1
REVISI MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
" Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan "
Dosen pengampu :
Dr. Afiful ikwan, M.Pd
Oleh :
PUTUT WIJANARKO
16112014
PAI A – SMT 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
JUNI 2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ushul fiqih tentang ijma dan qiyas
Makalah ushul fiqih ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang dalil-dalil yang disepakati ulama IJMA dan qiyas ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Ponorogo, 20 maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar belakang......................................................................................................4
Rumusan masalah ................................................................................................5
Tujuan...................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................................................6
Faktor yang melatarbelakangi geakan muhammadiyah dibidang pendidikan…6
Cita-cita pendidikan muhammadiyah ………………………………………….7
Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah………………………..9
Pemikiran dan praksis pendidikan……………………………………………..11
Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah………………………..14
BAB III PENUTUP............................................................................................................21
Kesimpulan............................................................................................................21
Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.
Rumusan Masalah
Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan ?
Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
Tujuan Penulisan Makalah
Untuk Memahami Faktor yang melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan.
Untuk memahami Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah.
Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.
Untuk memahami Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah Dibidang Pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana islam diajarkan di mushollalanggarmasjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan climana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab . dan mengartikan kemudian sang santri . santri hanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20.Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam.Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat.Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.
Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia- manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang d waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembang ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalk. perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang me dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaima merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak- kanak (TI() hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuli
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolahuniversitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimana landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional, dan kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. orientasi filosofis ini jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti menteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang unggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan .
pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern
Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3. Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST
PoliteknikAkademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
Memiliki jiwa Tauhid yang murni
Beribadah hanya kepada Allah
Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
Memiliki akhlaq yang mulia
Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
.Bentuk dan Model pendidikan muhammadiyah
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-'alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: "Wahai jama'ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)"(QS. Ar-rahman/55:33).
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang
beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik
dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah
Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid'ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: " Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah"( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
1. Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah-madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah Mu'allimin dan Mu'allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:
Baik budi, alim dalam agama
Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda
Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi sekolah keagamaan tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di tempat-tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.
Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
A. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan;
Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, "guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya". Tetapi segera ditambahkan: "guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa "di ditiru"
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi "pekerjaan rumah" bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)
Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.
Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi :
Dari orientasi status ke orientasi kompetensi
Dari orientasi Input ke output
Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
Dari orientasi fisik ke orientasi nilai
Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modal sosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua tuntutannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah, memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.
B. Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi keilmuan telah melahirkan system Islam yang mandul dan tidak berdaya. Pendidikan Muhammadiyah selalu merespon perkembangan zaman. Kesadaran akan keringnya Islamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan menjadi sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang pendidikan menuntut pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam arti mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohamad. Ali (2010: XIX) menjelaskan, jika pada tahun 1990an madrasah mengalami modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami gejala spiritualisasi. Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualisasi sekolah bersifat bottom-up. Spiritualisasi sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yang menerapkan system pembaharuan dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut. Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: Bumi Aksara.1990.
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember: Mutiara Offset.
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam.