Ini merupakan materi diskusi mata kuliah 'Hama dan Penyakit' di Prodi Agroteknologi, Universitas Halmahera, semester 5, 2010,
For free
hama
Laporan ini berisi tentang Pengenalan Morfologi dan Tanda Serangan Hama pada beberapa Komoditas tanaman.Full description
Laporan ini berisi tentang Pengenalan Morfologi dan Tanda Serangan Hama pada beberapa Komoditas tanaman.Full description
Deskripsi lengkap
Full description
Full description
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN HUBUNGAN ANTARA FAKTOR FISIK TANAMAN DENGAN PERKEMBANGAN HAMA DAN PREFERENSINYA PREFERENSI NYA PADA TANAMAN INANG
Di susun oleh : Nama
: Bima Tri Santika
NIM
: 155040200111034 155040200111034
Kelas
: D/D1
Asisten
: Yogo Setiawan
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengaetahui pengaruh faktor fisik tanaman terhadap perkembangan hama. 2. Untuk mengetahui preferensi hama pada tanaman inang dengan morfologi berbeda dari bagian tanaman.
II. Metodologi 2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1.
Cutter/Scapel
: untuk menghilangkan trichom pada daun kedelai
2.
Kuas gambar
: untuk membersihkan trichom
3.
Toples plastik
: untuk wadah Rhiptortus linearis dan daun kedelai
4.
Label
: untuk memberi keterangan perlakuan pada toples
5.
Mikroskop
: untuk mengamati jumlah tusukan
6.
Kompor plastik
: untuk merebus daun kedelai
7.
Beaker glass
: untuk wadah saat merebus daun kedelai
8.
Pengaduk kaca
: untuk mengaduk saat merebus daun kedelai
9.
Cawan Petri
: untuk meletakkan daun kedelai saat diamati
10. Gunting
: untuk memotong daun kedelai
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1.
Rhiptortus linearis
: sebagai objek pengamatan
2.
Daun Kedelai
: sebagai objek pengamatan
3.
Aquades
: untuk mendidihkan daun kedelai
4.
Asam Fiksin
: untuk memberi warna pad tusukan
2.2. Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Ambil 2 tangkai daun, perlakuan dengan 1 tangkai daun bertrichom dan 1 tangkai daun lagi dihilangkan trichomnya dengan menggunakan scapel / cutter / gunting / pisau cukur.
Masukkan masing-masing daun tersebut kedalam toples plastik yang telah diberi label.
Setelah itu masukkan masing-masing 2 ekor Rhiptortus linearis kedalam toples.
Setelah 24 Jam Rhiptortus linearis dikeluarkan dari toples plastik.
Didihkan asam fuksin dan aquades kemudian masukkan daun kedelai kedalam larutan tersebut.
Setelah terjadi perubahan warna, angkat daun tersebut kemudian dibilas dengan air yang mengalir yang selanjutnya diletakkan dalam cawan Petri
Amati dan hitung jumlah tusukan Rhiptortus linearis dengam menggunakan mikroskop. Tusukan ditandai dengan adanya warna merah gelap pada daun
Bandingkan jumlah tusukan antara kedua perlakuan antara kedua perlakuan kedelai tersebut.
III. HASIL dan PEMBAHASAN
3.1. Hasil Perlakuan
Jumlah tusukan
Daun bertrichom
11
Daun tanpa bertricom
35
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jumlah tusukan hama Riptortus linearis lebih banyak pada daun tanpa trichom dengan jumlah 35 tusukan. Sedangakn pada daun yang bertrichom hanya 11 tusukan.
3.2. Pembahasan
Pada tabel pengamatan, menuntukan bahwa jumlah tusukan hama lebih banyak terjadi pada daun tanpa trikom. Hal ini disebabkan karena trikom merupakan salah satu sifat ketahanan alami yang dimiliki oleh tanaman. Trikoma merupakan salah satu alat tumbuhan atau derivat dari jaringan epidermis yang banyak ditemukan di tulang helaian daun, biji dan buah (Kuspriyadani 2010 dalam Sari et al ., 2010). Trikoma pada permukaan tanaman adalah organ tanaman yang berhubungan langsung pada tahap awal penerimaan inang (host acceptance) (Suharsono dan Suntono 2009 dalam Sari et al ., 2010). Fakta menunjukkan bahwa kerusakan tanaman oleh serangga lebih rendah dengan meningkatnya kerapatan trikoma artinya berkorelasi negatif dengan kerapatan trikoma (Suharsono dan Suntono 2004). Jumlah trikom pada varietas tanaman juga berpengaruh terhadap intensitas serangan dan peletakan telur hama Riptortus linearis juga intensitas serangan dan peletakan telur akan lebih tinggi pada daun tanpa trikom atau dengan trikom yang kerapatannya rendah dibandingkan daun dengan trikom yang tinggi. Sari et al ., 2010) mengatakan bahwa jumlah trikoma pada kedelai mempengaruhi tinggi rendahnya intensitas serangan hama dan juga peletakan telur hama. Semakin sedikit jumlah trikoma, maka semakin banyak jumlah peletakan telur dan semakin tinggi intensitas serangan hama. Dari hasil praktikum tersebut, dapat diketahui juga bahwa faktor fisik tanaman berupa kerapatan trikoma sangat berpengaruh terhadap perkembangan
hama Riptortus linearis. Hasil penelitian Sari et al ., (2010) menunjukan bahwa kerapatan trikoma pada polong kedelai mempengaruhi jumlah peletakan telur, karena adanya hambatan mekanis. Trikoma mempersulit peneluran imago penggerek polong pada kulit polong (Sari et al ., 2010). Semakin sedikit jumlah trikoma semakin tinggi jumlah telur (Sari et al ., 2010). Salah satu faktor penghambat mekanis bagi penggerek polong saat menyerang polong adalah adanya trikoma dengan karakteristik yang rapat dan panjang (Sari et al ., 2010). Trikoma dapat menjadi tempat ideal pada sebagian hama untuk menempatkan telur supaya tidak rusak karena gangguan lingkungan (Sari et al ., 2010).
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Trikoma merupakan salah satu sistem pertahanan alami yang dimiliki oleh tanaman, dimana trikoma merupakan ketahanan yang merupakan kontak langsung atau pertama dari tanaman oleh hama. Dari hasil praktikum telah diketahui bahwa jumlah tusukan lebih banyak terjadi pada daun yang tidak bertrikom. Hal ini menunjukan bahwa Kerapatan trikoma sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya intensitas serangan Riptortus linearis dan juga peletakan telur Riptortus linearis. Semakin rapat trikoma yang dimiliki tanaman, maka intensitass serangan dan peletakan telur akan semakin rendah.
4.2. Saran
Untuk meminimalkan penurunan produksi akibat serangan hama, agar lebih diperhatikan lagi teknik budidayan yang benar dan juga pemilihan varietas yang tahan juga. Di sisi lain, juga bisa dikembangkan varietas kedelai yang memiliki kerapatan trikom yang tinggi sehingga intensitas serangan hama dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, K., P., dan Suharsono. 2010. Trikoma Sebagai Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Penggerek Polong. Buletin Palawija. 20 : 80-83 Suharsono dan Suntono. 2004. Preferensi Peneluran Hama Penggerek Polong Pada Beberapa Galur Varietas Kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 23 (01) : 38-43