ESSAI
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM
DALAM DUNIA KESEHATAN
"THIBBUN NABAWI"
Esai disusun untuk memenuhi tugas Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) FKIK 2015
Oleh:
Aziza Nurul Amanah
Kelompok 13 ILLIUM
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA/ 2015
Kesehatan akan menghantarkan seseorang menuju kesuksesan. Kesehatan adalah faktor yang sangat mahal bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam memandang, bahwa kesehatan merupakan nikmat dan karunia Allah SWT yang wajib disyukuri. Sehat juga obsesi setian insan berakal, sehingga tak seorang pun tidak ingin selalu sehat, agar tugas dan kewajiban hidup dapat terlaksananya dengan baik. Meskipun kesehatan merupakan kebutuhan fitrah manusia dan juga sebagai nikmat Allah, tetapi banyak yang mengabaikan dan melupakan nikmat sehat ini. Rasulullah saw bersabda: "Ada dua nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat sehat dan peluang kesempatan" (HR Imam Bukhari). Dalam hadist lain, Rasulullah menjelaskan,"Nikmat yang pertama ditanyakan kepada setiap hamba pada hari kiamat dengan pertanyaan"Tidakkah telah kami sehatkan badanmu dan telah kami sehatkan badanmu dan telah kami segarkan (kenyangkan) kamu dengan air yang sejuk"(HR Imam Tirmizi). Maka firman Allah dalam surat At-Takatsur:8"(Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu kenikmatan)" sebagian ulama mengartikan kenikmatan tersebut adalah nikmat sehat.
Diantara perhatian islam kepada kesehatan, adalah perintah dan anjuran menjaga kebersihan. Demikian dapat dipahami, jika pembahasan ulama fiqh dalam khazanah intelektual selalu diawali dengan"Bab Thaharah" yaitu bahasan mengenai kesucian atau kebersihan. Kemudian dijabarkan dalam sub bahasan mengenai bersih dari hadast besar dengan mandi junub, atau hadats kecil dengan berwudhu, bersih dari najis dan kotoran. Demikian juga selain wudhu, syarat sah shalat adalah bersih pakaian, tempat dari segala najis dan kotoran yang menodai.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Mudatsir Ayat: 4
" Dan pakaianmu bersihkanlah"
Islam juga telah menganjurkan kita untuk berobat dan mencari kesembuhan, karena setiap penyakit pasti ada obatnya. Begitu juga mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
Demikian Rasulullah mengarahkan di banyak hadits-hadits beliau, antara lain:
" Kebersihan adalah sebagian daripada iman" (HR. Imam Muslim)
" Kewajiban setiap muslim adalah menggunakan satu dari tujuh harii untuk mencuci rambut dan badannya," (HR. Muttafaq'Alaihi)
" Barangsiapa yang memiliki rambut, hendaknya ia merawatnya dengan baik"(HR. Abu Daud)
"Sesungguhnya Allah Maha Indah, mencintai keindahan, Allah Maha Baik menyukai kebaikan, Allah Maha Bersih mencintai kebersihan. Karena itu bersihkanlah teras rumah kalian dan janganlah kalian seperti orang-orang Yahudi"(HR. Tirmizi).
Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatann secara tidak langsung dapat diambil dari firman Allah berikut ini:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri (QS Al-Baqarah: 222)
"Di dalamnya (mesjid) terdapat orang-orang yang bertaubat dan membersihkan diri, sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang selalu membersihkan diri" (QS Al-Taubah:108)
Kedua ayat tersebut mengisyaratkan bahwa siapa saja yang ingin dicintai Allah, maka haruslah bertaubat dan membersihkan/mensucikan diri. Orang yang bertaubat tentulah orang memiliki kesehatan secara psikologis dan spiritual. Sedangkan orang membersihkan diri akan senantiasa menjaga badan, pakaian serta lingkungannya. Sehingga tidaklah heran bila Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (Health is a state of physical, mental and social well being, and not merely the absent of disease and infirmity).
Al-Ghazali menyatakan Islam ialah tunduk kepada Allah dan berserah diri hanya kepadanya dengan menegakkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya atas dasar"mendengar dan taat". Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari segi bahasa yang berarti menggambarkan misi Islam yang dibawa oleh seluruh para nabi dengan berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah dengan tulus bertujuan membawa ketertiban, kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan lahir dan batin sejalan dengan fitrah manusia untuk selalu cenderung kepada kesucian, kebenaran dan kedamaian. Dilihat dari segi istliah, Islam merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan alam jagat raya sebagai penyempurnaan agama yang isinya membahas berbagai aspek kehidupan manusia agar sejahtera lahir dan batin. Filsafat Islam yang dikembangkan oleh umat Islam -selain ilmu-ilmu agama pada umumnya seperti Tafsir, Hadis, Fiqih dan Ilmu Kalam- telah membawa spirit bathiniah dan penuh makna terhadap pelaksanaan ajaran Islam. Penggunaan akal, termasuk dalam filsafat, merupakan perintah Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa beragama itu harus dengan menggunakan akal, dan tidak dapat dianggap sempurna keagamaan seseorang yang tidak menggunakan akalnya. Rasionalitas pemahaman agama dapat memperkokoh pemahaman seseorang terhadap agama yang dianutnya. Namun, pemahaman tentang agama berdasarkan logika akal belumlah cukup. Diperlukan perasaan keagamaan berdasarkan kepercayaan sehingga dapat memuaskan hati. Dalam buku filsafat Islam tulisan Sudarsonodibahas tentang perkembangan pemikiran pada masa ilmu kalam, aktualitas pemikian kefilsafatan dalam Islam, dan ijtihad dalam kerangka pemikiran filsafat Islam, serta sejumlah filosof yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ar-Razi, Al-Ghazali, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, Ibnu Maskawaih, Ibnu Rusyd, Mohammad Iqbal. Dalam sejarahnya dikenal beberapa filosof berjasa menghasilkan karya dalam bidang kesehatan dan kedokteran. Islam telah menetapkan tujuan kehadirannya, diantaranya adalah untuk memelihara agama itu sendiri, akal, rohani, jasmani, harta, dan keturunan bagi seluruh umat manusia. Anggota badan manusia pada hakekatnya adalah milik Allah yang dianugerahkan-Nya untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di satu sisi Allah memerintahkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi yang lain Allah juga memerintahkan untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa (rohani). Kesehatan manusia dapat diwujudkan dalam beberapa dimensi, yaitu jasmaniah material melalui keseimbangan nutrisi, kesehatan fungsional organ dengan energi aktivitas jasmaniah, kesehatan pola sikap yang dikendalikan oleh pikiran, dan kesehatan emosi-ruhaniah yang disembuhkan oleh aspek spiritual keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
As-Sayyid, A. B. (2009). Herba Nabawi. Kartasura, Solo: Aqwa Medika.
sudarsono. (2010). Filsafat Islam. jakarta: Rineka Cipta.
Tadjudin, H. T. (2010). Dokter Muslim. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Prof.Dr.Abdul Basith As-Sayyid "Herba Nabaw"i Hal vii pengantar terbit
Arif Sumantri dan Ahmad Azwar"Dokter Muslim Bab III Islam dan Kesehatan Hal 83
Sudarsono. Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 1-161