FULL DAY SCHOOL DI INDONESIA TIMBULKAN PRO
DAN KONTRA
Maraqonita Tillah
Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni dan Desain,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
[email protected]
Abstrak
Layaknya hukum alam ada siang ada malam, ada perempuan ada
laki-laki, ada benar juga ada salah, begitu pula dengan pendapat
dari setiap manusia tentang segala hal baik itu setuju dan tidak
setuju (pro dan kontra). Hal serupa berkaitan dengan adanya
kebijakan menteri yang baru-baru ini masih hangat dibicarakan
yaitu full day school yang menimbulkan banyak argumen baik itu pro
maupun kontra. Kebijakan baru ini yang digagas oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan Prof Dr. Muhadjir Effendy menimbulkan
banyaknya pendapat pro dan kontra disertai alasan dari masing-
masing pihak mengapa mereka pro dan mengapa kontra dengan full day
school. Meski demikian kebijakan full day school ini masih
menimbulkan banyak tanda tanya dan kegelisahan dari berbagai
masyarakat di Indonesia.
Kata Kunci : pro, kontra, full day school
Layaknya hukum alam ada siang ada malam, ada perempuan ada laki-laki,
ada benar juga ada salah, begitu pula dengan pendapat dari setiap manusia
tentang segala hal yaitu setuju dan tidak setuju (pro dan kontra). Seperti
halnya tentang kebijakan menteri yang baru-baru ini masih hangat
dibicarakan full day school yang menimbulkan banyak argumen baik itu pro
maupun kontra.
Full day school merupakan program sekolah di mana proses pembelajaran
dilaksanakan sehari penuh di sekolah (delapan jam belajar). Dengan
kebijakan seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak
dihabiskan di lingkungan sekolah dari pada di rumah. Anak-anak dapat berada
di rumah lagi setelah menjelang sore.
Full day school di Indonesia ini merupakan sebuah kebijakan baru yang
digagas oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Prof Dr. Muhadjir Effendy
yang merupakan mantan rektor salah satu universitas di Indonesia yaitu
Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan adanya kebijakan baru ini membuat
banyak perbincangan baik itu setuju ataupun tidak setuju, karena ada alasan
dibalik setiap pendapat dari masyarakat yang mengalami sistem baru ini ada
yang mengganggap kebijakan baru ini menguntungkan orang tua yang kerja
pulang sore atau malam ada juga yang menganggap sebaliknya malah merugikan
baik untuk guru, orang tua, masyarakat ataupun peserta didik itu sendiri.
Oleh karena itu, peneliti lebih condong untuk melakukan penelitian dengan
judul "Pro Dan Kontra Full Day School Di Indonesia"
FULL DAY SCHOOL
A. Pengertian Full Day School
Full day school berasal dari bahasa Inggris, yaitu full artinya
penuh, day artinya hari, sedangkan school artinya sekolah (Echols dan
Shadily, 1996: 259). Jadi pengertian full day school adalah sekolah
sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi
hari sampai sore hari, mulai pukul 06.45-15.30 WIB, dengan durasi
istirahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur
jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran
dan ditambah dengan pendalaman materi. "Hal yang diutamakan dalam full
day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman"
(Bahruddin, 2010: 221).
Basuki (2013) mengungkapkan pendapatnya terkait full day school
adalah:
Sekolah yang sebagian waktunya digunakan untuk program-program
pembelajaran yang suasana informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa
dan membutuhkan kretifitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini Sukur
berpatokan pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa waktu belajar
afektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari dalam suasana formal dan 7-8
jam sehari dalam suasana informal.
Sedangkan Sulistyaningsih (2008: 59) menyatakan bahwa "sekolah
bertipe full day ini berlangsung hampir sehari penuh lamanya, yakni dari
pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore". Dengan demikian, sistem full day
school adalah komponen-komponen yang disusun dengan teratur dan baik
untuk menunjang proses pendewasaan manusia (peserta didik) melalui upaya
pengajaran dan pelatihan dengan waktu di sekolah yang lebih panjang atau
lama dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya.
Berdasarkan paparan pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa full day
school adalah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran sehari penuh
dari pagi hingga sore dengan sebagian waktunya digunakan untuk program
pelajaran yang suasananya informal serta menyenangkan bagi siswa.
Sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan bebas sesuai dengan bobot
mata pelajaran.
B. Tujuan Pembelajaran Full Day School
Pelaksanaan full day school merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi berbagai masalah pendidikan, baik dalam prestasi maupun dalam
hal moral atau akhlak. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat
mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang
menjerumus pada kegiatan yang negatif. Salah satu alasan para orang tua
memilih dan memasukkan anaknya ke full day school adalah dari segi
edukasi siswa (Bahruddin, 2010: 230). Banyak alasan mengapa full day
school menjadi pilihan di antaranya:
1. Meningkatnya jumlah orangtua yang bekerja (parent-career) yang kurang
memberikan perhatian kepada anaknya, terutama yang berhubungan dengan
aktivitas anak setelah pulang dari sekolah.
2. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat
agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas
berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. Kemajuan
sains dan teknologi yang begitu cepat perkembangannya, terutama
teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan yang
menjurus kearah individualisme.
3. Perubahan sosial budaya memengaruhi pola pikir dan cara pandang
masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur
keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola
kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan peran.
Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan
tugas utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran ibu di zaman
sekarang tidak hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga, namun seorang
ibu juga dituntut untuk dapat berkarier di luar rumah.
4. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika
tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban
teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia
komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas (borderless world),
dengan banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televisi
membuat anak-anak lebih enjoy untuk duduk di depan televisi dan
bermain play station (PS). Adanya perubahan-perubahan di atas
merupakan suatu sinyal penting untuk dicarikan alternatif
pemecahannya. Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi
pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam
dunia pendidikan.
Full day school selain bertujuan mengembangkan mutu pendidikan yang
paling utama adalah full day school bertujuan sebagai salah satu upaya
pembinaan akidah dan akhlak siswa dan menanamkan nilai-nilai positif. Full
day school juga memberikan dasar yang kuat dalam belajar pada segala aspek
yaitu perkembangan intelektual, fisik, sosial dan emosional. Karena dalam
sistem full day school, sekolah memiliki waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan sekolah dasar konvensional pada umumnya. Sebagaimana
Seli (2009: 62-63) mengatakan bahwa "waktu untuk mendidik siswa dalam
sistem full day school lebih banyak sehingga tidak hanya teori, tetapi
praktek mendapatkan proporsi waktu yang lebih. Sehingga pendidikan tidak
hanya teori mineed tetapi aplikasi ilmu". Oleh karena itu, agar semua
terakomodir, maka kurikulum program full day school didesain untuk
menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan siswa.
PRO DAN KONTRA FULL DAY SCHOOL
A. Pro terhadap Full Day School
Seperti yang dikutip mengenai pendapat orang tua yang pro maupun
kontra mengenai kebijakan "full day school" dilaman website CNN Indonesia
Student ada pendapat orang tua yang setuju atau pro.
Seperti Wanti Hartini, wali murid dari SDIT Al-Manar, Bekasi yang
setuj mengenai kbijakan Full day school. Mengatakan sistem itu membantunya
sebagai wanita karier. Menurutnya, anak lebih aman diawasi guru ketimbang
sudah di rumah tapi tak ada orangtua.
"Kita tidak percaya begitu saja pada pembantu. Saya lebih khawatir
lagi kalau si anak sendiri di rumah tanpa pengawasan dan menjadi korban
gadget dan teknologi yang canggih ini," ujarnya.
Meski begitu, menurut Wanti ada persyaratannya. Sekolah harus
memiliki fasilitas yang nyaman bagi anak-anak dan gurunya profesional.
"Saya rasa banyak ortu yang mau membayar mahal anak-anaknya untuk sekolah
dengan sistem Full Day School ini daripada anaknya tidak jelas
kegiatannya."
Bintari Windiyarti, wali murid di SMPN 5 Bekasi, mengatakan sistem
ini membantu orangtua yag bekerja sehingga anak bisa diawasi oleh guru.
"Sehingga si anak tidak berada di lingkungan yang salah dan si anak bisa
membagi waktu dengan lingkungan," katanya. (ded/ded)
Ada pula pendapat lain yang setuju dengan kebijakan ini. Pihak yang
pro mengatakan, dengan Full Day School dapat membantu orang tua yang
bekerja. Artinya, orang tua dapat fokus bekerja, sementara kegiatan anak
dapat terkontrol oleh sekolah. Saat ini memang banyak sekolah menawarkan
kurikulum Full Day School bahkan dalam bentuk sekolah berasrama (boarding
school). Kegiatan siswa selama 24 jam dipantau pihak sekolah. Dan faktanya,
banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anak ke boarding school walau
harus membayar mahal.
Sejalan dengan pihak yang pro, Kemendikbud menjawab kritikan terhadap
rencana penerapan Full Day School dengan memberikan alasan dan
pertimbangan.
1. kebijakan lima hari sekolah merupakan implementasi dari program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
2. Akan mengintegrasikan nilai utama yaitu religius, nasionalis, gotong-
royong, mandiri, dan integritas.
3. Siswa tidak harus belajar selama 8 jam penuh di kelas, tetapi diisi
kegiatan variatif dengan proporsi pengetahuan 30% dan pembentukan
karakter 70%
4. Guru diminta mengurangi ceramah di kelas, diganti aktivitas-aktivitas
yang terkait pembentukan karakter.
Dari sini terlihat beberapa orang tua atau masyarakat setuju atau pro
dengan kebijakan menteri pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Muhadjir Effendy
ini karena menganggap kebijakan baru ini menguntungkan mereka yang
menyandang sebagai orang tua karier atau yang bekerja hingga sore hari yang
mana tidak bisa mengawasi anak-anak mereka ketika sepulang sekolah,
sehingga dengan adanya Full Day School ini para orang tua atau masyarakat
yang pro tidak perlu risau dengan kegiatan anak-anak mereka yang telah
diawasi oleh guru di sekolah.
B. Kontra terhadap Full Day School
RencanaMenteri Pendidikan dan KebudayaanMuhadjir Effendy menerapkan
kebijakan kegiatan belajar mengajar lima hari dengan menerapkan full day
school (FDS) menuai berbagai kritikan dan penolakan. Salah satu yang
melakukan penolakan atas aturan ini yakni Persatuan Besar Nahdlatul
Ulama(PBNU).
PBNU menilai, ada banyak kerugian ketimbang manfaat dari kebijakan ini.
Helmy Faishal Zaini, Sekertaris Jenderal (Sekjen) PBNU bilang, pihaknya
melihat sembilan potensi kerugian yang dipastikan terjadi jika penerapan
proses full day school ini dipaksakan.
1. beban belajar yang akan makin memberatkan siswa. Jika kegiatan
belajar mengajar ditambah sampai jam 16.00, maka keterserapan
pendidikan pada anak usia dini tidak akan maksimal.
2. terkait aspek mental spiritual, keberadaan lembaga pendidikan
pesantren dan Madin ini telah banyak memberikan kontribusi pada
pembentukan kepribadian dan watak mental spiritual anak. Di banyak
tempat Madin biasanya dilaksanakan sore hari. Jika sekolah
diberlakukan sampai sore hari, maka praktis mereka tak bisa
mengikutinya.
3. terkait aspek akademik. Aturan belajar mengajar lima hari tentu harus
diikuti oleh pembenahan kurikulum sekolah. Sementara mengubah
kurikulum lama yang sudah secara sistematik diterapkan di sekolah
tentu bukan hal yang mudah.
4. terkait aspek kompetensi non akademik. Konsep lima hari sekolah, akan
memutus kreatifitas anak dalam penguatan ilmu non akademik.
5. terkait hak atas dunia sosial anak. Penambahan jam belajar mengajar
selain mengambil jam belajar di luar sekolah, pada saat yang sama juga
merampas jam bermain anak.
6. terkait aspek ekonomi. Penambahan jam belajar sekolah praktiknya juga
berhubungan dengan penambahan uang saku anak di sekolah. Dan ini tentu
saja menambah beban finansial orang tua.
7. terkait aspek keamananan mengenai waktu dan jarak pulang siswa.Dari
sisi keamanan akan sangat rawan kalau anak setiap hari harus pulang
sekolah kelewat petang.
8. dari aspek sarana prasarana penunjang. Seperti diketahui untuk
sekolah di daerah-daerah tertentu masih sulit terakses sarana
transportasi umum. Ini menjadi masalah lanjutan kalau jam pulang
sekolah berubah. Masalah lain terkait keterbatasan ruang kelas juga.
9. aspek ketahanan keluarga. Siswa yang berasal dari keluarga tak mampu,
biasanya usai pulang sekolah selalu membantu orangtua. Jika anak-anak
ini harus bersekolah hingga sore hari maka dua hal sekaligus membebani
orang tua. Pertama, bertambahnya kebutuhan uang saku sekolah, kedua
berkurangnya penghasilan lantaran berkurangnya tenaga dalam mencari
nafkah.
Selain itu masih banyak di daerah-daerah yang masih sangat kekurangan
dalam hal sarana prasarana. Baik itu bagi sekolah yang memiliki sistem
pergantian waktu sebagai contoh pagi untuk Mts, siang untuk MA. Tak hanya
itu, ada salah satu sekolah yang ada di Malang yang hakikatnya tidak ada
pergantian waktu jam sekolah seperti contoh sebelumnya.
Di salah satu sekolah di Malang ini (sekolah menengah kejuruan)
termasuk dalam kategori pro dalam menyikapi kebijakan Full Day School
terbukti dengan didukungnya dan dijadikan kebijakan dalam sekolah tersebut.
Sekolah ini telah memberlakukan sekolah lima hari atau yang disebut full
day school dengan berbagai alasan mengapa memilih kebijakan baru ini untuk
diterapkan. Alih-alih kepala sekolah berpendapat bahwa anak SMK kebanyakan
berprioritas sekolah dan bekerja dengan adanya full day school ini siswa
yang biasanya bekerja bisa memanfaatkan pada waktu hari libur yaitu sabtu
dan minggu. Meski demikian (termasuk dalam kategori pro) ada beberapa
kendala di dalamnya, seperti halnya sarana dan prasarana yang belum
memadahi, sehingga terjadi simpang siur dalam proses belajar. Ruang kelas
yang berganti-ganti akibat tidak adanya ruang kelas tetap membuat peserta
didik serta gurunya kebingungan belum lagi kalau peserta didik ada yang
tidak masuk kelas baik itu karena ketidaktahuannya akibat pindah ruangan
ataupun kabur tidak mengikuti pelajaran.
Terkait kebijakan Lima Hari Sekolah ini, permasalahan lain juga
diungkapkan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma'arif NU H Arifin
Junaidi di forum diskusi terbatas itu. Menurutnya, murid pulang sore adalah
masalah bagi sekolah-sekolah yang tidak mempunyai sarana ruang yang cukup.
"Masih banyak sekali, tidak hanya di desa, di kota-kota juga banyak,
ruang kelas harus dipakai secara bergantian. Pagi SMP, siangnya SMA. Pagi
tsanawiyah, siangnya aliyah, dan seterusnya," katanya.
Karena itu ia tidak setuju dengan pernyataan sejumlah kalangan yang
mengatakan bahwa kebijakan Lima Hari Sekolah adalah bias orang perkotaan.
Sebab, menurutnya, selain sekolah-sekolah di desa, berbagai persoalan full
day school juga dialami oleh sekolah-sekolah yang berada di kota. (Mahbib)
Masih ada pula pendapat kontra lainnya yang dikutip dalam laman web
fajaronline.co.id, disini dikatakan:
Pihak yang kontra berpandangan, kegiatan Full Day School akan menambah
beban guru dan siswa. Guru bukan hanya mengurus murid-muridnya di sekolah,
tapi juga memiliki suami, istri, atau anak yang harus diurus alias perlu
diperhatikan. Kalau guru harus stand by di sekolah sampai sore, tentunya
suami, istri, anak mereka akan protes. Selain guru, siswa juga berpotensi
mengalami kebosanan atau stres karena dikurung sepanjang hari di sekolah.
Apalagi kalau program yang dilaksanakan sekolah kurang menarik atau kurang
variatif. Waktu bermain anak juga menjadi berkurang, termasuk untuk mengisi
kegiatan belajar pasca belajar sekolah, anak juga belajar atau mengaji pada
sore hari di TKA/TPA/ Madrasah Diniyah.
Dalam konteks sosiologis, full day school dinilai menjauhkan siswa
dari lingkungan bermainnya atau bersosialisasi dengan tetangganya. Hal ini
dapat menimbulkan siswa merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya,
merasa minder, tidak mau bergaul, dan tertutup terhadap tetangganya walau
di sekolah anak tersebut mungkin memiliki banyak teman. Bagi sekolah yang
memberlakukan sistem dua shift (belajar pagi dan siang), penerapan Full Day
School tentunya akan menjadi kendala karena mereka mengalami keterbatasan
tempat dan guru. Siswa yang jarak dari rumah ke sekolahnya jauh tentunya
juga akan mengalami kendala karena dia sampai rumah pada saat magrib.
Para pakar pendidikan yang kontra dengan kebijakan ini menilai,
penerapan Full Day School ini bentuk kekeliruan menyikapi pendidikan dan
persekolahan. Seolah-olah pendidikan identik persekolahan, padahal
pendidikan jauh lebih luas. Pendidikan dapat dilakukan di rumah, sekolah,
dan di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, sekolah hanya salah satu
unsur dalam pendidikan. Banyak bukti empirik menunjukkan, orang-orang
sukses bukan hanya orang yang berprestasi akademik yang baik di sekolah,
tetapi yang memiliki keterampilan hidup (life skill) yang bagus. Penelitian
Harvard University di Amerika Serikat menyimpulkan, kesuksesan seseorang
hanya 20 persen ditentukan hard skill dan 80 persen oleh soft skill.
Penerapan Full Day School hanya akan menempatkan sekolah sebagai penjara
bagi siswa dan membatasi mereka dalam melatih keterampilan hidup.
KESIMPULAN
Full day shcool merupakan kebijakan baru yang muncul di Indonesia yang
diterbitkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Prof Dr. Muhadjir
Effendy yang merupakan mantan rektor salah satu universitas di Indonesia
yaitu Universitas Muhammadiyah Malang.
Munculnya kebijakan ini menimbulkan banyak perbincangan di kalangan
masyarakat baik itu pro maupun kontra.
Bagi yang pro mengenai kebijakan baru ini lebih mengarah kepada
masyarakat kota atau orang tua yang memiliki karier yang bekerja hingga
sore atau malam hari. Dengan demikian mereka tidak usah khawatir lagi
dengan kegiatan anak-anak mereka bila berada di sekolah yang menggunakan
sistem full day school karena dapat pantauan langsung dari para guru di
sekolah.
Sedangkan bagi mereka yang kontra dengan kebijakan baru ini, mereka
lebih mengarah kepada masyarakat yang tidak tinggal di Kota dengan kata
lain ada sebuah kebiasaan yang tidak sama. Bagi orang tua di Desa biasanya
anak membantu mereka sepulang sekolah, bila diperlakukan adanya full day
school anak tak bisa lagi membantu seperti biasanya, juga menambah beban
orang tua dengan bertambahnya uang saku bila sekolah pulang hingga sore.
Ada juga yang mengganggap merugikan peserta didik karena tidak ada waktu
untuk beristirahat, peserta didik kelelahan belajar sepanjang hari di
sekolah.
Selain itu juga ada sebuah penolakan dari Persatuan Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU). Yang menganggap merugikan sekolah Madrasah atau Diniyah
dimana sebelum adanya kebijakan ini sekolah formal dan Madin baik-baik
saja, sementara semenjak diberlakukannya sistem ini membuat anak yang
sebelumnya ketika pagi sekolah formal dan sore sekolah madrasah diniyah
atau mengaji banyak yang memutuskan memilih sekolah formal yang mana
dianggap lebih berguna ijazah formalnya.
DAFTAR RUJUKAN
Tribun jambi. 2017. Ini Alasan PB NU Menolak Full Day School. Online. Pada
tanggal 02-12-2017. (http://jambi.tribunnews.com/2017/06/14/ini-alasan-
pb-nu-menolak-full-day-school)
Kicknews.today. Berikut Hasil Lengkap Rekomendasi Munas Dan Konbes NU Di
Lombok. Online. Pada tanggal 02-12-2017.
(https://kicknews.today/2017/11/25/berikut-hasil-lengkap-rekomendasi-
munas-dan-konbes-nu-di-lombok/)
NUOnline. Full Day School Tinggalkan Semangat Multikultural. Online. Pada
tanggal 02-12-2017. (http://www.nu.or.id/post/read/79480/full-day-school-
tinggalkan-semangat-multikultural)
Sulistyaningsih, Wiwik. 2008. Full Day School dan Optimalisasi Perkembangan
Anak. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.
Silabus.mpi. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Full Day School. Online.
Pada tanggal 02-12-2017. (https://silabus.org/full-day-school/)
Kompasiana9. Pro Dan Kontra "Full Day School" Dan Kurikulum 2013. Online.
Pada tanggal 04-12-2017.
(https://www.kompasiana.com/imamhasaniapotekmama/59f5799d12ae941f94071042
/pro-dan-kontra-full-day-school-dan-kurikulum-2013)
CNN Indonesia Student. Pro Kontra Orang Tua Terhadap Kebijakan Full Day
School. Online. Pada tanggal 05-12-2017.
(https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160809143051-445-150169/pro-
kontra-orangtua-terhadap-kebijakan-full-day-school/)
Fajar online. Menyikapi Pro Kontra Full Day School. Online. Pada tanggal 05-
12-2017. (http://fajaronline.co.id/index.php?/2017/06/15/menyikapi-pro-
kontra-full-day-school)