BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
medis atau ilmu
kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya
jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat 17. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun1980 di indonesia jumlah penduduk penduduk 147,3 juta. Dari Dari angka tersebut tersebut terdapat 16,3 16,3 juta orang (11%) berusia 50 tahun keatas, dan kurang lebih 6,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun keatas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 orang (13,06%) tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka dipelihara oleh negara 17.
1
2
Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk penduduk lajut usia akan sama dengan dengan jumlah balita yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan WHO penduduk lansia di indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar didunia. Melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian membaik maka angka harapan hidup penduduk indonesia juga kian meningkat 17. Beberapa wilayah indonesia akan mengalami ledakan penduduk lansia (lanjut usia) pada tahun 2010 hingga 2020. Jumlah lansia diperkirakan naik mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di indonesia. Mencapai 18,96 juta orang . Dari jumlah tersebut, pada tahun 2009 di provinsi Sulawesi Selatan jumlah lansia yang tercatat di posyandu lansia sebanyak 818.676 orang, sedangkan yang hadir di pelayanan posyandu hanya 321.372 lansia atau 39,26%.
11
Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dukungan
3
keluarga sangat berperan sekali. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan lansia 17. Berdasarkan data awal yang diperoleh, lansia yang tinggal di kecematan mariso kelurahan tamarunang pada tahun 2013, terdapat 275 lansia, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 366 lansia. Untuk jumlah lansia di posyandu lansia RT 03 RW 05 tahun 2013 sebanyak 105 orang dengan tingkat kehadiran pada bulan oktober sebanyak 91 orang (89,5%), bulan nopember sebanyak 63 orang (60%) , bulan desember sebanyak 84 orang (80%) . Sedangkan untuk tahun 2014 jumlah lansia diposyandu lansia sebanyak 129 orang, tingkat kehadiranan bulan januari sebanyak 87 orang (69,6%), bulan pebruari sebanyak 94 orang (72,8%)17. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, menunjukan keaktifan lansia yang berubah-ubah maka penting untuk adanya penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar. ” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “ Apakah Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Makassar? ”
4
C. Tujuan Penelitian
1
Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.
2
Tujuan Khusus a. Mengetahui adanya peran dukungan keluarga dalam kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar. b. Mengetahui adanya keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi rujukan institusi mengenai hubungan dukungan
keluarga
dengan
keaktifan
lansia
di
wilayah
kerja
Puskesmas Dahlia Makassar. 2. Manfaat bagi Peneliti Sebagai
bahan
pengetahuan
peneliti
untuk
mendapatkan
pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar.
5
3. Manfaat bagi Masyarakat Diharapkan
penelitian
ini
akan
membuka
wawasan
dan
pengetahuan masyarakat mengenai hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Makassar. A. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesa Nol (H 0) Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia 2. Hipotesa Alternatif (H a) Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia Lanjut Usia (Lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 14 Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke
atas.
Menua
(menjadi
tua)
adalah
suatu
proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat tahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. 9 Birren dan jenner (1977) mengusulkan untuk membedakan atara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Usia biologis adalah usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup tidak mati. Usia psikologis adalah usia yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuain-penyesuaian
pada
situasi
yang
dihadapinya. Sedangkan, usia sosial adalah usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan atau diberikan padanya. 14
7
2. Batasan-batasan Lanjut Usia Menurut Word Health Organization (WHO) batasan-batasan Lanjut Usia meliputi : 6 a. Usia pertengahan (middle age)
= kelompok usia 45 - 59 tahun
b. Lanjut Usia (elderly)
= antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old)
= antara 76 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old)
= di atas 90 tahun
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 “Seseorang dapat dinyatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU N0. 13 tahun 1998 BAB I Pasal ayat 2 yang berbunyi ”Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun”. Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad guru besar Universitas Gajah mada pada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 6 a. 0-1 tahun
= masa bayi
b. 1-6 tahun
= masa pra sekolah
c. 6-10 tahun
= masa sekolah
d. 10-20 tahun
= masa pubertas
e. 40-65 tahun
= masa setengah umur (prasenium)
8
f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium) 3. Teori-Teori Proses Menua Secara umum, teori penuaan menjadi 2 kelompok besar yaitu: 14 a. Teori genetik Teori genetik memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada nucleus sel. Pejelasan teori yang berdasarkan genetik diantaranya sebagai berikut: 1) Teori hayflick Menurut
haylick
dan
mooreheade
(1961),
teori
menyebutkan bahwa penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif
dari tidak
normalnya sel, kemunduran sel dalam organ dan jaringan. 2) Teori kesalahan Dalam teori ini menyatakan bahwa kesalahan dalam proses
atau
mekanisme
pembuatan
protein
akan
mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan sintetis protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnya, yaitu ketidak tepatan dalam penyiapan pasangan mRNA dan antikodon tRNA. Namun penelitian terakhir menyebutkan bahwa tidak
semua
penuaan
sel
menghimpun
semua
molekul
nonspesifik dan penuaan sel itu tidak selamaya di percepat ketika molekul nonspesifik ditemukan.
9
3) Teori DNA lewah (kelebihan DNA) Medvedev
(1972),
mengemukakan
teori
yang
berhubungan dengan teori kesalahan ia percaya bahwa usia bilogis merupakan hasil akumulasi dalam mengfungsikan gen. Perbedaan usia mahluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik berulang. Jika kesalahan muncul dalam urutan genetik tidak berulang. Kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama hidup akan berkurang. b. Teori Non genetik Teori nongenetik memfokuskan lokasi diluar nukleus sel, seperti organ, jaringan, dan sistem. Teori ini meliputi : 14 1) Teori Radikal Bebas Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada diluar orbit dan berisi ion tak berpasangan. Radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, sitoplasma, dan inti melaluai reaksi kimia yang memproduksi lemak. Kerusakan membran bio molekul merupakan hasil rangkaian reaksi radikal bebas.
Hasil radikal bebas adalah
turunnya penyatuan sel karena turunnya aktivitas enzim, kesalahan metabolisme asam nuklear, kerusakan funghsi membran, penumpukan limfosit pada lisosom.
10
2) Teori Auto Imun Menurut teori ini, penuaan diakibatkan oleh antibodi yang dikenal sebagai pembatasan energi bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang dimana antibodi itu bereksi terhadap sel normal. 3) Teori hormonal Doner Decle percaya bahwa pusat penuaan terjadi di otak.pernyataan ini didasarkan pada studi
hipotirodisme.
Hipotirodisme dapat menjadi fatal apabila tidak di obati dengan
tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak, seperti penuaan sistem kekebalan. Kulit keriput, uban dan penurunan proses metabolisme secara perlahan. 4) Teori pembatasan energi Roy Walford (1986), adalah penganut kuat diaet yang didasarkan pada pembatasan
energi kalori, yang dikenal
sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat tua. Program pembatasan energi bertujuan utuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efisiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang usia.
11
4. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia Adapun Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia diantaranya: a. Perubahan-perubahan fisik 1) Sel a) Lebih sedikit jumlahnya b) Lebih besar ukurannya c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler d) Menurunya proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati e) Jumlah sel otak menurun f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10% 2) Sistem Persyarafan a) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya) b) Cepatnya menurun hubungan persyarafan c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres d) Mengecilnya syaraf pancaindra
12
e) Mengurangnya
penglihatan,
hilnagnya
pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa. 3) Sistem endokrin a) Produksi dari hampir semua hormon menurun b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah c) Pertumbuhan hormon dada lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH FSh dan LH d) Menurunnya
aktifitas
tiroid,
menurunnya
BMR(Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat e) Menurunnya produksi aldosteron f) Menurunya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, esterogen, dan testeron b. Perubahan-perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental 1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan (hereditas) 5) Lingkungan c. IQ (Intellgentia Quantion) 1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
13
2) Berkurangnya
kemampuan
presepsi
dan
keterampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. 6 d. Aspek Psikologi pada Proses Penuaan Komponen
yang
berperan
di
sini
adalah
kapasitas
penyesuaian diri yang terdiri atas pembelajaran, memori (daya ingat), perasaan, kecerdasan, dan motivasi. Selain hal-hal tersebut, dari aspek psikologis dikenal pula isu yang erat hubungannya dengan lansia, yaitu teori mengenai timbulnya depresi, gangguan kognitif, stres serta koping. Teori tersebut yaitu : 1) Teori kebutuhan manusia Hal yang terkenal adalah hirarki kebutuhan (menurut Maslow, 1954). Hirarki kebutuhan berturut-turut dari tingkat rendah ketingkat tinggi terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, rasa sayang dan memiliki, serta self esteem dan aktualisasi diri.
Di sini brlaku prioritas
pemenuhan kebutuhan menurut tingkatan. Namun orang senantiasa menginginkan untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Contohnya dari tingkatan ke-5 (tingkatan tertinggi) adalah mencapai ekonomi, kreativitas, kemandiriran, dan hubungan antar manusia yang positif.
14
2) Teori keberlangsungan hidup Menurut teori ini keberlangsungan hidup seseorang terbagi dalam beberapa tahap dan orang bergerak melewati tingkat-tingkat tersebut menurut pola-pola tertentu, dimana kesuksesan pada tahap yang satu menentukan kesuksesan pada tahap yang berikutnya.
7
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. Bila sesorang
mengalami
penuaan
fisiologis
(fisiological
aging),
diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat. Penuaan ini sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor endogen. Perubahan ini dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh. Sedangkan faktorlain yang juga berpengaruh pada proses penuaan adalah faktor eksogen seperti lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Yang termasuk faktor lingkungan antaralain pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor, pabrik, bahan kimia, bising,
kondisi
lingkungan
yang
tidak
bersih,
kebiasaan
menggunakan obat dan jamu pada kontrol, radiasi sinar matahari, makanan
berbaha
mokroorganisme lain.
kimia,
infeksi
vurus,
bakteri
dan
15
Faktor endogen meliputi genetik, organik dan imunitas. Faktor organik yang dapat ditemui adalah penurunan hormon pertumbuhan, melatonin, perubahan folcel stimulating hormone dan lutenizing hormone. 13 5. Kebutuhan hidup Lansia Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentaram dan aman, kebutuhankebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat di
ajak
berkomunikasi,
pengarahan
untuk
membagi
kehidupan
yang
pengalaman, baik.
memberikan
Kebutuhan
tersebut
diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. 4 B.
Tinjauan tentang Dukungan Keluarga
1. Definisi Keluarga Keluarga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga ’’kulawarga’’ yang berarti ”anggota, kelompok, kerabat”. Keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki hubungan darah.
4
16
Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
3
Menurut Bilon dan maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam suatu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. 3 Menurut Duval dan Logan (1986), menguraikan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran adopsi yang bertujuan
utuk
menciptakan,
mempertahankan
budaya
dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota.
2
Menurut johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan yang lain.
1
Menurut Spradley dan Allender (1996), satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
1
Menurut Departemen kesehatan RI (1998), keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
17
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam dalam keadaan saling ketergantungan.
3
Menurut salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu
rumah
tangga,
berinteraksi
satu
samalain
dan
didalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
1
2. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan keluarga untuk melakukan sesuatu terhadap penderita. Dukungan keluarga tidak lepas dari lima fungsi perawatan keluarga yaitu keluaga mampu mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu mengambil keputusan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam rangka menigkatkan kesehatan yang ada dan menagani masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga. 8 Menurut Friedman (2008) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarga. Dukungan dari orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan (suami/istri), kelahiran (anak), dan adopsi akan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum dilakukan pasien, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
18
emosional dan sosial. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan cara:17 a) Dukungan informasi: mencakup pemberian nasehat, usulan, saran, petuinjuk-petunjuk, dan pemberian informasi. b) Dukungan
penilaian:
mencakup
bimbingan
umpan
balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan falidator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. c) Dukungan instrumental: mencakup sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. d) Dukungan emosional: mencakup dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk
afeksi,
adanya
kepercayaan,
perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Anggota keluarga memandang bahwa anggota keluarga yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga menyokong rasa percaya diri dan perasaan dapat menguasai lingkungan, ini dapat mengembangkan kecenderungannya pada hal-hal positif, sehingga lansia akan merasa nyaman dan lebih tenang. Dukungan keluarga
19
khususnya dari suami atau istri bermanfaat untuk perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan. Keluarga menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan yang dapat mereka terima, menentukan tentang program pengobatan yang dimainkan. Piat (1976) telah memperhatikan bahwa peran yang dimainkan keluaraga
dalam
pengembangan
kebiasaan
kesehatan
dan
pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 13 Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. 13 3. Struktur Keluarga Macam-macam struktur keluarga: 8 a. Patrilineal Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
20
b. Matrilineal Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga Kawinan Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas: 3 1) Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hirarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukakan pesan secara jelas dan
21
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi, perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi,dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif) tejadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid. 2) Struktur peran Struktur
peran
adalah
serangkaian
perilaku
yang
diharapkan posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur bisa bersifat formal atau informal. 3) Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate pwer), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coecricve power), dan afektif power.
22
4) Struktur Nilai dan Norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu,
lingkungan
keluarga,
dan
lingkungan
masyarakat sekitar keluarga. 4. Ciri-Ciri Struktur Keluarga 3 a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. c.
Ada perbedaan dan kehususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing masing.
5. Tugas Perkembanagan Keluarga Dengan Lansia Tugas perkembanagan keluarga merupakan tanggung jawab yang
harus
dicapai
oleh
keluarga
dalam
setiap
tahap
perkembangannya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperatif (saling menguatkan), budaya dan aspirasi, serta nilai-nilai keluarga. 5
23
Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut. 5 a. Mempertahankan Pengaturan Hidup yang Memuaskan Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat
penting
dalam
mendukung
kesejahteraan
lansia.
Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan mengubah kebiasan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di lingkungan tempat tinggalnya. b. Penyesuaian Terhadap Pendapatan yang Menurun Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan berkurang. Dengan sering munculnya masalah kesehatan, pengeluaran utuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional yang utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan sansia untuk dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.
24
c. Mempertahankan Hubungan Perkawinan Hal
ini
menjadi
lebih
penting
dalam
mewujudkan
kebahagiaan keluarga. Pekawianan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan lansia. d. Penyesuaian Diri Terhadap Kehilangan Pasangan Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasanagan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian dengan mudah. Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total, karena kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber
emosional
dan
ekonomi
serta
diperlukan
penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut. e. Pemeliharaan Ikatan Keluarga Antar Generasi Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari hubungan sosial, tetapi keluarga tetap menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial. Oleh karena lansia menarik diri dari aktivitas dunia sekitarnya, maka hubungan
25
dengan pasangan, dan anak-anak, cucu serta saudaranya menjadi lebih penting. f. Meneruskan untuk Terus Memahami Eksistensi Usia Lanjut Hal ini dipandang penting, bahwa penelaahan kehidupan memudahkan penyesuaian terhadap situasi-situasi sulit yang memberikan pandangan terhadap kejadian-kejadian dimasa lalu lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan berharap agar dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan penuh arti. Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga, dan orang-orang disekitaranya pun perlu memahami bagaimana melakukan perwatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatankegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia meskipun usia telah lanjut. 6. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Ericson, kesiapan lansia untuk beradptasi atau menyesuaikan
diri
terhadap
tugas
perkembangan
usia
lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila sesorang pada tahap tumbuh kembang sebelum melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta
26
membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakuakan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain. 7. Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya.
perawatan
antara
lansia
lain
Peranan
menjaga
atau
keluaraga merawat
dalam lansia,
mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan
sosial
ekonomi,
serta
memberikan
motivasi
dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Brown (1989), memandang mutual naturance sebagai suatu fenomena spiral, karena setiap anggota menerima kasih sayang dan perhatian dari anggota lain dalam keluarga, sehingga kepastiannya untuk memberi kepada anggotalain meningkat. Dengan demikian, akan timbul adanya sikap saling mendukung dan kehangatan emosional. Konsep kunci disini adalah Mutualitas dan reproksitas. Friedman, 1988 mengidentufikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perwatan keluarga.
27
a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhankebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia dan gembira. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga diantaranya adalah memelihara saling mengasuh (mutual naturance), keseimbangan saling menghargai, pertalian dan identifikasi, keterpisahan dan keterpaduan. b. Fungsi Sosialisasi (The Socialization Function) Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai respon yang terpola secara sosial yang mereka alami. Ini termasuk internalisasi satu set norma-norma dan nilainilai yang cocok bagi rmaja berusia 14 tahun, pergantian berusia berumur 20 tahun, orangtua yang brusia 24 tahun, kakek atau nenek yang berusia 50 taun, juga orang telah pensiun dalam usia 65 tahun. Sosialisasi
mencakup
semua
proses
dalam
sebuah
komunitas tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat keturunananya, melalui pengalaman-pengalaman diperoleh selama hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola
28
secara sosial. Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh individu sebagai hasil dari interksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada setiap tahap perkembangan keluarga dan individu (anggota keluarga) dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujutkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku melalui hubungan dan interksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat. c. Fungsi Reproduksi Keluarga
berfungsi
untuk
meneruskan
kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan, atau diluar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah keluarga baru dangen satu orang tua. d. Fungsi Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerluakan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.
29
e. Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan Bagi para profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan 8. Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia 12 a. Melakukan pembicaraan terarah b. Mempertahankan kehangatan keluarga, menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesahnya. c. Membantu melaksanakan persiapan makan bagi lansia d. Membantu dalam hal transportasi e. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan f. Memberikan kasih sayang dan perhatian, menghormati dan menghargai, jangan menganggap sebagai beban Partisipasi merupakan keikut sertaan seseorang atau keterlibatan seseorang (individu atau waraga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikut sertaan atau ketrlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikut sertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya. 17
30
1. Elemen-Elemen Partisipasi masyarakat Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut: a) Motivasi Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi disegala program. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi. b) Komunikasi Suatu
komunikasi
yang
baik
adalah
yang
dapat
menyampaikan pesan, ide, dan informasi masyarakat. c) Koperasi Sama dengan instansi-instansi diluar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adalah Time Work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. d) Mobilisasi Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawall mungkin sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah,
menentukan
prioritas,
perencanaan
pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program.
program,
31
C.
Tinjauan tentang Posyandu Lansia
1. Definisi Posyandu Lansia Menurt Departemen Kesehatan (2006) Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Yang Bersumber Daya Masyarakat (UKMB) yang dikelola diaselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat
guna
memberdayakan
masyarakat
dan
memberi kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. 16 Posyandu adalah suatu wadah alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional pada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat. 5 Berdasarkan pada keputusan bersama antara mentri dalam negeri, menteri kesehatan dan BKKBN melalui surat keputusan bersama: dengan No 23 tahun 1985, 21/Men.Kes/Ins.B./IV 1985, dan112/HK-011/A1985 tentang penyelenggaraan posyandu, yaitu:
32
a) Meningkatkan
kerja
sama
lintas
sektoral
untuk
menyelenggarakan posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK. b) Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masyarakat desa. c) Meningkatkan
peran
fungsi
mengutamakan peran kader.
LKMD
dan
PKK
dengan
5
Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usia lanjut yang menitik beratkan pada pelayanan prefentif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitaif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala peningkatan, peningkatan olah raga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat. 11 2. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah : 11 a. Tujuan Umum 1) Meningkatkan
derajat
kesehatan
dan
mutunpelayanan
kesehatan usia lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna bagi keluarga.
33
2) Mendekatkan
pelayanan
dan
meningkatkan
peran
serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antar masyarakat usia lanjut. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan kesadaran pada lansia 2) Membina kesehatan dirinya sendiri 3) Meningkatkan mutu kesehatan lansia 4) Meningkatkan pelayanan lansia 3. Kegiatan Posyandu Lansia Kegiatan
posyandu
lansia
dalam
kesehatan,
misalnya
penyuluhan perbaikan dan meningkatkan kesehatan gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani. 11 Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun internasional.
5
Kegiatan posyandu tersebut telah di bedakan dalam bentuk upaya pelayanan yaitu : a. Promotif Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku hidup sehat gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani.
34
b. Preventif Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit dengan menggunakan KMS lansia. c. Kuratif Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia. d. Rehabilitatif Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia. 4. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Dalam
pelayanan
posyandu
lansia
menggunakan
sistem
pelayanan tiga meja antaralain: 11 a. Meja I pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan tinggi badan. b. Meja II melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh (IMT). c. Meja III melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi. D.
Tinjauan tentang Keaktifan Lansia
1. Definisi Keaktifan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif berarti giat (bekerja, berusaha) 15. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian
35
yang tidak dapat dipisahkan (sardiman,2001:98). Aktifitas fisik adalah giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya. 16 Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia. 16 2. Peran Aktif Lansia Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatandengan cara: 11 a. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan b. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala d. Menjalani pengobatan e. Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
36
E.
Tinjauan Klusus tentang Hubungan Dukungan Keluaraga dengan Keaktifan Lansia dalam Kegiatan Posyandu Lansia
Dukugan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang di berikan keluarga pada salah satu anggota keluarga. Dukungan keluarga sangat diperlukan lansia . Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antaralain
dukungan
infirmasional,
dukungan
penilaian,
dukungan
instrumental, dukungan emosional 17. Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia. 16 Menurut Gottlieb, dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akarab dengan subyek di lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat member keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. 18 Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah
37
kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun internasional.
5
Partisipasi keluarga dalam kegiatan posyandu terbukti memberikan kontribusi
yang
besar
terhadap
peningkatan
kesehatan
lansia.
Pernyataan ini didukung dengan asumsi bahwa posyandu merupakan salah satu pendekatan yang tepat untuk meningkatkan status kesehatan lansia itu sendiri. 17
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori yang telah di uraikan pada tinjauan pustaka serta masalah penelitian dengan menggunakan beberapa variable sebagai berikut.: Variabel Independen
Variabel Dependen
Keaktifan lansia
Dukungan Keluarga
diposyandu Keterangan : : variabel Dependen : Variabel Indepnden B. Definisi Operasional No
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Kriteria Objektif
Skala
Independen
1.
Dukungan
Dukungan keluaga
Keluarga
adalah bentuk yang
Baik
:
apabila
segala memperoleh tindakan dilakukan
≥10
skor
Ordinal
39
keluarga
pada
lansia yang tinggal serumah
Kurang : apabila memperoleh
skor
dalam < 10
mengikuti kegiatan posyandu.
Dependen
2.
Keaktifan Dalam
Lansia
Keaktifan
lansia Aktif : apabila skor Ordinal
Mengikuti dalam
kegiatan ≥ 5
Kegiatan
posyandu
lansia
Kurang
aktif
Posyandu Lansia
adalah
keaktifan apabila skor < 5
dalam
kegiatan
fisik
maupun
:
mental yang dapat dilihat usahanya menghadiri mengikuti
dari untuk dan setiap
kegiatan posyandu lansia. C. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectitional , dengan tujuannya untuk melihat hubungan Dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. Pengumpulan data baik variable independen maupun dependen dilakukan secara bersamaan.
40
D. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014. 2. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Dahlia. E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti, populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah lansia di atas 60 tahun di Posyandu Pindu V Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia RT 03 RW 05 kelurahan tamarunang kecamatan mariso kota Makassar dengan jumlah lansia umur diatas 60 tahun sebanyak 80 orang. 2. Sampel Sampel adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi yang berdasarkan penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode total sampling jumlah responden sebanyak 80 orang. F. Instrument penelitian
Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti sesuai dengan kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dan observasi.
41
G. Alat dan Bahan penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang terdiri dari : 1. Kuesioner tentang biodata responden yang terdiri dari nama, umur, dan pendidikan responden. 2. Kuesioner tentang dukungan keluarga yang terdiri dari 16 item pertanyaan
dengan
menggunakan
skala
liker,
dimana
setiap
pertanyaan dinilai dengan kriteria. 3. Kuesioner tentang keaktifan yang terdiri dari 20 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert, dimana setiap pertanyaan dinilai dengan kriteria H. Pengumpulan Data
1. Data primer Untuk
memperoleh
data
primer
dilakukan
dengan
cara
memberikan kuesioner dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian. b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka peneliti mengajukan surat persetujuan untuk ditanda tangani pada lembar persetujuan. c. Jika responden telah menyatakan bersedia, maka kuesioner diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner.
42
d. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak puskesmas setempat, kader posyandu Lansia dan dari literature. I.
Pengolahan Data
1. Editing Setelah
data
terkumpul
maka
dilakukan
editing
atau
penyuntingan data, lalu data dikelompokkan sesuai kriteria. 2. Koding Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu lewat memberikan simbol-simbol atau kode dari setiap jawaban responden. 3. Tabulasi Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan kedalam tabel untuk memudahkan penganalisaan data. 4. Analisa Data Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data dianalisa. a.
Analisa Univariat Membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel.
43
b.
Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat
hubungan antara
variable tentang dukunga keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien infeksi saluran kemih,
maka data yang diperoleh
dengan observasi dan wawancara
dengan menggunakan uji
statistic Chi-Square den gan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah:
∑
Keterangan : X2=Uji Chi-Square 01 = frekuensi observasional E1 = frekuensi ekspektasi ∑ = jumlah data J. Etika Penelitisan
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.