IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM 1. PEN ENDA DAH HUL ULUA UAN N Islam Islam sebaga sebagaii agama agama yang yang berlak berlaku u abadi abadi dan berlak berlaku u untuk untuk seluru seluruh h umat umat manusi manusiaa mempun mempunyai yai sumber yang lengkap pula. Sebagaimana diuraikan di awal bahwa sumber ajaran islam adalah Al-Qur”an dan Sunnah yang sangat lengkap. Seperti Seperti diketahui diketahui bahwa Al-Qur’an Al-Qur’an adalah merupakan merupakan sumber ajaran yang bersifat pedoman pedoman pokok pokok dan dan glob global al,, seda sedang ngka kan n penj penjel elasa asann nny ya bany banyak ak dite diteran rangk gkan an dan dan dile dileng ngka kapi pi oleh oleh Sunn Sunnah ah secara secara komp kompre rehe hens nsif if,,
meme memerl rluk ukan an
pene penela laah ahan an
dan dan
peng pengka kaji jian an
ilmi ilmiah ah
yang ang
sung sunggu guhh-su sung nggu guh h
sert sertaa
berkesinambungan. Para Para ulama ulama bersep bersepaka akatt tentan tentang g penger pengertia tian n ijtiha ijtihad d secara secara bahasa bahasa berbed berbedaa pandan pandangan gan,, mengen mengenai ai pengertiannya secara istilah muncul belakangan, yaitu pada massa tasyri dan massa sahabat. Ijtihad mempunyai mempunyai definisi dan mempunyai mempunyai landasan landasan serta dasar-dasar dan mempunyai mempunyai hukum dan mempuny mempunyai ai unsur-unsur. Dilihat Dilihat dari fungsinya fungsinya ijtihad ijtihad berperan berperan sebagai sebagai penyalur penyalur kretifitas pribadi atau kelompok kelompok dalam merespon peristiwa yang dihadapi sesuai dengan pengalaman mereka. Ijtihad juga berperan sebagai interpreter terhadap dalil-dalil yang zhanni al-wurud atau zhanni addalalah. Ijtihad diperlukan untuk menumbuhkan ruh islam dan berperan sebagai penyalur kretifitas pribadi.
2. IJTIHA IJTIHAD D SEBAGA SEBAGAII SUMBER SUMBER AJAR AJARAN AN ISLAM ISLAM Syariah islam yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan Sunnah secara komprehensif, memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Didalam keduanya terdapat terdapat lafadz yang yang ‘am-khash, ‘am-khash, mutlaq-muqay mutlaq-muqayyad, yad, nasikh mansukh, dan muhkam-mu muhkam-mutasyab tasyabih, ih, yang memerlukan penjelasan. Sementara itu, nash Al-Qur’an dan Sunnah telah berhenti, padahal waktu terus berjalan dengan sejumlah peristiwa dan persoalan yang datang silih berganti (Al-wahyu qad intaha wal Al-Waqa’ ila yantahi). Oleh karena itu, diperlukan usaha penyelesaian secara sungguh-sungguh atas ijtihad menjadi sangat penting. a.
Pengertian ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahada. jahada. Artinya Artinya mencurahkan mencurahkan segala kemampuan kemampuan atau menanggun menanggung g beban kesulitan. Menurut bahasa, ijtihad adalah mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan. Dalam ushul fiqh, para ulama ushul fiqh mendefinisikan ijtihad secara berbeda-beda. Misalnya Imam as-Syaukani
mendefinisikan ijtihad adalah mencurahkan kemampuan guna mendapatkan hukum syara’ yang bersifat operasional dengan cara istinbat (mengambil kesimpulan hukum). Sementara Imam al-Amidi mengatakan bahwa ijtihad adalah mencurahkan semua kemampuan untuk mencari hukum syara’ yang bersifat dhonni, sampai merasa dirinya tidak mampu untuk mencari tambahan kemampuannya itu. Sedangkan imam al-Ghazali menjadikan batasan tersebut sebagai bagian dari definisi al-ijtihad attaam (ijtihad sempurna). Imam Imam Syafi Syafi’I ’I mene menega gaska skan n bahw bahwaa seseo seseoran rang g tida tidak k bole boleh h meng mengata ataka kan n tidak tidak tahu tahu terha terhada dap p permasalahan apabila ia belum melakukan dengan sungguh-sungguh dalam mencari sumber hukum dalam dala m permasalahan tersebut. Demikian juga, ia tidak boleh mengatakan tahu sebelum ia sungguh-sungguh mengga menggali li sumber sumber hukum hukum dengan dengan sepenu sepenuh h tenaga tenaga.. Imam Imam Syafi-I Syafi-I hendak hendak menyim menyimpul pulkan kan bahwa bahwa dalam dalam berijtihad hendaklah dilakukan dengan sungguh-sungguh. sungguh-sungguh. Artinya, mujtahid juga harus memiliki kemampuan dari berbagai aspek criteria seorang mujtahid agar hasil ijtihadnya bisa menjadi pedoman bagi orang banyak. Ahli ushul fiqh menambahkan kata-kata al-faqih dalam definisi tersebut sehingga definisi ijtihad adalah pencurahan seorang faqih akan semua kemampuannya. Sehingga Imam Syaukani memberi komentar bahwa penambahan faqih tersebut merupakan suatu keharusan. Sebab pencurahan yang dilakukan oleh orang yang bukan faqih tidak disebut ijtihad menurut istilah. Dalam Dalam defini definisi si lain, lain, dikata dikatakan kan bahwa bahwa ijtihad ijtihad yaitu yaitu mencur mencurahk ahkan an seluruh seluruh kemamp kemampuan uan untuk untuk menetapkan hukum syara’ dengan jalan istinbat (mengeluarkan hukum) dari Kitabullah dan Sunah Rasul. Menurut kelompok mayoritas, ijtihad merupakan pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian pengertian terhadap terhadap sesuatu hukum syara’. Jadi, yang ingin dicapai oleh ijtihad yaitu hukum Islam yang yang berhubung berhubungan an dengan dengan tingkah tingkah laku dan perbuatan perbuatan orang-orang orang-orang dewasa. Ulama Ulama telah telah bersep bersepaka akatt bahwa bahwa ijtihad ijtihad dibena dibenarka rkan, n, serta serta perbed perbedaan aan yang yang terjadi terjadi sebaga sebagaii akibat akibat ijtiha ijtihad d ditolerir, dan akan membawa rahmat saat ijtihad dilakukan oleh yang memenuhi persyaratan dan dilakukan di medannya (majalul ijtihad).
b. Dasar-dasar Ijtihad Dasar hukum ijtihad adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Diantara ayat Al-Qur’an yang menmmjadi dasar ijtihad: adapun Sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya Hadits Amr bin Ash yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“apa “apabi bila la seora seorang ng hakim hakim mene meneta tapk pkan an huku hukum m deng dengan an berij berijti tiha had d kemu kemudi dian an dia dia bena benarr maka maka ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi, jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu salah maka ia mendapatkan satu pahala” . (HR. Muslim, 11,t.th :62). c. Maca Macamm-ma maca cam m ijt ijtih ihad ad Ditinjau Ditinjau dari segi pelakuny pelakunyaa ijtihad ijtihad dibagi dibagi menjadi menjadi dua, yaitu: ijtihad perorangan perorangan dan ijtihad ijtihad jam’i. Ijtihad perorangan yaitu suatu ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid dalam suatu persoalan hukum. Sedangkan ijtihad jam’i atau ijtihad kelompok adalah ijtihad yang dilakukan oleh sekelompok mujtahidin dalam menganalisa suatu masalah untuk menentukan suatu hukum. Dilihat dari lapangannya ijtihad dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Ijtihad pada masalah-masalah yang ada nassnya tapi bersifat zhanni. b. Ijtihad untuk mencapai suatu hukum syara’ dengan penetapan kaidah kulliyah yang bisa diterapkan tanpa adanya suatu nass. c. Ijtihad bi ar-ra’i yaitu ijtihda yang berpegang pada tanda-tanda dan wasilah yang telah ditetapkan syara’ untuk menunjuk pada suatu hukum
3. PENUTUP Ijtihad merupakan merupakan suatu proses pengadilan pengadilan hukum islam yaqng yaqng berkaitan berkaitan erat dengan dengan bidang bidang fiqih, fiqih, bidang hukum yasng berkenaan dengan amal atau perbuatan. oleh karena itu, menurut ulama fiqih, ijtihad tidak terdapat dalam ilmu kalam dan tasawuf, karena ijtihad hanyas berkenaan dengasn dalil-dalil zhanni, sedangka ilmu kalam menggunakan dalil yasng qhati’, baik dalam Al-Qur’an mapun Sunnah. Ijtihad digambarkan ada beberapa persamaan dan perbedaan dan adapun yang menjadi dasar hukum ijtihad ialah Al-Qur’an dan Sunnah. Hukum ijtihad bagi orang itu bisa wajib ‘ain, wajib kifayat, Sunat atau haram, bergantung pada kapasitas orang tersebut. Dewasa ini umat islam dihadapkan kepada sejumlah peristiwa keinginan yang menyangkut menyangkut berbagai aspek kehidupan. kehidupan. Melihat Melihat persoalan-per persoalan-persoalan soalan diatas umat islam dituntut dituntut untuk untuk keluar dari kemelut itu. Karena itu ijtihad menjadi sangat penting meskipun tidask bisa dilakukan oleh setiap orang.