari bahan padat) 2. Intramuskular (IM) Diinjeksikan ke dalam otot skeletal (biasanya dalam daerah deltoid atau gluteal) 3. Subkutan (SC) Diinjeksikan ke dalam jaringan secara langsung di bawah kulit 4. Intradermal (ID) Diinjeksikan ke dalam lapisan kulit 5. Intraspinal Diinjeksikan ke dalam kolum spinal f. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283 1. Intramuskular Sebuah injeksi intramuskular dimasukkan ke dalam lapisan otot. Lapisan cairan obat diabsorbsi dengan cepat; bagaimanapun suspensi dan larutan minyak diabsorbsi dengan lambat.
2. Intravena Sebuah injeksi intravena dimasukkan ke dalam vena dengan sedikit pengecualian hanya larutan cairan yang diberikan dengan cara ini. 3. Intraperitonial Sebuah injeksi intraperitonial dimasukkan ke dalam rongga peritonial yakni rongga abdominal dalam risena 4. Intratekal Injeksi
ke
dalam
cairan
serebrospinal
yang
disebut
sebagai
subarachnoid, subdural, atau injeksi intraspinal, tergantung pada daerah injeksi. Biasanya volume cairan serebrospinal setara dengan volume larutan yang ditarik sebelumnya untuk injeksi. g. Scoville’s The Art Of Compounding : 193-194 1. Subkutan atau pemberian secara hipodermik, obat diinjeksikan ke dalam jaringan bebas di bawah kulit 2. Injeksi intramuscular mengizinkan perkenalan obat ke dalam atau diantara lapisan otot. Larutan obat diabsorbsi dengan cepat dari tempat ini. Suspense atau larutan obat dalam minyak diabsorbsi secara lambat dan tetap, dan memberikan aksi lama. 3. Injeksi intravena adalah cara pemberian larutan obat secara langsung ke dalam vena, proses ini disebut sebagai infus, plebolisis atau hemolisis 4. Pemberian intratekal, subcarachnoid atau subdural adalah injeksi larutan ke dalam tempat/ ruang berisi cairan serebrospinal, banyak
obat tidak diabsorbsi ke dalam cairan serebrospinal atau absorbs sangat lambat. h. Dispending Of Medication by King : 169-170 1. Intravena (Iv) Larutan diinjeksi secara langsung ke dalam vena sebagai larutan cair atau emulsi minyak dalam air. Volume injeksi dapat berkisar kira – kira 1- 1000ml. suatu volume kecil obat yang teratur atau suatu “bolus”, dapat diinjeksikan melalui “IV push” menggunakan jarum suntik dan spoit. 2. Intramuskular (IM) Larutan, suspensi atau emulsi dapat diinjeksi ke dalam otot dengan jarum suntik dan spoit. 3. Subkutan (ic) Larutan diinjeksi secara subkutan (melalui hipodermal) adalah di bawah kulit dalam sebuah volume kecil bolus (hingga 2 ml) dengan sebuah jarum suntik dan spoit, karena aliran darah lambat dalam jaringan subkutan. Onset dan aksi dan absorbs biasanya lebih lambat dari injeksi IM atau IV 4. Intradermal (Id) Sejumlah kecil larutan, biasanya kurang dari 0,2 ml diinjeksikan diantara lapisan kulit, pembuluh darah sangat kecil pada daerah ini, meskipun derajat vaskularitas tinggi. Absorbsi dari tempat ID, biasanya
pada lengan atau punggung adalah lambat dan terbatas tetapi berguna ketika aksi lokal atau difusi terbatas tempat injeksi diinginkan 5. Intraarterial (IA) Injeksi ke dalam arteri yang berguna ketika agent didistribusikan secara langsung dan dalam konsentrasi tinggi ke organ besar atau jaringan. 6. Intratekal (IT) Banyak obat tidak mampu mencapai konsentrasi terapetik dalam larutan serebrospinal (CSF) pada injeksi IV. Bahan ini biasanya diinjeksi secara langsung secara intratekal, yakni secara langsung ke dalam CSF obat kemudian seluruhnya mengalami perfusi ke ruang CSF 7. Intraartikular Injeksi dapat dimasukkan ke dalam tulang sendi rongga sinovial, biasanya menghasilkan aksi lokal 8. Intrakardial Injeksi dapat secara langsung ke dalam ruang jantung i.
Modern Pharmaceutical :442
1. Rute subkutan Meletakkan dengan segera di bawah kulit suatu lapisan lemak, permukaan
fascla,
memberikan
pemberian
yang
nyaman
dari
beberapa obat meliputi vaksin, insulin, skopolamin dan epinefrin. Injeksi subkutan biasanya diberikan dalam volume hingga 2 ml
menggunakan ½ - 2 22 gange jarum suntik. Obat yang diberikan meliputi rute ini akan memiliki onset dari aksi lambat dari rute IM atau IV dan total absorbs dapat juga lebih sedikit 2. Rute intramuscular Rute ini adalah rute pemberian kedua setelah rute IV dalam kecepatan onset dari aksi sistemik. Injeksi dimasukkan ke dalam striated muscle fibres, diletakkan di bawah lapisan subkutan. Tempat dari injeksi ini adalah gluteal (pantat), deltoid (lengan atas) dan otot vastus lateral (paha lateral), biasanya volume yang diberikan berkisar dari 1,0 – 3,0 ml dan volume hingga 10,0 ml, kadang – kadang diberikan (dalam dosis terbagi) pada gluteal atau daerah paha 3. Rute intravena Pengobatan intravena adalah injeksi secara langsung ke dalam salah satu vena untuk mendapatkan kecepatan dan dapat diprediksi atau menghindari iritasi jaringan lain. Rute pemberian juga memberikan availabilitas maksimum dan menjamin penyaluran obat ke tempat aksi. 4. Rute Parenteral lain a) Intra arterial : secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat dalam daerah peripheral) b) Intratekal : pemberian obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal (dalam kanal spinal) c) Intraepidural (ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal)
d) Intrasisternal : secara langsung ke dalam daerah caudal dari otak diantara cerebellum dan medulla oblongata e) Intrartikular : secara langsung dimasukkan dalam tulang sendi, biasanya adalah efek local, seperti aksi antiinflamasi steroid dalam arthritis f) Intrakardial : secara langsung dimasukkan ke dalam jantung ketika hidup terancam g) Intrapleural : secara langsung dalam rongga, pleural atau paru – paru (juga digunakan untuk penarikan cairan) h) Intradermal (ID) : Pemberian meliputi injeksi ke dalam lapisan kulit. j.
Pharmaceutical practice: 248
a) Injeksi Intravena dan infus Pemberian melalui rute ini memberikan kontrol yang teliti dan konsentrasi obat dalam sirkulasi darah, vena yang dipilih untuk pemberian formulasi tergantung beberapa faktor. Ini meliputi ukuran dari pemberian jarum suntik atau kateter, jenis dan volume larutan yang diberikan dan alat – alat pemberian cairan. Cairan diberikan ke dalam vena supervisial, biasanya pada bagian belakang tangan atau pada hexus internal siku. Rute intravena digunakan secara luas pada pemberian produk parenteral , tetapi tidak digunakan untuk pemberian emulsi air, dalam minyak atau suspensi.
b) Injeksi subkutan Injeksi ke dalam jaringan penghubung bebas dan adipose, diberikan di bawah kulit. Pada tipe ini, volume injeksi tidak mencapai 1 ml. tetapi injeksi meliputi perut, punggung atas, lengan atas dan pinggul atau bagian lateral. Rute ini digunakan apabila obat tidak dapat diberikan secara oral. Obat – obat lebih cepat dan diprediksikan dapat diabsorpsi dara pada ketika diberikan secara oral. Pemberian dengan rute ini meliputi tempat injeksi, temperatur tubuh,usia pasien dan derajat penyebaran tempat injeksi subkutan lebih lambat dan lebih sedikit diprediksi daripada rute intramuskular c) Injeksi Intramuskular Larutan cairan volume kecil, larutan dalam minyak dan suspensi diberikan secara langsung ke dalam tubuh pada otot relaksasi. Beberapa tempat otot yang digunakan untuk injeksi meliputi otot gluteal pada bokong. Otot deltoid pada bahu dan vastus lateralis pada paha. Pada otot gluteal orang dewasa, sering digunakan dalam volume yang lebih besar dapat ditoleransi. Pada bayi dan anak kecil vastus lateralis pada paha biasanya libih dipilih daripada kelompok otot lain dan ini yang digunakan. Untuk absorpsi cepat pada pengobatan, obat deltoid pada bahu sering digunakan. d) Injeksi Intradermal Volume sekitar 0,1 ml diinjeksikan ke dalam kulit diantara dermis dan epidermis. Absorpsi injeksi intradermal lambat. Rute ini sering
digunakan untuk tes diagnostik untuk alergi atau imunitas. Rute ini juga digunakan untuk pemberian beberapa vaksin e) Injeksi Intra arterial Obat ini diberikan langsung pada arteri, memperlihatkan aliran cepat dari darah dalam arteri, obat akan didispersi dengan cepat ke dalam system
darah.
Bagaimanapun,
manipulasi
kesulitan
membatasi
penggunaan injeksi intraarterial tetapi obat dapat diberikan melalui rute ini. Untuk target organ spesifik atau jaringan diberikan melalui arteri. f) Intrakardiak Beberpa larutan cairan yang diberikan dalam keadaan emergensi secara langsung ke dalam ventrikel atau otot kardiak untuk efek lokal g) Injeksi Intraspinal Beberapa larutan cairan diinjeksi dalam volume kurang dari 20 ml ke dalam daerah partikular dari kolum spinal. Ini dikategorikan sebagai intratekal, subarachnoid, intasisternal, epidural dan injeksi peridural. Aliran spesifik dan injeksi dapat diatur untuk membatasi tempat aksi obat. h) Injeksi Intraartikular Beberapa diberikan sebagai larutan cairan atau suspensi ke dalam cairan sinovial dalam rongga tulang sendi. Ini sering digunakan untuk pemberian lokal dari bahan antiinflamasi
k. Formularium Nasional : 317 – 318 1.
Injeksi intraderma atau intrakuitis Umumnya larutan atau suspensi dalam air, digunakan untuk diagnosa. Volume lebih kurang 100 μI sampai 200 μI
2.
Injeksi Subkutan atau hipoderma Umumnya larutan isotonis dengan kekuatan sedemikian rupa hingga volume lebih kurang 100 ml yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Dapat ditambahkan vasokontraktor seperti epinefrina untuk melokalisir efek obat. Jika tidak mungkin disuntikkan infus, volume injeksi 3 liter sampai 4 liter sehari masih dapat disuntikkan secara subkutan dengan penambahan hialuranidase ke dalam injeksi atau sebelumnya disuntik hialuranidase. Cara ini disebut hipodermoklisa.
3.
Injeksi intramuskulus Larutan atau suspensi dalam air atau dalam minyak, volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4.
Injeksi intravenus Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. injeksi intravenus yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infuse. Emulsi minyak-air dapat diberikan intravenous jika dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran butiran minyak. Sediaan berupa emulsi air minyak, tidak boleh disuntikkan dengan
cara ini. Jika volume dosis tungggal lebih dari 15 ml, injeksi intravenous tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml, harus bebas pirogen. 5.
Injeksi intraterium Umumnya larutan dapat mengandung cairan noniritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek obat
diperlukan
segera
dalam
daerah
perifer.
Tidak
boleh
mengandung bakterisida. 6.
Injeksi intratekal atau injeksi subarachnoid atau injeksi peridual Larutan, umumnya tidak lebih dari 20 ml. tidak boleh mengandung bakterisida dan diracik dalam wadah dosis tunggal.
7.
Injeksi intrakor Larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikkan ke dalam otot jantung atau ventrikulus. Tiadak boleh mengandung bakterisida.
8.
Injeksi intraartikulus Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi.
9.
Injeksi intrabursa Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam bursa subarachnomilis atau bursa decranon.
10. Injeksi subkonjungtiva Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lender mata bawah, umumnya tidak lebih dari 1 ml.
L. Pengantar bentuk sediaan Farmasi : 400 Obat – obat dapat di suntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian
tubuh
termasuk
sendi
(intraarticular),
ruang
cairan
sendi
(intrasynovial), tulang punggung ( intraspinal) ke dalam cairan spinal (intratechal), arteri (intraarterial) , dan dalam keadaan gawat bahkan ke dalam jantung (intracardiac). Tetapi, yang paling umum obat suntik di maksudkan untuk di masukkan ke dalam vena (intravena, I.V), ke dalam otot (intramuscular, I.M), ke dalam kulit (intradermal, I.D.,intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan,S.K.,sub – Q, S.Q.,hipodermik,”Hipo”). M. Formulasi Steril : 11-14 Cara pemberian obat parental sebagai berikut : 1. Subkutan atau di bawah kulit (s.c), yaiotu disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit; volume yang berikan tidak lebih dari 1 ml. a. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris. b. Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal. c. Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat dari pada sediaan suspensi. d. Determinan kevepatan absorpsi ialah total luas permukaan tempat terjadinya penyerapan. e. Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan adrenaline (cukup 1:100.00 – 200.000) yang menyebabkan konstriksi pembuluh
darah
lokal,
sehingga
difusi
obat
tertahan
atau
diperlambat.
Contohnya injeksi Lidocaine Adrenalineuntuk cabut gigi. f.
Sebaiknya, absorpsi obat dapat dipercepat dengan penambahan hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan yang menyebabkan penyebaran dipercepat.
g. Bila ada infeksi, maka bahayanya lebih besar daripada penyuntikan ke dalam pembuluh darah karena pemberian subkutan mikroba menetap di jaringan dan membentuk abses. h. Zat aktif bekerja lebih ambat daripada secara i.v. i.
Pemberian
s.c
dalam
jumlah
besar
dikenal
dengan
nama
hipodermoklise. j.
Contohnya :
a. Inj neutral insulin (Human Monocomponent ) 40 iu/ml b. Inj Fondaparinux Sodium 2,5 mg/0,5 ml prefiled syringe 2. Intramuskular (i.m), yaitu disuntikan ke dalam jaringan otot, umumnya doi otot pantat atau paha. a. Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada suspensi pembawa air atau minyak. b. Larutan sebaiknya isotonis. c. Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partike. d. Sediaan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi. e. Zat aktif bekerja lambat (preparat depo) serta mudah terakumulasi, seingga dapat menimbulkan keracunan.
f.
Volume sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan ke dalam otot dada, sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan ke dalam otot-otot lain.
g. Contohnya : a) Injeksi penicilin G 3.000.000 unit b) Injeksi serum antitetanus 10.000 atau 20.000 unit c) Injeksi vitamin B kompleks 3. Intravena (i.v.), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah. a. Larutan dalam volume ecil (dibawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infus) harus isotonis dan isohidris. b. Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena onset of action segera. c. Obat bekerja paling efisien, biovaibilitas 100%. d. Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minya tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi tidak dianjurkan. e. Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah tidak banyak berpengaruh. f. Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol. g. Sediaan yang diberikan umumnya sediaan sejati. h. Adanya partikel dapat menyebabkan emboli.
i.
Pada pemberian dengan volume 10 atau lebih, sekali suntik harus bebas pigoren.
j.
Contohnya : Injeksi ampicilin 500 mg, 1 gram Infus sodium xhloride 0,9% 25 ml, 50 ml, 500 ml
4. Carapemberian parenteral lainnya : a. Intraspinal, yaitu disuntikkan ke dalam sumsum tulang belakang. 1. Larutan harus insotonis dan isohidris. 2. Bila digunakan sebagai anestesi larutan hipertonis. 3. Contohnya : Injeksi Xylocain heavy 0,5 % 2 ml (Bupivacaine HCl) b. Peritoneal, yaitu kateter dimasukkan ke daam rongga perut dengan operasi untuk tempat memasukkan cairan steril CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis). 1. Larutan harus hipertonis. 2. Zat aktif diabsorpsi dengan cepat. 3. Volume diberikan dalam jumlah besar (1 atau 2 liter). 4. Infeksi mudah terjadi karena pemakian yang terus-menerus dan penanganan yang tidak steril. 5. Biasa sebagai cuci darah dengan cara CAPD. Contohnya : infus dianeal 1,5% atau 2,5% 2 liter. c. Intraartikular, yaitu disuntikkan ke dalam sendi. Larutan harus isotonis dan isohidris.
Contohnya : injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml. d. Intradermal, yaitu disuntikkan ke dalam kulit. 1. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris. 2. Volume yang disuntikkan kecil-kecil, antara 0,1 hingga 0,1 ml. 3. Biasa sebagai diagnostik mantoux tes atau tes alergi. 4. Contohnya : tes alergi antibiotik 1 ml. Injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml. N. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy ; 671 Ampul adapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga mementuk segel penutup atau segel atrik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian gelas pada gabian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar didaerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapt diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup. Kesimpulan : Rute – rute Injeksi Rute
Inravena
LVPS
Tempat Injeksi
Vol (ml)
Jarum suntik yang umum digunakan
Batas Formulasi
Diinjeksi secara langsung kedalam salah satu vena Diinjeksi secara langsung ke dalam salah satu vena (Parenteral volume besar)
50 ml
Veinpuncture ½ in 22 gauge
100 & lebih (unit infus)
Venoclysis ½ in 19 gauge
Larutan dan beberapa emulsi Larutan dan beberapa emulsi
Jenis pengobatan yang diberikan Hampir semua golongan obat Hampir semua golongan obat
Subkutan
IIntramuskular
Intraarterial
Intratekal
Intraepidural
Intrasisternal
Intraartikular
Intrakardiak
Intrapleural
Diinjeksikan di bawah kulit dalam lapisan jaringan subkutan Diinjeksikan ke dalam otot, tempat injeksi biasa adalah gluteal (bokong), deltoid (lengan atas) dan vustus lateral (paha atas) Secara langsung ke dalam arteri (aksi segera terlihat pada daerah peripheral) Secara langsung ke dalam cairan cerebrospinal (dalam kanal spinal) Ke dalam ruang epidural dekat kolum spinal Secara langsung ke dalam daerah caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata Secara langsung dimaskukkan ke dalam caudal otak antara cerebellum dan medulla oblongata Secara langsung ke dalam jantung ketika hidup terancam (stimulasi epinefrin pada pengobatan gagal jantung) Secara langsung ke dalam rongga pleural atau paru-
2
¾ in 23 gauge
Dibutuhkan tidak harus isotonis
Insulin, vaksin
2
1½ in gauge
Dapat berupa larutan,emulsi minyak – minyak atau suspensi, isotonik lebih disukai
Hampir semua golongan obat
22
2 - 20
20 -22 gauge
Larutan dan beberapa emulsi
Media radiopaque, antineoplastik, antibiotik
1 – 4
24 – 48 gauge
Harus isotonis
6 - 30
5 in 16 – 18 Harus isotonik gauge
Anestetik lokal, analgetik dan bahan neurolitik Anestetik local, narkotik, agonis -2 steroid antibiotik
Harus isotonik
2 - 20
1,5 – 2 inci 18 – 22 gauge
Harus isotonik
Morfin, anestetik local, AIS, AINS, antibiotik
0,2-1
5 in, 22 gauge
Obat kardiotonik, kalsium.
2-30
2-5 in 10-55 gauge
Anestetik lokal, narkotik.
Intraperitonial
Intradermal
Intra okuler
paru (juga digunakan untuk menarik cairan) Secara langsung ke dalam rongga perut/ rongga abdominal dalam visera Secara langsung ke dalam lapisan kulit epidermis di bawah stratum korneum Ke dalam chamber anterior mata (injeksi chamber anterior( secara langsung ke dalam lubang vitreus mata (intravitreal), injeksi disekitar bagian posterior bulat (retrobular) secara langsung diberikan dibawah konjungtiva (injeksi konjungtiva)
Vaksin rabies, larutan pencuci ginjal
0,10,5
¾ in. 26 gauge
Sebaiknya isotonic
0,10,2
Bahan diagnastik vaksin
Antinfiamasi, anestetik, midmatik
II.1.4 Keuntungan dan kerugian sediaan parenteral II.1.4.1 Keuntungan sediaan parenteral a. Sterile Dosage Forms : 11 1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, syok.
2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik. 3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara injeksi. 4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral. 5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi. 6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m. 7. Terapi
parenteral
dapat
memperbaiki
kerusakan
serius
pada
keseimbangan cairan dan elektrolit. 8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral. 2. Parenteral Technology Manual : 6 1. Aksi obat biasanya lebih cepat. 2. Seluruh dosis obat digunakan. 3. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
4. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa. 5. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan hidupnya. 3. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 283 Beberapa
obat
mempunyai
keuntungan
dibandingkan
dengan
pemberian secara oral. 1. Pemberian rute ini adalah penting ketika jalur gastrointestinal tidak dapat digunakan karena pembedahan atau kekurangan stabilitas, seperti obat-obat penisilin dan penisilin G. 2. Respon fisiologis dari injeksi lebih cepat dan efektif dibandingkan pemberian secara oral. 3. Dalam kasus darurat dimana pasien tidak sadar atau tidak menerima obat oral, pemberian parenteral dapat memberikan efek yang segera dan menentu. 4. Injeksi dapat menghasilkan efek lokal. Anestesi lokal digunakan oleh dokter gigi untuk menginjeksi dekat batang dari serabut dan membantu sensasi nyeri segera pada daerahnya. 4. Pharmaceutical practice: practice: 247 Terapi parenteral digunakan untuk: 1. Menghasilkan efek yang dibatasi 2. Pemberiab obat obat jika rute oral tidak dapat dapat digunakan digunakan
3. Pemberian obat obat pada pasien yang tidak sadar sadar 4. Mengembalikan dengan cepat cairan cairan dan elektrolit 5. Menjamin penyaluran penyaluran obat ke jaringan target 5. Dispending Of Medication by Hoover : 258 1) Membutuhkan tanggung jawab dalam pembuatan, pembagian dan kontrol pada pencampuran secara parenteral 2) Mengurangi kebutuhan kebutuhan perawat untuk mencampur, kesebaran kesebaran merata dan aktivitasnya 3) Membutuhkan standarisasi label pada pencampuran larutan untuk membantu mengurangi kesadaran 4) Membutuhkan persiapan kontrol kontrol yang efektif pada penggunaan, penggunaan, obat yang kadaluwarsa pada pencampuranny p encampurannya. a. 5) Membutuhkan persiapan persiapan akurasi pada kalkulasi bahan bahan dan dalam dalam proses pembuatannya 6) Membutuhkan control control kondisi lingkungan dengan menggunakan menggunakan LAF. LAF. II.1.4.2 Kerugian sediaan parenteral 1) Sterile Dosage Forms : Forms : 11 1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih
dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain. 2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat
yang
diberikan
secara
parenteral
menjadi
sulit
untuk
mengembalikan efek fisiologisnya. 4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain. 2) Parenteral Technology Manual : : 11 1. Beberapa rasa sakit sakit dapat terjadi seringkali seringkali tidak disukai oleh oleh pasien, pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v. 2. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis. 3. Sekali digunakan, digunakan, obat obat dengan segera menuju menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi. 4. Pemberian beberapa beberapa bahan melalui kulit kulit membutuhkan perhatian perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan. 3) Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : Pharmaceutics : 283 Beberapa orang tidak menyukai pemberian injeksi karena : 1. Umumnya, injeksi itu tidak nyaman. 2. Dibutuhkan orang-orang yang terlatih untuk pemberiannya. 3. Perhatian harus diberikan untuk injeksi intravena.
4.
Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada bentuk sediaan lain.
5.
Terapi parenteral lebih mahal daripada bentuk yang lain karena penggunaan dan produksinya.
4) Modern Pharmaceutical ; 441 Kerugian rute parenteral meliputi frekuensi nyeri dan rasa tidak nyaman dari injeksi, dengan rasa takut psikologi terhadap jarum suntik, tambahan pada kenyataan bahwa obat atau dosis yang tidak tepat sering membahayakan atau tidak mungkin ditiadakan ketika telah diberikan secara parenteral (terutama secara intravena) daripada oral. 5) Dispending Of Medication by King ; 167-168 a. Membutuhkan kontra proses lingkungan, keahlian dan teknik khusus untuk formulasi, preparasi, penanganan dan penggunaan klinik b. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan secara psikologi diperoleh dengan injeksi c. Bahaya masalah introgenik dari terapi obat d. Biaya relatif mahal 6) Dispending Of Medication by Martin ; 969 Kerugian parenteral meliputi dibutuhkannya teknik aseptik dalam produksi
dan
pemberian,
membutuhkan
keahlian
khusus
untuk
pemberian, nyeri yang nyata atau rasa takut secara psikologi, dengan injeksi dan biaya yang relatif mahal. Bagaimanapun, ada dua kerugian yang jika tidak dikontrol atau diamati dengan seksama dapat menunjukkan
akibat fatal. Ini berkembang cepat dari reaksi alergenik pada individu yang sensitif dan sebagai akibat dari efek kesalahan pada pemilihan atau dosis obat terjadi. Ini sangat sulit jika tidak mungkin untuk mengembalikan efek serupa. 7) American Pharmacy ; 225-226 a. Rasa takut sebagian besar orang pada jarum suntik hipodermik b. Biaya pengobatan yang meningkat adalah faktor lain, sangat mahal untuk memasarkan obat dalam bentuk injeksi daripada tablet atau kapsul c. Produk
injeksi
memerlukan
lebih
banyak
perhatian
dalam
pemeliharaan dari perlakuan bentuk dosis sederhana d. Tidak dapat diberikan tanpa penggunaan perlengkapan khusus, dan metode pemberian memerlukan latihan khusus. 8) Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts ; 192-193 Ada sedikit keraguan, dari sudut pandang psien, produk parenteral merupakan salah satu bentuk pemberian yang kuang diinginkan. Ini berdasarkan rasa takut yang umum karena sakit dari jarum. 9) Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition ; 1546 Diantara kerugian dari bentuk dosis ini memenuhi syarat pemberian aseptis, resiko toksisitas jaringan dan iritasi lokal, nyeri nyata atau faktor psikologi dan kesulitan dalam kesalahan pemeriksaan yang dilakukan. Pada situasi lain, sedikit antagonis langsung farmakologi yang segera
ada, pemeriksaan yang salah tidak mungkin ada. Satu kerugian lain adalah tiap hari atau frekuensi pemberian merupakan kesulitan bagi pasien untuk mengunjungi ahli yang profesional atau belajar untuk menginjeksi diri sendiri. 10) Dispending Of Medication by Hoover : 258 1) Kebutuhan teknik aseptic pada produksinya, pencampuran dan pemberiannya 2) Membutuhkan keahlian khusus sebagai syarat untuk pembuatan 3) Nyeri fisiological dengan adanya injeksi Kesimpulan : Keuntungan : 1. Dapat digunakan pada obat yang tidak dapat diberikan pada rute oral. 2. Dapat diberikan pada pasien yang tidak kooperatif, mual atau muntah dan tidak sadar. 3. Aksi obat dan respon fisiologis cepat. 4. Dapat menghasilkan efek yang dibatasi dan efek sistemik, tergantung tujuan terapi. 5. Dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengembalikan cairan dan elektrolit tubuh. 6. Dapat digunakan pada keadaan darurat untuk mempertahankan hidup pasien. 7. Rute pemberian bervariasi sehingga memunkinkan pemberian suatu obat mencapai organ target atau tempat yang dibutuhkan.
Kerugian : 1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang ahli. 2. Pemberian parenteral membutuhkan ketelitian yang cukup dalam mengatur dosis 3. Membutuhkan pengerjaan secara aseptik 4. Rasa sakit yang tidak disukai oleh pasien kadang dapat terjadi 5. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada bentuk sediaan lainnya 6. Akibat yang dapat terjadi dari reaksi alergenik pada individu yang sensitif dan kesalahan pada pemilihan dosis berakibat fatal karena tidak mungkin untuk mengembalikan efek serupa 7. Biaya relatif mahal 8. Metode pembuatan rumit, sehingga sedikit farmasis yang dapat membuat produk 9. Produk
injeksi
lebih
banyak
memerlukan
perhatian
dalam
pemeliharaan karena pasien harus mengunjungi ahli profesional atau belajar untuk menginjeksi diri sendiri II.1.5 Komposisi injeksi a. Sterile Dosage Forms : 16 Obat-obat dalam larutan dalam pembawa yang cocok, dengan atau tanpa bahan tambahan, ditujukan untuk penggunaan parenteral yang dikenal sebagai injeksi. Injeksi dapat dikemas sebagai unit dosis tunggal
atau unit dosis ganda, volumenya dapat sejumlah setengah milliliter, seperti injeksi Atropin Sulfat atau sebanyak 1 L seperti injeksi dektrosa. b. Pharmaceutical Practice ; 250-255 Formulasi produk parenteral : 1) Pembawa untuk injeksi Obat umumnya ada dalam suatu injeksi dalam konsentrasi rendah. Pembawa memberikan proporsi sangat tinggi dari formulasi dan tidak toksik juga tidak mempunyai aktivitas terapeutik. Air sering mengandung variasi luas kontaminan seperti elektrolit, organisme dan partikulat, dan gas tidak larut seperti karbondioksida dan klorin. Variasi luas dari kontaminan
menyebabkan
masalah
dalam
preparasi
air
untuk
penggunaan injeksi. Ini disebut air untuk injeksi dan harus digunakan sebagai pembawa untuk produk parenteral. 2) Pelarut bukan air Air bercampur kosolven seperti gliserin dan propilenglikol, digunakan sebagai pembawa dalam cairan parenteral volume kecil. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan solubilitas obat dan menstabilkan obat yang didegradasi melalui hidrolisis. 3) Bahan tambahan Variasi bahan tambahan seperti bahan antimikrobial, antioksidan, buffer, pengkhelat dan bahan penambah atau pengatur tonisitas digunakan dalam formulasi injeksi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk yang aman dan elegan.
a.
Bahan antimikrobial Beberapa ditambahkan pada produk jika dikemas dalam dosis ganda
vial. Bahan ini tidak digunakan dalam volume besar atau jika formulasi obat memiliki kemampuan aktivitas antimikroba. Bahan antimikrobial ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan organisme yang dapat berupa kontaminasi selama penggunaan produk. Bahan antimikroba harus steril dan efektif pada bentuk bebas, aktivitasnya dapat secara cepat menurun melalui interaksi dengan komponen bahan injeksi. Penutup karet memperlihatkan penyerapan pengawet antimikroba dari larutan injeksi. Penyerapan pengawet lebih signifikan dengan bahan alami dan karet neopren dan lebih sedikit dengan penutup karet butyl. b. Antioksidan Banyak obat dalam larutan cair lebih mudah didegradasi melalui oksidasi. Produk parenteral volume kecil dari obat sering mengandung antioksidan. Bisulfit dan metabisulfit yang paling sering atau umum digunakan sebagai antioksidan dalam larutan injeksi. Antioksidan harus dipilih secara hati-hati untuk penggunaannya dalam injeksi untuk menjaga interaksi dengan obat. Antioksidan memiliki potensi oksidasi yang lebih rendah dari obat dan mencegah oksidasi atau memblok reaksi oksidatif. Mungkin formula injeksi, ditambahkan antioksidan juga mengandung pengkhelat.
Bahan
pengkhelat
seperti
EDTA
atau
menghilangkan bekas elemen degradasi katalis oksidatif.
asam
silat
c.
Buffer pH ideal sediaan parenteral adalah pH 7,4. Jika pH diatas pH 9,
nekrosis jaringan dapat dihasilkan, sedangkan di bawah pH 3 nyeri dan radang pembuluh darah pada jaringan dapat terjadi. Buffer digunakan pada injeksi untuk mempertahankan pH dari kemasan produk. pH berubah dapat
meningkat
melalui
interaksi
antara
produk
dan
wadah.
Bagaimanapun, buffer yang digunakan dalam injeksi harus dapat diterima cairan tubuh untuk merubah pH produk setelah injeksi. Buffer asetat, sitrat dan fosfat yang umum digunakan pada produk parenteral. d.
Bahan pengatur tonisitas Larutan isotonik sama dengan tekanan osmotik plasma darah dan
tidak membahaykan membran sel darah merah. Larutan hipotonik memiliki tekanan osmotik yang lebih rendah dari plasma darah dan menyebabkan sel darah mengembang dan pecah karena cairan masuk ke dalam sel melalui osmosis. Larutan hipertonik memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi dari plasma, sebagai akibatnya sel darah merah kehilangan cairan dan
menyusut.
Larutan
cairan
hipotonik
dibuat
isotonik
melalui
penambahan NaCl, glukosa atau manitol. c. Dipending Of Medication by King ; 180-182 Komponen produk : 1) Pembawa Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena
kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan. Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas. a. Pembawa air Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa paling penting untuk sediaan injeksi. b. Pembawa bukan air Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit dari bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan terbatas pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil. 2) Bahan larut Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan, karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas
dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas dari kotoran besar. Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan penambah tonisitas. 3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi selama penggunaan. 4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan oksigen atau bahan lain di lingkungan. 5) Bahan
pengkhelat
sering
digunakan
untuk
menambah
aksi
antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan mengkatalisis oksidasi. 6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen. 7) Formulasi ini juga ditambahkan bahan pengatur tonisitas larutan. d. Dispending Of Medication by Martin ; 976-979
Komponen produk : 1) Pembawa Sejak sistem transpor tubuh manusia adalah cairan, obat alami diinjeksikan secara normal ke dalam sistem cairan. Tetapi karena kelarutan dan stabilitas bahan terapeutik tidak selamanya dapat diformulasi ke dalam sistem, dibutuhkan sistem pelarut yang dapat bercampur dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Untuk semua produk, pembawa harus tidak toksik dalam jumlah yang diberikan. Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas. a. Pembawa air Air untuk injeksi (API) yang paling sering digunakan dan pembawa paling penting untuk sediaan injeksi. b. Pembawa bukan air Pembawa bukan air meliputi bahan yang bercampur dengan air dan yang tidak bercamput. Hanya sedikit pembawa yang mempunyai level toksisitas cukup rendah atau sensitasi untuk injeksi. Sangat sedikit dari bahan ini yang dapat diinjeksikan ke dalam aliran darah, dan terbatas pada injeksi intramuskular atau subkutan dalam volume kecil. 2) Bahan larut Bahan larut dalam formulasi parenteral meliputi bahan obat atau substansi yang ditambahkan untuk mengawetkan atau efek lain, harus dapat diterima dalam kualitas tinggi. Komersial dasar yang diperlukan dapat membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk membuatnya sesuai
untuk penggunaan dalam produk parenteral. Spesifikasi kemurnian harus tegas dan jelas untuk tiap bahan dan harus meliputi persyaratan untuk potensi dan kemurnian bahan, tingkat spesifik bebas kontaminan, karakteristik kelarutan sebagai perbedaan bentuk fisik komponen, bebas dari kontaminasi mikroba, bebas dari kontaminasi pirogenik, dan bebas dari kotoran besar. Pada penambahan bahan obat, kebanyakan formulasi mengandung satu atau lebih substansi tambahan untuk mengawetkan meliputi bahan antibakteri, antifungal, antioksidan, pengkhelat, pelarut, buffer dan bahan penambah tonisitas. 3) Antifungal atau antibakteri harus ditambahkan dalam formulasi wadah dosis ganda dan digunakan dalam produk untuk metode sterilisasi kecil. Bahan ini digunakan pada konsentrasi relatif rendah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin terjadi selama penggunaan. 4) Antioksidan digunakan untuk melindungi obat dari efek oksidasi dan oksigen atau bahan lain di lingkungan. 5) Bahan
pengkhelat
sering
digunakan
untuk
menambah
aksi
antioksidan melalui pembentukan kompleks ion logam yang akan mengkatalisis oksidasi. 6) Buffer biasanya digunakan dalam formulasi untuk menstabilkan pH selama proses dan penyimpanan, melalui perlindungan obat yang sensifif dari variasi dalam konsentrasi ion hidrogen.
7) Dalam formulasi, juga digunakan bahan pengatur tonisitas dari larutan. Penambahan bahan pengatur tonisitas menjadi kondisi isotonis sangat penting untuk menjaga integritas sel darah merah, pada pemberian secara intravena dari volume besar larutan atau mencegah nyeri pada injeksi secara subkutan atau intramuskular, pada syarat akhir. e. Ensiklopedia vol.11; 226-230 1) Pelarut Pelarut yang secara luas digunakan pada SVP adalah air untuk injeksi (API) USP, sebagai pelarut digunakan dalam komponen formulasi dan harus disterilisasi akhir. Ini disiapkan melalui destilasi atau osmosis balik dan tingkat kemurnian air dari kontaminasi endotoksin. 2) Bahan penambah kelarutan Bahan penambah kelarutan obat yang sedikit larut dalam air meliputi jenis yang ditunjukkan dibawah ini, dengan perbedaan mekanisme untuk meningkatkan kelarutan dalam air : kosolven, gliserin, PEG 300 dan 400, propilenglikol, etanol, surfaktan : polisorbat 80 0,1-0,5%, pluronik 68 0,050,25%, agen pembentuk kompleks : β-siklodekstrin, polivinil pirolidon. Cairan bahan penambah kelarutan pada dasarnya termasuk kosolven yang dapat bercampur dengan air, seperti etanol, propilenglikol, PEG 400, dan gliserin. Pelarut bekerja dengan menurunkan tetapan dielektrik air sehingga meningkatkan kelarutan hidrofobik atau obat hidrofilik yang sukar larut. Bahan aktif permukaan meningkatkan kemampuan dispersi
dan kelarutan air dari bahan yang sukar larut karena susunan kimianya yang unik yang memiliki baik bagian fungsi hidrofobik dan hidrofilik pada molekul yang sama. Bagian hidrofobik mengadsorpsi permukaan molekul obat, sedangkan bagian hidrofilik berinteraksi dengan molekul air. Bahan
penambah
kelarutan
dalam
bentuk
padatan
meliputi
siklodekstrin yang bekerja melalui pembentukan kompleks yang larut dalam larutan air. Molekul ini, seperti bahan aktif permukaan, adalah amfifilik yaitu mengandung fungsi hidrofobik pada bagian interior dan fungsi hidrofilik pada eksterior. 3) Bahan pengawet antimikrobial Bahan penyelamat untuk mempertahankan sterilitas produk selama penyediaan produk dan penggunaan. Bahan ini diberikan dalam preparasi dosis ganda dari beberapa wadah karena kemungkinan terkecil terhadap kontaminasi selama penggunaan. Ini juga digunakan meskipun terjadi kontroversi dalam produk dosis tunggal yang dibuat secara aseptik untuk memberi
jaminan
sterilitas
tambahan.
Ini
dapat
diterima
selama
memperlihatkan bahwa bahan antimikrobial tidak digunakan untuk menutupi ketidakcukupan teknik aseptik. Contohnya : fenol, m-kresol, metil paraben, propil paraben, klorobutanol, benzil alkohol, benzalkonium klorida, thimerosal. 4) Buffer Buffer digunakan untuk mempertahankan pH larutan pada range maksimum untuk memberi stabilitas obat dari degradasi hidrolitik. Sistem
buffer digunakan dalam SVPs meliputi asam lemah dan garam natrium. Pemilihan buffer yang sesuai tergantung pada range pH dimana obat itu dapat stabil. Beberapa sistem buffer yang umum digunakan dalam produk parenteral volume kecil : pH
sistem buffer
konsentrasi (%)
3,5 – 5,7
asam asetat – asetat
1 – 2
2,5 – 6,0
asam sitrat – sitrat
1 – 5
6,0 – 8,2
asam fosfat – fosfat
0,8 – 2
8,2 – 10,2
asam glutamat – glutamat
1 – 2
5) Antioksidan Fungsi antioksidan melalui reaksi yang istimewa, lebih baik dari obat, dengan molekul oksigen, jadi meminimalisir atau menghentikan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi meliputi pembentukan radikal bebas yang dikatalisis oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, logam berat, panas, peroksid, ion hidroksid dan udara. Banyak obat digunakan pada produk SVP sensitif terhadap oksigen dan degradasi dengan cepat tanpa perlindungan penambahan antioksidan. Perhatian lain yang harus diperhatikan seperti perlindungan terhadap cahaya, panas, logam berat dan peroksid; formulasi produk pada pH rendah adalah hal lain yang harus diperhatikan.
6) Bahan penstabil protein Aksi terapeutik protein dan peptida menjadi penting dalam formulasi SVP. Bahan ini sangat reaktif dengan air, komponen formulasi lain, komponen wadah, dan udara dalam wadah, dan sensitivitas yang tinggi untuk merubah kondisi lingkungan seperti temperatur, pH, cahaya, kelembaban, dan manipulasi secara mekanik reaksi degradasi baik kimia maupun fisika. Protein dengan baik diketahui mengagregasi pada temperatur berlebih (panas dan dingin) atau melalui pengocokan dan penggunaan. Agregasi protein tidak hanya mempengaruhi protein kimia, tetapi juga penampakan fisika dan kualitas. Beberapa jenis bahan digunakan untuk meminimalis degradasi protein dan SVPs. Sebagian besar bahan meliputi serum albumin : asam amino seperti glisin, lisin, dan glutamin; bahan surfaktan terutama polixamer 188 (pluronik 68) dan polisorbat 80; polihidroksi seperti sorbitol, gliserol dan PEG; karbohidrat seperti laktosa dan maltosa; dan antioksidan, bahan pengkhelat, polivinil pirolidon, alkohol, dektrosa dan gelatin. 7) Penambah tonisitas Banyak jenis bahan yang digunakan untuk menambah tonisitas SVP. Yang paling umum adalah elektrolit seperti natrium klorida dan garam natrium lain, dan nonelektrolit seperti gliserin dan laktosa. Normalnya, formulator SVP pertama harus percaya bahwa konsentrasi obat dan bahan lain membutuhkan kelarutan, stabilitas atau tujuan lain. Satu yang dilakukan setelah formulasi, osmolaritas diukur dan jika hipotonik,
penambah tonisitas ditambahkan. Jika formulasi hipertonik, tetapi pada level yang tidak dapat diterima untuk pemberian, formulasi membutuhkan bahan cair atau bahan pereduksi. 8) Bahan lainnya Bahan serbuk digunakan dalam preparasi Freeze-dried untuk meningkatkan kontak padatan yang dihasilkan dari proses liofilisasi untuk membantu pemeriksaan kualitas produk. Trio- dan lioprotektan digunakan dalam preparasi Freeze-dried, terutama protein yang sensitif terhadap prosedur pendinginan dan pengeringan. Bahan ini mencegah degradasi protein selama pendinginan, pengeringan, dan selama penyimpanan. Bahan pensuspensi memelihara obat yang disuspensi dalam pelarut setelah pengocokan dan mensuspensi kembali. Bahan pengemulsi menurunkan tegangan permukaan untuk membuat formulasi campuran minyak dan pelarut air. Bahan semisolid meningkatkan kemampuan dispersi obat dalam salep mata dan memberi basis salep. Contohnya : a. bahan serbuk : manitol, laktosa, sukrosa, dekstrosa b. bahan pensuspensi : Na-CMC, gelatin, sorbitol c. trio- dan lioprotektan : sukrosa, polivinil pirolidon, metil selulosa, gelatin d. basis salep mata : petrolatum f.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ; 406-410
1) Pelarut dan pembawa untuk obat suntik a. Pembawa air Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk injeksi (water for injection USP). Air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmose) dan memenuhi standar yang sama dengan purified water USP dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidak lebih dari 1 mg per 100 ml API USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan yang akan disterilkan setelah dibuat. Air untuk obat suntik harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik dimaksudkan
untuk
digunakan
dalam
waktu
24
jam
sesudah
penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas. b. Pembawa bukan air Walaupun pembawa air merupakan pembawa umum yang dipilih sebagai pembawa obat suntik, tetapi penggunaanya dalam formulasi mungkin dihindari karena kelarutan senyawa obat dalam air terbatas atau senyawa obat mudah terhidrolisis. Bila faktor-faktor fisika dan kimia membatasi penggunaan pembawa air secara keseluruhan, pembuat formulasi harus beralih pada suatu pembawa bukan air.
Diantara pelarut bukan air yang sekarang digunakan sebagai produk parenteral adalah minyak-minyak lemak nabati, gliserin, polietilen glikol, propilenglikol, alkohol dan yang lebih jarang digunakan adalah etil oleat, isopropil miristat dan dimetilasetamid. Semua ini dan pembawa bukan air lainnya dapat digunakan asalkan aman dan tidak mempengaruhi efek terapi sediaan atau bereaksi pada penentuan kadar dan pemeriksaanpemeriksaan lainnya dalam jumlah yang diberikan. Batasan-batasan ditetapkan oleh USP untuk minyak lemak nabati yang dapat digunakan pada produk parenteral. Antara lain harus tetap jernih bila diinginkan sampai 10°C untuk menjamin kestabilan dan kejernihan produk obat suntik selama penyimpanan di lemari pendingin. Minyak harus tidak boleh mengandung minyak mineral atau parafin karena zat-zat tersebut tidak diabsorpsi jaringan tubuh. 2) Zat tambahan USP mengizinkan penambahan zat-zat yang sesuai ke dalam sediaan resmi yang digunakan sebagai obat suntik, dengan tujuan meningkatkan kestabilan atau kegunaan, asalkan tidak dilarang sesuai yang tercantum dalam monograf masing-masing, tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak mengganggu efek terapi sediaan alat penentuan kadar dan pemeriksaan-pemeriksaan. Senyawa penambah kebanyakan adalah pengawet antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan, dan lainlain. Zat-zat yang dipergunakan hanya untuk pewarna dilarang keras diberikan dalam produk parenteral.
Selain zat tambahan yang berefek menstabilkan, udara di dalam produk obat suntik sering diganti dengan gas inert seperti nitrogen untuk meningkatkan kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan obat. g. Farmakope Indonesia edisi III ; 14 1) Zat pembawa berair, umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai pembawa untuk injeksi berair. Injeksi NaCl, injeksi NaCl majemuk, injeksi glukosa, campuran gliserol dan etanol atau zat pembawa berair lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa berair harus memenuhi uji pirogenitas. 2) Zat pembawa tidak berair, umumnya minyak untuk injeksi. Minyak untuk injeksi (olea pro injectione) meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi alam maupun sintetik. Minyak injeksi harus memenuhi syarat : (1) harus jernih pada suhu 10°, (2) tidak berbau asing atau tengik, (3) bilangan asam 0,2 – 0,9, (4) bilangan iodium 79 – 128, (5) bilangan penyabunan 185 -204, (6) harus bebas minyak mineral. 3) Larutan dapar, umunya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar borat, dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. 4) Zat pengawet, kecuali dinyatakan lain, zat pengawet yang cocok dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan ke dalam wadah dosis ganda atau injeksi yang dibuat secara aseptik. Untuk zat yang mempunyai sifat bakterisida, tidak perlu ditambahkan zat pengawet.
Kadar
zat
pengawet
harus
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mencegah pertumbuhan jasad renik. Untuk injeksi berair umumnya digunakan fenol 0,5% b/v, kresol 0,3% b/v, klorkresol 0,1% b/v, klorbutanol 0,5% b/v dan fenil raksa (II) nitrat 0,001% b/v. h. Modern Pharmaceutics ; 450-457 1) Bahan aktif 2) Bahan tambahan a. Antioksidan Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan : 1. Asam askorbat 2. Sistein 3. Monotiogliseril 4. Tokoferol
b.
Bahan antimikroba atau pengawet
1.
Benzalkonium klorida
2.
Benzil alkohol
3.
Klorobutanol
4. Metakreosol 5.
Timerosol
6.
Butil p-hidroksibenzoat
7.
Metil p-hidroksibenzoat
8.
Propil p-hidroksibenzoat
9.
Fenol
c.
Buffer
1.
Asetat
2.
Sitrat
3.
Fosfat
d.
Bahan pengkhelat
1. Garam etilendiamintetraasetat (EDTA) 2. Gas inert 3. Nitrogen 4. Argon e.
Bahan penambah kelarutan (kosolven)
1. Etil alkohol 2. Gliserin 3. Polietilen glikol 4. Propilen glikol 5. Lecithin f.
Surfaktan
1. Polioksietilen 2.
Sorbitan monooleat
g.
Bahan pengisotonis
1. Dekstrosa 2. NaCl
h.
Bahan pelindung
1. Dekstrosa 2. Laktosa 3. Maltosa 4.
Albumin serum manusia
i.
Bahan penyerbuk
1. Laktosa 2. Manitol 3.
Sorbitol
4. Gliserin 3) Pembawa a.
Pembawa air
Menggunakan air untuk injeksi b.
Pembawa nonair dan campuran
a. Minyak nabati a) Minyak jagung b) Minyak biji kapas c)
Minyak kacang
d) Minyak wijen b.
Pelarut bercampur air
a) Gliserin b) Etil alkohol c)
Propilen glikol
d) Polietilenglikol 300 Kesimpulan : komposisi injeksi a. zat aktif merupakan bahan yang memiliki aksi tempentik. b. Bahan tambahan Bahan tambahan yang ditambahkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Bahan
Tujuan tambahan
Contoh bahan
Konsentrasi
tambahan
(%)
dapa Benzolkonium
0,01
tambahan Antimikroba
Pengawet produk
dibutuhkan
parental
dosis
ganda klorida
1-2
untuk menghambat pertumbuhan Benzil alkohol
0,25-0,5
mikroorganisme
0,1-0,3
tidak
sengaja
penggunaan. ditambahkan
yang masuk
Pengawet pada
secara Klorobutanol selama Metakresol dapat Butil produk
parental dosis tunggal yang tidak
P.
0,015 Hidroksi
benzoat Metil P. Hidroksi
disterilisasi akhir sebagai langkah benzoat jaminan
sterilitas,ini
mencegah
0,1-0,2 0,2 0,25-0,5 0,01
untuk Propil P. Hidroksi
pertumbuhan benzoat
beberapa mikroorganisme yang Fenol masuk jika ada ketidakhati-hatian Thimerosal selama pengisian. Antioksidan
Antioksidan
memperthankan Asam askorbat
0,01-0,05
stabilitas
melalui
oksidasi
dan
kemampuan Sistein
habis
secara Monosiogliserol
berangsur-angsur dalam produk
0,1-0,5 0,1-1,0
Natrium bisulfit
0,1-1,0
Natrium
0,1-1,0
metabisulfit
0,05-0,5
tokoferol Buffer
Buffer
digunakan
mempertahankan
pH
untuk Asetot sediaan Sitrat
selama proses dan penyimpanan
Fosfat
1-2 1-5 0,8-2,0
sehingga sediaan tetap stabil Bulking agents
Pengkklat
Bahan
pengkklat
Laktosa
1-8
Manifol
1-10
Sorbitol
1-10
Elisin
1-2
ditambahkan Garam dari asam
0,01-0,05
untuk membentuk kompleks dan
etiloendiamin
dengan demikia logam menjadi tetraasetik (EDTA) inaktif (seperti tembaga, besi dan zink
yang
umumnya
mengkatalisis degradasi oksidatif molekul obat) Pelindung
Pelindung adalah bahan yang Sukrosa
2-5
ditambahkan
2-5
dalam
formulasi Laktosa
untuk
melindungi
hilangnya Maltosa
aktivitas yang disebabkan oleh beberapa
masalah
dihasilkan
melalui
Serumalbumin
2-5 0,5-2
yang proses
pembuatan atau untuk menceah hilangnya
bahan
adsorbsi
aktif
dalamn
melalui proses
pengemasan bahan Bahan
Kelarutan obat dapat ditingkatkan Etilalkohol
1-50
penambahn
melalui
1-50
kelarutan
pemnambah
Surfoktan
penggunaan kelarutan
bahan
Elisorin
melalui Polietiloglikol
1-50
penggunaan pelarut bukan air
Propilenglikol
atau campuran sistem pelarut
Lecithin
0,5-2,0
aktif Polioksietilen
0,1-0,5
Surfoktan
adalah
permukaan untuk
bahan
yang
mendispersi
tidak
larut
dispersikoloid pembentukan
digunakan obat
air dan
Sorbitanmonooleat
1-5
0,05-0,25
yang seperti
mencegah
kristal
dalam
suspensi Bahan
Bahan ini penting untuk pengaute Dektrosa
pengatur
tonisitas sediaan. Larutan yang Natrium klorida
tonisitas
diberikan secara IV harus isotonik
4-5 0,5-0,9
atau
hampir
isotonik,
karena
perubahan tekanan osmotik pada seldarah merah terutama larutan diberikan besar
dalam
dari
100
menyebabkan
jumlah
lebih
ml
dapat
kemolisis
atau
krenasi sel darah merah. Gas inert
Cara
lain
untuk
peningkatan Nitrogen
integritas produk dari obat sensitif argon terhapap oksigen adalah melalui pemindahan udara dalam lerutan dengan
nitrogen
atau
argon.
Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan nitrogen atau argon sebelum pengisian dan dapat sediaan
juga
menyempurnakan
denan
penyegelan
gas
sebelum
c. Pembawa Pembawa dalam larutan injeksi dapat berupa 1) Pembawa iar Air untuk injek (WFI) adalah yang paling luas digunakan sebagai pelarut untuk preparasi parental. Sebagian besar cara untuk memperoleh WFI adalah melalui destilasi dari deionisasii air. Air untuk injeksi harus disiapkan dan disimpan dengan cara yang tapat untuk menjamin kejernihan dan bebas dari pirogen. Selain air untuk injeksi, air bateriostatik juga dapat digunakan, air bakteriostatik tidak digunakan pada wadah yang lebih besar dari 30 ml. 2) Pembawa bukan air dan campuran pembawa. Pembawa bukan air atau sistem campuran pearut air-bukan air dibutuhkan untuk menstabilkan obat yang dapat dihidrolisis air (seperti barbiturat) atau untuk meningkatkan kelarutan (seperti pada diaitoksin). Pelarut atau pembawa bukan air harus disaring dan diuji untuk menjamin bahwa bahan ini tidak menghambat aksi farmakologi, tidak kosik dan tidak meniritasi dan cocok serta stabil dengan semua bahan formulasi. Contohnya
:
propilenglikol.
minyak
babi,
gliserin,
etil
alkohol,
polietilen
glikol,
II.1.6 Syarat – syarat sediaan parenteral a. Parenteral Technology Manual : 11 Rangkuman dari syarat-syarat utama dari produk injeksi : Karena kritikal alami, sediaan parenteral harus disiapkan secara hatihati, mengontrol kondisi lingkungan dan pengemasan untuk menjamin bahwa pada penggunaan produk : a) Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di
bawah
kondisi
yang
kurang
akan
adanya
kombinasi
mikroorganisme (proses aseptik). b) Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya. c)
Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.
b. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 284 Semua bahan-bahan yang dimasukkan ke epidermis tubuh harus bebas dari mikroorganisme, pirogen dan iritasi. Dalam injeksi volume besar, pH dan tekanan osmotik, dan aliran harus secara fisiologi bercampur dengan cairan tubuh. c. Sterile Dosage Forms : 37 1) Sterilitas Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan optalmik dan beberapa dosis medis yang digunakan dalam hubungannya dengan
pemberian
bahan
yang
harus
steril,
bebas
dari
semua
mikroorganisme hidup, kebebasan dari mikoorganisme hidup dijamin pada
awalnya dengan pembuatan produk dengan proses sterilisasi yang sah, kemudian pengemasan produk dalam dalam suatu bentuk yang meyakinkan penyimpanan dari sifat ini. Istilah steril adalah mutlak dan seharusnya tidak pernah digunakan atau betul-betul dipertimbangkan dalam suatu cara relatif baik sebagian atau hampir steril juga diharapkan dalam penanganan berikutnya dari produk selama pemberian, teknik aseptik dan manipulator akan menjamin pengeluaran berlanjut dari mikroorganisme hidup. Teknik aseptik yang tepat untuk penyiapan dan pemberian bentuk sediaan steril akan didiskusikan selanjutnya. 2) Bebas dari bahan partikulat Bahan partikulat mengacu kepada bahan yang bergerak, tidak larut, yang tanpa sengaja ada dalam sediaan parenteral. Kehadiran bahan partikulat dalam sediaan larutan parenteral diperhatikan karena konsep rute pemberiannya. Walaupun rute parenteral dapat menyiapkan lama penyimpanan, penampilan, kebutuhan, dan metode efektif dari pemberian, namun dipercaya bahwa bahan-bahan dari luar yang tidak disengaja dapat berbahaya. Komposisi dari bahan partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam beberapa hal, komposisi ini dari berbagai sumber, mengingat yang lain memiliki sumber khusus tersendiri. Bahan asing yang ditemukan dalam sediaan parenteral meliputi selulosa, serat kapas, gelas, karet, logam, partikel plastik, bahan kimia tidak larut, karet diatomae, ketombe dan sebagainya.
Pengaruh Secara Biologis Kejernihan, atau tidak adanya bahan partikel yang tampak selalu dipertimbangkan
sebagai
persyaratan
untuk
produk
parenteral.
Bagaimanapun, awalnya ini adalah alasan fisiologis misalnya pengaruh larutan terhadap bahan yang tampak terhadap pasien yang menerimanya dalam injeksi akan merupakan gambaran kesimpulan produk yang beredar di pasaran, dengan adanya bahan yang mengapung. Saat gelas ampul mulai terkenal sebagai wadah pengemasan, hal ini dapat dicatat bahwa kemungkinan partikel gelas akan masuk ke dalam larutan saat ampul dibuka. Sumber Bahan partikel dapat masuk dalam larutan parenteral dengan berbagai cara dan sumber : 1.
Larutan itu sendiri dan bahan kimia yang dikandungnya.
2.
Proses pabrikasi dan berbagai variabel seperti lingkungan, peralatan dan personil.
3.
Komponen kemasan dan kandungannya.
4.
Alat dan peralatan yang digunakan saat pemberian produk.
5.
Manipulasi yang melibatkan peralatan produk untuk pemberian sama baiknya dengan lingkungan saat produk tersebut dibuat.
3) Bebas dari Pirogen Sekarang dalam praktek pemberian obat secara parenteral, reaksi piretik sering diamati. Reaksi-reaksi ini antara lain malaise, sakit kepala,
dan peningkatan suhu tubuh (demam). Istilah seperti "sait fever", "protein fever", "serum fever", dan "salvarsan fever", umum digunakan untuk mengartikan reaksi ini. Definisi Pirogen didefinisikan sebagai produk metabolit yang berasal dari mikroorganisme
hidup,
atau
mikroorganisme
mati
yang
dapat
menyebabkan respon demam setelah penyuntikan. Pirogen diproduksi oleh mikroorganisme gram-negatif yang sangat poten. Ekstrak pirogen kering muncul menjadi stabil sepanjang waktu, bahkan larutan yang terpirogenik kehilangan beberapa aktivitasnya sampai beberapa tahun. 4) Kestabilan Dalam perkembangan sediaan steril, perkembangan atau perhatian utama ditujukan pada kestabilan obat. Obat dalam sediaan cenderung menjadi kurang stabil daripada obat dalam bentuk kering. Untuk penggunaan parenteral, suatu larutan atau suspensi dibutuhkan atau berupa faktor kestabilan obat dipertimbangkan secara hati-hati. Pemilihan bahan tambahan membantu dalam peranannya pada kestabilan secara fisika dan kimia. Untuk larutan kestabilan secara fisika memperlihatkan pada
kenampakan
Pembentukan
secara
endapan
fisika
atau
dari
warnanya
produk
saat
biasanya
penyimpanan.
mengindikasikan
ketidakstabilan. Penguraian obat tidak begitu nyata ditunjukkan oleh perubahan secara visual, sutau larutan subpoten dapat tetap jernih dan tidak berwarna.
5) Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah (SDF : 164) Walaupun
diinginkan
bahwa
cairan
intravena
isotonik
untuk
meminimalkan trauma pada pembuluh darah, larutan hipertonik atau hipotonik dapat diberikan dengan sukses. Larutan nutrient hipertonik konsentrasi tinggi digunakan pada hiperalimentasi parenteral. Untuk meminimalkan iritasi pembuluh, larutan ini diberikan secara perlahan dengan kateter pada vena besar seperti subclavian. d. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts : 192 Karena produk parenteral diinjeksikan langsung dalam cairan tubuh dan melewati banyak mekanisme pertahanan tubuh, sediaan ini harus memiliki sterilitas dan spesifikasi pirogen ini membutuhkan perlengkapan khusus dan fasilitas dalam pembuatan. Selanjutnya produk dikurang untuk persyaratan isotonisitas sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman pada penggunaan. e. Scoville’s The Art Of Compounding : 190 Sejak larutan injeksi dimasukkan pada tubuh, ini membutuhkan perhatian
penuh
dalam
preparasi
dengan
efek
samping
tidak
menguntungkan atau reaksi serius lain dihindari. Sediaan ini harus steril dan bebas pirogen dan harus diberikan hanya melalui rute injeksi yang diharapkan.
f.
Encyclopedia Volume II : 201 dan 223-226
a. Parenteral volume besar Semua LVPs dibuat menjadi 1) Steril Semua LVPs harus memiliki persyaratan sterilitas tanpa kompromi. Ini dijamin melalui perlakuan produk awal ke proses sterilisasi valid, dan pengemasan produk dalam bentuk yang menjamin sterilitas selama penyediaan. 2) Non pirogenik Pirogen
atau
endotoksin
bakterial
adalah
metabolik
produk
pertumbuhan mikroba. Ini adalah larut air, lipopolisakarida tidak dapat dirusak melalui uap lembab sterilisasi atau filtrasi. Kontaminasi pirogen pada produk parenteral biasanya berasal dari tiga sumber utama ; air yang digunakan sebagai pelarut, wadah yang kontak dengan larutan yang dimasukkan ke dalamnya selama preparasi, pengemasan, penyimpanan atau pemberian atau bahan kimia yang digunakan dalam preparasi produk. 3) Bebas dari bahan partikulat Bahan pengotor tidak diinginkan, tidak diperlukan, dan secara klinik tidak dibutuhkan untuk terapi. Usaha tetap harus dilakukan untuk menghilangkan sumber dan kejadiannya. Selama penyimpanan, bahan pengotor dapat dihasilkan melalui reaksi sejumlah komponen kimia dalam larutan, reaksi komponen kimia dengan bahan wadah, atau degradasi
larutan. Kontrol dan deteksi bahan pengotor harus jadi perhatian dalam industri farmasi. 4) Dikemas dalam wadah dosis tunggal. 5) Bebas dari pengawet. 6) Volume tidak lebih dari 1000 mL (diterima untuk larutan irigasi). 7) Tonisitas Parenteral volume besar tidak diberikan menjadi isotonik, meskipun banyak di antaranya. Bagaimanapun hipertonisitas dan tonisitas adalah sering menjadi persyaratan untuk keefektifan terapeutik, larutan hipotonis diinjeksi ke dalam sel biologi, air dari produk meresap ke membran sel sebagai usaha untuk menyeimbangkan tekanan osmotik membran, menyebabkan membran sel mengembang dan kemungkinan pecah ; pengembangan ini menghasilkan efek hemolitik yang disebut ‘’hemolisis.’’ Jika larutan hipertonik diinjeksikan ke dalam sel biologis, air meesap dari membran sel ke aliran larutan hipertonik dan menghasilkan penyusutan sel yang disebut ‘’krenasi.’’ Range yang luas dari tekanan osmotik dapat ditoleransi (250-350 mOsm). b. Parenteral volume kecil 1. Sterilitas Steritas adalah mutlak bebas dari kontaminan mikroba. Pencapaian sterilitas mencakup kombinasi dan koordinasi aktivitas dan prosesnya yang bersih dan fasilitas desinfektan, kebersihan dan sterilitas peralatan. Pengemasan dan semua hal yang berhubungan dengan produk, filtrasi
aseptik produk itu sendiri dan sterilisasi akhir produk. Keterangan instalasi daerah Laminar Air Flow (LAF) di mana udara steril diberikan melalui efisiensi tinggi dari filter partikulat udara (HEPA), monitoring lingkungan terfasilitasi, perlengkapan,air, dan personil untuk ketelitian mikrobiologis dan kontrol partikulat, pengembangan pelatihan personal dalam teknik aseptik, validasi proses sterilisasi, pengujian penutup wadah untuk mempertahankan produk steril, dan tersterilisasi untuk produk itu sendiri, tidak hanya untuk menghasilkan produk, tetapi juga sampai waktu hidup produk berakhir. 2. Bebas dari pirogen Pirogen adalah produk metabolik pertumbuhan mikrobial. Diinjeksi dalam jumlah yang cukup pada manusia, pirogen dapat bereaksi dengan hipotalamus otak untuk meningkatkan temperature tubuh. Sebagai tambahan, ini dapat menyebabkan efek samping fisiologis, pada dosis tinggi, kematian. Pirogen adalah kecil, larut air, lipopolisakarida tahan panas yang tidak dapat dirusak oleh uap sterilisasi atau dihilangkan melelui filter membran 0,2 µm. Pencegahan lebih baik dari pembersihan adalah kunci pemusnahan pirogen. Pada dasarnya sumber kontaminasi pirogen pada produk parenteral adalah air. Untungnya pirogen dirusak melalui destilasi. Air digunakan untuk membersihkan wadah dan penutup yang dapat juga jadi sumber pirogen. Bagaimanapun gelas disterilisasi pada panas kering pada temperatur panas (>200°C) cukup untuk merusak pirogen. Penutup karet disterilkan melalui sterilisasi uap yang tidak dapat
merusak pirogen, dan oleh karena itu air digunakan untuk membersihkan penumpukan karet sebagai bebas pirogen.bahan kimia yang digunakan untuk formulasi parentetal harus dikristalisasi menggunakan air bebas pirogen atau pelarut lain. Cara lain yang mungkin, meskipun biasanya tidak praktis memusnahkan kontaminasi pirogen dari produk parenteral adalah menggunakan filter-ultra (> 0,1 µm) untuk menghilangkan unit lipopolisakarida yang sangat kecil. 3. Bebas dari bahan partikulat Bahan partikulas, sebagai kontaminan dalam SVPs menimbulkam masalah dalam kualitas produk dan kemungkinan bahaya klinis meskipun fakta langsung efek samping belum ditemukan. Pada dasarnya sumber bahan partikulat adalah sistem penutup-wadah (gelas dan plastik). Meskipun partikulat daoat murni berasal dari variasi sumber meliputi lingkungan perlengkapan proses, bahan tidak larut, degradasi produk obat, dan personal. 4. Stabilitas Obat dalam SVPs umumnya tidak stabil. Banyak obat karena tidak stabil maka tidak dapat dipasarkan sebagai larutan siap pakai. Obat dengan stabilitas larutan yang cukup membutuhkan variasi formulasi. Pengemasan dan kondisi penyimpanan untuk mempertahankan stabilitas obat selama obat tersedia. Pada dasarnya cara degridasiobat meliputi reaksi oksidasi, dan hidrofilik. Obat dapat juga bereaksi dengan wadah dan bahan formulasi, menghasilkan degradasi fisika dan kimia. Oksidasi
menyerang gugus fungsi membentuk radikal bebas di bawah kondisi pasti yang bereaksi dengan molekul oksigen. Formasi radikal bebas dikatalis oleh beberapa faktor, meliputi cahaya, panas, ion logam, pit, peroksid dan oksigen itu sendiri. Untuk alasan ini, banyak produk SVPs di masukkan dalam wadah anti cahaya, membutuhkan penyimpanan pada ruangan terkontrol
atau
temperatur
rendah,
diformulasi
pada
pH
rendah,
mengandung antioksidan atau bahan pengkhelat, dan diproses dengan penyegelan pada wadah, produk dilapisi dengan gas inert (biasanya nitrogen) untuk menghilangkan oksigen dan wadah. 5. Isotonisitas Parenteral volume kecil harus isotonis dengan darah, airmata, dan cairan biologi lain dalam otot. Jaringan dan cairan spinal di mana produk diinjeksi. Ini berarti bahwa sel biologi mengandung jumlah yang sama dengan partikel larut (dalam larutan) dari larutan injeksi. Jika produk yang diinjeksi mengandung lebih sedikit partikel larut 9larutan hipotonik) daripada yang terkandung dalam sel biologi, air produk akan meresap ke membran sel untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Pada membran sel lainnya, menyebabkan sel mengembang dan mungkin pecah. Dalam darah disebut hemolisis. Jika produk yang diinjeksi mengandung lebih banyak partikel larut 9larutan hipertonik) daripada sel, air dari sel akan melewati membran ke larutan cair hipertonik dan sel menyusut (krenasi). Pada kasus lain, potensi bahaya sel dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan iritasi jaringan. Darah, otot, dan jaringan subkutan dapat
bertahan pada range tekanan osmotik dari larutan injeksi (250-350 mOsm/kg), di mana airmata dan cairan spinal lebih sensitif dengan perbedaan tekanan osmotik dari larutan injeksi. Bagaimanapun, pada prakteknya range osmolaritas SVPs dapat ditoleransi ketika diinjeksikan ke dalam tubuh tanpa masalah yang serius. g. American Pharmacy : 226-227 a. Kelarutan dan kesesuaian bahan-bahan sehingga tidak ada bahan partikulat atau bahan iritan pada produk yang hadir atau terjadi selama penyimpanan. b. Konsentrasi ion hidrogen darn tekanan osmotik sebagai bahan-bahan akan cocok secara biologi dengan jaringan di mana bahan ini diinjeksikan. Pada injeksi volume kecil, pertimbangan tidak begitu penting, pada injeksi volume besar, ini sangat kritis. Darah dapat dengan mudah menetralisasi volume kecil dari injeksi, yang tidak isotonik
atau
isohidronik
tetapi
injeksi
volume
besar
dapat
menyebabkan reaksi fatal. c. Sepenuhnya bebas dari bahan partikulat, kecuali dalam suspensi atau emulsi steril. Pada emulsi steril dan injeksi dan ukuran partikel harus dikontrol secara berhati-hati sehingga tidak mampu membentuk aglomerat. Preparasi seperti ini tidak dapat diinjeksi secara intravena karena berbahaya menyebabkan penggumpalan intravaskular, dan preparasi seperti ini tidak dapat diinjeksi ke dalam kanal spinal.
d. Sterilitas komplit atau mendekati dapat dibedakan melalui metode kontrol yang cukup. Di mana sterilitas dapat dijamin oleh penggunaan panas yang cukup, perlindungan maksimum dari pertumbuhan bakteri (desinfektan kimia) dapat ditambahkan. e. Bebas dari pirogen f. Kecocokan pengobatan dengan wadah (gelas ampul) dan vial, dengan penutup 9biasanya karet atau plastik). h. Dispending Of Medication by King : 165 a.
Sterilitas merupakan ketidakhadiran kontaminasi mikrobial hidup pada
produk parenteral untuk menjamin sterilitas, semua parenteral harus di bawah proses aktif untuk merusak atau memusnahkan mikroorganisme. b.
tekinik aseptik menunjukkan beberapa prosedur atau kondisi proses
yang dirancang untuk memelihara bahan-bahan yang bebas dari kontaminasi selama proses atau penggunaan. Tekinik aseptik dilakukan pada daerah lingkungan yang dikontrol. Teknik aseptik sangat penting dalam
mencegah
kontamiasi
balik
dari
produk
yang
disterilisasi
sebelumnya selama proses lebih lanjut. c. penyiapan campuran IV pirogenitas menunjuk pada adanya penemuan pirogen. Ini berasal dari hasil pertumbuhan mikrobial (endotoksin dan eksotoksin) yang mampu mendatangkan respon pirogen yang tidak diketahui pada manusia, suatu sindrom yang dikarakteristikkan oleh demam dan dingin. Walaupun jarang mengancam hidup, reaksi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, dan
pasien
mungkin
membutuhkan
sedikit
terapi
analgesik-antipiretik.
Meskipun cara yang praktis untuk memusnahkan pirogen dari produk akhir sangat
terbatas,
pirogen
dapat
dikeluarkan
melalui
penggunaan
persediaan depirogenasi, teknik aseptik, dan bahan bebas pirogen. Bahan partikulat dalam parenteral adalah bergerak, bahan tidak larut yang hadir tanpa disengaja. Kontaminasi dapat berasal dari banyak sumber meliputi lingkungan, perlengkapan, persediaan, dan personil. Untuk
menjamin
produk
bebas
partikulat,
proses
pemusnahan
(penjernihan melalui filtrasi) digunakan. i. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts: 192 Karena produk parenteral diinjeksi langsung dalam cairan tubuh dan melewati banyak mekanisme pertahanan tubuh, sediaan ini harus memiliki sterilitas dan spesifikasi pirogen. Ini membutuhkan perlengkapan khusus dan fasilitas dalam pembuatan. Selanjutnya produk dirancang untuk persyaratan isotonisitas sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman pada penggunaan. j.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : 402 Bebas pengawet untuk menghindari toksisitas karena pemberiannya
volume besar. Infus adalah dosis tunggal jadi semuanya harus masuk dalam aliran darah otomatis jumlah atau konsentrasi pengawetnya makin tinggi maka toksisitasnya makin besar. Obat-obat yang diberikan lewat i.v
biasanya harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Kesimpulan : Syarat-syarat injeksi a. Sterilitas Semua sediaan parental harus streril karena sediaan ini diinjeksikan secara langsung kedalam jaringan tubuh. Sterilitas adalah mutlak bebas dari kontaminasi mikroba, kebebasan dari mikroorganisme dijamin dengen pembuatan produk melalui suatu aseptik,
kebersihan
dan
sterilitas
alat-alat
proses teknik
yang
digunakan,
penggunaan desinfektan atau pengawet (untuk dosis ganda, fultrasi aseptik produk maupun sterilisasi akhir produk) b. Bahan pirogen Rieogen didefinisikan sebagai produk metabolir yang berasal dari mikroorganisme hidup atau mikroorganisme mati yang dapat beraksi dengan hipotaemus otak dan dapat menyebabkna respon demam setelah penyuntikan. Pirogen adalah kecil, larut air, lipopolisakarida tahan panas yang tidak dapat dirusak oleh uap sterilisasi atau dihilangkan.
Melalui
filter
membran
O2 dalam
pirogen
dapat
menyebabkan efek samping fisiologis seperti malaire, sakit kepala dan peningkatan suhu tubuh (demam). Isitilah seperti “sait-fever”, “serumfever” dan “salvarsan fever” umumnya digunkan untuk mengaritkan reaksi ini. Dan pada proses dosis tinggi dapat menyebabkan
kematian. Kontaminasi pirogen pada produk parental biasanya berasal dari 3 sumber utama yaitu : 1. Air yang digunakan sebagai pelarut 2. Wadah-wadah
yang
kontak
denan
larutan
selama
preparasi,
pengemasan, penyimpanan atau pemberian. 3. Bahan kimia yang digunakan dalam preparasi produk 4. Pencegahan lebih baik dari pembersihan adalah kunci utama pemusnahan pirogen. Pirogen dapat rusak melalui destilasi, oleh karena itu, penggunaan air bebas pirogen sebagai pelarut ataupun untuk membersihkan alat-alat yang dugunakan diperlukan dalam preparasi sediaan parental. Alat gelas disterilkan pada panas kering pada temperatur pana (>200 oC) cukup untuk merusak pirogen. Sedangkan penutup karet disterilkan melalui sterilisasi uap yang tidak dapat merusak piroen sehingga harus air bebas pirogen digunakan untuk membersihkan penutup karet tersebut. Cara lain yang mungkin meskipun biasanya tidak praktis memusnahkan kontaminasi pirogen dariproduk parental adalah menggunakan filter-ultra (<0,1 µm) untuk menghasilkan unti lipopolisakarida yang sangat kecil. c. Bebas partikulat Bahan partikulat dalam parentaral adalah bererak, bahan tidak larut yang hadir tanpa disngaja. Bahan partikulat dapat masuk dalam larutan parenteral dengan berbagai cara dan sumber :
1. Larutan itu sendiri dan bahan kimia yang dikandungnya 2. Proses
publikasi dan
berbagai variabel
seperti
lingkungan,
peralatan dan personil. 3. Alat dan peralatan yang digunakan saat pemberian produk. 4. Komponen kemasan dan kandungannya. 5. Manipulasi bahan partikulat dalam
preparasi produk seperti
lingkungan dimana produk dpreparasi adanya bahan partikulat suatu sediaan parenteral dapat menimbulkan masalah dalam kualitas
produk
dan
kemungkinan
bahaya
klinis,
seperti
partikulat,
proses
penggumpalan intravaskular pada injeksi intravena. 6. Untuk
menjamin
produk-produk
bebas
pemusnahan (penjerniahan mulalui filtrasi) digunakan selama pembuatan dan pengemasan larutan, lingkungan, personil dan perlengkapan pengisian dapat mengkontribusi atau menghasilkan bahan pertikulat. Lingkungan dan perlengkapan lebih mudah dikontrol dari personel. Identifikasi bahan partikulat berguna dalam menemukan dan menghilangkannya, partikeldengan diameter 50 µm atau lebih dapat dideteksi melalui inspeksi visual untuk partikel yang lebih kecil, teknik instrumen spesial harus digunakan. d. Stabilitas Sediaan steril dalam bentuk larutan umumnya lebih tidak stabil dari bentuk
kering.
membutuhkan
Obat variasi
dengan
stabilitas
formulasi.
larutan
Pengemasan
yang dan
cukup
konolisis
penyimpanan untuk mempertahakan stabilitas obat selama obat tersedia. Pada dasarnya cara degradasi obat meliputi reaksi oksidasi dan hidrofilik. Obat juga dapat bereaksi dengan wadah dan bahan formulasi. Menghasilkan degradasi disikan dan kimia. Oksidasi menyerang gugus fungsi membentuk radikal bebas dibawah kondisi pasti yang bereaksi dengan kondisi oksigen. Formulasi radikal bebas dikatalis oleh beberapa faktor meliputi bahay, panas, ion logampH, peroksial dan oksigen itu sendiri. Untuk alasan ini, banyakproduk SVD dikemas dalam wadah anti cahaya membutuhkan penyimpanan pada ruangan terkontrolatau tempertaur rendah. Arformulasi pada pH rendah mengadung antiosidan atau bahan pengkelat dan diproses dengan penyegelan pada wadah. Produk dilapisi dengan gas inert (biasanya nitrogen) untuk meneghilangkan oksien dari wadah. e. Isotonisitas Parenmteral volume kecil harus isotonis dengan darah, air mata dan cairan biologiion dalam obat, jaringan dan cairan spinal dimana produk diinjeksi. Ini berarti bahwa sel biologi mengandung jumlah yang sama dengan partikel larut (dalam larutan) dari larutan injeksi. Jika produk yang diinjeksi mengadung lebig sedikit partikel larut (larutan hipotonik) daripada yang terkandung dalam sel biologi, air produk akan meresap kemembran sel untuk menyeimbangkan tekanan asmotik pada membran sel lainnya, menyebbkan sel mengembang dan mungkin pecah. Daam darah disebut hemolisis jika produk yang diinjeksi
mengadung banyak partikel larut (larutan hipertonik) dan pada sel, air dari sel akan melewati membran kelarutan cair hipertonik dan menyusut (krenasi). Pasa kasus lain, potensi bahaya sel dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan iritasi jaringan, darah, otoi, dan jarinan subkultan dpaat bertahan pada range tekanan osmotik dari jaringan injeksi (250-300mosm/kg), dimana air mata dan cairan spinal lebih sensitif dengan perbedaan tekanan osmotik dari larutan injeksi. Bagaimanapun juga pada prakteknya range osmolaritas SVP s dapat ditoleransi ketika diinjeksikan kedalan tubuh tanpa maslah yang serius. f.
Isohidris untuk produk parenteral volume besar.
g. Bebas dari pengawet untuk sediaan dosis tunggal, sedangkan untuk dosis ganda dapat menggunakan pengawet antimikroba untuk mecegah kontaminasi selama penggunaan produk. II.1.7 Pewadahan Sediaan Parenteral 1. Scoville’s: The Art of Compounding ; 200-207 Ada 2 tipe utama wadah untuk injeksi, yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis tunggal yang sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya adalah 1-100 mL. Pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum. Kapasitas vial serum 1-50 mL, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran ukuran dari 75-100 mL dan memiliki mulut besar
/ lebar dimana ditutup dengan penutup karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 mL, digunakan untuk cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis, larutan Ringer’s dan dekstrosa Wadah sebaiknya selalu diisi dengan volume larutan yang lebih besar dari 50,0 mL, ini perlu karena beberapa larutan akan selalu melekat pada sisi wadah dan tidak dapat terpisah, khususnya ketika penggunaan vial silikon. Penggunaan vial dan ampul sebelumnya dibuat dengan silikon membuat pergerakan lebih mudah karena cairan dengan vial tidak basah dan bebas dari sini. Sejumlah besar larutan perlu untuk menambah akan mengubah ukuran wadah dan viskositas larutan. 2. Encyclopedia : 231 a.
Gelas Gelas digunakan untuk sediaan parenteral, dikelompokkan dalam
tipe I, II, dan tipe III (tabel). Tipe I adalah mempunyai derajat yang paling tinggi,
disusun
hampir
ekslusif
dan
borosilikat
(silikondioksida),
membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan basa yang ekstrim. Gelas tipe I meskipun yang paling mahal ini lebih disukai untuk produk
terbanyak
yang
digunakan
untuk
pengemasan
beberapa
parenteral. Gelas tipe II adalah gelas soda-lime (dibuat dengan Natrium sulfit dan sulfida untuk menetralisir permukaan alkalioksida), sebaiknya gelas tipe II tidak dibuat dari gelas soda-lime. Gelas tipe II dan III digunakan untuk serbuk kering dan sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe dapat digunakan untuk produk dengan pH dibawah 7,5 sebaik
sediaan asam dan netral. USP XXII memberikan uji untuk tipe gelas yng berbeda. Formulator harus mengetahui dan sadar bahwa masing-masing tipe gelas berbeda dan level bahan tambahannya (boron, sodium, potassium, kalsium, besi dan Hg) yang berefek terhadap sifat kimia dan fisika. Oleh karena itu, formulator sebaiknya mempunyai semua informasi yang diperlukan dari pembuatan gelas adalah konsistensi dari data batch dan spesifikasi ari bahan tambahan adalah konsistensi yang diteruskan. Gelas untuk parenteral volume kecil Batas Tipe I II III IV
Defenisi Umum
Test USP
Ukuran (mL)
mL 0,02 N asam
Paling resisten, Gelas serbuk Semua, 100/krg 1,0/0,17 gelas bersilikat Gelas yang dibuat Attack water Lebih 100 0,2 dari soda-lime Gelas soda-lime Gelas serbuk Semua 8,5 Gelas soda-lime Gelas serbuk Semua 15,0 tujuan umum Wadah gelas amber digunakan untuk produk yang sensitif terhadap
cahaya. Warna amber dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan untuk formulasi gelas. Namun demikian, dapat lepas ke dalam formulasi dan mempercepat reaksi oksidasi. b.
Karet Formulasi karet digunakan dalam sediaan parenteral volume kecil
untuk penutup vial dan catridge dan penutup untuk pembedahan. Formulasi ini, betul-betul kompleks. Tidak hanya mereka mengandung basis polimer karet, tetapi juga banyak bahan tambahan seperti bahan
pelunak, vulkanishing, pewarna, aktivator, percepatan, dan antioksidan. Banyak bahan-bahan tambahan ini tidak dikarakteristikkan untuk isi dan pemurnian dan dapat bersumber dari masalah degradasi fisika an kimia dalam produk parenteral. Seperti gelas, formulator harus bekerja dengan tertutup dengan pembuat karet untuk memilih formulasi karet yang tepat dengan spesifikasi yang tepat dan karakteristik untuk mempertahankan kestabilan produk. Paling banyak polimer produk digunakan dalam penutup sediaan parenteral volume kecil adalah alami dan butil karet dengan silikon dan karet neopren digunakan jarang. Butil karet lebih disukai karena diinginkan sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan uap air rendah. Oleh karena itu, baik untuk serbuk kering steril sensitif terhadap kelembaban dan sifat sederhana dengan penghormatan penyerapan gas dan reaktivitas dengan produk farmasetik. Masalah dengan penutup karet termasuk lepasnya bahan ke dalam produk. Penyerapan bahan aktif atau pengawet antiikroba oleh elastomer dan
coring
karet
untuk
pengulangan
mesersi
benang.
Coring
menghasilkan partikel karet yang berefek terhadap kualitas dan keamanan potensial produk. Silikanisasi
penutup
karet
adalah
umum
digunakan
untuk
memfasilitasi pergerakan karet melalui peralatan sepanjang proses dan peletakan ke dalam vial. Akan tetapi, silikon tidak bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak yang luas biasanya dengan karet
tersilikonisasi dapat menghasilkan agregasi protein. Pembuatan elastomer mempunyai
perkembangan
formulasi
yang
tidak
menginginkan
penggunaan silikon untuk menggunakan dalam operasi produk kecepatan tinggi. c.
Plastik Pengemasan plastik adalah sangat penting untuk sediaan mata yang
diberikan oleh botol plastik fleksibel, orang yang bersangkutan memeras untuk mengeluarkan tetesan larutan steril, suspensi dan gel. Wadah plastik parenteral, volemu kecil lain produk mata m enjadi lebih luas dipakai karena pemeliharaan harga, eliminasi kerusakan gelas dari kenyamanan penggunaan. Seperti formulasi karet , formulasi plastik dapat berinteraksi dengan produk, menyebabkan masalah fisika dan kimia. Formulasi plastik adalah sedikit kompleks daripada dan cenderung mempunyai potensial lebih rendah untuk bahannya. Paling umum digunakan plastik polimer untuk sediaan mata atau polietilen densitas rendah. Untuk sediaan parenteral volume kecil yang lain, formulasi poliolefin lebih luas digunakan sebaik polivinil klorida, polipropilen, poliamida (nilon), polikarbonat dan kopolimer (spt etilenvinilasetet).
Sediaan parenteral volume kecil Tipe
Bahan Tambahan
Penyerapan Uap Air
Butil
Sederhana
Rendah
Reaksi Potensial Dengan Produk Sederhana
Natural
Tinggi
Sederhana
Tinggi
Neupren
Tinggi
Sederhana
Tinggi
Polisopren
Tinggi
Sederhana
Sederhana
Silikon
Sederhana
Sangat tinggi
rendah
d.
Kontainer / Wadah Tipe yang paling umum yang digunakan untuk sediaan parenteral
volume kecil adalah gelas atau vial polietilen dengan penutup karet dan besi. Gelas ampul digunakan paling banyak untuk sistem pengemasan parenteral volume kecil, tetapi jarang digunakan sekarang masalah partikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-masing pembedahan dan wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan penggunaan karena kenyamanan mereka dibanding vial dan ampul. Vial dan ampul menginginkan kemunduran produk kemasan. Injeksi, sebaliknya produkproduk dalam pembedahan dan catridge adalah siap untuk diberikan keduanya diberikan untuk parenteral volume besar (LVP). Wadah plastik digunakan untuk penggunaan produk mata. Salep dengan tube logam digunakan untuk kemasan salepmata steril. 3.
American Pharmacy ; 230-231 Wadah terdiri dari 2 tipe umum yaitu ampul dan vial. Yang pertama
merupakan wadah gelas silindris tertutup pada bagian ujung, dan penutup
untuk memanjangkan leher pada yang lain. Setelah pengisian, leher ditutup dengan penggunaan panas. Vial adalah wadah gelas berbentuk botol kecil ujung ditutup dengan karet
atau
penutup
plastik
yang
kemudian
biasanya
diletakkan
ditempatnya dengan segel logam. Dalam semua hal, gelas harus bening dan berwarna terang supaya produk dapat diperiksa dengan penglihatan. Semua golongan gelas tidak cocok untuk pembuatan ampul dan vial dosis ganda. Pada kedudukan kontak lama dengan larutan aqueous, gelas harus menjadi hasil angka yang cukup pada kelarutan silikat untuk mengizinkan pemuatan kristal halus. Proses ini dikenal dengan “silication” yang dipandang sangat tidak diizinkan dalam preparasi sediaan injeksi. Tipe gelas lain akan menghasilkan sedikit besi atau elemen lain yang dapat menyebabkan diskolasi atau presipitasi konstituen aktif. Untuk alasan ini, antara dua United State Pharmacopeia dan National Formulatory setuju pada standar untuk 4 tipe gelas yang disebut tipe I-IV. Untuk tiap preparasi steril, tipe wadah telah direkomendasikan. Wadah tipe I adalah yang berkualitas paling baik, yang dapat digunakan untuk banyak preparasi parenteral. Wadah tipe II kapasitasnya tidak bisa lebih dari 100 mL dan setelah pengisian tidak bisa disterilisasi dengan panas. Wadah tipe III, terdiri dari berbagai ukuran, tapi tidak bisa disterilsasi dengan panas setelah pengisian. Wadah tipe IV, dibuat dari gelas soda-lime dan lebih dari 100 mL kapasitasnya. Wadah ini biasanya digunakan oleh sebagian besar cairan.
Jadi, wadah tipe I dan IV digunakan dalam produk akan diautoklaf. Wadah tipe I dapat dilakukan pengulangan autoklaf. 4.
Modern Pharmaceutics ; 470-471 Komponen wadah dari produk parenteral dipertimbangkan dengan
bagian produk karena dapat menyebabkan efek dramatik stabilitas produk, potensi, dan keamanan. Bentuk dosis parenteral, yang terutama larutan, biasanya dibutuhkan lebih lagi evaluasi detail komponen pewadahan untuk kompabilitas produk dan stabilitas daripada perlakuan bentuk dosis farmasetik lain. Komponen wadah umum yang langsung berhubungan dengan produk mencakup beberapa tipe gelas, karet, plastik, dan stanless steel sted (jarum suntik), semua itu dapat bereaksi dengan obat. Pemeliharaan kemurnian mikrobiologis dan stabilitas produk, adaptabilitas untuk pemeriksaan dan operasi produksi, resisten pada
kerusakan
dan
kebocoran
dan
penggunaan
klinis.
Yang
menyenangkan adalah faktor yang harus dievaluasi, saat memilih wadah. Pewadahan parenteral meliputi ampul (gelas-segel), karet berpenutup vial dan botol, tas plastik dan botol, gelas dan spoit plastik dan spoit berkombinasi vial. Wadah gelas mempunyai sifat yang dapat diterima secara luas untuk produk parenteral karena “relatif inertnessnya”. Pada tahun baru-baru ini, rumah sakit memilih utnuk dosis unit dan pemeliharaan klinis memberi hasil pada peningkatan pewadahan produk dalam spoit yang dapat dibuang dan pengembangan polivinilklorida, poliester, dan wadah plastik untuk intravena cairan. Sistem pewadahan ,
seperti wadah plastik dua ruang dan add vomtage, dikembangkan untuk mengkombinasi campuran obat dan larutan yang tidak stabil. Beberapa antibiotik yang tidak stabil dalam larutan sekarang tersedia, sehingga prosuk
frosen
dalam
wadah
plastik.
Sistem
ini
ditandai
untuk
pemeliharaan efisiensi biaya sama seperti minimalisir kontaminan potensial ketika penyediaan sediaan. 5.
Dispending Of Medication by Martin : 980
1) Gelas Gelas dibuat silicon dioksida dikombinasikan dengan jenis bahan tambahan yang mengubah sifat fisika dan kimia seperti titik lebur perluasan koefisien termal, warna, transparansi, dan reaksi kimia. Tipe gelas U.S.P dihubungkan dengan reaktivitas kimia gelas seperti kadar alkali yang dibebaskan gelas oleh air dalam tes gelas dua. Tes serbuk gelas dilakukan sampel dasar gelas dan uji air pelindung pada wadah lengkap. Gelas borosilikat melepas sedikit bahan alkali dalam air daripada gelas soda lime yang mengandung relatif tinggi bahan natrium, kalsium dan oksida. Wadah gelas dibentuk pada etakan peleburan gelas atau dibentuk dari gelas tabung. Prosedur akhir menghasilkan bahan pencair, lebih seragam tetapi
prosedur
cetak
menghasilkan
wadah
penampakannya penampakannya karena perbedaan cetakan.
yang
lebih
seragam
Tipe-Tipe Gelas
Tipe
Deskripsi Umum
I
Batasan Tipe Tes mL dari 0,02N Ukuran(mL) asam Gelas serbuk Semua 1,0
Paling resisten, gelas borosilikat II Gelas Perlindungan 100 atau dibuat dari air kurang soda lime lebih 100 III Soda lime Gelas serbuk Semua IV Gelas soda Gelas serbuk Semua lime-tujuan umum 2) Plastik
0,7 0,2 8,5 15,0
Unit struktur dasar plastic adalah polimer linear, biasanya hidrokarbon
tersaturasi,
kadang-kadang
memiliki
satu
atau
lebih
penggantian hydrogen dengan halide, seperti klorin pada polivinil klorida. Sebagian besar plastic secara selektif memperbolehkan penerimaan molekul kimia dan banyak yang permeable terhadap gas. Karena melebur pada temperature tinggi, hanya sedikit yang dapat disterilkan pada pemanasan autoklav. Banyak plastic mengandung bahan tambahan seperti bahan pengenyal, antioksidan bahan antistatic dan lubrikan yang kemudian dilepaskan dari plastic ke dalam produk. Polimer yang sering digunakan untuk wadah meliputi : polietilen density tinggi dan wadah polivinil lkorida, propilen, dan polikarbonat.
6. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts ; 193 Produk parenteral tersedia dalam beberapa wadah yang berbeda. Masing-masing dibuat dengan maksud yang spesifik. Contohnya ampul, adalah wadah gelas silinder dosis tunggal dengan sebuah leher jepit yang rusak sekali pakai, tersedia dari ukuran range dari 0,5-1000 mL, ampul dengan alasan apapun tidak dapat disimpan sehabis dibuka wadah dosis tunggal lain spoit “diisi lebih dulu” yang dapat dibuang (siap pakai) dan botol bulat lebar dan penutup karet berisi 500-1000 mL cairan intravena (seperti dekstrosa, dll). Vial dosis ganda yang seperti namanya secara tidak langsung, adalah menunjukkan untuk penarikan isi banyak, merupakan jenis lain wadah dengan penutup karet untuk produk parenteral. Pada waktu menggunakan spoit dan jarum suntik digunakan untuk menyuntikkan udara sama dengan volume cairan yang ditarik. Ini mencegah formasi vakum yang akhirnya mengaspirasi kontaminasi bahan dari luar vial. Karena masalah stabilitas dan kemungkinan kontaminasi penggunaan dosis ganda, USP membatasi ukuran vial dosis ganda sampai 30 mL dan selanjutnya diharuskan bahwa larutan birisi pengawet antimikrobial (spesifikasi tidak diperlukan dalam produk dosis tunggal). 7.
Sterille Dosage Form ; 299 Produk parenteral dikemas dalam ampul, vial, botol, tas plastik, dan
alat suntik sekali pakai. Meskipun pda penggunaan lama, gelas ampul
mempunyai
sedikit
keuntungan
dibanding
unit
pengemasan
lain
karenanya dirancang untuk satu kali penggunaan. 8. Dispending Of Medication by King : 980 1. Gelas Gelas dibuat silicon dioksida dikombinasikan dengan jenis bahan tambahan yang mengubah sifat fisika dan kimia seperti titik lebur perluasan koefisien termal, warna, transparansi, dan reaksi kimia. Tipe gelas U.S.P dihubungkan dengan reaktivitas kimia gelas seperti kadar alkali yang dibebaskan gelas oleh air dalam tes gelas dua. Tes serbuk gelas dilakukan sampel dasar gelas dan uji air pelindung pada wadah lengkap. Gelas borosilikat melepas sedikit bahan alkali dalam air daripada gelas soda lime yang mengandung relatif tinggi bahan natrium, kalsium dan oksida. Wadah gelas dibentuk pada etakan peleburan gelas atau dibentuk dari gelas tabung. Prosedur akhir menghasilkan bahan pencair, lebih seragam tetapi
prosedur
cetak
menghasilkan
wadah
yang
lebih
seragam
penampakannya karena perbedaan cetakan. Tipe-Tipe Gelas
Tipe I
II
Deskripsi Umum
Batasan Tipe Tes mL dari 0,02N Ukuran(mL) asam Gelas serbuk Semua 1,0
Paling resisten, gelas borosilikat Gelas Perlindungan 100 atau dibuat dari air kurang soda lime lebih 100
0,7 0,2
III IV
2.
Soda lime Gelas serbuk Semua Gelas soda Gelas serbuk Semua lime-tujuan umum Plastik
8,5 15,0
Unit struktur dasar plastic adalah polimer linear, biasanya hidrokarbon
tersaturasi,
kadang-kadang
memiliki
satu
atau
lebih
penggantian hydrogen dengan halide, seperti klorin pada polivinil klorida. Sebagian besar plastic secara selektif memperbolehkan penerimaan molekul kimia dan banyak yang permeable terhadap gas. Karena melebur pada temperature tinggi, hanya sedikit yang dapat disterilkan pada pemanasan autoklav. Banyak plastic mengandung bahan tambahan seperti bahan pengenyal, antioksidan bahan antistatic dan lubrikan yang kemudian dilepaskan dari plastic ke dalam produk. Polimer yang sering digunakan untuk wadah meliputi : polietilen density tinggi dan wadah polivinil lkorida, propilen, dan polikarbonat. Kesimpulan : Pewadahan Sediaan Parenteral 1. Plastik 2. Gelas Secara prinsip disusun dari silikon dioksida atau bahan seperti Na, K, Ca, Mg, Al, Ba dan Fe
Adapun tipe – tipe gelas berdasarkan USP a. Tipe I yang disusun oleh silikon dioksida dan baron dioksida, cocok untuk semua produk walaupun kadang – kadang tidak bisa digunakan sulfur dioksida. Biasa disebut borosilikat gelas. b. Tipe II (Gelas soda Lime) Disusun oleh sodium oksida dan kalsium oksida dalam konsentrasi tinggi. Tipe II cocok untuk larutan yang memiliki pH di bawah 7 c. Tipe III (Soda Lime) Soda dengan tipe II tapi lebih banyak kandungan migratory oksidanya. Digunakan untuk larutan anhidrat atau bahan – bahan kering. d. Tipe IV Gelas soda lime yang tidak bisa digunakan sebagai wadah sediaan parenteral.
II.1.8 Definisi Ampul 1. Scoville’s The Art Of Compounding :201 Ampul adalah wadah gelas yang tertutup rapat biasanya dalam dosis tunggal padat atau larutan obat jernih atau suspense halus yang ditujukan untuk penggunaan parenteral. 2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 287 Ampul adalah wadah gelas yang disegel kedap udara merupakan dosis tunggal pada pengobatan. 3.
Pengantar Bentuk Sediaan Farnasi : 246 Wadah dosis tunggal adalah wadah yang dikemas kedap udara
dengan kualitas obat steril yang digunakan untuk penggunaan parenteral sebagai dosis tunggal dan ketika dibuka dapat disegel kembali dengan jaminan sterilitasnya masih tetap dijaga. 4. American pharmacy : 230 Ampul merupakan wadah gelas silindris bertutup pada bagian akhir dari penutup untuk memanjangkan leher pada bagian lain. Setelah pengisian, leher ampul ditutup melalui penggunaan panas. 5. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts : 193 Ampul adalah wadah gelas silindris dosis tunggal dengan sebuah leher jepit yang rusak sekali pakai. Tersedia pada ukuran range 0,5100ml. ampul tidak bisa disimpan setelah dibuka.
6. Pharmaceutical practice : 249 Gelas ampul merupakan wadah berdinding tipis dibuat dalam tipe I gelas dengan borosilikat. Injeksi dikemas dalam gelas ampul kemudian disegel panas. 7. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy , Third Edition : 1354 Ampul dimaksudkan untuk sebagai wadah yang kedap udara untuk suatu dosis tunggal obat sempurna menghalangi tiap perubahan antara isi ampul yang disegel dengan lingkungannya. 8. Textbook Of Pharmaceutic : 557 Ampul adalah wadah gelas tipis dosis tunggal dengan kapasitas dari 0,5 – 50 ml Kesimpulan: Ampul adalah wadah gelas silindir berdinding tipis yang memiliki leher jepit yang rusak sekali pakai (9,13,17,20,23,24,)dan digunakan untuk dosis tunggal (2,3,13,17,20,23) dengan volume berkisar antara 0,5-100 ml pada keadaan tertentu (3,17) yang kedap udara dan tertutup rapat sehingga mengurangi kontaminasi lingkungan dengan isi ampul.(2) II.1.9 Cara pengisian ampul 1. Scoville’s The Art Of Compounding : 206 Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus dikeluarkan dari
ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan pengotoran jika ampul disegel. 2. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy Phar macy , Third Edition: 1343 Suatu cairan bisa dibagi lagi dari suatu wadah baik sampai wadah masing-masing dosis dengan lebih mudah dan lebih seragam daripada suatu zat padat dicapai dengan mesin berkemampuan kineja ringan, tetapi cairan kental, lengket atau memiliki kerapatan tinggi membutuhkan mesinmesin yang jauh lebih kasar (tidak rata) untuk menahan tekanan yang dibutuhkan untuk mendispersikannya. 3. American pharmacy : 223 Pengisian ampul atau vial dilakukan melalui alat mekanis yang dirancang untuk tujuan ini. Tanpa memperhatikan bentuknya, alat ini hadir kembali. Alat ukur diletakkan pada jarum suntik hipodermik atau serupa pipa logam kecil dimana cairannya tidak dimasukkan kedalam wadah melalui leher. Terkadang alat ini terdiri dari Luer-type Syringe diletakkan pada jalan katup dan sebuah jarum suntik. Selama pengisap Syringe ditarik kembali tuang pengisi cairan ditarik dari wadah besar, ketika pengisap mengubah arah katup utama larutan stock menutup dan cairan dipaksa mengisi pipa didalam ampul. 4. Textbook Of Pharmaceutic : 558 Untuk penggunaan ampul dipatahkan pada bagian leher dan segel dilepaskan secara hati-hati untuk mencegah pertahanan gelas yang rusak
kedalam sediaan. Leher ampul yang panjang cukup memberikan pengaruh kuat jika ampul terbuka. Sterilisasi awal tidak esensial jika kandungan dihubungkan dengan proses pemanasan akhir setelah penyegelan, tapi jika kandungan termolabil, ampul kosong harus disterilkan setelah diisi. Harus diingat bahwa ampul harus kering. Lebih baik untuk mensterilkan dalam udara panas oven. Tapi jika digunakan untuk larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf. Untuk botol kecil, pengisian dilakukan dengan spoit, sedangkan untuk batchyang agak besar pengisian menggunakan buret dan jarum hypodermis yang tertutup dengan kap yang biasa digunakan. Leher ampul sangat baik sangat baik disegel dengan pembakar Twin-Jet. Pada skala besar, mesin pengisian otomatis,penyegelan,pelebelan otomatis,penyegelan, pelebelan dibutuhkan. 5. Remington’s Pharmaceutical Science 18 Science 18th Edition :1561 Meskipun banyak alat yang tersedia untuk pengisian wadah dengan cairan ini dilakukan untuk pengisian berulang. Volume cairan melewati lubang pipa pengisi yang dimasukan kedalam wadah. Ukuran pipa pengisis bervariasi dari dari 20 gauge jarum hipodermik hingga pipa setengah ½ m atau lebih dalam diameter. Ukuran memberikan perbedaan karateristik fisik cairan, kecepatan pengisian yang diinginkan dan diameter isi leher wadah. Pipa harus masuk dalam leher dan mengantarkan cairan masuk ke dalam leher, mencegah penumpahan, memperbolehkan pengisian yang cukup untuk mengeluarkan udara meninggalkan wadah sehingga cairan masuk. Pipa pengisian sebesar diameter mungkin dapat
memberikan hambatan akhir cairan. Untuk cairan volume kecil, pengisian mungkin dihasilkan dari tembakan penyedot alat semprot dan penyaluran cairan bergerak. Alat pengisap digunakan untuk cairan yang viskositasnya besar. Mekanisme lain meliputi putaran baik pada leher corong/gabungan karet diafragma, untuk volume besar, jumlah pengisian diukur dalam wadah melalui tekanan isi dalam wadah, kekuatan yang diberikan untuk memindahkan cairan yang diberi melalui gravitasi, tekanan pompa/pompa vakum. 6.
Dispensing of Medication by Medication by Martin : 992 Operasi pengisian dapat dilakukan perlengkapan yang relative
sederhana pada skala kecil, menggunakan Syringe hipodermik diletakkan pada penggerak. Alat ini memindahkan pengisap dan volume cairan secara teratur kedalam unit wadah. Kecepatan tinggi perlengkapan otomatis dapat mengisi sebanyak 300 atau lebih mudah setiap menit. 7.
Dispending of Medication by Medication by King : 185 Operasi pengisian dapat dilakukan perlengkapan yang relative
sederhana pada skala kecil, menggunakan Syringe hipodermik diletakkan pada penggerak. Alat ini memindahkan pengisap dan volume cairan secara teratur kedalam unit wadah. Kecepatan tinggi perlengkapan otomatis dapat mengisi sebanyak 300 atau lebih mudah setiap menit.
Kesimpulan : Cara Pengisian Ampul 1.
Cairan (3,4,9,15,16) Pengisian wadah volume kecil dapat dilakukan dengan sebuah alat
semprot hipodermik dan jarum suntik, cairan ditarik dengan alat semprot dan diletakkan melalui jarum suntik kedalam wadah sampai dibawah leher ampul. Jarum harus dikeluarkan dari ampul tanpa terjadi penetesan larutan pada dinding ampul. 2.
Padatan (3,4,9,15,16) Beberapa padatan steril dibagi kembali dalam wadah dengan cara
menimbang secara sendiri-sendiri. Sebuah skop biasanya digunakan untuk membantu dalam memperkirakan jumlah yang dibutuhkan, tapi jumlah yamg diisi pada wadah akhir ditimbang pada neraca. Cara ini prosesnya lambat, ketika padatan diperoleh dalam bentuk granula sehingga aliran lebih mudah. Metode pengisian lain dapat digunakan. Pada umumnya ini meliputi ukuran dan volume, material granular yang telah dikalibrasi dengan massa berat yang diinginkan pada mesin, sebuah lubang teratur dalam lingkungan roda diisi dengan vakum dan isinya ditarik oleh vakum hingga lubang terbalik dibagian atas wadah. Bahan padat kemudian dikeluarkan kedalam wadah melalui penggunaan udara steril.
II.1.10 Cara penyegelan ampul 1. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy , Third Edition : 671 Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup. 2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics : 287 Ampul dapat disegel secara manual melalui penggunaan api sumbu dibawah ujungnya dan tarik ujungnya melalui sentuhan dengan tangkai gelas. Gelas yang kuat dihasilkan dengan peleburan disekitar butiran dan segel dari ampul. Untuk menghasilkan segel pad a ampul dapat digunakan pasipyer untuk menyegelnya. Dimana ini dilatakkan ditengah dan diputar dalam api penyegelan sampai ujung gelas melebur dan membentuk manik penyegelan. 3. Scoville's:The Art of Compounding : 209 Ampul disegel melalui pemutaran secara lambat dan teratur, ujung ampul pada ujung nyala api sekitar 3 in panjang hingga gelas melebur bersama dan penyegel terbuka. Operator harus yakin bahwa gelas melebur dan dialirkan bersama membentuk massa padat dan tidak adsa kapilaritas bagian tengah yang dapat menyebabkan kebocoran isi. Jika
ampul yang ditinggalkan pada api terlalu panjang atau jika api terlalu besar sehingga isi panas, tekanan akan dihasilkan dalam ampul menyebabkan gelombang dibentuk pada peleburan galas. Gelombang dihindari karena dapat merusak penyegelan, dan selalu melemahkan segel. Metode penyegelan lain adalah membentuk ujung peleburan gelas melalui gunting tank khusus atau batang gelas membentuk terusan tube. Saat leburan gas dibentuk, terusan tube dirusak dan ujung kecil pada ampul dengan mudah disegel dan diakhiri pada api. 4.
American pharmacy : 233 Meskipun ampul dapat disegel melalui pemutaran leher panjang
pada api Bunsen biasa, cara ini lambat dan tidak menghasilkan segel yang baik. Kecepatan penyegelan dapat ditingkatkan melalui penggunaan hembusan alat pembakar atau seragam alat pembakar pada titik rendah dibawah ujung dan dilepas ujung ekstra, gelas dengan gunting tang atau melalui penyentuhan dengan batang gelas dan meninggalkannya. Tali gelas yang dihasilkan akan mencair kelingkaran manik-manik dan membentuk segel. Penyegelan otomatis dapat menggunakan prinsip yang sama. Jet halus dari api mengenai permukaan ujung gelas dari beberapa arah, melebur gelas secara merata dan memperbolehkannya terbentuk bersama dengan lingkaran manik-manik segel. Pada beberapa model, ujung ampul disentuh melalui pemanasan api yang merusak. Permukaan
cukup panjang membantu membentuk segel. Dalam hal lain, isi ampul harus dimasukkan dengan perhatian bahwa tidak ada sisa tetesan pada leher ampul selama penyegelan, beberapabahan akan menyebabkan karbonisasi dan penghitaman ampul pada titik penyegelan. Kejadian seperti ini tidak terjadi ketika alat pengisian otomatis digunakan karena alat ini dapat diatur dengan ketelitian yang tinggi dalam ukuran dan posisi pengisian. 5. Dispending of Medication by Martin : 993 Sesegera mungkin setelah pengisian selesai, unit pengemasan secara individual ditutup (disegel). Untuk ampul ini meliputi f usi temperatur tinggi dari gelas untuk segel pembuka pada wadah. Untuk cartridge, vial dan botol meliputi penyisipan/pemberian tutup karet. Langkah ini dilakukan oleh mesin otomatis. Untuk menjamin bahwa penutup karet tidak tercabut dari wadah, sebuah tutup aluminium biasanya melindungi disekeliling penutup dan bibir wadah memberikan segel tutup yang padat. 6. Dispending Of Medication by King : 185 Sesegera mungkin setelah pengisian selesai, unit pengemasan secara individual ditutup (disegel). Untuk ampul ini meliputi f usi temperatur tinggi dari gelas untuk segel pembuka pada wadah. Untuk cartridge, vial dan botol meliputi penyisipan/pemberian tutup karet. Langkah ini dilakukan oleh mesin otomatis. Untuk menjamin bahwa penutup karet tidak tercabut dari wadah, sebuah tutup aluminium biasanya melindungi disekeliling penutup dan bibir wadah memberikan segel tutup yang padat.
7. Remington's Pharmaceutical Science, 18th ; 1563 Wadah yang telah diisi disegel sesegera mungkin untuk mencegah isi dikontaminasi oleh lingkungn. Ampul disegel melalui peleburan bagian leher gelas. Dua tipe penyegelan yang dilakukan pada umumnya; tiap seals (segel-tutup) atau puul-seals (segel-tarik). Tiap seals (segel-tutup) dibuat melalui peleburan gelas secukupnya. Pada bagian ujung leher ampul membentuk butir-butir atau manik-manik dan tutup terbuka. Ini dapat dibuat lebih cepat pada temperatur tinggi api gas oksigen. Untuk menghasilkan manik-manik yang seragam, leher ampul harus dipanaskan secara teratur pada semua sisi. Ini mungkin disempurnakan dengan membakar sisi berlawanan dari ampul tak bergerak atau melalui pemutaran ampul pada api tunggal. Perhatian diperlukan untuk mengatur suhu api dan jeda pemanasan memperoleh penutupan sempurnadari pembuka dengan manik-manik gelas. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan pemuaian gas dalam ampul melawan segel manik halus dan menyebabkan penggelembungan bentuk. Jika ini meledak, ampul tidak lama disegel. Jika tidak, dinding gelembung akan menipis dan pecah.
Pemanasan yang tidak cukup akan menyababkan kapilaritas
kebagian tengah manik-manik. Sebuah segel ampul yang tidak sempurna akan menyebabkan “kebocoran”. Pull-seals (segel-tarik) dibuat melalui pemnasan leher ampul dibawah ujung. Sisia ujung yang sisa untuk memegang dengan gunting tang atau mekanis lain. Ampul diputar pada api dari alat pembakar tunggal. Ketika gelas ditembakkan, ujung dipengan
kuat dan ditarik dengan cepat dari badan ampul yang berlanjut kepemutaran. Jika tali pipa kecil terbentuk, pemutaran dihentikan. Kesimpulan : Ada 2 cara penyegelan ampul 1.
Segel tutup (2,3,4,9) Segel tutp dibuat dengan cara memanaskan pada api tunggal bagian
ujung ampul yang terbuka hingga melebur dan membentuk tutup pada bagian yang terbuka tersebut. 2.
Segel tarik (2,3,4) Segel tarik dibuat dengan cara memanaskan bagian atas leher ampul
yang diputar pada api tunggal ketika gelas telah melebur, ujungnya dijepit kuat dan ditarik dengan cepat dari badan ampul dengan menggunakan penjepit tang/pinset sehingga terbentuk segel II.1.11 Uji Kebocoran 1. Dispensing of Medication by Martin : 992 a.
Wadah untuk injeksi harus disegel rapat-rapat untuk mempertahankan integritas produk. Ini jelas isi ampul dapat keluar, kontaminasi dapat masuk. Uji untuk kebpcoran wadah yang relative sederhana dilakukan pada semua gelas ampul. Prosedur biasa adalah merendam ampul dalam larutan air bercat, seperti larutan 1% metilen biru dan kemudian memindahkan chamber, jika wadah tidak disegel rapat-rapat, ketika vakum dilepaskan, cat tertarik kedalam wadah. Setelah pencucian dari luar, cat akan terlihat.
b. Dispending of Medication by King : 1193 Wadah untuk injeksi harus disegel rapat-rapat untuk mempertahankan integritas produk. Ini jelas isi ampul dapat keluar, kontaminasi dapat masuk. Uji untuk kebpcoran wadah yang relative sederhana dilakukan pada semua gelas ampul. Prosedur biasa adalah merendam ampul dalam larutan air bercat, seperti larutan 1% metilen biru dan kemudian memindahkan chamber, jika wadah tidak disegel rapat-rapat, ketika vakum dilepaskan, cat tertarik kedalam wadah. Setelah pencucian dari luar, cat akan terlihat. c.
Remington's Pharmaceutical Science, 18th ; 1568 Ampul yang telah disegel malalui pelebutan harus diuji untuk
menentukan apakah ada atau tidak jalan untuk keluar; jika ada, semua atau satu bagian isi dapat bocor keluar dan merusak wadah, atau mikroorganisme
atau
kontaminasi
lain
dapat
masuk.
Perubahan
temperatur selama penyimpangan menyebabkan pemuaian dan kontraksi ampul dan isi, dan akan menunjukkan jika ada jaan-keluar, sama halnya jika ukuran sangat kecil. Uji ini biasanya dilakukan dengan menghasilkan tekanan negatif dalam segel ampul yang tidak sempurna ketika ampul dicelupkan dalam dasar larutan cat. Yang sering digunakan, kira-kira 1 % larutan metilen biru. Uji ini dilakukan melalui peletakan ampul vakum dalam vakum chamber, ampul direndam dalam sebuah bak cat. Prosedur lain yang sering digunakan adalah hanyak mengantoklaf ampul dalm sebuah bak
cat. Modifikasi dari cairan ini adalah untuk memindahkan ampul dari antoklaf panas ddan dengan cepat direndami dalam bak dingin larutan cat. Setelah pembilasan larutan cat akan mengeluarkan warna dari cat cat yang akan nampak dalam kebocoran. Kebocoran tentunya dibuang. d. Modern Pharmacentical; 484 Ampul yang telah disegel melalui peleburan harus diuji untuk memastikan kerapatan segel yang dihasilkan. Uji kebocoran dilakukan dengan mencelupkan ampul dalam larutan berwarna, seperti 1% metilen biru, dan menggunakan paling sedikit 25 in (ca, 64 cm) vakum selama 15 menit. Vakum pada tangki kemudian dilepas secepat mungkin untuk meletakkan tegangan maksimum pada segel yang lemah. Kemudian, ampul dicuci. Ampul yang tidak sempurna akan mengandung larutan biru. e.
The Theory and Practise of Industrial Pharmacy ; 1354 Ampul dimasukkan sebagai wadah yang kedap udara untuk suatu
dosis tunggal obat, sehingga secara sempurna menghalangi tiap perubahan antara isis ampul yang disegel dan lingkunganya. Adanya poripori
kapiler
atau
retakan
halus
dapat
menyebabkan
masuknya
mikroorganisme atau kontaminasi lain yang berbahaya kedalam ampul, atau isinya dapat bocor, keluar dan merusak penampilan kemasan. Kebocoran biasanya dideteksi dengan menghasilkan suatu tekanan negatif dalam ampul yang ditutup tidak sempurna, biasanya dalam ruang vakum. Selagi ampul tersebut dibenamkan dalam larutan yang diberi warna (biasanya 0,5%-1% metilen biru). Tekanan atmosfer berikutnya
kemudian menyebabkan zat warna berpentrasi ke dlaam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Vakum (27 in hg atau lebih) harus dengan tajam dilepaskan setelah 30 menit. Hanya setetes kecil zat warna bisa berpenetrasi kedalam lubang yang kecil. Kesimpulan: Ampul yang telah disegel melalui peleburan harus diuji untuk memastikan kerapatan segel yang dihasilkan.(4,15,22) Uji kebocoran dilakukan dengan mencelupkan ampul dalam larutan berwarna (biasanya 0,5%-1% metilen biru) dan diletakkan dalam ruang vakum (27 in hg atau lebih) selama 30 menit.(2,4) Setelah itu, vakum dilepaskan secepat mungkin sehingga menghasilkan tekanan udara maksimum yang dapat mendesak larutan berwarna untuk berpenetrasi kedalam ampul yang segelnya lemah (kurang rapat) sehingga jika segel ampul tidak sempurna maka sampul akan mengadung larutan berwarna biru.(2,4,15,16,22) II.1.12 Keseragaman Volume 1.
Farmakope Indonesia edisi III : 19 Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang
ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar di bawah ini. Volume pada
Volume tambahan yang dianjurkan
etiket
Cairan encer
Cairan kental
0,5 ml
0,10 ml
0,12 ml
1,0 ml
0,10 ml
0,15 ml
2,0 ml
0,15 ml
0,25 ml
5,0 ml
0,30 ml
0,50 ml
10,0 ml
0,50 ml
0,70 ml
20,0 ml
0,60 ml
0,90 ml
30,0 ml
0,80 ml
1,20 ml
50,0 ml atau lebih
2%
3%
2. Ansel Indonesia; 434-435 Karena tidak mungkin dalam prakteknya memindahkan seluruh volume wadah dosis tunggal atau volume terakhir dari wadah berganda kedalam alat suntik, maka diperbolehkan meebihkan isi ampul atau vial sedikit dari yang tertulis dietiket. Tabel berikut memuat kelebihan volume yang diperbolehkan oleh USP untuk memenuhi pengambilan dan pemberian volume seperti yang tertulis dietiket. Kelebihan yang diperbolehkan untuk produk parental resmi Ukuran di etiket (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang encer (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang kental (ml)
0,5
0,10
0,12
1,0
0,10
0,15
2,0
0,15
0,25
5,0
0,30
0,50
10,0
0,50
0,75
20,0
0,60
0,90
30,0
0,80
1,20
50,0 atau lebih
2%
3%
Etiket pada wadah produk parenteral harus mencantumkan : 1. Nama sediaan 2. Untuk sediaan cair perbandingan kadar obat atau jumlah obet yang ada dalam volume yang ditentukan, atau untuk sediaan obat kering, jumlah zat aktif yang ada dari volume cair yang ahrus ditambahkan esediaan kering untuk membentuk larutan atau suspensi 3. Cara pemberian 4. Pernyataan kondisi penyimpangan dan tanggal kadaluarsa 5. Nama pabrik dan penyalur 6.
Nomor lot (batch) pembuatann dimana bila diminta untuk menyatakan semua proses pembuatan sediaan tersebut Obat suntik utnuk penggunaan pada hewan dinyatakan atau ditullis
utnuk efek tersebut. Sediaan yang ditunjukkan kegunaan sebagai laruan dialisis, hemofiltrasi atau irigasi harus memenuhi syarat-syarat untuk obat suntik. Kecuali yang berhubungan dengan volume yang terdapat pada wadah, dan harus memuat pernyataan yang menunjukkan bahwa larutan bukan dimasudkan utnuk disuntikkan. Seluruh wadah sesuai label harus cukup besar baik memanjang maupun melingkar agar memungkinkan pengamatan isi wada. Bila ada obat suntik yang secara pengamatan mata menampakkan partikel-partikel lain, selain zat suspensi yang normal harus ada, obat tersebut harus disingkirkan.
3.
Scoville's:The Art of Compounding : 207 Wadah harus selalu diisi dengan volume yang lebih yang tertera pada
label. Ini dibutuhkan bahwa berapa larutan selalu melekat pada sisi wadah dan tidak dapat dikeluarkan, khusunya ketika silikon tidak digunakan. Penggunaan vial dan ampul yang prapava si dengan silikon menyebabkan pemindahan isi dengan mudah karena cairan dalam vial tidak basah dan mempu pada gelas tetapi pengosongannya lebih mudah dan cepat. Jumlah lebih dari larutan yang dibutuhkan untuk penambahan bervariasi menurut ukuran wadah dan viskositas larutan. Ukuran di etiket (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang encer (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang kental (ml)
0,5
0,10
0,12
1,0
0,10
0,15
2,0
0,15
0,25
5,0
0,30
0,50
10,0
0,50
0,75
20,0
0,60
0,90
30,0
0,80
1,20
50,0
1,00
1,50
100,0
2,00
3,0
Kesimpulan : Kelebihan volume (3,7,20) Volume isi netto tiap wadah sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini :
Ukuran di etiket (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang encer (ml)
Kelebihan volume untuk cairan yang kental (ml)
0,5
0,10
0,12
1,0
0,10
0,15
2,0
0,15
0,25
5,0
0,30
0,50
10,0
0,50
0,75
20,0
0,60
0,90
30,0
0,80
1,20
50,0 atau lebih
2%
3%
II.1.13 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Obat Yang Diinjeksikan Secara Subkutan atau Intramuskular Ke Dalam Sirkulasi Umum Pharmaceutical Dosage Formulation Vol 1: 40-41 a. Kelarutan Obat Obat-obat perlu dilarutkan secara sempurna sebelum mereka dapat melewati obat atau hambatan jaringan dan masuk ke dalam sistem sirkulasi. Ada 2 tipe kelarutan yang penting yaitu kelarutan dalam pembawa dari bentuk sediaan dan kelarutan dalam cairan tubuh. Untuk obat-obat yang diberikan dalam bentuk larutan, kelarutan dari sediaan dicegah. Akan tetapi obat yang diberikan dalam bentuk suspensi, kecepatan disolusi obat dari pembawa bentuk sediaan, sebaik kelarutan dalam jaringan cairan pada daerah yang disuntikkan, secara lebih besar
menentukan kecepatan absorpsi dari obat. Kecepatan disolusi dari obat yang diinjeksikan dalam bentuk suspensi tergantung dari ukuran partikel obat, pH cairan pada daerah yang disuntikkan, sifat polimorfis dari bentuk kristal obat, dan koefesien difusi obat. Viskositas yang lebih tinggi, koefesien dari obat dikurangi. Sekali obat dalam larutan dari bentuk sediaan, kelarutannya dalam cairan pada jaringan subkutan atau otot tergantung pada koefesien partisi dan derajat ionisasi sebagai tanda oleh pH cairan yang ada pada daerah yang disuntikkan. b. Koefesien Partisi Obat Kelarutan dalam lemak rendah dari obat, lebih rendah koefesien partisinya, dan lebih lambat kecepatan absorpsinya ke dalam aliran darah dari tempat yang diinjeksikan. c. Kecepatan Aliran Darah Pada Daerah Yang Disuntikkan Fakta yang telah diketahui bahwa aliran darah yang lebih besar dalam jaringan kapiler ke dan dari tempat dimana ia diinjeksikan, maka akan semakin tinggi kecepatan absorpsi dari obat. Injeksi ke dalam otot lateral paha atau bokong dihubungkan dengan absorpsi obat yang lebih lambat dan rendah (karena vaskular yang kurang dan bahan lemak lebih tinggi) daripada injeksi dalam otot. Faktor-faktor yang meningkatkan aliran darah, seperti latihan, meningkatkan absorpsi obat setelah injeksi intramuscular atau subkutan. Sebaliknya, faktor-faktor yang dapat mengurangi aliran darah, seperti obat vasokonstriksi seperti epinefrin, jika
diberikan secara concurrently pada daerah yang diinjeksikan mengurangi kecepatan absorpsi obat. d. Degradasi Obat Pada Daerah Yang Diinjeksikan Distribusi dari bahan aktif obat secara biologis dikurangi jika obat dimetabolisme atau dalam cara lain didegradasi pada daerah terinjeksi. e. Ukuran Partikel Dari Obat Ukuran partikel obat yang tersuspensi mempengaruhi kecepatan disolusinya dalam bentuk sediaan. Ukuran partikel yang lebih besar, kecepatan disolusi lebih lambat, luas permukaan obat kurang tersedia untuk interaksi dengan cairan tubuh. Obat-obat yang sedikit larut, seperti diazepam, fenitoin, dan digoxin, meskipun perlahan-lahan larut dalam bentuk kosolvennya, mereka tidak larut dalam cairan berair tubuh. Pengendapan
partikel
dapat
dilarutkan
kembali,
tetapi
kecepatan
disolusinya lambat. f.
Bahan-bahan Formulasi Bahan-bahan yang ditambahkan untuk formulasi sediaan obat
untuk dapat disuspensikan kembali (seperti derivate selulosa), untuk melarutkan (seperti gliserin)dan atau untuk peningkatan kestabilan (antioksidan) yang secara potensial dapat mempengaruhi distribusi obat dari daerah pemberian. Demikian efek-efek dapat dimanifestasikan dalam berbagai cara, seperti kompleksi yang mengurangi kecepatan disolusi obat, dan sebagai peningkat viskositas.
Kesimpulan : Faktor -faktor yang mempengaruhi distribusi obat (26) a. Kelarutan Obat-obat yang larut sempurna lebih mudah masuk kedalam sistem sehingga lebih mudah terdistribusi. b. Koefisien partisi obat Jika koefisien obat terhadap minyak rendah maka lebih lambat kecepatan distribusinya kedalam aliran darah dari tempat yang diinjeksikan c. Kecepatan aliran darah yang disuntikkan Kecepatan aliran darah yang lebih besar dalam jaringan kapiler dari tempat dimana obat diinjeksikan maka akan semakin tinggi kecepatan distribusi obat. d. Degradasi obat pada daerah yang diinjeksikan Jika obat dapat dimetabolisme atau degradasi pada darah yang terinjeksi, maka distribusi bahan aktif obat akan berkurang. e. Ukuran partikel obat Ukuran partikel yang lebih besar, kecepatan disolusi lebih lambat, luas permukaan obat kurang tersedia dalan interaksinya dengan cairan tubuh, sehingga distribusi obat akan lambat. f.
Bahan-bahan formulasi Bahan-bahan yang ditambahkan untuk formulasi sediaan obat dapat mempengaruhi distrubis obay dari daerah pemberian. Pengaruh yang
dihasilkan tergantung dari bahan-bahan yang ditambahkan, ada bahan yang dapat meningkatkan distrubusi obat dan ada bahan yang dapat mengurangi distribusi obat. Bahan penambah kelarutan (seperti gliserin) atau peningkat kestabilan 9antioksidan) dapat meningkatkan distribusi obat. Sedangkan bahan-bahan peningkat viskositas dapat mengurangi distribusi obat dan daerah injeksi ke sistem sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinda, (2009), Medica Farma. Injeksi (online) http://www.medica Farma.com diakses 30 maret 2009 2. Lachman, L, et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy , Third Edition, Lea and Febiger, Philadelphia 3. Jenkins, G.L., (1969), Scoville's:The Art of Compounding , Burgess Publishing Co, USA. 4. Gennaro, A.R., (1998), Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing Co, Easton. 5. Martindale The Chomplete Drugs Reference e-book 6. American Society Of Health-System Pharmacist,1998, AHFS Drug Information, Customer Service Dept., USA 7. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta. 8. Ditjen POM, (1978), Formularium Nasional , Edisi II, Depkes RI, Jakarta. 9. Sprowls, B.J., (1966), American Pharmacy 6th Edition, Lipincott Company : Philadelphia 10. Lucas, stefanus, (2006), “ Formulasi Steril ”, Andi, Yogyakarta. 11. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. 12. Med- Math 13. Parrot, Eugene C, (1980), Pharmaceutical Technology , Collage of Pharmacy University of Iowa, Iowa City 14. Groves,J.Michael, (1988), Parenteral Technology Manual .College of pharmacy.University of Illionis at Chicago 15. Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company, Pensilvania
16. King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia. 17. Rawling,E.A., (2003), Bentley Textbook of Pharmaceutics, Eight Edition, Bailliere, Tindall, London. 18. Formulasi
steril,
(2008),
Sediaan
Parenteral
Ampul
(online)
http://www.Formulasisteril.com diakses 29 Maret 2009 19. Hoover,L.T.,(1996),
Dispending
of
Medication,
Mack
Publishing
Company,USA 20. Howard, C. Ansel, (1989), “ Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ” Edisi IV. UI Press. Jakarta 21. Swarbick,
jamen,
(2002),
“
Encyclopedia
Of
Pharmaceutical
Technology Of Pharmaceutical Technology ”, 11th Edition, New York 22. Gilbert,S. (2002). Modern pharmaceutics 4TD ED.Revised and expanded, Marcel Dekker Inc. New York 23. Joseph B. Sprowls, Jr.,PhD., (1970), Prescription Pharmacy , J.B Lippincott Company, Philadelphia, Toronto. 24. Winfield.A.J,
(2000),
Pharmaceutical practice
3rd ed.
Churchill
Livingstone.Edindurgh.London 25. Torce, Salvatore dan Robert S King, (1974), Sterile Dosage Form, Lea Febinger, Philadelphia. 26. Howard, C. Ansel. (1989). “ Pharmaceutical drug Formulation, USA Press, America Serikat. 27. Katzung, (2001), Farmakologi Dasar dan klinik . Salemba Medika. Jakarta 28. Tjay, Tan Hoan., (2000), Obat-obat Penting , Edisi V, Depkes RI, Jakarta 29. Ganiswara, S.B., (1995), Farmakologi dan Terapi , Edisi IV, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.