INDEPENDENSI AUDITOR I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Auditor merupakan profesi yang berlandaskan kepada kepercayaan dari masyarakat atau publik yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara profesional dengan memberikan hasil audit yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan akan transparansi dan kewajaran laporan keuangan, baik di perusahaan swasta maupun di sektor publik kepada pihak yang berkepentingan baik pihak internal (Klien) maupun pihak eksternal (Pihak Ketiga). Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya auditor harus bertindak objektif dan independen berdasarkan standar dan kode etik profesi mereka. Akan tetapi, saat ini banyak terjadi kebangkrutan dan skandal korporasi di berbagai perusahaan di dunia yang disebabkan memburuknya independensi auditor, salah satunya praktik-praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Dalam Skala Internasional, integritas Akuntan Amerika Serikat dicoreng dengan skandal yang melanda Enron Crop, World Com, Xerox, Tyco, Global Crossing, dan Merril Lynch (Gutomo, 2003:1). Di Indonesia, isu pelanggaran etika dan prinsip profesi akuntansi berkembang, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Seperti pada Makassar pada Makassar TV, dikabarkan terdapat Kasus Suap 2 Pegawai BPK RI (Bahar dan Munzir) Perwakilan Manado yang dilakukan oleh Mantan Walikota
Tomohon sebesar Rp1,5 miliar, untuk memuluskan status keuangan kota manado pada tahun 2007, menjadi wajar dengan pengecualian. Terjadinya kasus – kasus kasus kegagalan auditor berskala besar seperti kasus diatas,
telah
menimbulkan
sikap
skeptis
masyarakat
menyangkut
ketidakmampuan profesi auditor dalam menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal dalam menjalankan perannya sebagai auditor independen. Flint dalam Kasadi (2007) berpendapat bahwa independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Independensi mutlak harus ada pada diri auditor ketika ia menjalankan tugas pengauditan yang mengharuskan ia memberi atestasi atas kewajaran laporan
keuangan kliennya. Berdasarkan uraian diatas dan fenomena
menurunnya kepercayaan publik atas jasa profesional akuntan sebagai dampak dari pelanggaran etika profesi akuntan, menjadikan masalah etika dan independensi auditor sebagai isu yang menarik untuk didiskusikan dan dikaji secara ilmiah. Khususnya mengenai independensi auditor yang merupakan kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Maka dari itu penulis tertarik membuat makalah dengan judul “Independensi Auditor” .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas ialah : 1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor? 2. Bagaimana perbedaan independensi antara auditor eksternal dengan auditor internal?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi independensi auditor dan
mengetahui perbedaan independensi
antara auditor eksternal dengan auditor internal.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yakni memberikan informasi kepada pembaca mengenai hal apa saja yang dapat mempengaruhi independensi auditor dan bagaimana perbedaan independensi auditor eksternal dan internal.
II.
LANDASAN TEORI
2.1 Auditor
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau
berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan
keuangan dan
kegiatan
suatu
perusahaan
atau organisasi. Pada dasarnya auditor ada dua jenis, yakni : 1. Auditor Eksternal Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan tugas audit atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi lainnya. Auditor eksternal mempunyai independensi dari perusahaan yang di audit. Peran auditor eksternal adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor eksternal terdiri dari (a). Akuntan Publik , organisasi profesi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sejak
tahun 1957. (b). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan auditor eksternal bagi pemerintah yang dibentuk berdasarkan UUD 1945, berdasarkan perubahan ke 3 UUD 1945 pasal 23E. 2. Auditor Internal Internal audit adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan menejemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
2.2 Independensi Auditor
Independensi auditor adalah sikap tidak memihak kepada kepentingan siapa pun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Menurut Agoes dan Ardana (2009:146), independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan. Sedangkan Arens dkk (2003:124) menyatakan bahwa Independensi dalam audit artinya mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil audit dan pelaporan audit. Para akuntan harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksikan perilaku yang memiliki fungsi: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, defense ego dan ungkapan nilai. Teori sikap dan perilaku ini dapat menjelaskan independensi auditor dalam penampilan. Seorang auditor yang memiliki sikap independen akan berperilaku independen dalam penampilanya, artinya seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tidak dibenarkan memihak terhadap kepentingan siapapun.
2.3 Jenis Independensi
Menurut IFAC ( International Federation of Accountants) ada dua jenis independensi, yaitu independensi dalam fakta (independence in fact ) dan independensi
dalam
penampilan
(independence
in
appearance).
Untuk
independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran (independence in mind ). 1. Independensi
dalam
pikiran adalah
suatu
keadaan
pikiran
yang
memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromikan penilaian professional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme professional. Sedangkan 2. Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk
pencegahan
yang
diterapkan,
akan
tetapi
dapat
menarik
kesimpulan bahwa skeptisme professional, objektivitas dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan (assurance team) telah dikompromikan. Berikut proses menjamin independensi pikiran dan independensi penampilan : Identifikasi dan evaluasi keadaan yang menciptakan ancaman terhadap independensi : Kepentingan diri Review Diri Advokasi Keakraban Intimidasi
Sumber : Brooks dalam Agoes dan Ardana
Eliminasi ancaman atau kurangi sampai ke tingkat yang dapat diterima dengan: Menerapkan pengamanan Profesi Legislasi Regulasi Di dalam Klien Di dalam Firma
Independent in fact menekankan sikap mental dalam mengambil keputusan dan tindakan yang semata-mata didasarkan atas pertimbangan profesionalisme dari dalam diri yang bersangkutan tanpa campur tangan, pengaruh, atau tekanan dari pihak luar. Independent in appearance dilihat dari sudut pandang pihak luar yang mengharapkan auditor secara fisik tidak mempunyai hubungan darah (kepentingan langsung) dengan perusahaan dan/atau dengan para pemangku kepentingan lainnya yang dapat menimbulkan keraguan bagi pihak luar tentang kenetralan yang bersangkutan. Contoh independensi dalam pikiran dan penampilan : seorang auditor memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan di mana yang menjabat sabagai manajer akuntansi di perusahaan tersebut adalah adik kandungnya. Walaupun secara mental, auditor tersebut bisa saja bersikukuh akan bertindak independen, tetapi orang lain tentu saja meragukannya karena adanya fakta bahwa berdasarkan tampilan fisik auditor dengan manajer akuntansi perusahaan yang diauditnya masih bersaudara kandung sehingga tidak dapat disebut independence in appearance.
2.4 Risiko Independensi
Menurut Ruchjat Kosasih dalam Kasadi (2007) ada empat jenis risiko yang dapat merusak independensi akuntan publik , yaitu : a.
Self Interest risk, yang terjadi apabila akuntan publik menerima manfaat dari keterlibatan keuangan klien.
b.
Self Review Risk, yang terjadi apabila akuntan publik melaksanakan penugasan pemberian jasa keyakinan yang menyangkut keputusan yang dibuat untuk kepentingan klien.
c. Advocacy Risk, yang terjadi apabila tindakan akuntan publik menjadi terlalu erat kaitanya dengan kepentingan klien. d.
Client influence risk, yang terjadi apabila akuntan publik mempunyai hubungan erat yang kontinyu dengan klien, termasuk hubungan pribadi yang dapat mengakibatkan intimidasi oleh atau keramahtamahan (familiarity) yang berlebihan dengan klien
2.5 Aspek Independensi
Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu: 1. Independensi dalam diri auditor (independence in fact) yaitu berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding. 2. Independensi dalam
penampilan (perceived independence /independence in
appearance). Independensi ini merupakan tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. 3. Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian mengenai hal tersebut.
III.
PEMBAHASAN
3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik ditinjau dari independensi dalam penampilan. Menurut Lanvin dalam Supriyono (1988) independensi auditor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai b erikut : 1. Ikatan keuangan dan usaha dengan klien 2. Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien 3. Lamanya hubungan kantor akuntan publik dengan klien Sedangkan menurut Shockley dalam Supriyono (1988) independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor : 1. Persaingan antar akuntan publik 2. Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien 3. Ukuran KAP 4. Lamanya hubungan antara KAP dengan klien
Selanjutnya ada beberapa bentuk ancaman yang menurut IFAC dapat mempengaruhi independensi auditor, diantaranya : a. Kepentingan diri ( self interest ), contohnya
Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan bersama pada suatu perusahaan klien.
Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
Fee
kontijensi sehubungan dengan perikatan penjaminan (assurance
engagement )
Ada pinjaman dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari direktur atau pejabat dari klien (IFAC, 200. 4)
b. Review diri ( self review), contohnya
Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang.
Pelaporan operasi sistem keuangan setelah terlibat dalam perancangan dan implementasi sistem tersebut.
Terlibat dalam pemberian jasa pencatatan akuntansi sebelum perikatan penjaminan.
Menjadi
anggota
tim
penjaminan
setelah
baru
saja
menjadi
karyawan/pejabat di perusahaan klien yang memiliki pengaruh langsung berkaitan dengan perikatan penjaminan tersebut.
Memberikan jasa kepada klien yang berpengaruh langsung pada materi perikatan penjaminan tersebut (IFAC, 200. 5)
c. Advokasi (advocacy)
Mempromosikan saham perusahaan publik dari klien, di mana perusahaan tersebut merupakan klien audit.
Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien penjaminan dalam suatu litigasi atau perkara perselisihan dengan pihak ketiga (IFAC, 200. 6)
d. Kekerabatan ( familiarity)
Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang direktur atau pejabat perusahaan klien.
Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap pokok dari penugasan.
Mantan rekan (partner) dari kantor akuntan yang menjadi direktur atau pejabat klien atau karyawan pada posisi yang berpengaruh atas pokok suatu penugasan.
Menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali nilainya tidak signifikan.
Hubungan yang terjalin lama dengan karyawan senior perusahaan klien (IFAC, 200. 7)
e. Intimidasi (intimidation)
Diancam dipecat atau diganti hubungannya dengan penugasan klien.
Diancam dengan tuntutan hukum.
Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan dengan maksud untuk mengurangi fee (IFAC, 200. 8)
Pada dasarnya ada enam faktor yang beragam seperti organisasi dan standar selain Kode Etika Profesional AICPA mempengaruhi independensi seorang auditor, yakni : 1)
Revisi dari persyaratan Independensi Auditor SEC SEC membuat revisi atas persyaratan independensi auditor pada bulan November 2000 yang diterapkan kepada auditor klien yang menjadi subyek untuk persyaratan pelaporan SEC. Aturan ini mengarah kepada : a. Kepentingan Kepemilikan Aturan baru mengenai kepentingan kepemilikan memandang hubungan keuangan mengambil perspektif penugasan dan mempersempit batasan atas
kepemilikan
dalam
klien
untuk
orang-orang
yang
bisa
mempengaruhi audit. Semua rekanan dan keluarga dekat auditor dilarang memiliki suatu kepemilikan dalam klien, dengan mengabaikan materialitas. b. Teknologi Informasi dan Jasa Nonaudit Lainnya Aturan baru mengidentifikasikan jasa nonaudit yang mengganggu independensi kecuali kondisi tertentu dipenuhi, sebagai tambahan untuk mengkodekan batasan sebelumnya, seperti batasan memberikan jasa pembukuan untuk seorang klien. 2)
Dewan Standar Independen/ Independence Standards Board (ISB), Merupakan sebuah badan sektor swasta (sejak 1997), untuk memberikan rangka kerja konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan dengan
audit perusahaan publik. ISB sebagai tambahan untuk menyebarluaskan standar tersebut, memberikan konsultasi untuk auditor dan klien SEC atas pertanyaan tentang independensi. 3)
Komite Audit, Adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung
jawabnya
membantu
auditor
untuk
tetap
independen
dari
manajemen. Kebanyakan komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan bagian dari manajemen perusahaan. 4)
Berbelanja untuk Prinsip-prinsip Akuntansi SAS 50 (AU 625) mendahulukan persyaratan yang harus diikuti saat sebuah kantor akuntan publik diminta untuk memberikan opini tertulis atau lisan pada aplikasi prinsip akuntansi atau jenis opini audit yang akan dibuat untuk transaksi khusus atau hipotesis dari seorang klien audit dari kantor akuntan publik lainnya. Tujuan dari persyaratan ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan manajemen yang mengikuti praktek yang umumnya disebut berbelanja prinsip-prinsip akuntansi dan juga berbelanja opini (opinion shopping ) serta ancaman potensial untuk independensi yang dijelaskan sebelumnya.
5)
Persetujuan Auditor oleh Pemegang Saham
Pemegang saham biasanya merupakan kelompok yang lebih objektif daripada manajemen. Namun, perlu dipertanyakan apakah mereka berada dalam posisi untuk mengevaluasi prestasi dari auditor sebelumnya atau calon auditor. 6)
Penugasan dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen Apakah auditor benar-benar independen dalam fakta dan prestasi apabila pembayaran fee bergantung pada manajemen entitas yang diaudit? Alternatif penugasan akuntan publik dan pembayaran fee audit oleh manajemen barangkali adalah penggunaan baik auditor pemerintah atau eksternal. Apakah fungsi audit akan dilaksanakan dengan lebih baik atau lebih murah?
3.2 Independensi Auditor Eksternal dan Auditor Internal
Ada beberapa poin yang membedakan antara auditor eksternal dan auditor internal dari sisi independensi, yakni : No.
1.
2.
Point
Output atau keluaran Independensi
3.
Klien
4.
Pelaporan
Auditor Internal
Auditor Eksternal
Output utama berupa rekomendasi
Output utama berupa opini
Auditor tidak independen terhadap manajemen namun harus independen terhadap aktifitas yang di audit
Auditor harus independen terhadap manajemen
Manajemen Melaporkan hasil audit pada direksi
Sumber : Priyopardono
Pemegang saham, komisaris, dan pihak terkait di luar perusahaan Melaporkan hasil audit pada stakeholder yang diaudit.
Tabel diatas menunjukkan perbedaan antara auditor eksternal dan internal dari sisi independensi, namun di sisi lain manfaat adanya auditor internal bagi auditor eksternal berupa independensi atau objektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan manajemen langsung, pemahaman mendalam yang dimiliki auditor internal dan juga kesamaan profesi yang dimiliki dengan auditor ekternal, memudahkan komunikasi keduanya, namun belum tentu ada kerja sama diantara keduanya. Selanjutnya mengenai independensi auditor internal dan eksternal dapat dilihat bahwa, auditor internal secara subjek adalah seorang pegawai suatu organisasi atau perusahaan yang bertugas melayani kebutuhan manajemen dan merupakan bagian dari organisasi, fokus kepada masa depan, untuk membantu manajemen mencapai sasaran dan tujuan organisasi secara efektif dan efisien, berkepentingan secara langsung dalam pencegahan fraud dalam berbagai bentuk, independen terhadap aktivitas yang diaudit tetapi siap merespon kebutuhan dan keinginan manajemen dan review atas aktivtas dilakukan secara terus menerus. Sedangkan untuk auditor eksternal subjeknya adalah pihak luar yang independen (akuntan publik) melayani kebutuhan pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang reliable, fokus pada akurasi dan dapat dipahaminya kejadian
historis
seperti
yang
diekpresikan
dalam
laporan
keuangan,
berkepentingan secara insidental dalam pencegahan dana pendeteksian fraud secara umum, tetapi berkepentingan secara langsung bila terdapat pengaruh yang bersifat material pada laporan keuangan, independen terhadap manajemen atau
klien baik dalam penampilan, maupun sikap mental dan review atas catatan atau dokumen yang mendukung laporan keuangan secara periodik
IV.
KESIMPULAN
Independensi merupakan salah satu karakteristik auditor yang paling kritis dan penting. Independensi menjadi fondasi atau batu pijakan dalam struktur etika. Independensi juga menjadi faktor yang sangat menentukan bagi pengembangan dan penerapan prinsip-prinsip fundamental etika dalam menekuni profesi akuntan. Oleh karena itu, seorang auditor penting melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan dan hubungan dengan klien yang dapat menciptakan ancaman terhadap independensi. Selanjutnya mengeliminasi ancaman atau menguranginya sampai ke tingkat yang dapat diterima.
TOPIK : AUDITING INDEPENDENSI AUDITOR
DISUSUN OLEH NAMA
: RETNO SURY ANJANI
NIM
: 01101003022
MATA KULIAH
: SEMINAR AKUNTANSI
DOSEN PEMBIMBING
: Dra. Hj. KENCANA DEWI, M.Sc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI INDERALAYA TAHUN 2013
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat : Jakarta. Arens,dkk. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi jilid 1. Penerbit Indeks. Jakarta. Gutomo, Kotot. Pengambilan Keputusan Etik Auditor Pemerintah Dalam Situasi Konflik Audit : Pengaruh Interaksi Locus of Control dan Komitmen Profesi dengan Kesadaran Etik . Tesis S2., Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak Dipublikasikan. Ishak. 2012. Mantan Walikota Tomohon Jadi Saksi Dalam Sidang Kasus Suap Pegawai BPK RI . Makassar TV. (http://www.makassartv.co.id, diakses tanggal 12 September 2013). Kasadi. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor . Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Supriyono, R.A 1988, Pemeriksaan Akuntan: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Suatu Hasil Penelitian Empiris di Indonesia. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UGM.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar Akuntansi. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban sebagai kelengkapan tugas-tugas di mata kuliah Seminar Akuntansi. Makalah ini membahas mengenai independensi auditor, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan mengenai perbedaan independensi antara auditor internal dengan auditor eksternal. Makalah ini ditujukan agar dapat menjadi bahan referensi bagi para mahasiswa dan para kalangan umum yang ingin memahami tentang independensi auditor. Akhir kata penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis,
Retno Sury Anjani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah
.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan
.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan
.................................................................................. 3
II. LANDASAN TEORI
2.1 Auditor
................................................ ..................................... 3
2.2 Independensi Auditor
................................................. ............................ 5
2.3 Jenis Independensi
................................................. ............................ 5
2.4 Risiko Indpendensi
................................................. ............................ 7
2.5 Aspek Independensi
................................................. ............................ 8
III. PEMBAHASAN
3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor 3.2 Independensi Auditor Ekternal dan Auditor Internal IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
..................9
............................14
LAMPIRAN (Makalah Sebelum Revisi)
Presentasi Seminar Akuntansi Sabtu, 14 September 2013 Di Gedung KAP
Moderator : Basyar Try Akbar (01101003026) Penanya : 1. Silvia Yuniandri
(01101003041)
2. Jimmi Triwantoro
(01101003033)
3. Ririn Oktarina
(01101003005)