Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan (Depkes, 2001). WHO dalam Depkes (2001) menyatakan bahwa indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator pengendalian infeksinosokomial menurut Depkes tahun 2001 meluputi:
1.1.1
Angka Pasien dengan Dekubitus ( Dekubitus Ulceer Rate) Rate) Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/ atau jaringan yang dibawahnya yang terjadi dirumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila penderita tidak dibolak-balik dalam waktu 2x24 jam. Angka pasien dengan dekubitus adalah banyaknya penderita yang menderita Dekubitus dan bukan banyaknya kejadian Dekubitus. Rumus yang digunakan untuk mengukur Angka pasien dengan Dekubitus (APD) adalah: Banyaknya Pasien dengan Dekubitus/ Bulan X 100% Total Pasien Tirah Baring Total Bulan itu
1.1.2
Angka Infeksi karena Jarum Infus ( Intravenous Cabule Infection Rate) Rate) Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3X24 jam j am yang tidak t idak didahului oleh pemberian infus atau suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan k emerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3X24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang. Rumus yang digunakan untuk mengukur Angka kejadian infeksi karena jarum infus (AIKI) adalah: Banyaknya Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus/ Bulan X 100% Total Kejadian Pemasangan Infus Pada Bulan Tersebut
1.1.3
Angka Kejadian Luka Operasi (Wound (Wound Infection Rate) Rate ) Adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa panas (kalor ( kalor ), ), kemerahan (color (color ), ),
pengerasan (tumor ), dan keluarnya nanah ( pus) dalam waktu lebih dari 3X24 jam kecuali infeksi nosokomial yang terjadi bukan pada tempat luka. Rumus yang digunakan untuk mengukur Angka infeksi luka operasi (AILO) adalah: Banyaknya Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus/ Bulan X 100% Total Kejadian Pemasangan Infus Pada Bulan Tersebut
1.2
Pengendalian Infeksi Nosokomial
Pencegahan infeksi ditemukan oleh WHO (2002) menyatakan bahwa infeksi nosokomial membutuhkan keterpaduan, pemantauan dan program dari semua tenaga kesehatan profesional yang meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker, dll. Pencegahan infeksi nosokomial yang menjadi kunci utama yaitu: 1. Membatasi transmisi organisme antara pasien dalam melalukanperawatan pasien secara langsung melalui cuci tangan, menggunakan sarung tangan, teknik aseptik yang tepat, strategi isolasi, sterilisasi dan teknik desinfektan; 2. Mengendalikann lingkungan yang beresiko untuk infeksi; 3. Melindungi pasien dengan penggunaan profilaksis antimikroba yang tepat, nutrisi, dan vaksinasi; 4. Membatasi resiko terjadinya infeksi endogenous dengan meminimalkan prosedur invasif, dan mempromosikan penggunaan antimikroba yang oprimal; 5. Surveilans infeksi, mengidentifikasi dan mengendalikan wabah; 6. Pencegahan infeksi pada tenaga kesehatan; 7. Meningkatkann pelayanan asuhan keperawatan secara terus menerus dengan memberikan pendidikan.