Ekonomi Kreatif
Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Ekonomi Kreatif, Studi Kasus :
Produk Kuliner Sego Njamoer ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini penulis sajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Kota (PW14-1308) di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, serta untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai peran ekonomi kreatif dalam menopang ekonomi nasional melalui studi kasus. Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg., Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Kota atas bimbingan yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kepada temanteman atas berbagai masukan dan diskusi yang telah dilakukan demi lancarnya penulisan makalah ini. Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat memberikan pengetahuan serta manfaat bagi para pembacanya. Surabaya, 28 Mei 2015 Penulis
Ekonomi Kreatif DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 1 DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3 DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... 4 DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. 4 BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 5 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................... 5 1.2 TUJUAN .................................................................................................................. 6 1.3 SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 7 2.1 PENGERTIAN EKONOMI KREATIF ............................................................................. 7 2.1.1 John Howkins ................................................................................................... 7 2.1.2 Buku RPJM Ekonomi Kreatif tahun 2015-2019 .................................................... 7 2.2 PENGERTIAN INDUSTRI KREATIF ............................................................................ 7 2.2.1 Departemen Perdagangan RI (2008) ................................................................. 7 2.2.2 UK DCMS Task Force (1998:4) .......................................................................... 7 2.3 KAITAN EKONOMI KREATIF DAN INDUSTRI KREATIF ............................................... 7 2.4 PENERAPAN EKONOMI KREATIF .............................................................................. 8 2.4.1 Model pengembangan ekonomi kreatif ............................................................... 8 2.4.2 Arah pengembangan ekonomi kreatif................................................................ 9 2.4.3 Karakteristik khusus ekonomi kreatif .................................................................. 9 2.4.4 Prinsip utama pengembangan ekonomi kreatif ................................................... 9 2.5 Sub Sektor Industri Kreatifitas Bidang Kuliner ......................................................... 10 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 12 2.1 GAMBARAN UMUM ................................................................................................ 12 2.2 PERKEMBANGAN USAHA ........................................................................................ 13 2.3 KONSEP USAHA .................................................................................................... 16 2.4 KENDALA DAN SOLUSI .......................................................................................... 17 BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 19 3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 19 3.1 LESSON LEARNED ................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 20
Ekonomi Kreatif
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Kreatif ................................................................................... 8 Gambar 2. Model pengembangan ekonomi kreatif ......................................................................... 9 Gambar 3. Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kuliner dalam Ekonomi Kreatif 2015—2019 ................................................................................................................................ 11 Gambar 4. Produk kuliner Sego Njamoer .................................................................................... 12 Gambar 5. Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kuliner dalam Ekonomi Kreatif 2015—2019 ................................................................................................................................ 13 Gambar 6. Inovasi olahan Jamur ................................................................................................ 13 Gambar 7. Berbagai penghargaan kepada usaha kreatif Sego Njamoer ........................................ 14 Gambar 8 . Pendiri Sego Njamoer aktif mengikuti berbagai lomba ................................................ 18
DAFTAR TABEL Tabel 1. Perkiraan pembiayaan outlet ......................................................................................... 17
Ekonomi Kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) “ekonomi gelombang ke-4 adalah kelanjutan dari ekonomi gelombang ketiga dengan orientasi pada kreativitas, budaya, serta warisan budaya dan lingkungan”. Sebelumnya Alvin Tofler dalam bukunya Future Shock (1970) mengungkapkan bahwa “peradaban manusia terdiri dari 3 gelombang; gelombang pertama adalah abad pertanian, gelombang kedua adalah abad industri dan gelombang ketiga adalah abad informasi” (dalam Nenny, 2008). Pergeseran dari Era Pertanian ke Era Industrialisasi, disusul dengan era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi maupun globalisasi ekonomi, telah membawa peradaban baru bagi manusia. Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumberdaya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya ( creative cultural industry); (2) lapangan usaha kreatif (creative industry), atau (3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hakcipta (copyright industry). Indonesia menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan pada tahun 2008 mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio serta riset dan pengembangan. Pada tahun 2011, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memasukkan kuliner sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif. Kuliner pada dasarnya berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan atau memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Istilah kuliner di Indonesia mulai menjadi pembicaraan masyarakat pada tahun 2005 setelah program televisi “Wisata Kuliner”, meliput tempat-tempat makan yang unik atau sudah memiliki reputasi yang baik menjadi favorit tontonan masyarakat Indonesia. Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025 (Kemenparekraf 2014), kuliner didefinisikan sebagai: kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai
Ekonomi Kreatif elemen terpenting dalam meningkatkan citarasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. Makalah ini akan menyajikan studi kasus terkait ekonomi kreatif di bidang kuliner
1.2 TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Mengetahui dan memahami aplikasi teori mengenai ekonomi kreatif 2. Menganalisis studi kasus pada salah satu sub-sektor ekonomi kreatif
3. Memahami konsep penanganan hambatan pada studi kasus 1.3 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah ini maka sistematika yang digunakan untuk penyajian adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan dan sistematika penulisan makalah. BAB II PEMBAHASAN berisi penjelasan mengenai gambaran umum persoalan ekonomi kreatif sub sektor kuliner, perkembangan usaha, konsep usaha serta kendala dan solusi dalam menjalani ekonomi kreatif sub sektor kuliner. BAB III PENUTUP berisi kesimpulan serta lesson learned yang didapatkan dari penulisan makalah ini.
Ekonomi Kreatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN EKONOMI KREATIF 2.1.1 John Howkins Dalam buku The Creative Economy: How People Make Money from Ideas John Howkins pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Menurut Howkins ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang.
2.1.2 Buku RPJM Ekonomi Kreatif tahun 2015-2019 Ekonomi kreatif adalah penciptan nilai tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreatifitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan Budaya dan Teknologi.
2.2 PENGERTIAN INDUSTRI KREATIF 2.2.1 Departemen Perdagangan RI (2008) Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptaka kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
2.2.2 UK DCMS Task Force (1998:4) Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreatifitas individu, keterampilan, dan bakat yang secara potensial menciptakan kekayaan dan lapangan pekerjan melalui eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta individu.Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri dari core creative industry, forward and backward
lingkage creative industry. core creative industry : industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah dengan memanfaatkan kreativitas orang kreatif, core creative industry membutuhkanoutput dari
industri lainnya sebagai input. backward lingkage creative industry : industri yang menjadi input bagi core creative industry forward lingkage creative industry : output dari core creative industry yang menjadi input bagi industri lainnya.
2.3 KAITAN EKONOMI KREATIF DAN INDUSTRI KREATIF Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif.Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan ketergantungan antara rantai kreatif ( creative value chain), lingkungan pengembangan (nuturance Environment), pasar (market) dan pengarsipan (archiving).
Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia .
2.4 PENERAPAN EKONOMI KREATIF Penerapan ekonomi kreatif penting guna menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan dalam rangka ketahanan nasional. Proses munculnya ekonomi kreatif memiliki alur yang cukup panjang, sebagaimana digambarkan pada diagram berikut. Penerapan Teknologi informasi
Memacu
percepatan
proses
Mengubah gaya hidup, perilaku
dan komunikasi yang makin
globalisai
di
media,
dan
intensif dan masif di semua lini
hiburan, finansial, transportasi,
menjadi lebih kritis dan sensitif
kehidupan
ekonomi dan bisnis
pada
bidang
karakteristik
perubahan
manusia
cipta,
rasa,
karsa, selera dan pasar
Perlunya Ekonomi
Pengetahuan
Ekonomi Kreatif
atau
membangun
mengandalkan
SDM
dan yang
kreatif dan inovatif
Interkoneksitas
antar
bisnis dan ekonomi membuat semakin aktif dan produktif
Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Kreatif
Sumber : http://news.indonesiakreatif.net/era-ekonomi-kreatif/
2.4.1 Model pengembangan ekonomi kreatif Model pengembangan ekonomi kreatif untuk menjawab isu strategis dapat dianalogikan sebagai sebuah bangunan yang terdiri dari fondasi, pilar, dan atap, yang digerakkan oleh quad-
helix.Fondasi pengembangan ekonomi kreatif adalah orang kreatif. Pilar pengembangan ekonomi kreatif ada lima yaitu, sumber daya kreatif berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya, industri yang terdiri dari core creative industry (industri inti) dan backward and forward linkage
creativeindustry, pembiayaan, teknologi dan infrastruktur, dan pemasaran. Pilar ini akan diperkuat oleh quad-helix melalui kelembagaan berupa norma, nilai, peraturan, dan perundangan hukum yang mengatur interaksi para aktor-aktor utama (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dalam pengembangan ekonomi kreatif. Kokohnya fondasi, kuatnya pilar dan harmonisnya kelembagaan menjadi kunci pengembangan ekonomi kreatif.
pelaku
Ekonomi Kreatif
Gambar 2. Model pengembangan ekonomi kreatif
Sumber : RPJM Ekonomi Kreatif Indonesia 2015-2019
2.4.2 Arah pengembangan ekonomi kreatif Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tahun 2015-2019 diarahkan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam, budaya, dan sumber daya manusia berkualitas dan kreatif dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperkuat kelembagaan untuk menciptakan iklim usaha kondusif bagi pengembangan industri kreatif lokal.
2.4.3 Karakteristik khusus ekonomi kreatif -
Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar
-
Berbasis pada ide atau gagasan
-
Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha
-
Konsep yang dibangun bersifat relatif
2.4.4 Prinsip utama pengembangan ekonomi kreatif Berdasarkan buku ekonomi kreatif “Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2015” disebutkan bahwa empat prinsip utama pengembangan ekonomi kreatif adalah sebagai berikut : 1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi 2. “Design Thinking”
Ekonomi Kreatif 3. Seni dan budaya sebagai inspirasi 4. Media sebagai saluran distribusi dan presentasi karya dan konten kreatif
2.5 Sub Sektor Industri Kreatifitas Bidang Kuliner Pada tahun 2011, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memasukkan kuliner sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif. Kuliner pada dasarnya berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan atau memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Istilah kuliner di Indonesia mulai menjadi pembicaraan masyarakat pada tahun 2005 setelah program televisi “Wisata Kuliner”, meliput tempat-tempat makan yang unik atau sudah memiliki reputasi yang baik menjadi favorit tontonan masyarakat Indonesia. Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025 (Kemenparekraf 2014), kuliner didefinisikan sebagai: kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan citarasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. Dari definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci, yaitu kreativitas, estetika, tradisi, dan kearifan lokal yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Kreativitas. Kreativitas yang dimaksud adalah aspek ide baru baik melalui kreasi resep, kreasi cara pengolahan, maupun kreasi cara penyajian yang memberikan nilai tambah pada sebuah makanan dan minuman. Proses kreativitas tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang 100% baru, namun bisa berupa pengembangan dari sesuatu yang sudah ada sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan lebih menarik di pasar; 2. Estetika. Estetika yang dimaksud adalah aspek tampilan dari sebuah makanan dan minuman dengan meperhatikan unsur keindahan sehingga menjadikan produk kuliner tersebut memiliki nilai lebih dan mampu menggugah selera konsumen untuk menikmatinya; 3. Tradisi. Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan dalam mengolah dan mengonsumsi makanan dan minuman. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya proses ini, suatu tradisi dapat punah. Unsur tradisi ini sangat penting dalam menjaga warisan budaya kuliner Indonesia; 4. Kearifan Lokal. Kearifan lokal yang dimaksud adalah identitas suatu daerah berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu daerah. Berkaitan dengan kuliner, kearifan lokal
yang merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, caracara, dan perilaku yang
Ekonomi Kreatif melembaga secara tradisional, akan membentuk karakter kuliner suatu daerah. Karakter kuliner tersebut harus mampu diangkat dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Ruang lingkup subsektor kuliner di Indonesia dibagi ke dalam dua kategori utama jika, ditinjau dari jenis produk yang ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner.Jasa kuliner ( foodservice) ditinjau dari aspek persiapan dan penyajiannya, dapat dibagi ke dalam dua kategori umum, yaitu restoran dan jasa boga.Sedangkan barang kuliner yang dimaksud adalah produk makanan hasil olahan atau kemasan, khususnya kategori specialty foods.Produk makanan khusus ini semakin berkembang saat ini.Pada umumnya, specialty foods diproduksi dalam jumlah tidak terlalu besar dan produk ini memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam penciptaannya.Beberapa produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk makanan yang menggunakan bahan organik atau bahan baku khas dari suatu daerah yang kemudian dikemas secara menarik. Nilai budaya dan konten lokal suatu daerah juga menjadi salah satu sumber keunikan produk jenis ini, seperti oleholeh makanan khas suatu daerah. Tidak semua penyedia jasa makanan dan minuman atan barang kuliner merupakan industry kreatif, sehingga penajaman mengenai ruang lingkup dari kuliner dalam konteks ekonomi kreatif merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Fokus pengembangan subsektor kuliner pada industri kreatif Indonesia periode 2015–2019 adalah jasa kuliner (restoran dan jasa boga) seperti yang ditunjukkan pada gambarberikut :
Gambar 3. Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kuliner dalam Ekonomi Kreatif 2015—2019
Sumber : RPJM Ekonomi Kreatif Indonesia 2015-2019 Jasa kuliner (foodservice) adalah jasa penyediaan makanan dan minuman di luar rumah. Hal ini karena pada area tersebut lebih dibutuhkan kemampuan dan keahlian kuliner seperti memasak berbagai menu makanan yang dilakukan di dapur dan kemudian menyajikannya di sebuah piring dengan penataan yang menggugah selera. Jasa kuliner yang akan dikembangkan pada tahun 2015– 2019 adalah: restoran, yaitu tempat penyedia makanan dan minuman yang dikunjungi oleh konsumennya, dan jasa boga, yaitu penyedia makanan dan minuman yang mendatangi lokasi konsumen. Pengembangan jasa kuliner ini diharapkan mampu mengangkat makanan tradisional Indonesia dan juga mampu memberikan pengalaman saat menyantapnya.
Ekonomi Kreatif BAB II PEMBAHASAN 2.1 GAMBARAN UMUM Istilah ekonomi kreatif mulai familiar di Indonesia sejak tahun 2006 setelah dibentuknya
Indonesian Design Power oleh Departemen Perdagangan. Penyelenggaraan Trade Expo secara rutin per tahun bertujuan untuk meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Saat ini ekonomi kreatif Indonesia terus berkembang. Salah satunya pada ekonomi kreatif sub-sektor kuliner dengan produk yang bernama Sego Njamoer. Usaha dengan basis kreatifitas ini mulai dirintis tahun 2010 oleh enam orang mahasiswa ITS di Surabaya. Enam mahasiswa tersebut adalah Mahendra Ega (Teknik Fisika), Muhammad Baarik K (Teknik Fisika), Rizki Aris Yurianto (Teknik Elektro), Dega Adi Pratama (Teknik Lingkungan), Ola Dwi Sandra Hasan (Teknik Fisika), dan Eka Rizkiah Septianti (Kimia). Usaha ini berawal dari Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dan Business Plan.
Gambar 4. Produk kuliner Sego Njamoer
Sumber : https://www.google.com Ide pembuatan produk kuliner ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat kebiasaan temanteman sesama mahasiswa yang sering mengabaikan pola makan ketika telah disibukkan berbagai kegiatan seperti kuliah, mengerjakan tugas, dan rapat-rapat organisasi. Selain itu, kondisi ekonomi yang minim menyebabkan membeli makanan yang bergizi bukan menjadi prioritas utama. Oleh karena itu Mahendra dan tim berharap Sego Njamoer ini dapat menjadi solusi produk makanan yang murah, praktis, dan bergizi. Saat ini kantor utama pemasok bahan baku pembuatan Sego Njamoer terletak di Klampis Semolo Waru Timur A17, Surabaya. Selain itu terdapat pula mini office di Jalan Gebang Wetan 2B, Sukolilo, Surabaya. Jika ditinjau dari jenis produk yang ditawarkan, Sego njamoer termasuk ke dalam industri kreatif subsektor kuliner yang hasil akhirnya tergolong kategori barang specialty foods. Artinya produk ini memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam penciptaannya.
Ekonomi Kreatif
Gambar 5. Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kuliner dalam Ekonomi Kreatif 2015— 2019
Sumber : RPJM Ekonomi Kreatif Indonesia 2015-2019
2.2 PERKEMBANGAN USAHA Pada masa-masa awal Sego Njamoer hanya memiliki satu rasa, yaitu rasa original dengan harga awal sekitar Rp 3.500,00. Namun saat ini Sego Njamoer telah memiliki 6 varian dengan kisaran harga berbeda, antara lain Golden Rice Chrispy, Sego Njamoer Gulai, Sego Njamoer Rendang, Sosis Solo Njamoer, Pentol Njamoer, dan Sego Njamoer Original.
Gambar 6. Inovasi olahan Jamur
Sumber : https://www.google.com Hingga saat ini berbagai penghargaan telah diperoleh, antara lain sebagai berikut.
Ekonomi Kreatif
Gambar 7. Berbagai penghargaan kepada usaha kreatif Sego Njamoer
Sumber : https://www.google.com
Semakin dikenalnya nama Sego Njamoer melalui berbagai penghargaan, diiringi dengan semakin banyak pula outlet yang dibuka. Saat ini telah ada sekitar 90 outlet Sego Njamoer di 16 kota di seluruh indonesia. Beberapa data terkait lokasi outlet adalah sebagai berikut. 1 Outlet Surabaya | Sekretariat BEM FTI, Kampus ITS | buka 08.00 - 20.00 2 Outlet Surabaya | Ria Swalayan - area Kampus @ITS_Surabaya - Keputih | 3 Outlet Surabaya | Kantin Pusat Kampus @ITS_Surabaya | buka 08.00 - 16.00 4 Outlet Surabaya | Gebang Wetan 2b - area Kampus @ITS_Surabaya | 5 Outlet Surabaya | Sakinah Swalayan - area Kampus @ITS_Surabaya | 6 Outlet Surabaya | Depan Gerbang - Area Kampus UNESA Ketintang| 7 Outlet Surabaya |Kantin Kampus STIKOM | @stikomsurabaya | 8 Outlet Surabaya | Kampus B Unair | Area Kantin Parkir FEB (samping BEM FH) 9 Outlet Surabaya | Kantin Sekolah Al Azhar - Laguna | 10 Outlet Surabaya | Kantin Mitra (samping fotokopi), Kampus UBAYA | 11 Outlet Surabaya | Kantin Psikologi Universitas Hang Tuah | 12 Outlet Surabaya | Kantin Fakultas Ekonomi, Kampus UNTAG | 13 Outlet Surabaya | Kantin Kampus UWKS | 14 Outlet Surabaya | The Square|Samping Kampus Petra Surabaya | 15 Outlet Surabaya | Jalan Bukit Tengger No. 1 | 16 Outlet Surabaya | Kantin Kampus DESPRO ITS |08.00 - 16.00 WIB| 17 Outlet Malang |Jl.Kertosentono-smping Izza Fotocopy | 18 Outlet Malang | Kantin KOPMA UM | buka 08.00 - 16.00 WIB| 19 Outlet Malang |Kantin Kampus FIA UB |buka 08.00 - 16.00 WIB/ 20 Outlet Surabaya | Kantin Pusat Kampus UPN Veteran | buka 09.00 - 17.00 21 Outlet Jogja | Depan Bursa FK UGM | buka 06.45 - 15.00 WIB/Sak ente'e | 22 Outlet Bekasi| HERO Kemang Pratama | buka 08.00 - 16.00 WIB/Sak ente'e
Ekonomi Kreatif 23 Outlet Depok| Kampus Universitas Indonesia | Kantin Takor FISIP UI | 24 Outlet Mojokerto|Depan KOPSIS SMAN 1 Sooko| buka 07.00 - 15.00 WIB/ 25 Outlet Sidoarjo | Depan Depot OEN Jalan RA Kartini No.32 Sidoarjo| 27 Outlet Madiun | Kantin Kampus IKIP PGRI Madiun | 28 Outlet Surabaya |Jl. Nginden Semolo - Circle-K | 29 Outlet Jakarta |Jalan Meruya Selatan No. 18A, Depan Kampus Mercu Buana | 30 Outlet Surabaya | Foodcourt Atlas Sports Club : Jl. Dharmahusada Indah Barat 31 Outlet Surabaya | kantin komplek SMPN 48 & SDN ngagelrejo V Surabaya | 32 Outlet Surabaya | Jalan kedung sroko area kos mahasiswa kampus A 33 Outlet Surabaya | kantin komplek Sekolah Barunawati, Perak, Surabaya | 34 Outlet Bali | Jl. Sermakawi 5A, Depan gerbang SD,SMP,SMA Santo Yosef 35 Outlet Surabaya | Alfamidi depan Kampus UPN Veteran | 36 Outlet Malang | Jalan Sigura-gura No. 8, Malang | Depan Kos Putri | 37 Outlet Surabaya | Kantin Kampus PENS | Politeknik Elektro Negeri Surabaya | 38 Outlet Surabaya |Alfamart Jl. Gayungsari | buka 13.00 - 21.00 WIB/Sak ente'e 39 Outlet Jogja | Jalan Kaliurang Km 7 dekat UII | Buka 14.00 – 20.00 40 Outlet Jogja | Jalan Kaliurang Km 21 | Buka 14.00 – 20.00 41 Outlet Jogja | Kantin Psikologi UGM | buka 08.00 - 21.00 WIB/Sak ente'e 42 Outlet Gresik | Jalan Tridarma no 6 | Buka 14.00 – 20.00 43 Outlet Surabaya |Depan UWM | Buka 14.00 – 20.00 44 Outlet Surabaya |Alfamart Rewinn | Buka 14.00 – 20.00 45 Outlet Surabaya |Kantin Kampus SI | buka 08.00 - 16.00 WIB/Sak ente'e 46 Outlet Malang | depan WaroengMoe | area Kampus UMM 47 Outlet Malang | Jalan A Yani, Kepanjen | Buka 14.00 – 20.00 48 Outlet Mojokerto | Papayas Café depan SMAN 1 Mojokerto | 49 Outlet Surabaya |AIOLA eatery | Buka 11.00 -19.00
Berdasarkan sumber buku ekonomi kreatif “Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2015”, empat prinsip utama pengembangan ekonomi kreatif adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
design thinking, seni dan budaya sebagai inspirasi, serta media sebagai saluran distribusi dan presentasi karya dan konten kreatif. Dari keempat prinsip tersebut produk Sego Njamoer telah menerapkannya. Prinsip penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta media sebagai saluran distribusi dan presentasi karya dan konten kreatif telah diterapkan dalam hal pemasaran produk melalui website resmi di www.segoenjamoer.com maupun media sosial. Sementara
prinsip design
thinking dan seni budaya sebagai inspirasi diterapkan dalam mencentuskan ide awal konsep Sego
Njamoer serta desain kemasan dan cara penyajian produk.
Ekonomi Kreatif 2.3 KONSEP USAHA Produk kuliner Sego Njamoer ini menerapkan sistem waralaba, tetapi bukan waralaba murni, karena bila ada orang lain yang berminat membuka booth mereka cukup membeli semua perlengkapan, mulai dari booth, hingga teknik memasak dan memasarkannya, tanpa harus memberi persentase penghasilan lagi, kecuali untuk yang membeli bahan dari mereka. Booth yang digunakan membutuhkan space 2M x 1.5M. Usaha ini cukup banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah outlet Sego Njamoer yang cukup banyak. Syarat untuk melakukan kerja sama franchise Sego Njamoer adalah sebagai berikut : 1. Mitra membeli franchise Sego Njamoer dengan harga Rp.15.364.000,00 (www.segonjamoer.com) 2. Mitra mendapatkan outlet Sego Njamoer beserta perlengkapannya (kompor, double pan, timbangan elektronik, dll) 3. Tidak ada sistem bagi hasil, mitra hanya perlu membayar Rp. 1.000.000,00 setiap 2 tahun untuk istilahnya beli nama. 4. Sego Njamoer pusat menyediakan fasilitas seperti training crew mitra, membantu mitra dalam mendongkrak penjualan, dll 5.
Bahan baku ada yang wajib beli di Sego Njamoer pusat, ada yang mitra bisa cari supplier sendiri. yang wajib beli di Sego Njamoer pusat seperti : bumbu, kemasan. Syarat menjadi mitra Sego Njamoer
1. Menyiapkan lokasi yang berbeda, atau bisa negosiasi dengan sego njamoer pusat jika ingin tempat yang berdekatan. 2. Menyiapkan SDM/crew outlet 3. Mencari suplier jamur jika daerah tersebut belum tercantum sebagai suplier jamur Sego Njamoer 4. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan peralatan 5. Mengelola operasional dan keuangan outlet sesuai atandar pusat 6. Aktif melakukan promosi pada radius 1 km dari outlet 7. Menyediakan media penyimpanan jamur seperti kulkas Hal yang sekaligus diperoleh ketika membeli both Sego Njamoer adalah sebagai berikut : 1. Brand -
Hak penggunaan merek selama 2 tahun
-
Hak penjualan produk Sego Njamoer
2. System -
Produk Standar Operasi (SOP)
3. Supply -
Satu paket perlengakapan dan both
-
Pasokan bahan baku
4. Support
Ekonomi Kreatif -
Training dan pendampingan crew outlet selama 5 hari opening
-
Promosi nasional offline dan online
-
Customize design media branding dan promosi
-
Quality control
Asumsi omset untuk setiap outlet sekitar 500.000,-/hari 1 bulan 24 hari kerja. Estimasi profit 169rb/hari atau 3.7juta/bulan. Berikut adalah uraian taksiran pemasukan serta pengeluaran oleh setiap outlet setiap bulannya. Tabel 1. Perkiraan pembiayaan outlet
Total harian A. B. 1.
2. 3.
C.
Pemasukan tunai Penjualan produk Pengeluaran tunai Gaji pegawai Gaji harian Bonus omset Bonus performa Sewa tempat Bahan Minyak Gas Kantong plastik Bumbu Jamur Nasi Sendok Kemasan Saos Total bahan baku Jumlah pengeluaran tunai Profit (A-B)
Rp 500.000
Rp 35.000 Rp 10.000 Rp 4.167 Rp 25.000 Rp 1.442 Rp 1.736 Rp 2.885 Rp 62.500 Rp 76.389 Rp 48.007 Rp 8.125 Rp 48.750 Rp 20.833 Rp 270.737 Rp 330.737 Rp 169.263
Bulanan (24 hari) Rp 12.000.000
Rp Rp Rp Rp
840.000 240.000 100.000 600.000
Rp 34.615 Rp 41.667 Rp 69.231 Rp 1.500.000 Rp 1.833.333 Rp 1.153.846 Rp 195.000 Rp 1.170.000 Rp 500.000 Rp 6.497.692 Rp 8.277.692 Rp 3.722.308
Sumber : survei sekunder, 2015 2.4 KENDALA DAN SOLUSI Sebagaimana disebutkan dalam sumber “Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019” beberapa hambatan masih ditemukan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Kendala-kendala tersebut antara lain minimnya ketersediaan sumber daya manusia kreatif yang profesional dan kompetitif, penyediaan sumber daya pendukung yang berkualitas, beragam dan kompetitif, penguatan struktur industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam, penyediaan pembiayaan yang sesuai dan kompetitif, perluasan pasar bagi karya kreatif, penyediaan infrastruktur teknologi yang sesuai dan kompetitif dan penguatan kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Dalam pengembangan sub-sektor kuliner pada ekonomi kreatif Sego Njamoer, pemilik mengaku belum menemui kendala-kendala yang berarti dari segi pendanaan. Usaha kreatif yang mulai dirintis tahun 2010 melalui Program Kreatifitas Mahasiswa dan Program Mahasiswa Wirausaha
Ekonomi Kreatif ini mendapatkan modal awal usaha dari Pemerintah melalui DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi). Upaya dari pemerintah ini telah sejalan dengan sasaran untuk menciptakan pembiayaan yang sesuai dan mudah diakses, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2015–2019. Untuk meningkatkan permodalan serta sekaligus sebagai upaya branding produk ke pasar yang lebih luas, pemilik aktif mengikuti berbagai macam lomba kewirausahaan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, universitas maupun organisasi.
Gambar 8 . Pendiri Sego Njamoer aktif mengikuti berbagai lomba
Sumber : www.its.ac.id Pemilik mengaku sumber pasokan bahan baku pembuatan Sego Njamoer yang berupa Jamur putih pun relatif mudah diperoleh. Terciptanya produk kreatif Sego Njamoer memang turut dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membantu menyerap hasil pertanian jamur. Saat ini sumber pasokan utama jamur diperoleh dari petani jamur di Pandaan, Pacet dan Trawas. Untuk mempertahankan serta meningkatkan produk ini, pemilik terus berinovasi baik dari segi tampilan maupun jenis produk yang dihasilkan. Inovasi yang dikembangkan disesuaikan dengan selera konsumen. Preferensi konsumen diketahui dari hasil kuesioner yang dilakukan secara berkala.
Ekonomi Kreatif BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Salah satu contoh penerapan ekonomi kreatif dalam sub-sektor kuliner adalah Produk kreatif Sego Njamoer yang berpusat di Surabaya. Mulai dirintis pada tahun 2010 melalui dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan. Usaha ini merupakan usaha waralaba yang saat ini telah tersebar sekitar 90 outlet Sego Njamoer di 16 kota di seluruh Indonesia. Sego Njamoer memiliki 6 varian produk olahan jamur dengan kisaran harga berbeda. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja terdidik sebesar 20% dari total seluruh karyawan. Hingga saat ini Sego Njamoer telah mendapat berbagai macam penghargaan.
3.2 LESSON LEARNED Ekonomi kreatif di Indonesia memiliki 15 sub-sektor yang salah satunya adalah sub-sektor kuliner. Ruang lingkup subsektor kuliner di Indonesia dibagi ke dalam dua kategori utama, jika ditinjau dari jenis produk yang ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner. Jasa kuliner (foodservice) ditinjau dari aspek persiapan dan penyajiannya, dapat dibagi ke dalam dua kategori umum, yaitu restoran dan jasa boga. Pada umumnya, specialty foods diproduksi dalam jumlah tidak terlalu besar dan produk ini memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam hal ide usaha, kemasan serta cara penyajiannya. Beberapa produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk makanan yang menggunakan bahan organik atau bahan baku khas dari suatu daerah yang kemudian dikemas secara menarik. Nilai budaya dan konten lokal suatu daerah juga menjadi salah satu sumber keunikan produk jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas suatu daerah.
Ekonomi Kreatif DAFTAR PUSTAKA http://ti.ubaya.ac.id/index.php/berita-mainmenu-2/171-kuliah-tamu-kewirausahaan-dan-inovasifakultas-teknik-2014.html “Kuliah Tamu Kewirausahaan dan Inovasi Fakultas Teknik 2014” Ekonomi kreatif : kekuatan Baru Indonesia menuju 2025, Rencana Aksi Jangka Menengah 2015-2019 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif