i
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Ekonomi Kota yang berjudul “Identifikasi Persoalan Ekonomi Kreatif Studi Kasus: Kota Bandung” dengan lancar. Selama proses penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari pihakpihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal, sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, yaitu: 1. Dr.Ir.Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg dan Vely Kukinul Siswanto, ST., MT.M.Sc. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Kota. 2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi. 3. Rekan-rekan di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan motivasi dan bantuan demi kelancaran pembuatan makalah ini. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah wawasan tentang analisis lokasi dan keruangan. Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Surabaya, Mei 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 2 1.3 Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 2 BAB II REVIEW LITERATURE .............................................................................................. 3 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif .................................................................................................. 3 2.2 Ruang Lingkup Ekonomi Kreatif ...................................................................................... 3 2.3 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif : The Triple Helix............................................... 4 2.4 Definisi Incentive ............................................................................................................. 5 BAB III GAMBARAN UMUM ................................................................................................. 8 3.1 Gambaran Umum Ekonomi Kreatif di Kota Bandung ....................................................... 8 3.2 Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota ............................................................................. 14 3.3 Gambaran Umum Persoalan Ekonomi Kota .................................................................. 14 BAB IV ANALISA ................................................................................................................ 17 4.1 Analisa Persoalan Ekonomi Kota .................................................................................. 17 4.2 Hubungan Antara Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Kota .................................................. 22 4.3 Analisis SWOT .............................................................................................................. 23 4.4 Konsep Penanganan Persoalan Ekonomi Kota ............................................................. 24 BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 25 5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 25 5.2 Lesson Learned ............................................................................................................ 26
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan selain bertujuan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi sekaligus juga akan merubah struktur perekonomian dari sektor primer menunju sektor sekunder atau tersier, atau dengan kata lain dari sektor yang berbasis sumber daya alam atau sektor tradisional menuju sektor yang berbasis industri atau jasa. Perubahan ini mencerminkan bahwa pembangunan juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi akibat dari adanya globalisasi. Masalah perekonomian dan pasar bebas menjadi tantangan terberat dalam globalisasi. Dalam hal ini, ada kesan globalisasi menyebabkan ketidakadilan ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang. Seperti yang kita lihat sekarang, globalisasi justru menyuburkan negara maju dengan kemampuan eksploitasi hasil bumi dari negara berkembang dan kekuatan memberikan pengaruh ekonomi, sosial dan budaya ke negara-negara berkembang. Indonesia menyimpan keunikan budaya dan sumberdaya alam menarik di setiap daerahnya. Di era globalisasi ini, terjadi sebuah kekhawatiran bahwa nilai-nilai budaya lokal dan sumber daya alam dapat tergerus oleh nilai-nilai budaya asing dan tidak adanya perawatan. Akan tetapi, era globalisasi ini justru dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan budaya dan sumberdaya daerah melalui sektor ekonomi kreatif. Sejak tahun 2007, konsep "Ekonomi Kreatif", "Industri Kreatif" dan "Kota Kreatif" telah menjadi istilah-istilah yang populer di Indonesia. Mengadopsi konsep yang diperkenalkan oleh pemerintah Inggris, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan kemudian menciptakan cetak biru Ekonomi Kreatif, dengan fokus pada pengembangan industri kreatif dan kota-kota kreatif. Setelah delapan tahun, industri kreatif Indonesia berkembang pesat, dengan banyak komunitas kreatif yang berkembang berdasarkan keterampilan kewirausahaan dan upaya sendiri. Industri kreatif dipercaya pemerintah sebagai harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi kreatif di beberapa kota di Indonesia yang memiliki ‘iklim kreatif’ yang menonjol seperti Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota Bandung menjadi salah satu percontohan dalam pengembangan ekonomi kreatif yang melibatkan komunitas secara aktif. Bandung memberikan sumbangan ekonomi kreatif sebesar 4,75% pada tahun 2006 atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar sebesar 5,6%. Bandung pun menjadi kota pertama yang berhasil menggunakan model ABCG 1
(Akademisi, Bisnis Sektor, Community, Government), dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Sektor ekonomi kreatif terbukti mampu menyerap sekitar 3,7 juta tenaga kerja atau setara dengan 4,7% total penyerapan tenaga kerja baru. (pikiran-rakyat.com, 2016). Kota Bandung terpilih dalam 5 besar kota kreatif se-Asia. Hal tersebut berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu media di Singapura yakni Channel News Asia pada Desember 2011. Bandung juga sudah menjadi tujuan wisata baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara, hal ini ditunjang dengan keindahan destinasi budaya dan seni serta kuliner yang dimiliki kota Bandung. Wisata menjadi potensi Kota Bandung dan produk-produk ekonomi kreatif lainnya yang unik dan khas. Oleh karena diperlukan itu upaya pemerintah kota Bandung untuk merencanakan kegiatan Destinasi Incentive guna menarik wisatawan dan mengembangkan potensi yang ada.. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Identifikasi Persoalan Ekonomi Kreatif Studi Kasus: Kota Bandung” ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui penerapan ekonomi kreatif pada potensi sumber daya alam Kota Bandung.
2.
Mengetahui tantangan dari penyelenggaraan ekonomi kreatif di Kota Bandung.
3.
Mengetahui pengaruh ekonomi kreatif terhadap perokonomian Kota Bandung.
4.
Mengetahui rekomendasi strategi pengembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung.
1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada makalah ini tersusun dalam lima bab yang terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang penyusunan makalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan dari tugas analisis persoalan ekonomi kota yaitu ekonomi kreatif. BAB II REVIEW LITERATUR merupakan bab review dari jurnal yang menjadi literatur studi kasus dalam makalah persoalan ekonomi kota yaitu ekonomi kreatif. BAB III GAMBARAN UMUM merupakan bab yang terdiri dari identifikasi masalah secara umum dan gambaran umum masalah secara rinci. BAB IV ANALISA merupakan bab analisis dan pembahasan mengenai topik persoalan ekonomi kota yaitu ekonomi kreatif berdasarkan teori-teori pengembangan ekonomi kreatif. BAB V PENUTUP merupakan bab yang berisi kesimpulan lesson learned dari penulisan makalah ini.
2
BAB II REVIEW LITERATURE 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif Menurut John Howkins dalam buku Creative Economy How People Make Money from Ideas dijelaskan bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan. Hanya dengan modal gagasan seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Berdasarkan RPJM Ekonomi Kreatif Tahun 2015-2019, ekonomi kreatif merupakan penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativias dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. 2.2 Ruang Lingkup Ekonomi Kreatif Ruang lingkup ekonomi kreatif tedapat dalam Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Ekonomi Kreatif dan RPJM Ekonomi Kreatif Tahun 2015-2019. Berdasarkan Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Ekonomi Kreatif, subsector ekonomi kreatif ada 15, yaitu : 1. Periklanan (advertising) 2. Arsitektur 3. Pasar Seni dan Barang Antik 4. Kerajinan 5. Design 6. Fashion 7. Video,Film,Fotografi 8. Permainan Interaktif 9. Musik 10. Seni Pertunjukan 11. Penerbitan dan Percetakan 12. Layanan Komputer dan 13. Perangkat Lunak 14. Televisi dan Radio
3
15. Riset dan Pengembangan Sedangkan menurut RPJM Ekonomi Kreatif Tahun 2015-2019, subsector ekonomi kreatif ada 18, yaitu : 1. Animasi 2. Arsitektur 3. Design 4. Fotografi 5. Musik 6. Kerajinan 7. Kuliner 8. Fashion 9. Penelitian dan Pengembangan 10. Penerbitan 11. Perfilman 12. Periklanan 13. Permainan Interaktif 14. Seni Pertunjukan 15. Seni Rupa 16. Teknologi Informasi 17. Televisi dan Radio 18. Video 2.3 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif : The Triple Helix Model Pengembangan industri kreatif adalah layaknya sebuah bangunan yang akan menguatkan ekonomi kota dengan landasan, pilar dan atap sebagai elemen elemen bangunan tersebut. Dengan model pengembangan industri kreatif ini, maka akan membawa industri kreatif dari titik awal (origin point) menuju tercapainya visi dan misi industri kreatif. Pilar utama model pengembangan ekonomi kreatif sebagai berikut: 1. Iptek 2. Sektor Produktif 3. Sumber Daya 4. Keuangan 4
5. Kelembagaan Adapun aktor utama dalam model pengembangan ekonomi kreatif adalah akademis, bisnis, dan pemerintah. Hubungan yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke-3 aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan dan pilar-pilar model
industri
kreatif
akan
menghasilkan
industri
kreatif
yang
kokoh
dan
berkesinambungan.
AKADEMIS
BISNIS
PEMERINTAH
Kelembagaan
Keuangan
Sumber daya
Sektor Produktif
IPTEK
MASYARAKAT Gambar 1. Bagan The Triple Helix 2.4 Definisi Incentive Definisi incentive menurut IAPCO adalah meeting event as as a part of a programme which is offered to its participants to reward a previous performance. Sedangkan definisi lain menurut Society of Incentive Travel Executives (SITE), a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the organizational goals. Jadi, perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka. Menurut M.Kesrul (2004:18) perjalanan insentif adalah perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau pihak-pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses dari suatu perusahaan untuk tujuan meningkatkan gsirah kerja, meningkatkan produksi dan penjualan serta meningkatkan daya beli konsumen. Kegiatan incentive travel merupakan salah satu kegiatan kreatif.
5
2.5 Unsur-Unsur Penting Dalam Incentive Dalam incentive travel atau perjalanan insentif terdapat beberapa unsur-unsur penting, yaitu: 1. Akomodasi 2. Transportasi atau Jasa Angkutan 3. Restoran atau Jasa Boga 4. Atraksi WIsata 5. Tempat Penukaran Uang 6. Cindera Mata 7. Pelayanan Informasi Wisata 8. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi 9. Destinasi 2.5 Isu Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Berdasarkan RPJM Ekonomi Kreatif Tahun 2015-2019, Pemerintah bersama-sama dengan
pemangku
kepentingan
telah
mengidentifikasi
7
isu
strategis
dalam
pengembangan ekonomi kreatif. Tujuh isu strategis tersebut adalah: 1. Ketersediaan sumber daya manusia kreatif yang profesional dan kompetitif 2. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas, beragam, dan kompetitif 3. Pengembangan industri yang berdaya saing, tumbuh dan beragam 4. Ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif 5. Perluasan pasar bagi karya, usaha, dan orang kreatif 6. Ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif 7. Kelembagaan dan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan ekonomi kreatif. 2.6 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif Dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif yang tertata dan berkesinambungan serta sejalan dengan rencana pembangunan nasional jangka panjang, pemerintah telah meluncurkan rencana induk pengembangan ekonomi kreatif 2015–2025 pada tahun 2014 yang merupakan revisi dari rencana induk pengembangan ekonomi kreatif 2009–2025 yang telah diluncurkan pada tahun 2009 lalu. Rencana induk ini merupakan panduan pengembangan ekonomi kreatif hingga tahun 2025 mendatang. Berikut tahapan pengembangan ekonomi kreatif tahun 2005-2015 berdasarkan RPJM Ekonomi Kreatif 2015-2019:
6
Tabel 1. Tahap pengembangan ekonomi kreatif Tahap Kesatu
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Tahap
(2005-2009)
(2010-2014)
(2015-2019)
Keempat
2025
(2020-2024) Menata kembali
Menata kembali
Memantapkan
Mengarus-
Ekonomi kreatif
dan
pengembangan
pengembangan
uamakan
sebagai
meningkatkan
ekonomi kreatif
ekonomi kreatif
kreatifitas dan
penggerak
kesadaran dan
dan
dengan
mewujudkan
terciptanya
apresiasi
memperkuat
menekankan
daya saing
Indonesia yang
terhadap
SDM dan
pencapaian
global
berdaya saing
ekonomi kreatif
kelembagaan
daya saing
berlandaskan
dan masyarakat
di segala
pengembangan
kompetitif
keunggulan
berkualitas
bidang yang
ekonomi kreatif
berlandaskan
kompetitif di
hidup.
ditujukna untuk
yang ditujukan
keunggulan
seluruh wilayah
meningkatkan
untuk
sumber daya
Indonesia yang
upaya
menciptakan
alam dan
di dukung oleh
penciptaan nilai
iklim usaha
sumber daya
SDM
tambah
yang kondusif
manusia
berkualitas,
berbasis
bagi
berkualitas
sumber daya
budaya
pengembangan
dengan
alam dan
ekonomi kreatif
kemampuan
budaya lokal,
pengembangan
industri berdaya
dan
sang, dinamis,
pemanfaatan
beragam, dan
ilmu
berkelanjutan,
pengetahuan
serta iklim
dan teknologi
usaha yang
yang terus
kondusif
meningkat Sumber : RPJM Ekonomi Kreatif 2015-2019
7
BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Ekonomi Kreatif di Kota Bandung Pengembangan ekonomi kreatif di berbagai wilayah Indonesia memiliki peluang yang sama, karena tiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman seni, budaya dan warisan budaya. Tetapi tidak semua daerah dapat mengubah keanekaragaman tersebut menjadi industri yang dapat membuka lapangan kerja, melakukan ekspor karya kreatif, dan mendorcng pertumbuhan ekonomi. Kota Bandung dikenal sebagai kola seni yang masyarakatnya memiliki kreativitas yang tinggi, baik dalam hal rancangan busana yang unik, hlngga kreasi makanan yang selalu mengalaml perkembangan terbaru. Oleh karena itu terdapat keinginan untuk menjadikan Kota Bandung sebagai ikon kota kreatifdi lndonesia. Kota Bandung merupakan salah satu dari lima kota besar kota kreatif se- Asia, hal tersebut berawal dari pertemuan internasional kota berbasisi ekonomi kreatif, yang dilaksanakan di Yokohama jepang pada akhir 2007. Pada pertemuan itu, Bandung memperoleh penghargaan sekaligus tantangan, dengan terpilih sebagai projek rintisan (pilot project) kota kreatif se-Asia Timur. Saat ini sudah ada 400 outlet industri kreatif dan dapat menyerap kurang lebih 334.224 tenaga kerja dan memberikan kontribusi 11 persen untuk pertumbuhan ekonomi kota. Subsektor Ekonomi Kreatif Unggulan a. Industri Fashion Subsektor fashion Bandung adalah kota yang berhasil mengembangkan industri fashion. Bukti nyata atas perkembangan pesat industri fashion di kota Bandung adalah pesatnya pertumbuhan FO (factory outlet) dan Distro (distribution store) sebagai agen distribusi produk tekstil yang mengandalkan kreatifitas. Industri kreatif fashion sudah menjadi icon kota Bandung. Saat ini sedikitnya terdapat 20 tempat outlet fashion yang siap memanjakan para konsumen baik dari dalam kota maupun luar daerah.
Gambar 2. Kondisi eksisting industry fashion di Kota Bandung
8
b. Industri Desain Industri desain di Kota Bandung juga semakin meningkat dan cukup unik. Tidak hanya berkembang pada fashion tetapi juga merambah ke bisnis kerajinan, instrumen teknikal, desain jam tangan, desain arsitektur
Gambar 3. Kondisi eksisting desain fashion di Kota Bandung c. Industri IT Di kota bandung Industri IT juga semakin menggeliat seiring meningkatnya penggunaan perangkat digital pada semua elemen masyarakat. Fenomena ini berimbas kepada perkembangan industri kreatif yang berbasis information technology, dan ternyata sekarang ini telah berkembang cukup pesat di kawasan Kota Bandung. Belakangan ini bahkan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Indonesia (Mikti) menjalin kerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan membentuk Bandung Digital Valley (BDV).
Gambar 4. Kondisi eksisting industry IT di Kota Bandung Bandung Digital Valley (BDV) adalah inkubator startup & co-working space (tempat kerja bersama beberapa perusahaan). Startup yang ada di sini sebelumnya melalui proses seleksi. Setiap tahunnya, ada 2 kali batch inkubasi bisnis dengan total hingga 20 startup/batch. Startup yang terpilih nantinya akan dibimbing mentor-mentor yang sudah sukses dengan bisnis di bidang teknologi.
9
d. Industri Kuliner Selain teknologi dan desain, industri kuliner juga menghasilkan produk yang berkualitas. Banyaknya tempat wisata kuliner di Bandung memang menjadi salah satu daya tarik wisatawan datang ke Kota ini. Beberapa diantaranya adalah, Rumah Sosis, Pino Pizza, Kampung Daun, Yoghurt Cisangkuy, Roemah Nenek Resto Café, Raja Rasa, The Peak, Atmosphere Resort Café, The Valley Bistro Café, Sapu Lidi, dan Maja House. Tempat-tempat wisata kuliner ini sudah banyak dikenal dan menjadi magnet bagi para wisatawan.
Gambar 5. Kondisi eksisting industry kuliner di Kota Bandung Selain makanan modern, Bandung juga memiliki banyak jenis makanan tradisional. Seperti peuyeum, makanan yang merupakan hasil fermentasi dari singkong ini mempunyai rasa unik, percampuran rasa asam dan manis membuatnya banyak diburu oleh para wisatawan. e. Pasar Barang Seni dan Kerajinan Sumber Daya Manusia pada kota Bandung tergolong kreatif dinuktikan dengan Lebih dari 10% dari jumlah penduduk Jelekong memiliki profesi sebagai pelukis. Beragam lukisan asal desa ini, bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri Sentra pembuatan lukisan yang muncul sejak 1960-an ini tepatnya berada di Jalan Raya Laswi, Baleendah, Kabupaten Bandung.. Dari total penduduk Jelekong yang sebanyak 5000 orang, 600 diantaranya adalah pelukis.
10
Gambar 6. Kondisi eksisting pasar barang seni dan kerajinan di Kota Bandung f.
Seni pertunjukan atau showbiz Bandung juga dikenal sebagai gudang artis dan seniman. Dari pelawak sampai band indie, ada di kota ini. Salah satu seni pertunjukan yang terkenal di Bandung adalah Saung Angklung Udjo (SAU) Konser musik tradisional angklung merupakan menu spesial di SAU. Konser ini akan diisi oleh anak anak berusia tak lebih dari 12 tahun dengan tarian dan musik. Di beberapa kesempatan pertunjukan ini menampilkan tari Topeng dan Wayang golek. Tamu yang datang bukan hanya wisatawan domestik, melainkan juga mancanegara
Gambar 7. Kondisi eksisting seni pertunjukan di Kota Bandung “Tuhan menciptakan Kota Kembang (Bandung), di saat sedang tersenyum”, begitu anekdotnya. Bandung memiliki reputasi untuk menjadi objek wisata menarik di kawasan Asia. Bandung mampu menarik kunjungan wisatawan domestik, maupun mancanegara. Diperkirakan, 6 juta wisatawan mengunjungi Bandung dalam setahun. Turis lokal dan asing memilih Bandung sebagai daerah wisata terfavorit di Indonesia pada 2014. Di Asia, Bandung berada pada posisi ke-4 dan peringkat 21 dunia. Kendati para 11
pelancong ini menyebar ke beberapa daerah tujuan wisata alam di Jawa Barat; Kabupaten Garut, Tangkuban Perahu, Kawah Putih dan lainnya, namun mayoritas dari wistawan tersebut menginap di Kota Bandung. Kegiatan Travel Incentive merupakan “paket komplit” untuk menjadi kota kreatif nan dahsyat. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan kreatif karena merupakan kegiatan perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau manajemen perusahaan. Berikut ini merupakan event yang mendukung kegiatan Travel incentive: 1. Sunda Festival (Festival budaya tradisional masyarakat Sunda) Festival di lahan seluas 4 hektar tersebut akan diisi oleh pameran yang mengenalkan profil dan produk karya 20 masyarakat adat di Jawa Barat dan Banten. Selain itu ada pertunjukan seni tradisi. Diantaranya laes dari kampung adat Ciptagelar, ronggeng gunung oleh warga kampung adat Gegersunten, dan tembang Sunda dari Garut. KickFest (Festival industri clothing
independen)
merupakan festival yang diisi oleh ratusan stand distro clothing dari seluruh penjuru. Biasanya disini banyak terdapat potongan harga dan penampilan musisi musisi untuk menyelingi acara. 2. Public Art Project (Proyek seni ruang publik) satu bentuk project yag turut meramaikan rangkaian acara dari helarfest08 ini telah resmi dibuka pada tanggal 8 Agustus kemarin. Proyek ini menampilkan 3 buah karya perupa Bandung yang ditampilkan dalam bentuk artwork di ruang publik kota Bandung, tepatnya di taman plaza Dago. 3. Bandung Creative Writing Festival (Festival sastra dan penulisan kreatif) Merupakan sebuah event yang membahas dunia sastra secara global dan kreatif. Serta mendatangkan beberapa narasumber terkenal dan penulis berbakat. 4. Bandung New Emergence (Pameran seni visual) program pameran reguler dua tahunan SSAS, telah menjadi ajang yang dinanti karena mewakili suatu upaya untuk memantau kecenderungan terkini praktik seni rupa kontemporer Bandung. Selain fokusnya pada seniman muda, yang menjadikan BNE unik adalah perbedaan metode kuratorial yang ditawarkan oleh setiap volume. 5. Freedom Jazz Festival (Konser musik jazz) Salah satu event yang menyuguhkan musik jazz dari lokal hingga internasional selama beberapa hari.
12
6. Bandung Creative Community Competiti Perlombaan mengenaikomunitas kreatif Bandung yang nantinya dapat memicu komunitas komunitas kreatif lainnya. 7. Trademark Bandung di Mall Paris Van Java Nampaknya
trend
skena mode market
lokal.
seperti
weekend Jika
fashion
market
Jakarta memiliki
Brightspot
sedang beberapa
ataupun
gandrung
dalam
weekend fashion
Market
Museum,
makaBandung punya Trademark Market. Tidak terasa kali ini Trademark Market Bandung sudah memasuki edisi ke-5 yang berarti sudah berumur 5 tahun. Acara ini sendiri digagas untuk menunjukan apresiasi terhadap brand fashion lokal yang terbukti tidak kalah keren dari brand fashion asing. 8. Karnaval Kreativitas IPTEK Karnaval Kreativitas IPTEK dimaksudkan memberikan pengalaman yang berbeda karena selain memamerkan hasil-hasil inovasi dan teknologi karya anak bangsa dalam Ritech Expo, masyarakat juga dapat melihat langsung iring-iringan hasil dari inovasi dan teknologi tersebut. Sedangkan Lokasi wisata yang menunjang Travel Incentive adalah sebagai berikut: 1. Cikole, Lembang, Bandung Di daerah ini juga terdapat banyak sekali obyek wisata, mulai dari wisata alam seperti kawah gunung Tangkuban Perahu & pemandian air panas Ciater, wisata budaya dan teknologi seperti peneropongan bintang Boscha, juga wisata botanikal seperti petik strawberry. 2. Situ Cileunca, Pengalengan, Bandung Di lokasi ini juga terdapat sungai Palayangan yang menantang untuk mengarunginya. Games outbound + Arung jeram adalah kombinasi yang menantang. 3. Cisangkuy, Banjaran, Bandung Mengambil lokasi di tepian sungai Cisangkuy yang memiliki jeram-jeram sangat menantang untuk diarungi. Berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandung ke arah Gunung Puntang, berudara sejuk dengan suasana pedesaan 4. Wisata Belanja Dago Lokasi untuk berbelanja produk-produk hasil industry kreatif dan kuliner diantaranya di jalan Riau, Dago dan Cihampelas untuk berwisata belanja membeli oleh-oleh khas kota Bandung
13
5. Saung Angklung Udjo (SAU) SAU boleh dikatakan gambaran keindahan tatar atau lembur Sunda. Angklung, alat musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu, mampu mencuri tempat di mata dunia internasional. 3.2 Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota Permasalahan ekonomi kreatif di Bandung 1. Pelaku industri kreatif di Kota Bandung mengeluhkan minimnya fasilitas yang bisa didapatkan untuk mengembangkan usaha 2. Pelaku industri kreatif mengeluh sulitnya mengakses bantuan modal kepada perbankan 3. Belum ada stimulus berupa kemudahan perizinan dan keringanan pajak yang dapat mendorong industry kreatif untuk tampil menjadi pengusaha handal. 4. Masih maraknya pembajakan maupun penduplikatan produk ekonomi kreatif 3.3 Gambaran Umum Persoalan Ekonomi Kota Minim fasilitas Perlunya dukungan pelaku industri kreatif di berbagai sektor. Fasilitas dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu baik materil maupun non materil yang dapat mempermudah tindakan untuk menciptakan suatu karya. Selain itu diperlukan pula tempat tempat yang representatif dan memiliki izin yang mudah karena para pelaku hanya memiliki modal yang minim untuk dapat menggunakan tempat. Sehingga pemerintah kota dapat memberikan atau menyewakan tempat tempat dengan harga sewa yang murah dengan memanfaatkan tempat tempat yang tidak terpakai dengan perijinan mudah dan tidak berbelit belit. Misalnya saja dalam sektor desain, inisiatif dari pemerintah masih sangat minim bagi perkembangan desain grafis. Dalam tahun 2014 saja hanya 1 (satu) kali saja pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan inisiatif untuk memberikan semacam seminar cara menggali ide kreatif bagi desainer grafis di Kota Bandung. Direktur program BCCF, ia menyebutkan bahwa: “Fasilitas untuk menunjang para pelaku usaha yang bergerak di bidang desain grafis tidak dimiliki oleh Kota Bandung. Fasilitas tersebut dapat berupa laboraturium desain grafis, galeri desain grafis dan perpustakaan khusus untuk desain grafis”.(Sedayu, 23/6/2014) Berdasarkan keterangan diatas fasilitas ini dibutuhkan oleh para desainer grafis. Bukan hanya ia belajar mencari referensi dan menciptakan karya di perpustakaan dan laboraturium grafis saja, dengan 14
adanya galeri mereka dapat memajang karyanya tersebut dan juga dapat menjadi tempat dimana ia akan mendapat perkerjaan disana dengan catatan galeri tersebut jika ada dibuka untuk umum. Modal perbankan Masalah bantuan modal perbankan adalah sulitnya pelaku industri untuk mengurus bantuan baik ke perbankan. Penyebabnya adalah pelaku industri yang belum memiliki wawasan mengenai permodalan untuk industri kecil. Pemerintah kurang mensosialisasikan mengenai prosedur dan kemudahan mendapatkan modal. Public Relation Kreatif Indie Clothing Kommunity (KICK) Ridho Alhadi mengatakan industri kreatif merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah padahal sudah memberikan kontribusi pendapatan pajak yang tidak sedikit. Pelaku industri kreatif selama ini berjuang sendiri membangun dunia distro Bandung dengan membentuk wadah komunitas pengusaha clothing. Pelaku industri kreatif mengeluh sulitnya mengakses bantuan modal kepada perbankan, sehingga terpaksa mengandalkan dana hasil patungan dengan sesama pelaku usaha. Namun ketika perusahaan clothing tersebut sudah besar, barulah perbankan berbondong-bondong menawarkan kredit kepada pelaku usaha. Selain permodalan, inisiatif pemerintah untuk mempromosikan berbagai industri kreatif di Bandung terutama yang bergerak di bidang fashion nyaris tidak ada sehingga ide-ide kreatif tidak bisa dinikmati semua kalangan. Bekraf sedang merancang sebuah program yang disebut Dana Ekonomi Kreatif. Dekraf adalah sebuah kesepakatan dari berbagai sumber pendanaan yang ada dan dialokasikan khusus untuk portofolio sektor ekonomi kreatif. Pengalokasian khusus untuk sektor ekonomi kreatif tersebut meliputi sumber pendanaan yang berbentuk hibah, pinjaman atau kredit, maupun penyertaan saham. Saat ini, kendala yang masih dihadapi oleh sektor ekonomi kreatif, khususnya permodalan, karena mereka sulit untuk mendapatkan akses perbankan. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/04/01/o4yh45382-dana-ekonomikreatif-akan-beri-modal-pengusaha-pemula Perizinan dan keringanan pajak Perizinan dan keringanan pajak belum sepenuhnya dimudahkan oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan pelaku industri merasa belum sepenuhnya paham akan manfaat perizinan dan pajak dimasa yang akan datang. Dari minimnya pengetahuan mengenai perizinan dan peringanan pajak membuat pelaku industri hanya berani memasarkan pada
15
pasar domestik, padahal apabila dilihat dari nilai jual produk tersebut dapat bersaing di pasar mancanegara Menurut PT Bursa Efek Indonesia mengungkapkan tingginya minat investor pada industri kreatif Indonesia. Namun, akibat sulitnya urusan perizinan, membuat dana besar tersebut justru lari ke Singapura. Direktur Utama BEI, Ito Warsito, memperingatkan pemerintahan Jokowi- JK yang berjanji untuk menumbuhkan industri kreatif Tanah Air agar mempermudah masalah perizinan pendirian usaha ini para pelaku industri kreatif didorong untuk melantai di bursa saham atau initial public offering (IPO). Hal ini bertujuan menggenjot kinerja industri kreatif itu sendiri khususnya dari sisi permodalan dan mendorong industri kreatif untuk membuat perusahaan dan IPO di Indonesia. Salah satu industri kreatif yang sedang tumbuh ialah sektor permainan atau game. Perusahaan perangkat lunak tumbuh subur di Singapura. Banyak pelaku ndustri yang akhirnya mendirikan perusahaan di Singapura, karena dengan mendirikan perusahaan di sana mereka lebih gampang, karena mendirikan perusahaan di Bandung sangat sulit jalannya serta memakan waktu yang lama. http://www.merdeka.com/uang/investorindustri-kreatif-indonesia-banyak-kabur-ke-singapura.html Hak paten Pelaku industri yang masih belum mendaftarkan hak paten dan penegasan mengenai peraturan pembajakan maupun penduplikatan produk. Misalnya saja penduplikatan pada industri musik dan perangkat lunak yang tersebar di internet, banyak orang yang memilih software maupun produk bajakan dengan harga yang murah. Begitu pula dengan pola komunikasi antara pelaku dan pemerintah, yang tidak dibangun berdasarkan rasa percaya satu sama lain. Misalnya saja pada sektor kerajinan Jabar Craft Center yang masih belum dilihat sebagai bagian ekonomi kreatif Regulasi mengenai hak paten dan sebagainya sebetulnya sudah ada akan tetapi kurangnya sosialisasi atas HKI ini menjadi hal yang berjalan terbalik dimana pemerintah selalu berkampanye dengan jangan beli barang bajakan. Dan dalam permasalahan lain yakni tentang penegakan hukum dan inspeksi langsung dari pemerintah kepada pelaku pembajakan karya desain grafis yang terdapat pada pakaian yang jarang dilakukan, mengakibatkan potensi pembajakan terus berkembang. Peran dari Pemerintah Kota Bandung terkait regulasi industri kreatif di bidang desain khususnya menurut peneliti masih belum maksimal. Hal ini dapat kita lihat pada implementasi dari Perda No. 9 Tahun 2009 belum diimplementasikan dengan baik dimana Pemerintah Daerah melalui Dinas KUKM dan Perinad tidak atau belum melakukan pembinaan terhadap desainer grafis di Kota Bandung
16
BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Persoalan Ekonomi Kota Ekonomi kreatif merupakan bagian dari transformasi sosial dan sumber daya di era yang semakin maju. Pada perkembangan masa kini, inovasi menjadi nilai yang sangat penting dalam ekonomi. Prinsip dasar ekonomi yakni memperoleh hasil yang optimal dari modal yang minimal. Kreasi yang bersifat originalitas danlahir dari sumber daya manusia merupakan modal yang dapat dijadikan dalam menjawab tantangan ekonomi masyarakat maju. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan yang dapat mendasari perkembangan ekonomi kreatif sebagai solusi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan. Kota Bandung berkembang sebagai kota Metropolitan di Jawa Barat, yang memiliki kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi kota. Secara regional, pada tahun 2012 kontribusi ekonomi kreatif kota Bandung terhadap pada produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat hampir 8% atau sekitar Rp 21 triliun dan telah menyerap tenaga kerja sekitar 2,75% dari jumlah total tenaga kerja. Hal inilah yang juga mendukung catatan prestasi kota Bandung yang masuk dalam jaringan kota kreatif dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau UNESCO Creative Cities Network (UCCN) bersama dengan 47 kota lainnya dari 33 negara (sumber : http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=8&date=2015-12-15). Berkembangnya ekonomi kreatif di kota Bandung mendorong perkembangan kota ini untuk mewujudkan pencapaian sebagai kota kreatif. Bandung dinilai sangat kondusif untuk mengembangkan iklim ekonomi kreatif, hal ini dilihat dari produksi industri kreatif yang cukup marak dikembangkan di kota ini. Menurut Mari elka Pangestu, industri kreatif di kota Bandung diawali dengan munculnya industri distro dan seni rupa. Aktivitas industri kreatif ini ternyata mengundang para wisatawan untuk berkunjung ke kota Bandung, Selain itu potensi wisata yang disediakan alam juga memberi dukungan bagi wisatawan Internasional untuk berkunjung. Dengan melihat potensi kota Bandung dari segi ekonomi kreatif dan pariwisata, maka keduanya dapat diintegrasikan dalam pengembangannya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam jurnal pembahasan “Potensi Kota Bandung sebagai Destinasi Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif”,menjelaskan bahwa kota Bandung yang masuk dalam deretan lima besar kota kreatif se-Asia dan memiliki potensi sebagai destinasi Incentive Travel dapat membantu meningkatkan potensi kedua sektor tersebut. Permasalahan-permasalahan ekonomi kreatif di kota Bandung tentunya berlangsung dengan tetap mengarah pada kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
17
Untuk mencapai visi misi industri kreatif Indonesia 2030, maka digunakan model pengembangan ekonomi kreatif sebagai berikut :
AKADEMIS
BISNIS
PEMERINTAH
Kelembagaan
Keuangan
Sumber daya
Sektor Produktif
IPTEK
MASYARAKAT
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi yang beorientasi pada pengembangan sumber daya manusia yang berasal dari inovasi maupun gagasan dari masing-masing individu. Ide-ide ekonomi kreatif tersebut dikembangkan oleh masyarakat sebagai pelaku ekonomi kreatif. Umumnya masyarakat di kota Bandung memiliki kemampuan dan keahlian untuk muncul sebagai pelaku industri kreatif, tetapi sebagian besar juga masih belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang perizinan. Sehingga banyak industri kreatif yang beum mengembangkan usahanya secara optimal karena belum difasilitasi dengan baik.
Model di atas juga menjelaskan mengenai pilar-pilar pengembangan ekonomi kreatif yakni :
1. Industri (Industry) Merupakan bagian kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara atau area tertentu. Kegiatan industri kreatif masyarakat kota Bandung umumnya terdiri dari subsektor industri fashion, industri desain, industri informasi dan teknologi, industri kuliner, pasar barang seni dan kerajinan, dan seni pertunjukan atau showbiz. Kelima subsektor tersebut selama ini menjadi tiang penyangga pertumbuhan ekonomi kreatif di kota Bandung.
2. Teknologi (Technology) Teknologi adalah salah satu enabler dalam mewujudkan kreatifitas individu dalam karya nyata. Penggunaan teknologi utamanya dibutuhkan dalam proses produksi menjadi bahan jadi.
18
3. Sumber Daya (Resources) Resources menjelaskan terkait input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas yang dimiliki oleh sumber daya manusia. Sumber daya tersebut dapat juga dijelaskan sebagai sumber daya alam maupun sumber daya budaya. Kota Bandung sangat dikenal dengan kebudayaan Sunda, kekayaan kultural tersebut juga dapat dikelola untuk menciptakan nilai tambah bagi produk ekonomi kreatif. Kota Bandung yang juga memiliki potensi wisata alam yang bernilai tinggi. Sehingga kekayaan sumber daya yang terdapat pada kota ini dapat dintegrasikan untuk mencapai tujuan peningkatan ekonomi kota.
4. Kelembagaan (Institution) Kelembagaan merupakan tatanan sosial seperti kebiasaan, norma adat, aturan, serta hukum yang berlaku. Adanya kelembagaan ini berperan dalam mengoordinasikan maupun menginisiasi kebijakan untuk pengembangan dan keberlanjutan ekonomi kota. Kota Bandung memiliki wadah kelembagaan yang mempertemukan beragam individu, komunitas, dan berkolaborasi dalam merancang kegiatan bersama yakni Bandung Creative City Forum (BCCF). Institusi kreatif BCCF berupaya untuk mewadahi potensi kreativitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi dengan program-program yang dikembangkannya yang merupakan bagian dari strategi jangka panjang pengembangan ekonomi kreatif yang berkelanjutan di kota Bandung. Dalam jurnal “Pengembangan Bandung Kota Kreatif Melalui Kekuatan Kolaboratif Komunitas”, dijelaskan bahwa BCCF sebagai organisasi lintas sektor kreatif, menjadi kekuatan kolaboratif karena terjadi perpaduan pemikiran, komitmen, kemitraan yang tidak berhirarkis, serta terjadi berbagi sumber daya. Proses komunikasi ide yang dihasilkan BCCF dilakukan melalui difusi horisontal dan vertikal. Dalam difusi horisontal BCCF tidak hanya menguntungkan secara individual dan kelompok, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pengembangan Bandung sebagai Kota Kreatif.
5. Keuangan (Financial Intermediary) Pilar ini merujuk pada sistem pembiayaan ekonomi kreatif serta lembaga yang berperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri. Hal ini juga sekaligus menjadi permasalahan dalam kondisi ekonomi kreatif di Indonesia. Pelaku industri kreatif yakni masyarakat masih mengeluhkan terkait bantuan
19
pembiayaan. Sehingga pembiayaan seringkali masih menjadi hambatan bagi pelaku ekonomi kreatif.
Pada model pengembangan di atas juga terdapat aktor utama yang dikenal dengan the triple helix yang terdiri dari akademisi (Intellectual), bisnis (Bussiness), dan pemerintah (Government). Ketiga aktor tersebut berperan sebagi penggerak ekonomi kreatif. Otorisasi pengambilan kebijakan merupakan pertimbangan dari ketiga aktor tersebut. Model pengembangan ekonomi kreatif di atas dianalogikan seperti sebuah bangunan
baik masyarakat, pilar-pilar pengembangan, maupun the triple helix apabila diintegrasikan akan membangun kekuatan ekonomi kreatif yang sangat berpengaruh signifikasi bagi pertumbuhan ekonomi di kota Bandung. Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Something to see, mengarah pada sebuah karya wisata dengan mengeksplorasi apa yang dilihat baik misalnya berupa pertunjukan seni, pameran dll. Something to do, merupakan produk ekonomi kreatif yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan atau diperankan konsumen, seperti games, outbond dll. Something to buy, hasil dari produk ekonomi kreatif yang dihasilkan dapat langsung diperoleh konsumen dengan membelinya. Terdapat 9 kegiatan yang diidentifikasi dapat mendukung kegiatan Travel Incentive di Kota Bandung yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
20
Gambar 8. Konsep pengembangan ekonomi kreati di Kota Bandung Kegiatan-kegiatan perwujudan ekonomi kreatif di atas, dianggap dapat mendukung Kegiatan Travel Incentive, dapat diidentifikasikan karena beberapa hal berikut :
Sebagai perwujudan ekonomi kreatif, kegiatan-kegiatan di atas muncul dari inovasi dan kreasi individu. Sehingga kegiatan-kegiatan di atas dapat menjadi salah satu faktor pendukung pilihan destinasi Incentive Travel di Kota Bandung.
Merupakan kegiatan – kegiatan yang dikembangkan dengan tujuan wisata, seperti Games dan Outbond di Situ Cileuca,Pengalengan
Sebuah kawasan menjadi pilhan destinasi Travel Incentive, salah satunya karena kawasan tersebut memiliki sumber daya yang berbeda dari kawasan lainnya. Keragaman budaya dapat menjadi sumber daya dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata, misalnya Sunda Festival yakni festival budaya tradisional masyarakat sunda dan tentunya lebih memperkenalkan kebudayaan Sunda sebagai kekayaan budaya Indonesia.
21
4.2 Hubungan Antara Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Kota Ekonomi kreatif berpotensi besar dalam meningkatkan ekonomi kota, karena dapat menciptakan iklim bisnis yang positif dalam membangun identitas perekonomian suatu bangsa. Ekonomi kreatif tentunya juga berpengaruh terhadap ekonomi kota Bandung baik dari segi kontribusi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dengan konsep membangun usaha berbasis gagasan inovatif dan kreatif. Hal ini juga akan terus berkembang dalam menciptakan lapangan usaha yang berdampak bagi pemasaran terutama dalam meningkatkan produk ekspor tanah air. Adanya berbagai basis rekomendasi pengembangan ekonomi kreatif baik integrasi ekonomi, iklim kreatif, perkembangan arus globalisasi serta budaya memiliki relevansi yang signifikan bagi ekonomi kota Bandung. Integrasi komunitas dimana peran aktif para aktor yang menjalankan roda industri kreatif merupakan salah satu fungsi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kota dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan bagian dari upaya untuk mendorong masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pengembangan industri kreatif. Secara tidak langsung upaya ini dapat membantu mengurangi masalah perkotaan, dengan menjawab berbagai permasalahan kemiskinan di Indonesia. Karena umumnya akar dari kemiskinan adalah kurangnya kemampuan untuk memberdayakan diri. Sehingga diharapkan peran aktif komunitas (the triple helix) dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Iklim kreatif dapat diciptakan dengan terciptanya inovasi produksi. Inovasi yang dihasilkan dapat menjadi nilai tambah untuk sebuah produk industri kreatif. Sehingga, kota Bandung dapat berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas ekspor yang berbasis ekonomi kreatif. Budaya dan kearifan lokal juga dapat dilihat sebagai sumber daya yang memiliki andil dalam ekonomi kota. Seringkali kearifan lokal memberikan ciri yang unik dan khas pada suatu kawasan. Hal ini yang dilihat oleh mata dunia dan dapat menjadi magnet bagi para wisatawan untuk masuk ke kota Bandung, sehingga tentunya juga diikuti dengan peningkatan devisa. Seiring dengan perkembangan modern/tren, persaingan industri kreatif semakin gencar merancang berbagai inovasi pengembangan dan menghasilkan produk unggulan
22
dunia. Dengan mengikuti perkembangan tentunya akan meningkatkan daya tarik pangsa pasar sehingga menyedot banyak pemasukan dari masyarakat. Ekonomi kreatif memiliki hubungan yang sangat kuat dan sinergis dengan ekonomi kota. Dimana ekonomi kreatif sebagai alat untuk mencapai tujuan peningkatan ekonomi kota yang dampak positifnya dapat dinikmati oleh masyarakat perkotaan serta dapat menjawab berbagai permasalahan perkotaan 4.3 Analisis SWOT Strenght
Sumber daya manusia dan budaya Kota Bandung yang menarik dan kreatif
Telah dibentuknya Bandung Creative City Forum untuk menghimpun pelaku industri
Weak
Pelaku industri yang minim pengetahuan mengenai perizinan, permodalan, pemasaran dan lain-lain
Inisiasi pemerintah untuk memberikan fasilitas masih kurang
Opportunity
Telah diakui di UNESCO sebagai pilot project creative city network
Ekspektasi konsumen terhadap produk industri kreatif semakin tinggi
Pangsa pasar hasil industri kreatif baik lokal, nasional maupun global cenderung meningkat didukung dengan adanya MEA
Menciptakan tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan
Threat
Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing tinggi
Kemajuan teknologi yang semakin cepat.
Semakin tingginya persaingan produk luar dan jumlah pesaing
Kurang diminatinya produk dalam negeri oleh sebagian besar masyarakat.
Kualitas produk pesaing yang lebih tinggi karena sudah menggunakan perangkat teknologi
S-O strategi
Memanfaatkan pola konsumtif masyarakat dengan membuat berbagai macam produk yang lebih inovatif
Memperluas link kerjasama dengan Pemerintah, akademisi, dan kaum bisnis untuk memperluas kerjasama maupun bisnis dengan daerah lain
23
W-O strategi
Melakukan berbagai upaya dalam perbaikan kualitas SDM terkait pengetahuan mengenai perizinan, permodalan, pemasaran dan lain-lain Memanfaatkan adanya MEA agar produk dalam negeri dapat di ekspor keluar
S- T Strategi Memanfaatkan teknologi untuk memperluas pemasaran produk Lebih mengunggulkan dan menonjolkan kekuatan budaya agar produk yang dihasilkan memiliki ciri khas. W-T Strategi
Meningkatkan dan memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini Mengupayakan untuk dapat berkembang dengan teknologi yang baru agar dapat bersaing dalam dunia industri
4.4 Konsep Penanganan Persoalan Ekonomi Kota Dalam mengatasi persoalan ekonomi kreatif di Kota Bandung terdapat sebuah konsep penanganan yaitu integrasi komunitas untuk menciptakan iklim kreatif yang berkembang mengikuti arus globalisasi dengan berdasar pada budaya dan kearifan local. Terdapat 4 hal penting dalam konsep penanganan tersebut, yaitu:
Integrasi Komunitas Peran aktif triple helix ekonomi kreatif dan peningkatan kualitas SDM pelaku ekonomi kreatif
Iklim Kreatif Menjadikan ekonomi kreatif sebagai suatu kewajiban dalam inovasi produksi
Mengikuti Arus Globalisasi Menyesuaikan perkembangan mode atau trend dan teknologi yang berkembang di dunia dan menciptakan produk unggulan di dunia
Budaya dan Kearifan Lokal Produk yang dihasilkan mampu memperkenalkan budaya Indonesia ke internasional dengan tetap memperhatikan keberlanjutannya melalui kearifan local
24
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativias dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor prodksi utama dalam kegiatan ekonominya. Kota Bandung menjadi salah satu percontohan dalam pengembangan ekonomi kreatif yang melibatkan komunitas secara aktif. Bandung memberikan sumbangan ekonomi kreatif sebesar 4,75% pada tahun 2006 atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar sebesar 5,6%. Bandung pun menjadi kota pertama yang berhasil menggunakan model ABCG (Akademisi, Bisnis Sektor, Community, Government), dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Subsektor ekonomi kreatif yang unggul di Kota Bandung meliputi industry kuliner, indutri fashion, industry IT, industry desain, pasar barang seni dan kerajinan, serta seni pertunjukan. Selain itu, di Kota Bandung juga terdapat berbagai destinasi wisata. Wisata tersebut dapat menjadi peluang usaha, salah satunya adalah kegiatan travel incentive. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan kreatif karena merupakan kegiatan perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau manajemen perusahaan. Destinasi wisata yang dapat mendukung kegiatan travel incentive antara lain Sunda Festival, Public Art Project, Bandung Creative Writing Festival, Bandung New Emergence, Freedom Jazz Festival (Konser musik jazz), Bandung Creative Community Competiti, Trademark Bandung di Mall Paris Van Java, Karnaval Kreativitas IPTEK, Cikole Lembang, Situ Cileunca Pengalengan, Cisangkuy Banjaran, dan Wisata Belanja DagoSaung Angklung Udjo (SAU). Dalam perkembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung terdapat berbagai macam persoalan, diantaranya seperti minimnya fasilitas, sulitnya mengurus bantuan modal ke pihak bank, perizinan dan keringanan pajak belum sepenuhnya dimudahkan oleh pemerintah, dan masih banyaknya pelaku industry kreatif yang belum mematenkan produknya, sehingga marak terjadi kasus pembajakan atau penduplikatan. Upaya untuk mengatasi persoalan ekonomi kreatif di Kota Bandung terdapat sebuah konsep penanganan yaitu integrasi komunitas untuk menciptakan iklim kreatif yang berkembang mengikuti arus globalisasi dengan berdasar pada budaya dan kearifan local.
25
5.2 Lesson Learned Dari analisis persoalan ekonomi kreatif, penulisan dapat memahami beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativias dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
Dalam pengembangan ekonomi kreatif terdapat model pengembangan yang paling tepat, yaitu model pengembangan Triple Helix.
Model pengembangan Triple Helix akan membawa industri kreatif dari titik awal (origin point) menuju tercapainya visi dan misi industri kreatif. Pilar utama model pengembangan ekonomi kreatif ada 5, yaitu iptek, sektor produktif, sumber daya, keuangan, dan kelembagaan. Aktor utama dalam model pengembangan ekonomi kreatif adalah akademis, bisnis, dan pemerintah. Hubungan yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke-3 aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan dan pilar-pilar model industri kreatif akan menghasilkan industri kreatif yang kokoh dan berkesinambungan.
Perjalanan insentif (travel incentive) adalah perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau pihak-pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses dari suatu perusahaan untuk tujuan meningkatkan gsirah kerja, meningkatkan produksi dan penjualan serta meningkatkan daya beli konsumen. Kegiatan incentive travel merupakan salah satu kegiatan kreatif.
26