Gangguan Jiwa pada Lansia
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik fisik,, psik psikol olog ogis is maup maupun un sosia sosiall yang yang salin saling g beri berint ntera eraks ksii satu satu sama sama lain. lain. Kead Keadaa aan n itu itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien eriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari erontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. !imbulnya perhatian pada orangorang-ora orang ng usia usia lanjut lanjut dikaren dikarenaka akan n adany adanyaa sifat-si sifat-sifat fat atau faktorfaktor-fak faktor tor khusus khusus yang yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut. "ansia "ansia merupa merupakan kan salah salah satu satu fase kehidu kehidupan pan yang yang dialam dialamii oleh oleh indi#i indi#idu du yang yang berumur panjang. "ansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Perubahan Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan perubahan $senesens$ dan perubahan %senilitas&. Perubahan $senesens& adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian %senilitas& adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. 'ementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik,
kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi. leh karma itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental. Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. 'einakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. emikian pula di *ndonesia. alam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. +al tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. sia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. "ansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. anyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan mental seperti depresi. A.
Definisi Lanjut Usia "ansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. ( ahyu, /001) Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, pre#entif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. iperkirakan *ndonesia mulai tahun 2110 hingga /0/3 lansia (umur 40 ke atas) akan meningkat hingga 52,5 6 (geriatric and psychigeriatric workshop training for trainers, /007) masalah yang paling banyak adalah
2. /. 3. 5. 9. 4.
B.
demensia, delerium, depresi, paranoid dan ansietas. 8dapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut Menyesuaikan diri terhadap ketahanan dan kesehatan yang berkurang. Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan. Menyesuaikan diri terhadap kemungkinan ditinggalkan pasangan hidup Mempertahankan kehidupan yang memuaskan dan mencari makna hidup. Menjaga hubungan baik dengan anak Membina hubungan dengan teman sebaya dan berperan serta dalam organisasi sosial
Batasan Umur pada Lanjut Usia
2. /. 3.
:PK:' ;* membagi "ansia sebagai berikut< Kelompok menjelang usia lanjut (59 - 95 tahun). Kelompok usia lanjut (99 - 45 tahun). Kelompok usia lanjut (49 tahun lebih ). (=arida, /020) 'edangkan + membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu<
2. /. 3.
sia lanjut < 40 - >5 tahun sia !ua < >9 - 71 tahun sia sangat lanjut < ? 10 tahun
C. 2. /. 3. 5.
Penyebab Gangguan Jiwa pada Lansia Masalah keluarga Masalah interpersonal Penyakit Masalah sosial. (=arida, /020)
D. #. a.
Masalah Psi!s!sial yang Mun"ul pada Lansia Depresi !anda dan gejala =rekuensi tampak bertambah sesuai usia, meski laju relaps, yaitu waktu antara dua
episod depresi tampak berkurang. =rekuensi bunuh diri juga naik tajam dengan penuaan. @amun ada bukti baik bahwa ciri tertentu depresi, yaitu gangguan obsesional dan fobik berkurang dengan penuaan. 'tudi epidemiologik depresi pada manula diganggu oleh kebingungan antara depresi dan demensia. 8nggota keluarga pasien demensia sering membawa pasien dengan keluhan utama depresi tanpa adanya gangguan mood sejati apapun. Psikiater harus mengenali kurangnya bicara, melambatnya gait (cara berjalan), mendatarnya afek dan turunnya minat dalam dan keterlibatan dengan akti#itas sosial dan personal, yang semuanya menunjukkan depresi pada pasien muda, bila tanpa disforia jelas, pertanda demensia dini pada pasien tua. Penentuan kognitif yang akan menentukan defisit pada demensia, bila sesuai, dapat membuat lebih jelas diagnosa demensia. epresi dapat terjadi bersamaan dengan demensia dan merupakan konkomitan sering dari stadium awal penyakit 8lAheimer (stadium 3-9 pada lobal eterioration 'cale). ila depresi terjadi dalam konteks penyakit 8lAheimer, gejala tersering adalah berlinang air mata, yang sering disertai tanda awal gangguan tidur khas, kecurigaan, cemas, dan agitasi, yang membentuk sindrom perilaku dari penyakit 8lAheimer. ejala lain, yang mengingatkan pada depresi dalam konteks lain, dapat terjadi pada sindrom depresif dari penyakit 8lAheimer, termasuk keluhan somatik dan perilaku obsesif. isforia per#asif relati#e jarang sekali dan pasien 8lAheimer dengan depresi sangat jarang menunjukkan perilaku bunuh diri. Pernyataan maneristik seperti %saya berharap saya mati,& sering ditemukan pada penyakit 8lAheimer, tapi pernyataan itu tidak disertai rencana bunuh diri, sikap atau tindakan kea arah itu.
erbeda dengan psikosis, depresi tampak tak pernah terjadi pada stadium lebih lanjut dari penyakit 8lAheimer, meski sering merupakan manifestasi paling awal dari penyakit itu dan dapat mendahului gejala kognitif sejauh banyak bulan atau tahun. epresi juga sering terjadi bersama infark atau cidera otak lain, dengan atau tanpa demensia serentak. Patologi yang menimpa regio otak frontal dipercayai khususnya terkait dengan simtomatologi afektif. epresi berkaitan dengan infark otak secara khas berkaitan dengan inkontinensia emosional, yaitu episod mendadak menangis tanpa disforia per#asi#e, konsisten, atau afektif. 'elain demensia dan trauma otak jelas, depresi pada manula sering disebabkan oleh patologi fisik dengan etiologi beraneka. Misal, gangguan elektrolit akibat diuretik saja atau bersamaan dengan obat lain dapat menyebabkan presentasi gangguan mood, juga defisiensi b.
#itamin 2/ akibat malabsorpsi yang mungkin berkaitan dengan operasi saluran cerna. $erapi Penyakit depresi primer (idiopatik) pada manula bersifat serius dan dalam banyak hal merupakan keadaaan yang mengancam nyawa. Bara terapi yang harus diberikan prioritas
2)
meliputi antidepresan, :B!, dan M8-inhibitor. (+arold, 2115) 8nti-depresan 'emakin luas jenisnya, semuanya berpotensi berguna bagi manula. iantaranya paling disukai untuk manula adalah amina sekunder, termasuk desipramin dan nortriptilin, sebagian karena mareka kurang menimbulkan hipotensi dari pada amina tersier. esipramin sangat rendah efek samping antikolinergiknya dibandingkan antidepresan lain umumnya, ini menguntungkan karena manula diketahui kurang aktif fungsi neurotransmitter kolinergik dan dipercaya khususnya peka terhadap efek samping antikolinergik. @ortriptilin jgua sering di anggap obat terpilih untuk manula karena mampu dipantau jendela terapeutik berupa kadar darah berhubungan dengan reaksi klinis. =luoCetin dan bupropion dapat berguna khususnya
pada manula karena berefek samping antikolenergik minimal. (+arold, 2115) /) :B! apat menjadi terapi terpilih untuk depresi pada manula, khususnya jika faktor jantung membatasi atau memustahilkan obat antidepresen atau jika penolakan makan merupakan ancaman akut bahkan masalah mengancam jiwa. ;isiko :B! sangat rendah dan sering kurang dari farmakoterapi. 'etiap risiko terapi harus dipertimbangkan terhadap risiko depresi, 3)
terhadap status mental pasien dan setiap resiko bunuh diri. (+arold, 2115) M8* 8man untuk manula bila diberikan dengan kewaspadaan laAim. Pada manula, terapi depresi akibat penyakit lain tidak berbeda jauh dari terapi depresi idiopatik kecuali bahwa terapi gangguan yang mendasari, jika mungkin, dapat mendahului atau mengesampingkan perlunya menterapi gejala afektifnya secara lebih langsung. ila depresi dan demensia terjadi
bersamaan, terapi depresi mungkin dapat atau tidak mengakibatkan resolusi gangguan kognitif. Meski jika gangguan kognitif remisi seluruhnya, pada sekitar separuh kasus itu, gejala dini kehilangan kognitif akan jelas lagi dalam sekitar /-3 tahun. (+arold, 2115) %.
Gangguan mania dan bip!lar
8ngka relaps mania dan gangguan bipolar bertambah dengan usia. Panjang rata-rata episode morbid minimal sama pada pasien tua dibandingkan yang lebih muda. Kebanyakan kasus penyakit bipolar mulai sebelum usia 90, kemunculan sesudah usia 49 dianggap tak laAim. ila suatu episode manik terjadi untuk pertama kalinya sesudah usia 49, harus dicurigai adanya patofisiologik (organik) etiologik mencolok. Kemungkinan etiologi termasuk efek samping obat atau demensia konkomitan. Pemakaian litium pada manula lebih berbahaya karena sering timbulnya morbiditas berkaitan dengan usia dan perubahan faali. "itium diekskesi oleh ren dan bersihan renal yang menurun dan D atau penyakit renal dapat menaikkan resiko keracunan. iuretik tiaAid menurunkan bersihan renal terhadap litium dan akibatnya pemakaian serentak obat-obat itu dapat memerlukan penyesuaian dosis litium. bat lain dapat juga mengganggu bersihan litium. "itium dapat menimbulkan efek ''P yang mungkin lebih peka bagi manula. Karena faktor-faktor ini, pemantauan kadar serum yang lebih sering dianjurkan bagi manula. (+arold, 2115)
&.
a.
'i(!frenia) status paran!id) dan psi!sis ehidupan lanjut lain
!anda dan gejala Pemasukan awal ke rumah sakit jiwa untuk skiAofren memuncak dari usia /9 hingga 35 dan relatif jarang sesudah usia 49. Psikosis paranoid dari aneka etiologi umumnya timbul pada pasien tua, termasuk banyak pasien tua tanpa riwayat psikopatologi berarti pramorbid. efisit sensorik tampak merupakan predisposisi terhadap psikosis paranoid pada sebagian pasien manula. Pada yang lainnya, BE atau demensia berkaitan dengan munculnya patologi. bat atau kausa patofisiologik lain harus digali dengan hati-hati pada semua kasus. !emuan mutakhir menunjukkan bahwa paranoid dan psikosis delusional pada kasus tertentu mungkin menjadi sebab demensia degeneratif primer tipe 8lAheimer. Pada kasus lain, status ini mungkin berkaitan dengan faktor serebro#askular yang tidak selalu jelas berdasarkan temuan klinis atau neuroimaging. Perubahan neurotransmitter berkaitan dengan penuaan dapat juga menjadi predisposisi psikosis pada manula.
'ecara lebih spesifik, pada manula penurunan aneka sistem neurotransmitter telah ditunjukkan secara meyakinkan. Misalnya terdapat penurunan fungsi dopaminergik berkaitan dengan kehilangan sel berkaitan usia pada substansia nigra, dengan atau tanpa gejala parkinsonian jelas. Fuga terdapat perubahan berkaitan usia pada fungsi noradrenergik berkaitan dengan bukti fisik kehilangan sel di lokus seruleus. emikian juga, perubahan sistem neurotransmitter kolinergik berkaitan-usia terjadi berkaitan dengan turunnya akti#itas enAim asetiltransferase kolin. 'ecara keseluruhan, perubahan neurokimia ''P ini semua mengakibatkan penetapan ulang imbangan (resetting) neurotransmitter ''P, dan dalam banyak hal perubahan itu dapat menjadi predisposisi bagi psikosis pada manula. (+arold, b.
2115) !erapi Perubahan system neurotransmitter ''P manula tampak berperan besar, baik dalam etiologi maupun terapi psikosis. Pada umumnya psikosis pada manula sering bereaksi terhadap dosis obat yang jauh lebih rendah dibandingkan psikosis pada pasien lebih muda. Manula juga jauh lebih peka terhadap banyak efek samping obat antipsikotik dibandingkan pasien lebih muda. (+arold, 2115)
*.
Gangguan ingatan beraitan usia) penyait Al(heimer) dan gangguan demensia lain. Perubahan kognisi adalah termasuk yang paling sering dan penting (dalam hal morbiditas,
mortalitas dan dampak terhadap anggota keluarga dan masyarakat umumnya) daripada a.
kondisi medis berkaitan dengan usia. (+arold, 2115) Penyakit 8lAheimer Perubahan kognisi pada penuaan normal dan pada penyakit 8lAheimer progresif terjadi
dalam kesinambungan. 2). 'tadium satu < normal < tanpa bukti objektif atau subjektif penurunan kognitif. /). 'tadium dua < normal untuk usia < keluhan subjektif penurunan kognitif. mumnya klien lebih dari 49 mengeluh subjektif tak mengingat hal seperti nama dan lokasi objek seperti halnya 9-20 tahun silam. 3). 'tadium tiga < kompatibel dengan penyakit alAheimer insipien < bukti samar penurunan objektif dalam tugas sosial atau pekerjaan kompleks. 5). 'tadium empat < penyakit alAheimer ringan < defisit muncul jelas pada wawancara klinis yang cermat. 9). 'tadium lima < penyakit alAheimer sedang < defisit cukup berat hingga pasien tak lagi dapat hidup lebih lama tanpa bantuan. 4). 'tadium enam < penyakit alAheimer berat sedang < defisit cukup besar hingga butuh bantuan dalam hal akti#itas kehidupan dasar sehari-hari.
>).
'tadium tujuh < penyakit alAheimer berat < defisit cukup berat hingga butuh bantuan terus menerus dalam akti#itas sehari-hari.
'$AG+,G -U,G'+,AL DA, P/G/0'+ PADA P0,UAA, ,/MAL DA, P0,1A2+$ AL30+M0/
'tadium
Perkiraan
penilaian
Karakteristik
fungsiona
iagnosis klinis
l
lamanya penyakit alAeimer
2
!anpa penurunan
ewasa normal
/
efisit subjektif dalam pencarian kata
ewasa tua normal
3
efisit ditemukan dalam tugas menuntut 'esuai dengan penyakit
> tahun
perhatian besar
alAeimer insipien
5
Perlu bantuan dalam tugas kompleks
Penyakit alAeimer ringan
9
Perlu bantuan dalam memilih pakaian yang
Penyakit
tepat
sedang
Perlu bantuan dalam berpakaian
Penyakit alAeimer berat 9 bulan
b
Perlu bantuan untuk mandi dengan benar
sedang
c
Perlu bantuan dengan mekanika toilet
9 bulan
d
*nkonteninsia uri
5 bulan
e
*nkontinensia #okal
20 bulan
Kemampuan bicara terbatas kepada sekitar Penyakit alAeimer berat
2/ bulan
4a
>a
/ tahun
alAeimer 27 bulan
9 bulan
enam kata b
KhaAanah
kata
yang
dapat
dimengerti
27 bulan
terbatas pada satu kata c
Kemampuan ambulasi hilang
2/ bulan
d
Kemampuian duduk tegak hilang
2/ bulan
e
Kemampuan terseenyum hilang
27 bulan
f
Kemampuan mempertahankan kepala tegak
2/ bulan atau
hilang
lebih lama
b.
Demensia multi infar *ni mrupakan sebab utama kedua dari demensia pada manula. *tu paling sering terjadi
bersamaan dengan penyakit 8lAheimer. 'tudi patologi klasik menunjukkan sekitar 906 kasus demensia yang di autopsi berkaitan dengan penyakit 8lAheimer saja, /96 dengan penyakit 8lAheimer berkaitan dengan faktor serebro#askular, dan 296 dengan demensia multi infark ".
tanpa bukti neuropatologik penyakit 8lAheimer. Gangguan demensia lain dan diagn!sis banding demensia Kausa demensia lain termasuk penyakit pick, penyakit creutAfeldt-jakob, korea huntington, demensia terkait alkohol (demensia Korsakoff), hidrosefalus tekanan normal, dan
2)
demensia akibat aneka gangguan faali. Penyakit pick adalah demensia degeneratif yang sulit dibedakan secara klinis dari penyakit alAeimer. 'ecara neuropatologis, itu berbeda karena hasil pemeriksaan autopsi otak menunjukan badan pick dan bukan karakteristik berkas neurofibrilar, plakat senil, atau degenerasi granulo#askular dari penyakit alAeimer. Penyakit pick juga cenderung mengenai regio frontal otak, sedang alAeimer jauh lebih difus. Penyakit pick berdistribusi usia lebih muda daripada alAheimer, menimbulkan jauh lebih banyak demensia pada dekade keenam. 'ecara klinis, penyakit pick tampak di tandai gambaran yang lebih ke lobus frontal daripada
penyakit alAheimer. !ak ada terapi untuk penyakit pick. /) Penyakit creutAfeldt-jakob adalah kondisi yang langka menimpa sekitar satu per sejuta orang ber#ariasi dan akut. 'eringkali penyakit ini dibedakan dari penyakit alAhemier yang 3)
mungkin lebih cepat perjalannanya atau berdasarkan patologi neural, #okal dan terlokaliasasi. Korea-huntington dapat tampil dengan ganguan demensia sebelum munculnmya patologi
5)
koreiform. +idrosefalus tekanan normal ditandai oleh gangguan berjalan inkontinensi uri, temuan
9)
neuro radiologi dan timbulnya relatif dini. emensia akibat gangguan faali beragam. !emuan positif dari salah satu studi ini harus di interpretasi oleh klinisi mereka mungkin menunjukan suatu etiologi primer demensia yang mungkin dapat diobati, mereka mungkin pertanda tambahan rudapaksa dalam konteks demenseia degeneratif. (+arold, 2115)
0.
-at!r4-at!r yang Mempengaruhi 2esehatan Jiwa Lansia 8da beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. =aktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
8dapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut<
2.
Penurunan Kondisi =isik 'etelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. 'ecara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. +al ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun
sosial,
yang
selanjutnya
dapat
menyebabkan
suatu
keadaan
ketergantungan kepada orang lain. alam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. 'eorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. /. Penurunan =ungsi dan Potensi 'eksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti < angguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, #aginitis, baru selesai operasi < misalnya prostatektomi, kekurangan giAi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranGuiliAer. =aktor psikologis yang a. b.
menyertai lansia antara lain < ;asa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia 'ikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
c. d. e.
budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang #ariasi dalam kehidupannya. Pasangan hidup telah meninggal. isfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya. 3. Perubahan 8spek Psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. =ungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. 'ementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
engan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. 5. Perubahan yang erkaitan engan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. ;eaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. Makin meningkatnya jumlah manula dalam masyarakat telah melahirkan sejumlah penelitian psikologis tentang kemampuan orang lanjut usia. Penelitian ini telah mengukuhkan bahwa orang lanjut usia cenderung lebih lamban dalam pemahaman mental dan kurang mampu melakukan tugas-tugas yang menuntut ia mempelajari hal-hal baru.
-. #.
Gangguan Jiwa pada Usia Lanjut Delirium. Merupakan 'indrom tak rganik ('), yang ditandai dengan fluktuasi kesadaran,
apatis, somnolen, spoor, koma, sensitif, gangguan proses berpikir. Konsentrasi pada lanjut usia akan mengalami kebingungan dan persepsi halusinasi #isual (pada umumnya). Psikomotor akan mengikuti gangguan berpikir dan halusinasi %. Psi!sa pada lansia ejala gejala < awalnya idea of reference, waham, terkadang sebagai penyerta demensia, premorbid, schiAofrenia &. Abuse pada lansia !indakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik dalam bentuk malnutrisi, fisikDtenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis, rehabilitasi, dan perlindungan yang dibutuhkan. Abuse, suatu tindakan kekerasan yang disengaja seperti kekerasan fisik, mental dan psikologi, serta jenis penyiksaan lainnya yang tidak dibenarkan Neglect, suatu keadaan di ana lansia yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
a.
sendiri tidak mendapatkan bantuan dari keluarga maupun pemberi asuhan (caregi#er) !indakan-tindakan yang dapat dilakukan sebagai berikut primer < pendekatan kepada komunitasDlingkunganpeberi dukungan pada lansia, memperkuat koping indi#idu dan keluarga, pola sehat lingkungan, melihat tanda-tanda risiko
b. c.
tinggi. sekunder < diskusi,komunikasi yang efektif dengan keluarga tersier < tidak menoleransi kekerasan, mengharagai dan peduli pada anggota keluarga, memprioritaskan kepada keamanan, tulus secara utuh dan pendayagunaan. (=arida, /020)
5.
angguan demensia =aktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin wanita. Perubahan khas pada demensia terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan #isuospasial, tapi gangguan perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering, kemarahan, kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur, dan
waham. 5. Gangguan depresi ejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan tidur (khususnya bangun pagi terlalu cepat dan sering terbangun (multiple awakenings), nafsu makan menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh. 6. Gangguan e"emasan !ermasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres akut, dan gangguan stres pasca trauma. !anda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih muda, tetapi efeknya sama. angguan kecemasan mulai muncul pada masa remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa dapat muncul pertama kali setelah usia 40 tahun. Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang menghasilkan gangguan. =armakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan. G. #.
Pendeatan Perawatan Lanjut Usia Pendeatan fisi Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia a.
dapat dibagi atas dua bagian yaitu< Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
b.
sendiri. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian. isamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. ntuk klien lanjut usia
yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. +al ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebro#askuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin. 8dapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.!oleransi terhadap kakurangan / sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan / yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan. 'eorang perawat harus mampu memoti#asi para klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. ntuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. aktu makan yang teratur, menu ber#ariasi dan bergiAi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. leh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia. Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya< batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan,
jika
ada
mengkomunikasikan
keluhan
dengan
insomnia,
mereka
harus
tentang
cara
dicari
penyebabnya,
pemecahannya.
kemudian
Perawat
harus
mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil
bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. 'entuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka. %.
Pendeatan psiis isini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip H !rippleH, yaitu sabar, simpatik dan ser#ice. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. ntuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. +al itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . +arus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. ila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan Ilahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia. &. Pendeatan s!sial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Fadi pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. !idak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. !idak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. engan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti erda. *. Pendeatan spiritual Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan !uhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian. 'ehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, ;. !ony styobuhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. ;asa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. alam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. 8dapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. 'edangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. mumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. engan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
/eferensi 7
Kaplan, +arold * J enjamin F. 'adock. 2115. Buku Saku Psikiatri Klinik. Fakarta< inapura 8ksara. Kusumawati, =arida J udi +artono. /022. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Fakarta< 'alemba Medika. amaiyanti, Mukhripah J *skandar. /02/. Asuhan Keperawatn Jiwa. andung< ;efika 8ditama. Maramis, .=. 2115. Ilu Kedokteran Jiwa. 'urabaya< 8irlangga ni#ersity Press. Maryam, ;. 'iti. /007. !engenal "sia #anjut dan Perawatann$a. Fakarta< 'alemba Medika. Purwaningsih, ahyu J *na Karlina. /001. Asuhan Keperawatan Jiwa. ogyakartaa < @uha Medika