P EDOM AN P ELAY LAYA ANA NAN N GI GI ZI
KATA KAT A PENGANTAR
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatka meningkatkan n derajat kesehatan masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup, yang akan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Pada umumnya penduduk lanjut usia secara paripurna, baik dari aspek kesehatan kesehatan,, gizi, aspek mental dan sosial. Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangka dikembangkan n dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lanjut usia, termasuk di dalamnya upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, disamping penyakit infeksi dan
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................... 2 C. Sasaran ......................................................................................... 2 D. Kebijakan dan Strategi ................................................................ 3
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1.
KMS Lansia dan Brosur makanan Sehat untuk Lanjut Usia ...... 30
Lampiran 2.
Tabel Angka Kecukupan Gizi ..................................................... 31
Lampiran 3.
Mini Nutritional Assesment I. Skreening .................................... 32
Lampiran 4.
Mini Nutritional Assesment II. Penilaian .................................... 33
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek sik, biologis,
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit pada lanjut usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi 56,4%, Hipertensi 53,7%, Stroke 20,2‰, Penyakit Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%, Tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam UndangUndang Kesehatan No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan dan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Pelayanan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan di semua fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Dengan meningkatkan pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia.
D. Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut usia disesuaikan dengan kebijakan dan strategi program kesehatan lanjut usia : 1. Kebijakan : a. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor. b. Pembinaan gizi lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan. c. Pembinaan gizi lanjut usia sebagai bagian dari upaya kesehatan keluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkat dasar dan rujukan. d. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya. e. Upaya promotif dan preventif dilaksanakan secara komprehensif bersama-sama dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. f. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lanjut usia dilakukan atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong, dibina oleh pemerintah
BAB II GIZI LANJUT USIA A. Batasan Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : 1. Usia pertengahan (45-59 tahun) 2. Lanjut usia (60-74 tahun) 3. Lansia tua (75-90 tahun) 4. Usia sangat tua (> 90 tahun) Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi : l Pra lanjut usia (45-59 tahun) l Lanjut usia (60-69 tahun) Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah l kesehatan)
Faktor yang mempengaruhi proses menua FAKTOR EKSTERNAL STESSOR PSIKOSOSIAL
PENDIDIKAN PENY. INFEKSI/ DEGENERATIF
KONSUMSI
Faktor internal SOS-BUD
HYGIENE SANITASI/ PROSES MENUA
LINGKUNGAN
Faktor biologi KELUARGA/
LINGKUP
PENGASUH
PERGAULAN/ KELOMPOK
3.
4. 5.
6.
berkurang pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat- zat gizi juga menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B 12 berkurang, sehingga dapat menyebabkan anemia. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir. Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk makan. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutkan sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktitas sehari-hari disebut dengan demensia/pikun. Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu
6
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan makanan
Mengganggu penyerapan vitamin dan mineral
Desiensi zat gizi mikro
7
Mobilitas usus menurun
Susah buang air besar
Wasir (perdarahan) à anemia
8
Sering menggunakan obat-obatan/alkohol
Menurunkan nafsu makan
Dapat terjadi kurang gizi
9
Gangguan kemampuan motorik
Kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri
Dapat terjadi kurang gizi
10
Kurang bersosialisasi , kesepian (perubahan psikologis)
Nafsu makan menurun
Dapat terjadi kurang gizi
11
Pendapatan menurun
Asupan makanan menurun
12
Demensia (pikun)
Dapat terjadi kurang gizi Dapat terjadi kurang gizi dan kegemukan/
Sering makan/lupa
3. Aktivitas sik dan pekerjaan Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan sik yang berdampak pada berurangnya aktivitas sik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan seharihari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan sik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih banyak. 4. Postur tubuh Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh yang lebih kecil. 5. Iklim/suhu udara Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 6. Kondisi kesehatan (stress sik dan psikososial) Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress sik dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan
havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup. 3. Batasi konsumsi lemak dan minyak Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lainlain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, miyak jagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi. 4. Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tanda-
8. Pesan lainnya : - Tidak minum alkohol - Mambaca label makanan D. Masalah gizi Masalah gizi lanjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain. 1. Kegemukan atau obesitas Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktitas sik atau penurunan jumlah makanan,
3. Kurang Zat Gizi Mikro lain Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi pada lanjut usia. Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi: a. Penyakit Jantung koroner Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.
DM Tipe I
:
DM TipeII
:
Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi kerusakan sel dan pankreas. Umumnya B normal atau di bawah normal dan disertai dengan trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi (banyak makan, banyak minum dan banyak kencing) Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), selain terjadi kerusakan sel dan pankreas juga disertai tidak berfungsinya insulin, 75% penderita DM tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
d. Osteo arthritis (pengapuran tulang) Adalah penyakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi terutama pada sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserang osteoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan pergerakannya menjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untuk menopang badan. e. Osteoporosis (keropos tulang)
BAB III PELAYANAN GIZI INDIVIDU Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim Asuhan Gizi dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/ geriatri yang terpadu, sehingga pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara terkordinasi oleh berbagai disiplin ilmu terkait. Kerjasama antara lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelayanan gizi lanjut usia. a. Rawat Jalan Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk melakukan dan mendukung keberhasilan proses konseling gizi. b. Rawat Inap Kegiatan pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk memberikan intervensi gizi.
gizi. Dengan PAGT diharapkan ahli gizi di tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan secara efektif dan berkualitas terhadap lanjut usia. PAGT meliputi : 1. PENGKAJIAN GIZI (Assessment) Assesment atau disebut dengan pengkajian terhadap status gizi merupakan landasan dalam menyusun asuhan gizi yang optimal kepada klien bertujuan untuk mendapatkan informasi yang adekuat dalam upaya mengidentikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan makanan atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi Pengkajian gizi merupakan suatu proses pengumpulan, verikasi dan interpretasi data yang sistematis dalam upaya untuk mengidentikasi masalah gizi dan penyebabnya, bukan hanya pengumpulan data awal tetapi juga merupakan pengkajian ulang dan analisis kebutuhan gizi pasien. Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentikasi seberapa besar masalahnya.
g) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala Cara pengukuran : a) Posisikan lansia berdiri tegak pada permukaan tanah/lantai yang rata tanpa memakai alas kaki(sandal, sepatu) b) Posisikan Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jari jari kaki c) Pandangan mata lurus kedepan d) Kedua lengan menggantung santai menempel didinding tembok e) Pada waktu mengukur TB, punggung, tumit, pantat dan belakang kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan mata lurus ke depan, lengan menggantung di sisi 2. Pengukuran Berat Badan a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan tanpa pegas b) Alat sudah ditera c) Letakkan di lantai yang rata posisikan angka sampai
Cara Pengukuran : a) Lansia berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi tembok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok. b) Bagian atas kedua lengan hingga ujung telapak tangan menempel erat didinding sepanjang mungkin c) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulaI dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri 4. Pengukuran Tinggi Lutut a) Kondisi Syarat Pengukuran : Tingggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan seseorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang tidak dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya b) Alat Pengukuran : Penggaris kayu/ stailess stell dengan mata pisau menempel pada sudut 90 0 pada kaki kiri
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding Cara Pengukuran a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu sampai lantai b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak, kepala dan tulang belakang/punggung menempel rapat ke dinding c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi) e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap lurus ke depan f) Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di atas kepala, setelah dikurangi tinggi bangku Dengan mengkaitkan dua variabel antropometri tersebut di atas dapat diperoleh Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan perhitungan sebagai berikut :
c) Lingkar perut Digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Cara pengukurannya adalah dengan berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan dan pada hari pemeriksaan mengenakan pakaian yang ringan. Pengukuran dilakukan dalam posisi berdiri tegak dengan kedua tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang terendah dan Krista iliaka pada garis aksila tengah (mid- axillary line) diberi tanda dengan pena. Pita pengukur non elastic diletakkan melintang di pertengahan antara kedua tanda tersebut melingkari perut secara horizontal. Kemudian dilakukan pembacaan dalam sentimeter. Selama dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernapas biasa (Gibson, 2005). Klasikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas sentral jika lingkar perut pada laki-laki ≥ 90 cm dan perempuan ≥ 80 cm. b. Biokimia Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain yang memberikan informasi mengenai status gizi guna menegakkan
bebas yang terjadi sekunder akibat interaksi obat. Natrium serum rendah/hiponatremia, kemungkinan kelebihan cairan, kehilangan natrium lewat saluran cerna, sonde dengan formula susu rendah natrium untuk waktu yang lama. c. Klinis Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang dirasakan seperti penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme berupa mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan. Berikut ini beberapa contoh tanda klinis : 1. Penurunan berat badan mengindikasikan desiensi energi, penurunan berat badan secara akut kemungkinan desiensi cairan, sedangkan peningkatan berat badan kemungkinan kelebihan intake energi. 2. Rambut pudar, kering, mudah patah mengindikasikan desiensi protein, rambut mudah dicabut tanpa rasa sakit kemungkinan desiensi protein, rambut rontok kemungkinan desiensi protein, seng, biotin / kelebihan vitamin A, hilangnya pigmen rambut pada
e. Riwayat Personal Pengumpulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat dan suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan data umum pasien, sebagai berikut:
Riwayat obat dan suplemen yang dikonsumsi
l
l l
Sosial Budaya
l l l l
l
Obat yang digunakan baik berdasarkan resep maupun obat bebas yang berkaitan dengan masalah gizi Suplemen gizi yang dikonsumsi Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama Situasi rumah Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial Akses sosial Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi Riwayat penyakit dulu dan sekarang
3. INTERVENSI GIZI Intervensi gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi yang sudah ditegakkan pada diagnosis gizi. Pemecahan masalah yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor–faktor seperti dukungan keluarga, sosial ekonomi, pemanfaatan pekarangan, dll. Sebelum melakukan intervensi gizi perlu melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: a. Cara perhitungan kebutuhan gizi : 1. Perhitungan Kebutuhan Energi. Berikut ini beberapa cara untuk menghitung kebutuhan energi : a) Harris dan Benedict Merupakan cara yang banyak digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki : BEE = 66 + 13,7 (BB) + 5 (TB) – 6,8 (umur) Perempuan : BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) – 4,7 (umur)
3. Perhitungan kebutuhan lemak a) Pada lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 2025% dari kebutuhan energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh = 2 : 1 b) Kolesterol merupakan sejenis lemak yang hanya terdapat di makanan hewani terutama pada otak, hati, daging berlemak, kuning telur, konsumsinya harus dibatasi. Kolesterol tidak melebihi 300 mgr / hari didalam makanan. 4. Perhitungan kebutuhan karbohidrat Penggunaan karbohidrat relatif menurun pada lanjut usia, karena kebutuhan energi juga menurun. Lanjut usia disarankan mengkonsumsi karbohidrat komplek dari pada karbohidrat sederhana, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Perhitungan kebutuhan karbohidrat didasarkan kepada sisa dari total energi setelah dikurangi energi dari protein dan lemak. Dianjurkan lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat 60-65% dari total kebutuhan energi.
b. Preskripsi Diet 1. Preskripsi Diet yaitu batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Diet memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal. 2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan 3. Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman makan. Intervensi gizi meliputi :
e) Aspek Pesan 1) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan 2) Porsi kecil tapi sering, jarak antara dua waktu makan tidak kurang dari 3 jam 3) Biasakan sarapan pagi dan makan malam lebih awal 4) Pilihlah jenis makanan selingan yang sehat, seperti : buah buahan segar, dan makanan yang direbus 5) Perilaku makan sesuai dengan prinsip gizi seimbang bagi lansia 6) Makanan yang dikukus, dipanggang, direbus lebih baik daripada digoreng. 7) Dianjurkan memilih makanan dengan bumbu yang tidak merangsang c. Rujukan Pada kasus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih lanjut rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. 4. MONITORING DAN EVALUASI
Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi. c. Evaluasi hasil, Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan monitoring dan evaluasi di atas kita akan mendapatkan 4 jenis hasil, yaitu : 1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi 2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral 3) Dampak terhadap tanda dan gejala sik yang terkait gizi Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan sik 4) Dampak terhadap pasien/ klien terkait gizi Pengukuran yang terkait dengan persepsi pasien/ klien terhadap intervensi yang diberikan dan dampakn pada kualitas hidupnya.
BAB IV PELAYANAN GIZI MASYARAKAT Pelayanan gizi masyarakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga, kelompok lanjut usia (posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll) dan panti werdha. A. KELUARGA Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang keberadaannya sangat penting untuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lanjut usia akan merasa aman dan tenteram bila berada di dalam lingkungan keluarga yang memberikan perhatian dan dukungan pada lanjut usia dalam menjalani sisa hidupnya. Pelayanan gizi lanjut usia yang berada di keluarga dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui pendampingan tenaga kesehatan terhadap anggota keluarga dalam meningkatkan dan mempertahankan status gizi lanjut usia. Pelayanan
penurunan status gizi (menjadi semakin kurus, lemah, lesu) dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut. B. KELOMPOK LANJUT USIA Kelompok lanjut usia (Poksila) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sebagai wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama dengan lintas sektor, LSM, swasta dan organisasi sosial dengan kegiatan utama adalah upaya promotif dan preventif. Kegiatan Kelompok Lanjut Usia dilakukan oleh kader terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan. Pelayanan gizi pada kelompok lanjut usia diberikan dalam bentuk : 1. Penyuluhan gizi Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih. Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia. 2. Pemantauan status gizi
atau dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia. 2. Pemantauan status gizi Pemantauan Status Gizi dilaksanakan oleh pengurus PSTW atau kader dibantu oleh tenaga kesehatan secara berkala bersama-sama dengan pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan setiap bulan dengan menggunakan KMS lanjut usia. 3. Penyelenggaraan makanan Penyusunan diet dan menu dapat dilakukan untuk kelompok namun tetap memperhitungkan kebutuhan individu lanjut usia yang dirawat. Untuk kegiatan ini sebaiknya panti memiliki ahli gizi sendiri agar pelayanannya dapat berlangsung dengan lebih baik. Contoh menu dapat dilihat pada lampiran. 4. Konseling gizi Pada kasus yang memerlukan konseling gizi pada lanjut usia di PSTW,
BAB V PENUTUP Pelayanan gizi lanjut usia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan program kesehatan lanjut usia. Diharapkan Pelayanan gizi lanjut usia menjadi salah satu program prioritas Kabupaten/Kota untuk meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia secara berkesinambungan. Buku Pedoman Pelayanan gizi lanjut usia bagi Tenaga Kesehatan ini diharapkan dapat menjadi pegangan/rujukan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi lanjut usia sehingga dapat hidup sehat, aktif dan produktif melalui pelayanan gizi yang bermutu.
Lampiran 1. KMS Lansia dan Brosur Makanan Sehat untuk Lanjut Usia
Lampiran 2. Tabel Angka Kecukupan Gizi
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia
Lampiran 3. Mini Nutrional Assessment I. Skrining Nama Jenis kelamin Tanggal Umur Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)
: : : : : :
FORM SKRINING* A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau menelan? 0 = kehilangan nafsu makan berat (severe) 1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate) 2 = tidak kehilangan nafsu makan B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ? 0 = kehilangan BB > 3 kg 1 = tidak tahu 2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg
Lampiran 4 Mini Nutrional Assessment II. Penilaian FORMULIR PENILAIAN ** A. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di panti/Rumah Sakit)? 0 = tidak 1 = ya B. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari 0 = ya 1 = tidak C. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka di kulit? 0 = ya 1 = tidak D. Berapa kali anda mengonsumsi makan lengkap / utama per hari ? 0 = 1 kali 1 = 2 kali 2 = 3 kali E. Berapa banyak anda mengonsumsi makanan sumber protein ? l Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari à ya/
2 = tidak ada masalah gizi J. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang lain yang sebaya/seumur, bagaimana anda mempertimbangkan keadaan anda dibandingkan orang tersebut ? 0 = tidak sebaik dia 0.5 = tidak tahu 1.0 = sama baiknya 2.0 = lebih baik K. Lingkar lengan atas (cm)? 0 = < 21 cm 0.5 = 21 – 22 cm 1.0 > L. Lingkar betis (cm) ? 0 < 31 cm 1 > 31 cm **PENILAIAN SKOR: I. Skor Skrining
Lampiran 6. Formulir Riwayat Pola Makan/Kebiasaan
Lampiran 7. Formulir Recall 24 Jam
Makan pagi
Banyak gr
Makan Siang
URT
Banyak gr
Makan Malam
Selingan Sore
URT
Banyak gr
Selingan Pagi
URT
Selingan Malam
Lampiran 8. Anamnesis Gizi Pasien Kunjungan Ulang ANAMNESIS GIZI PASIEN KUNJUNGAN ULANG Tanggal No. Dok. Medik Nama Umur Jenis kelamin DIAGNOSIS
: ………………. : ………………. : ………………. : ………………. : ………………. :
Alamat TB/BB Hasil Lab. Darah Urin Dietisien
: : : : :
DIET :
HIDANGAN SEHARI Pagi
Siang
Malam
………………… …….. cm/ …… Kg …………………. …………………. ………………….
Lampiran 9. Contoh Penulisan Asuhan Gizi Dengan Format ADIME
A. Seorang lansia perempuan umur 75 tahun 1. TB = 150 cm, BB = 38 kg, IMT = 16,8. Dalam 6 bulan terakhir pasien merasa lebih kurus, baju menjadi lebih longgar 2. Gigi sudah banyak yang tanggal/ompong. Pasien sudah pernah punya gigi palsu tapi tidak dipakai lagi karena sakit bila digunakan. Saat ini pasien hanya bisa makan makanan yang lunak. Nafsu makan saat ini baik, tapi kadang malas makan sendirian 3. Pola makan (nasi lembik + ikan/tempe & tahu) 2-3x/hari, makan sayur 1-2x/ minggu, jarang makan buah (karena keras), kue/biscuit 2-3x/minggu 4. Pasien tinggal dengan anak perempuannya yang bekerja dari pagi-sore, pasien masih suka masak sendiri B. Berat badan kurang berkaitan dengan gangguan mengunyah makanan dan malas makan sendirian ditandai IMT 16,8 C. Tujuan
:
meningkatkan BB mencapai normal
Lampiran 10. Contoh Menu Untuk Lansia Sehat CONTOH MENU UNTUK LANSIA SEHAT WAKTU
MENU II bubur havermut
MENU III Lontong sayur
Orak arik telur
susu
jus tomat
air jeruk
semur telur jus wortel + apel
10.00
Ubi rebus
Pisang rebus
biskuit
Puding buah koktail
SIANG
Nasi
Nasi beras merah
Nasi
Nasi beras merah
Pindang bandeng Tempe
Sambal goreng hati
PAGI
MENU I Bubur ayam
Ikan acar kuning Tumis kacang
Opor ayam
MENU IV Roti gandum selai kacang susu kedele
Lampiran 11. Menu Untuk Lanjut Usia Dengan Berat Badan Kurang SYARAT DAN CONTOH MENU UNTUK LANJUT USIA DENGAN BERAT BADAN KURANG 1. Jika seseorang mengalami kekurangan berat badan maka makanan yang diberikan adalah makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi Protein. (TKTP) 2. Diet TKTP adalah diet yang mengandung energy dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging, atau dalam bentuk minuman enteral nutrisi. Diet ini diberikan bila pasien mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.
Makanan yang dianjurkan a. Sumber karbohidrat: nasi, mie, roti, macaroni, dan hasil olah tepung tepungan, seperti cake, puding, pastry, ubi, dan karbohidrat sederhana seperti gula. b. Sumber Protein: daging sapi, ikan , ayam , telur , susu dan hasil olahnya seperti keju, yoghurt dan ice cream. Semua jenis kacang kacangan dan hasil olahnya,
10.00
Sari buah Kue sus
100 50
1 gelas 1 potong
SIANG
Nasi
150
1 gelas
Empal gepuk
50
1 potong
Tempe goreng
50
1 potong
sayur lodeh
100
1 gelas
alpukat
100
1 potong
16.00
Bubur kacang ijo
25
1 gelas
MALAM
nasi
100
¾ gelas
Semur Ayam
50
1 potong
100 100
1 potong 1 gelas
Tahu bakso Sayur sup pisang susu
75 20
1 buah 1 gelas
Lampiran 12. Menu Untuk Lanjut Usia Dengan Berat Badan Lebih ( Kegemukan )
rendah lemak, kacang kacangan, tempe , tahu, susu kedele. c. Sayuran yang banyak mengandung serat dan diolah tanpa santan kental d. Buah, semua macam buah diperbolehkan terutama yang banyak mengandung serat.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan : a. Sumber karbohidrat sederhana, seperti gula pasir, gula merah, sirup, kue yang manis dan gurih b. Sumber protein, daging berlemak yang diolah dengan santan kental, atau digoreng c. Buah buahan : durian, alpukat, manisan buah
Contoh Menu Sehari Nilai Gizi Energi Protein
: 1500 Kalori : 80 gram
Semur Ayam Perkedel Tahu panggang
50 75
1 potong 1 potong
Setup brokoli +Wortel+buncis
100
1 gelas
75
½ buah
mangga
Lampiran 13. Diet Beberapa Penyakit Pada Lansia Pada lanjut usia (lansia) sering dijumpai menderita beberapa penyakit penyakit yang bersifat multipatologi, disebut “Geriatri”.Penyakit “Geriatri”.Penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia antara lain osteoporosis, diabetes mellitus, kardiovaskular, malnutrisi, hipertensi dan lain lain. A. Diet untuk untuk lansia lansia yang menderita Osteoporosis Osteoprosis adalah penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang.Faktorr nutrisi adalah bagian penting bagi kesehatan tulang, zat gizi yang tulang.Fakto berperan adalah kalsium. Apabila Apabila konsumsi kalsium kurang maka kalsium akan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan : Makanan tinggi serat yang dimakan bersama bersama dengan makanan makanan sumber kalsium karena tinggi serat dapat menghambat penyerapan kalsium. Misalnya makan bekatul dicampur susu; makan teri ikan bersama daun singkong. Contoh menu sehari Nilai Gizi : Energi Protein Lemak Karbohidrat
: : : :
1725 Kalori 76 gram 39 gram 281 gram
WAKTU PAGI
MENU I
Kalsium Vitamin A Besi Pospor Berat (gram)
: : : :
1224 mg 28459 IU 16,3 mg 1301 mg URT
Nasi
100
¾ gelas belimbing
Kering Tempe + teri
50 +20
5 sendok makan 2 sendok makan
B. Diet untuk lanjut usia usia yang menderita Diabetes Melitus Tujuan Diet
:
menyesuaika n makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menyesuaikan menggunakannya, agar penderitamencapai keadaan faali normal dan dapat melakukan pekerjaan sehari hari seperti biasa.
Pengaturan Diet : 1. Jumlah energi energi ditentukan ditentukan menurut umur umur,, jenis kelamin, kelamin, berat badan, tinggi tinggi badan, aktitas, suhu tubuh dan kelainan metabolic 2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya menggunaka nnya (50-60% total energi) 3. Makanan cukup protein, mineral dan vitamin. 4. Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat obat yang yang diberikan diberikan Makanan yang dianjurkan : a. Karbohidrat kompleks, seperti: beras beras merah, beras yang yang tidak disosoh; dan kelompok umbi umbian; sayur dan buah
Contoh menu : Nilai Gizi : Energi Protein Lemak Karbohidrat
: : : :
1703 Kalori 66 gram 73,7 gram 210 gram
WAKTU PAGI
MENU I Lontong sayur Telur pindang Sayur buncis/kacang panjang Susu kedele
10.00
Pepaya
Kalsium Vitamin A Besi Pospor
: : : :
531 mg 15552 IU 20 mg 827 mg
Berat (gram) 150
URT 2 buah sedang
50
1 butir
100
1 gelas
200 cc
1 gelas
100
1 potong
C. Diet untuk komplikasi penyakit jantung Berbagai penyakit jantung sering menjadi komplikasi lanjut usia biasanya ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan trigliserida serta penurunan kolesterol HDL Tujuan Diet : a. Menurunkan berat badan (BB) bila terlalu gemuk dan mempertahankan pada batas normal b. Mengurangi/menghilangkan penimbiunan cairan/garam Pengaturan Diet : a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan bila terlalu gemuk diberikan pengurangan energy b. Protein diberikan 15% dari total kebutuhan energy c. Karbohidrat dibatasi, antara 50-60% dari total energy. Pengurangan terutama berasal dari karbohidrat murni seperti pengunaan gula pasir dikurangi d. Lemak < 20% dari total kebutuhan energy, diutamakan menggunakan lemak tidak jenuh ganda seperti yang terdapat dalam minyak jagung, minyak
Contoh menu sehari Nilai Gizi : Energi Protein Lemak Karbohidrat
: : : :
1722 Kalori 68,3gram 44,6 gram 275 gram
WAKTU PAGI
MENU I
: : : :
11257 15,1 636 1157
Berat /Gram
Roti gandum
80
Selai kacang
20
IU mg mg mg URT
50+50
2 lembar 1 sendok makan 1 gelas
Susu Skim
20
3 sdk mkn
Jus alpukat
100
1 gelas
Jus wortel + tomat
10.00
Vitamin A Besi Kalsium Pospor
MENU UNTUK PENDERITA JANTUNG KORONER WAKTU PAGI
MENU I
MENU II
Nasi
Roti gandum
Kering Tempe + teri Bening bayam
Selai kacang Jus wortel + tomat Susu Skim
10.00
Kacang rebus
Jus alpukat
SIANG & MALAM
Nasi
Nasi merah
Ikan pepes Tahu bacem Sayur asem Pisang
Ikan Tuna Asam Padeh Sate Tempe Salad sayuran (+ olive oil) Pepaya
Bahan makanan yang dianjurkan : a. Bahan makanan yang tinggi kalium untuk membantu menyeimbangkan nilai elektrolit dalam darah sehingga menurunkan natrium: sayuran, seperti bayam, daun singkong, daun pepaya; buah buahan, seperti pisang, melon, alpukat, tomat; umbi umbian, seperti kentang, singkong, ubi a. Bahan makanan tinggi kalsium : susu, produk susu seperti yoghurt, keju, ice cream; ikan yang dimakan dengan tulangnya seperti ikan teri, bandeng presto tulang lunak; kedele dan produk hasil olahnya seperti susu kedele, tahu, tempe; sayuran seperti bayam dan brokoli Bahan makanan yang harus dibatasi : a. Garam natrium : garam dapur, MSG, soda kue (natrium bikarbonat), natrium benzoate (pengawet). Dalam sehari, garam dapur diperbolehkan hanya 5 gram atau 1 sendok teh peres b. Makanan yang diberi garam Natrium pada pengolahan : seperti biskuit, kraker, cake, dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda kue, dendeng, abon, kornet, ikan asin, telur asin, keju, margarin,
Contoh Menu Sehari Nilai Gizi Energi : 1674Kalori Protein : 61,4gram Lemak : 44,7gram Karbohidrat : 266 gram WAKTU PAGI
10.00 SIANG
Vitamin A Besi Kalsium Pospor
MENU I
: 14039 IU : 21 mg : 649 mg : 1235 mg Breat (Gram)
URT
Nasi
100
¾ gelas
Telur rebus + sambal tomat Lalap daun kemangi, ketimun
50 +50 100
1 potong 1 gelas
Air jeruk
50
1 buah
Pisang Nasi
75 150
1 buah 1 gelas
MENU UNTUK PENDERITA HIPERTENSI WAKTU PAGI
MENU I
MENU II
Nasi
Bubur manado isi sayuran
Telur rebus + sambal tomat
+ Ikan cakalang
Lalap daun kemangi, ketimun
Susu Skim
Air jeruk
Pisang
10.00
Pisang
Puding buah
SIANG & MALAM
Nasi
Nasi merah
Pepes teri basah Terik Tempe Urap sayuran
Ayam panggang Tempe bacem Sayur asem Lalap daun kemangi, slada, daun
Bahan makanan yang harus dihindari: a. Makanan yang berkadar purin tinggi, yaitu antara 150-180 mg per 100 gram bahan makanan, seperti hati, ginjal, jantung, limpa, paru paru, otak, sarden, ekstrak daging dan ragi b. Makanan yang berkadar purin sedang, yaitu antara 50-150 mg per 100 gram bahan makanan, daging, ikan, kerang, kacang kacangan, kacang buncis, bunga kol, bayam, asparagus dan jamur Contoh Menu Nilai Gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat
Sehari : 1708 Kalori : 43,8 gram : 48,6 gram ; 281 gram
WAKTU PAGI
MENU I Nasi
Vitamin A Besi Kalsium Pospor Breat (Gram) 100
: : : :
19536 IU 12,5 mg 682 mg 842 mg URT
¾ gelas
Lampiran 14. Contoh Menu Untuk Lansia Tanpa Gigi dan Konstipasi
MENU UNTUK LANSIA TANPA GIGI WAKTU PAGI
MENU I Bubur Sumsum Telur ceplok air Jus tomat
MENU II Mie kuah (Mie diremukkan) + Telur/daging giling/tahu + caisim (potong kecil & empuk) Air jeruk
10.00
Bubur kacang hijau/ kacang tanah tumbuk/selai kacang
Puding caramel
SIANG & MALAM
Nasi lembik
Kentang pure
Semur hati ayam
Gadon daging
Perkedel tahu/tempe
Sapo Tofu Sayur bening bayam + labu kuning
Sayur godog labu siam
Nama :............................................................... TB : ................ Cm Umur : .............................................................. BB : ................ Kg IMT (Indeks Masa Tubuh) :............................................................ Kebutuhan Gizi Sehari : Kalori : Kkal Protein: gram
Lemak : Karbohidrat :
Kementerian Kesehatan RI 2011
gram gram
MAKANAN SEHAT UNTUK LANJUT USIA
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARI Pagi Jam 06.00-08.00 Nasi /pengganti Hewani/nabati Sayuran Minyak Gula pasir
: : : : :
Berat(gr)
* URT
......................
.......................
......................
.......................
......................
.......................
......................
.......................
......................
.......................
Selingan Jam 10.00 : ................................................................................................................
Siang Jam 12.00 – 13.00 : : ...................... Nasi /pengganti : ...................... Hewani : ...................... Nabati : ...................... Sayuran : ...................... Buah : ...................... Minyak
....................... ....................... ....................... .......................
Pagi
Siang
Malam
Nasi/Nasi Tim/ Bubur Telur dadar Tahu Bacem Tumis kacang panjang + udang
Nasi/Nasi Tim/ Bubur Ikan goreng Tahu panggang isi sayuran Sayur asem Pepaya
Nasi/Nasi Tim Pepes teri nasi (teri basah) Tempe mendoan Capcay Jeruk
Jam 10.00 (Selingan) Pisang rebus
Jam 16.00 (Selingan) Jus alpukat
Jam 21.00 (Selingan) Susu rendah lemak
.......................
................................................................................................................
.......................
Untuk memvariasikan makanan, gunakan brosur bahan makanan penukar Informasi lebih lanjut akses : sigizi@com Email : gklinis @yahoo.com
....................... ....................... ....................... ....................... .......................
Selingan Jam 21.00 : ................................................................................................................ *) Ukuran Rumah Tangga
.......................
Selingan Jam 16.00 :
Malam Jam 18.00 – 19.00 : ...................... Nasi /pengganti : ...................... Hewani : ...................... Nabati : ...................... Sayuran : ...................... Buah : ...................... Minyak
Contoh Menu Sehari
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik 2011
Agar tetap sehat dan produktif di usia lanjut, makan sesuai pola gizi seimbang, lakukan aktivitas fisik dan tidak merokok